Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Vibrio adalah suatu jenis Bakteri Gram-Negative yang mempunyai suatu tangkai yang
bentuknya bengkok dan secara khas ditemukan pada air laut, Vibrio bersifat fakultatif
anaerob positif test untuk oxidase dan tidak membentuk spora. Semua anggota jenis ini
adalah motil (bergerak) dan mempunyai kutub flagella dengan sarung pelindung. Sejarah
evolusi suatu ras terbaru telah dibangun didasarkan pada suatu deretan gen (analisa urutan
multi-locus).
Semua kelompok spesies yang hidup dalam air, bakteri berbentuk koma dalam
keluarga Vibrionaceae. Beberapa jenis menyebabkan penyakit serius pada manusia dan juga
hewan. Bakteri ini adalah termasuk dalam bakteri gram-negative, untuk bakteri yang mampu
bergerak (dengan satu sampai tiga flagella), dan tidak memerlukan oksigen. Sel bakteri
dibengkokkan seperti tangkai, tunggal atau meregangkan bersama-sama dalam bentuk S atau
berpilin. Dua jenis mengakibatkan penyakit pada manusia: satu penyebab kolera, diarrhea
hasil bakteri akut lain.
Salah satu kendala budidaya ikan laut khususnya kerapu tikus di Indonesia adalah
keterbatasan penyediaan benih karena adanya infeksi patogen bakteri vibrio. Benih ikan yang
bebas dari pathogen dikenal dengan istilah Spesies Pathogen Free (SPF). Bakteri vibrio
penyebab vibriosis masih merupakan masalah utama bagi industri budidaya ikan kerapu yang
menyebabkan kematian sehingga mencapai 100 persen. Bakteri patogen yang utama adalah
Vibrio alginolyticus. Kondisi ini menyebabkan penanggulangan penyakit tersebut perlu
mendapat perhatian dan penanganan secara khusus. 
Komoditas udang menempati urutan kelima terbesar dalam deretan ekspor non-
migas, dan merupakan komoditas perikanan yang sangat penting bagi perekonomian
Indonesia, karena 50% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia (sekitar 2,3 milyar US$
pada Tahun 2007). Jenis penyakit yang sering menyerang udang dan menimbulkan banyak
kerugian adalah penyakit vibriosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dari jenis Vibrio sp.
yang dapat menyebabkan kematian massal yang cepat dalam waktu yang kurang dari satu
minggu. (Feliatra et. all, 2008).
Dalam usaha budidaya ikan secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan
ikan / udang terserang penyakit meliputi, yaitu :

Vibrio Alginolyticus 1
a) Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain: Perubahan salinitas air secara
mendadak, pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air
basa/alkalis), Kekurangan oksigen dalam air, Zat beracun, pestisida
(insektisida, herbisida dan sebagainya), Perubahan suhu air yang mendadak,
Kerusakan mekanis (luka-luka), Perairan terkena polusi.
b) Makanan yang tidak baik : Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang
buruk, Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.
c) Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.
d) Stres, Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada
ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas
keseimbangan psikologis dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya
stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau
perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang
dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya
akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan
terhadap penyakit.
e) Kepadatan Ikan, Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan
(carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen
terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan
meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab
timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).

Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam),


maksudnya penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan
faktor eksternal di sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan.
Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya
limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama pada golongan
pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di sekeliling unit hatchery (Anonim,
2004).
Kematian ikan akibat dari serangan penyakit menjadi hal yang tidak diinginkan oleh
para pembudidaya ikan, karena serangan penyakit baik bakteri maupun viral sangat
mematikan organisme yang dibudidayakan dalam tempo waktu yang relatif sangat singkat
dan ganas. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai

Vibrio Alginolyticus 2
aspek organisme penyakit ini sangat membantu dalam upaya untuk mencegah dan
menanggulangi tingkat pathogenitas penyakit yang ditimbulkannya.

Vibrio Alginolyticus 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa Vibrio sp. penyebab penyakit pada populasi ikan laut, baik yang dibudidaya
maupun ikan liar. Sindrom penyakit vibriosis adalah salah satu dari penyakit ikan laut yang
utama (Sindermann, 1970; House, 1982). Biasa disebut dengan " sakit merah", " hama
merah", " noda merah" dan " penyakit merah" oleh karena karakteristik luka kulit
hemorrhagic, penyakit ini telah dikenali dan diuraikan sejak 1718 di Italia, dengan banyak
epizootics didokumentasikan sepanjang abad ke-19 (Crosa et al., 1977; Sindermann, 1970).
Sekarang, telah dipahami untuk penyakit bakterial ikan laut, telah ditambahkan dalam
daftar penyakit baru yang disebabkan oleh Vibrio spp. Jenis penyakit bakterial yang
ditemukan pada ikan kerapu, diantaranya adalah penyakit borok pangkal strip ekor dan
penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan beberapa jenis bakteri
yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio alginolyticus, V.
algosus, V. anguillarum dan V. fuscus. Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V. alginolyticus
dan V. fuscus merupakan jenis yang sangat patogen pada ikan kerapu tikus.
Hasil penelitian secara morfologi dan uji biokimia ditemukan 12 strain bakteri vibrio yang
berbeda. Sedangkan hasil uji molekuler yang berbasis DNA 16s baru selesai ditemukan 2
strain dan yaitu Vibrio alginolyticus A3G-2 dengan tingkat homolog sebesar 98% dan lainnya
Uncultured bacterium clone BB3S16S-17 dengan tingkat homolog sebesar 99% dan ini
diperkirakan jenis bakteri Vibrio sp. yang merupakan bakteri asli di Indonesia, karena
memiliki molekuler yang berbeda dengan bakteri Vibrio sp. yang ada di data Bank
Mikrobiologi dunia. (Feliatra et. all, 2008).

Vibrio alginolyticus
Klasifikasi :
Kerajaan : Bakteri
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Order : Vibrionales
Keluarga : Vibrionaceae
Genus : Vibrio

Vibrio alginolyticus.

Vibrio Alginolyticus 4
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik fisika-biokimia
adalah pewarnaan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl
red dan H2S glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa
negatif. alginolyticus Vibrio adalah Gram-negatif laut bakteri . Ini secara medis penting
karena menyebabkan infeksi otitis dan luka. Hal ini juga hadir dalam tubuh binatang seperti
ikan Puffer , di mana ia bertanggung jawab atas produksi neurotoxin kuat, tetrodotoxin .
Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm pada
media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi
glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8 - 1.2 cm yang
berwarna kuning pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen
pada ikan kerapu tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median
(LC50) adalah sebesar 106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian massal pada
benih diduga disebabkan oleh infeksi bakteri V. alginolyticus. Pengendalian penyakit dapat
dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina
dan oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan
dengan mekanisme infeksi bakteri. Pada kelompok Vibrio alginolitycus, bakteri ini adalah
lysine positif, pengurangan nitrat, lipase, gelatinase, oxidase-fermentation test tetapi negatif
arginine, urease dan luminesensi. Sebanyak 10 jenis yang diisolasi berkembang dalam 1%
peptone medium yang berisi 3, 6, 8, 10% klorid sodium tetapi tidak mengakar 0% Nacl. Jenis
ini memproduksi asam dari glukosa, glycerol, mannitol, sucrose tetapi bukan dari lactose,
salicin. Semua dari jenis ini tidak memproduksi gas dari glukosa. Didalam kasus dari tajin
pangkat dengan diturunkan, ada hanya 10% reaksi positif dan VP reaksi mempunyai 20%
reaksi positif (Larsen Dan Pedersen, 1999). 

JENIS BAKTERI VIBRIO PATHOGENIK


Menurut Austin dan Austin (1987) (dikutip oleh Hanna, 1991) menggolongkan tujuh
Vibrio Pathogen utama pada ikan yaitu, V. alginolitycus, Vibrio Anguillarum, V. carchariae,
V. cholerae, V. damsela, V. ordalii dan V. vulnificus.
Beberapa jenis Vibrio secara klinis menjadi pathogens penting pada manusia.
Kebanyakan penyakit yang disebabkan jenis ini dihubungkan dengan gastroenteritis tetapi
dapat juga terinfeksi luka terbuka dan penyebab keracunan darah. Penyakit ini dapat dibawa
oleh banyak hewan laut yang hidup, seperti ketam atau udang-udangan, dan telah diketahui
menyebabkan infeksi yang fatal pada manusia selama perkembangan. Vibrio Pathogenic
meliputi V. cholerae (agen penyebab kolera), V. parahaemolyticus, dan V. vulnificus. Vibrio

Vibrio Alginolyticus 5
cholerae biasanya tersebar melalui pencemaran air. Vibrio Pathogenic dapat menyebabkan
keracunan makanan, pada umumnya dihubungkan dengan makan makanan hasil laut yang
belum dimasak.
Vibrio spp mempunyai keanekaragaman phenotypic yang besar, oleh karena itu
sangat kompleks untuk mengidentifikasinya. Jenis Vibrio adalah bakteri gram negatif,
oxidase reaksi positif, mengakar TCBS agar, oxidative-fementative menguji hal positif. Di
samping karakteristik ini, bakteri ini juga bereaksi dengan arginine, lysine, orthinine,
amylase, indole, sitrat, Voges-Proskauer, urease, gelatin, pertumbuhan pada 0,6 dan 8% Nacl,
pertumbuhan pada temperatur 4,35 dan 40OC, pembalasan dengan O/129 10 µg, hasil asam
dari sebagian dari gula, dan lainnya (Larsen dan Pedersen, 1999).
Semua anggota jenis Vibrio adalah bakteri Gram-Negative yang ukuran dan bentuk
dari coccobacilli ke rod-shape sel, yaitu vibrioid. Di bawah kondisi kekurangan nutrirsi atau
pada lingkungan alami, mencakup muara dan samudra, di mana kondisi-kondisi oligotrophic
terjadi, vibrios akan terjadi seperti bentuk coccoid kecil, sebagai strategi agar dapat bertahan
hidup (Singleton et al., 1982; Xu et al., 1982; Novitsky& Morita, 1976). Vibrio Spp bergerak
(motil) atas bantuan sebuah kutub flagellum yang terbungkus, satu atau lebih kutub sel.
Beberapa jenis juga membentuk flagella cabang samping tidak terbungkus, ketika media
mengakar padat. Flagella cabang samping berperan dalam pemasangan pada permukaan
(Belas and Colwell, 1982A; 1982B).
Serangan Vibrio vulnificus biasanya terjadi pada iklim hangat dan kecil, biasanya
mematikan, serangan terjadi secara teratur. Suatu serangan terjadi yang terbaru di New
Orleans setelah Angin topan Katrina dan beberapa kasus mematikan terjadi sepanjang tahun
di Florida. V. parahaemolyticus juga dihubungkan dengan Peristiwa Kanagawa, di mana jenis
yang diisolasi dari manusia (isolasi klinis) adalah terjadi hemolytic pada darah agar yang
disepuh, sedang bakteri yang diisolasi bersumber dari bukan manusia adalah non-hemolytic.
Banyak Vibrio juga zoonotic. Menyebabkan penyakit pada ikan dan shellfish, dan penyebab
umum kematian antar kehidupan laut domestik. Vibrio fischeri, Photobacterium
phosphoreum, dan Vibrio harveyi adalah jenis yang umum dimana tingkat keganasan yang
sering dibahas. Keduanya, V. fischeri dan Photobacterium phosphoreum bersimbiosa dengan
organisma laut yang lain seperti ubur-ubur, ikan, atau squid, dan menghasilkan cahaya
dengan biopendar melalui mekanisme kuorum yang dimilikinya. Vibrio harveyi adalah suatu
pathogen beberapa hewan air dan umumnya sebagai penyebab penyakit dengan gejala kulit
“berkilauan/bercahaya” (vibriosis) pada udang.

Vibrio Alginolyticus 6
Pada budidaya ikan kerapu masalah penyakit merupakan hal yang tidak bisa dihindari,
pemeliharaan larva secara intensif sangat berpeluang untuk terserang penyakit. Salah satu
jenis bakteri yang biasa menyerang baik pada pembenihan maupun pada budidaya ikan
kerapu adalah bakteri V. alginolyticus. Bakteri ini diketahui dapat mennyebabkan kematian
sehingga perlu dilakukan pencegahan, salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan tubuh
adalah dengan penggunaan imunostimulan yang dapat meningkatkan respon imun non
spesifik. 
Vibriosis adalah penyakit oppurtunistik dari tahap larva dari banyak moluska bivalve.
Itu juga dikenal menyerang pada tahap juvenil dari abalone, Holiostis rufescens. Bakteri
penyebab penyakit ini, anggota dari kelompok Vibrio, ada diseluruh perairan laut dimana
pembenihan dan budidaya dari moluska bivalve dilakukan. Penyakit ini disebabkan lebih
banyak oleh manajemen penyakit dimana penyakit dapat dikontrol dengan prosedur
hygienitas yang cocok dalam hatchery. Dalam kenyataannya, kehadiran penyakit
diindikasikan oleh tidak diikutinya prosedur yang telah ditetapkan tersebut. Penyakit ini
dilaporkan sejak permulaan dari perkembangan teknologi pembenihan. Banyak anggota dari
kelompok bakteri Vibrio tidak mempunyai indetifikasi yang spesifik. Satu atau lebih anggota
spesifik yang penting adalah sebagai organisme pathogen dari larva moluska bivalve.
Flagella.
Keunikan dari vibrio yang ditemukan pada awal, seperti V. cholerae mempunyai
kutub flagellum tunggal (monotrichous) dengan sarung pelindung. Beberapa jenis seperti V.
parahaemolyticus dan V. alginolyticus mempunyai kedua-duanya kutub flagellum tunggal
dengan sarung pelindung dan flagella tipis yang diproyeksikan di segala jurusan
(peritrichous), dan jenis lain seperti V. fischeri mempunyai berkas dari kutub flagella dengan
sarung pelindung (lophotrichous).
Tujuh jenis Vibrio yang berhubungan dengan penyakit pada ikan (Reed P. A and
Floyd R.F., 1994), yaitu :
 V. anguillarum (terisolasi paling umum dari ikan laut dan air payau)
 V. ordalli (suatu jenis yang tidak umum )
 V. anguillarum, (kadang-kadang dikenal sebagai Biotype 2)
 V. damsela (terisolasi dari ikan gadis)
 V. carchariae (terisolasi dari ikan hiu)
 V. vulnificus (dilaporkan pada ikan belut Jepang)
 V. alginolyticus (dilaporkan dari budidaya seabream di Israel). 

Vibrio Alginolyticus 7
CARA MENGIDENTIFIKASI INFEKSI VIBRIO
Diagnosa Penyakit Vibrio
Infeksi Vibrio dicurigai merupakan riwayat penyakit ikan tertentu yang diberi tanda
klinis, sesuai dengan hasil diagnosa tetapi tetap diperlukan isoalasi bakteri dan
identifikasinya. Jika tidak, ikan sakit harus dikirimkan ke laboratorium diagnostik penyakit
ikan untuk mengkonfirmasikan infeksi tersebut, mengidentifikasi jenis Vibrio, dan
melaksanakan perlakuan sensifitas zat antibiotik.
Untuk mengindentifikasi jenis vibrio yang menyerang maka bakteri yang diisolasi
tersebut dilakukan kultur, Vibrio spp menyukai darah yang dilengkapi dengan 3% garam,
media diperkaya dengan agar trypticase kedelai dengan 5% ovine darah cukup untuk awal
isolasi. Vibrio spp. dapat dibedakan dari bakteri berhubungan erat oleh kepekaan spesifiknya
terhadap Novobiocin 0/129 dan, dua agen vibriostatic tersedia. Di samping itu, yang unik
adalah "comma-shape" (bentuk koma) dari bakteri Vibrio, pengujian mikroskopik dari
jaringan yang terinfeksi tidak bisa menggunakan tempat kultur dan teknik isolasi. (Reed P. A
and Floyd R.F., 1994).
Vibriosis, seperti pathogen yang lain, masuk dalam unit pembenihan atau
pemeliharaan dengan 3 jalur utama : sumber air laut, calon induk dan stok pakan alami (alga).
Karena vibrios ada dimana-mana, pembasmian vibriosis tidak mungkin dan penyakit bukan
pertimbangan penting pada perpindahan geografis dari larva. Praktek budidaya yang baik jika
hewan sakit dari penyebab apapun larva tidak perlu dikirim, dijual, atau digunakan untuk stok
benih. 
Pada unit pembenihan dimana vibriosis dicurigai perlu dilakukan sampling bakteri
dan dikultur untuk mengetahui jenis bakteri vibrio yang menyerang organisme yang
dibudidayakan. Sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan secara lebih baik.
Vibrio alginoliticus menyerang ikan dan organisme lainnya dimulai dari bagian lendir
(mucus) yang diproduksi oleh tubuh, sebab lendir dapat menjadi media yang baik untuk
perkembangan koloni bakteri sebab terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh vibrio ini.

CARA PENULARAN VIBRIO


Jalur penyebaran infeksi vibrio yang tepat belum jelas, tetapi transmisi dicurigai lewat
mulut. Untuk mengisolasikan Vibrio spp. dari bagian tubuh yang berhubungan dengan usus
secara klinis dari ikan normal. Di bawah kondisi-kondisi tertentu, bakteri mungkin mampu
untuk memotong dinding usus, menghasilkan penyakit systemic. Pada saat serangan terjadi,

Vibrio Alginolyticus 8
banyaknya partikel yang cepat menyebar didalam lingkungan meningkat secara dramatis,
sehingga meningkatkan kesempatan vibrio yang menyebabkan ikan akan terinfeksi. (Reed P.
A and Floyd R.F., 1994)
Tanda Infeksi
Tanda vibriosis adalah serupa pada banyak penyakit bakterial ikan lainnya. Gejala
umumnya dimulai dengan kelesuan dan hilangnya selera makan. Penyakit vibriosis juga
ditandai dengan kulit menjadi buram (discolored), merah dan necrotic (mati), sakit seperti
melepuh dapat terlihat pada permukaan tubuh, adakalanya pecah pada permukaan kulit
menghasilkan luka terbuka. Bintik-bintik darah (Erythema) umum terjadi di sekitar sirip dan
mulut. Ketika penyakit menjadi systemic, dapat menyebabkan exopthalmia ("pop-eye"), dan
saluran usus dan dubur menjadi berdarah dan terisi dengan cairan. semua gejala ini dapat
disebabkan oleh penyakit bakterial lainnya, dan bukan hanya oleh Infeksi Vibrio. (Reed P. A
and Floyd R.F., 1994).
Gejala klinis setelah dilakukan uji tantang dengan V. alginolyticus ikan terlihat
kemerahan, terjadi peradangan, nekrosis dan ulser. Perlakuan dengan pemberian
immunostimulan proses penyembuhan ulser lebih cepat. Total Lekosit 23,1-36,3 x106;
Netrofil: 0,3-6,3%; Monosit : 25,0-27,0%; Limfosit: 58,3-67,7% dan Trombosit: 0,3-10,3%.
Fagositik indek: 5,5 – 9,3. Kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan Bakterin : 75,0 %. 

IKAN-IKAN YANG DISERANG


Infeksi Vibrio pada umumnya terjadi pada ikan dari lingkungan laut dan estuarine,
dan telah dilaporkan diseluruh dunia. Vibriosis juga dilaporkan pada ikan air tawar. Penyakit
ini dapat menyebabkan kematian massal (>= 50%) pada ikan dalam fasilitas budidaya ketika
suatu serangan sedang terjadi. Nama umum untuk infeksi Vibrio ikan meliputi "hama merah"
dari ikan belut, "furunculosis laut", "merah mendidih", dan "hama tombak". Infeksi Vibrio
dapat menyebar dengan cepat ketika ikan dipelihara dengan kepadatan tinggi, dan keadaan
sistem komersil yang tidak sehat dapat menjangkau 100% dipengaruhi oleh wadah. Penyakit
vibrio disebabkan oleh bakteri gram negatif dari keluarga Vibrionaceae. Kelompok bakteri ini
meliputi dua jenis utama yang dapat menjadi pathogens ikan penting. Jenis Aeromonas
meliputi beberapa jenis pathogens yang penting pada ikan air tawar, walaupun bakteri
tersebut adakalanya menyebabkan penyakit pada jenis ikan laut. Infeksi bakteri Aeromonas
pada jenis Vibrio adalah pathogens penting dari ikan air laut dan payau, walaupun juga
adakalanya dilaporkan menyerang pada jenis ikan air tawar.

Vibrio Alginolyticus 9
Sebanyak 50 Vibrio spp telah diuji untuk klasifikasi secara biokimia. Semua bakteri
ini telah diisolasi dari udang sehat dan larva udang sakit yang dipelihara di unit pembenihan.
Menurut Larsen dan Pedersen (1999), untuk diagnostik Jenis Vibrio, empat jenis Vibrio spp
telah dikenali seperti Vibrio Cholerae, Vibrio alginolyticus, Vibrio carchariae dan Vibrio
mimicus sebanyak 62% (31 jenis), 20% (10 jenis), 10% (5 jenis) dan 8% (4 jenis), secara
berturut-turut. 
Beberapa karakteristik dari bakteri ini yaitu, dua kelompok bakteri penyebab penyakit
serius pada tahap berbeda dari pertumbuhan budidaya udang yang mencakup Leucothrix sp
dan beberapa jenis Vibrio (Lavilla-Pitogo, 1995). Bakteri Vibrio adalah salah satu dari faktor
pathogenic, yang menyebabkan kematian tinggi antar jenis dari udang dan ikan laut yang
dibudidaya di Thailand (Ruangpan dan Kitao, 1991). Vibriosis, penyakit yang menyebabkan
kerugian serius pada usaha pembenihan udang. Larval udang sangat sensitif pada Vibrio
harveyi, yang menyebabkan gejala luminescent dari penyakit bakterial (Lavilla-Pitogo et al.
1990). Penyakit ini diketahui sebagai masalah utama di Phillipines, menyebabkan hilangnya
juvenil udang di beberapa hatcheries (Lavilla-Pitogo et al. 1992). Pada beberapa tahun
terakhir, penyakit udang yang ditemukan di Vietnam yaitu vibriosis telah menyerang pada
larva dan broodstock udang (Tho dan Khang, 1990). Secara umum, penyakit bacterial udang
belum banyak diteliti secara mendalam di Vietnam. Sebanyak 50 jenis yang diisolasi, terdiri
dari Vibrio spp yang bersifat gram negatif, oxidase-positive, glucose-fermenting dan
berkembangbiak pada Medium Vibrio seperti TCBS agar. Vibrios yang diisolasi dari kulit
artemia yang dibudidayakan yang sakit dan sehat dari larva udang air tawar (M. rosenbergii). 
Suatu Vibrio baru, sangat pathogenic menginfeksi ikan laut air dingin (yaitu ikan
salem) yang disebabkan oleh V. salmonicida dan dikenal sebagai " vibrio air dingin " atau
penyakit " hitra". Jenis Vibrio juga diketahui menyebabkan penyakit pada manusia, paling
sering terjadi jika mengkonsumsi shellfish (kerang) yang terinfeksi. Penyakit paling serius
terjadi pada umumnya individu yang mempunyai sistem immune yang lemah, seperti
individu yang mempunyai penyakit hati atau mempunyai syndrom kekurangan kekebalan.
Memakai sarung tangan selagi pengobatan ikan sakit, dan mencuci tangan secara menyeluruh
dengan sabun bactericidal setelah kontak dengan ikan yang terinfeksi adalah hal yang harus
diperhatikan. (Reed P. A and Floyd R.F., 1994)
Vibriosis dapat terjadi pada situasi pembenihan laut karena bakteri penyebab ada
dimana-mana. Memungkinkan semua spesies menjadi subjek dari serangan penyakit,
walaupun beberapa mungkin lebih peka dibanding yang lainnya. Sebagai contoh, penyakit
yang diamati pada American Oyster. Crassostrea virginica, dibandingkan dengan Pasific

Vibrio Alginolyticus 10
oyster, Crassostrea gigas. Penyakit pada abalone merah disebabkan oleh Vibrio alginoliticus,
satu dari yang paling umum dan bakteri yang menyebar luas pada lingkungan perairan laut.

KAPAN DAN TINGKAT PATOGENITAS


Vibriosis adalah salah satu penyakit paling utama pada budidaya ikan dan shellfish
laut, berbagai jenis vibrio telah didokumentasikan menjadi penyebab sebagian besar kematian
pada budidaya penaeids di Taiwan. Sindrom bintik putih (White Spot Syndrome) pada kulit
punggung Udang Windu (Penaeus monodon) adalah gejala yang utama dalam serangan
terbaru. (Kuo-Kau Lee, et all, 1996).
Pada manajemen pembenihan yang baik tidak akan ada kematian dari larva bivalve
pada penyakit dibawah keadaan yang umum. Serangan dapat terjadi dengan secara tidak
terduga. Peningkatan produksi pembenihan dari American oyster, mengalami penurunan
produksi benih dari 60 juta menjadi 20 juta oyster yang diakibatkan oleh vibriosis. Penyakit
ini berhubungan dengan suhu (temperature) yang hangat dan secara khas hanya menjadi
masalah pada bulan yang lebih hangat setiap tahunnya.
a. Diagnosis
Vibriosis mungkin dicurigai menyerang larva yang tumbuh secara lambat, batch larva
yang gagal dibudidaya atau larva yang tidak terbentuk. Untuk konfirmasi diagnosis harus
dibuat dengan kultur bakteri penyebab dan pengujian dari jaringan dari larva sakit. Dapat
dilakukan deteksi vibriosis pada hatchery dan mengeliminasi dari dampak penyakit.
b. Penyakit Vibriosis
Menyerang benih (fingerlings), juvenil dan ikan dewasa; serangan terjadi April atau
Oktober ketika temperatur air berkisar 24-26oC. Gejala ditandai oleh exophthalmia; rosacea
dan luka pada dasar sirip dada; hemorrhagic gonads. Agen penyebab : Vibrio alginolyticus
Perawatan: administrasi flumequine oral, asam oxolinic atau fluromphenicol (Eduardo M.
Leaño, et all, 2008).
c. Penyakit Bakterial Enteritis (radang usus disertai memar) 
Menyerang ikan cobia ditekankan selama kondisi permukaan air rendah dengan
temperature.
Vibrio alginolyticus dapat diisolasi dari sejenis sampel laut. Dalam laporan ini, hasil
pemeriksaan dari 567 V. alginolyticus dan strain V. parahaemolyticus, terisolasi dari air laut
di Teluk Jakarta dan dari lebih dari 30 jenis makanan laut dari pasar di Jakarta, Indonesia,
disajikan. Kebanyakan isolat dari mackerel, udang, atau cumi-cumi. analisis taksonomi
numerik bergerombol 337 isolat dan tiga referensi strain V. alginolyticus di S lebih besar dari

Vibrio Alginolyticus 11
atau sama dengan 80%. Strain ini menghasilkan asam dari sukrosa, tetapi hanya sekitar 80%
diproduksi acetoin atau tumbuh di hadapan 10% NaCl. Frekuensi terjadinya V. alginolyticus
dalam sampel air laut berkisar antara 0% (pada bulan Februari dan Maret 1972) menjadi
100% (pada bulan September dan Desember 1972) dan sampel makanan laut tertinggi di
bulan Agustus sampai Desember 1972. Sebuah cluster kedua dari 230 isolat dan strain
referensi tujuh V. parahaemolyticus teramati di S lebih besar dari atau sama dengan 82%.
Strain ini tidak menghasilkan acetoin atau asam dari sukrosa, dan sekitar 20% tumbuh di
hadapan 10% NaCl. V. parahaemolyticus terdeteksi pada sampel air laut setiap bulan, dengan
frekuensi kejadian tertinggi (83,3%) pada bulan Mei 1972. Dua puluh sembilan K serotipe
antigen yang ditunjukkan dalam isolat V. parahaemolyticus, dan 40% lainnya adalah
untypable. Pola resistensi modal antibiotik untuk setiap spesies yang termasuk lima obat.
Hanya 12% dari strain V. parahaemolyticus adalah Kanagawa positif, dan 10% menimbulkan
akumulasi cairan dalam loop ileum kelinci diligasi. Semua 7 strain V. alginolyticus dan 94
(70%) dari strain V. parahaemolyticus diuji membunuh tikus bila diinokulasi secara
intraperitoneal.
Infeksi Vibrio - Vibrio alginolyticus: Suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang disebut Vibrio alginolyticus. Bakteri ini cenderung menyebabkan infeksi telinga
dan luka.

Vibrio Alginolyticus 12

Anda mungkin juga menyukai