Anda di halaman 1dari 1

Sejarah Air Kelebutan di Desa Sidetapa

Air kelebutan yang sering disebut dengan kayon kajo berada di desa Sidetapa, Kecamatan
Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Selain kayon kajo, air kelebutan ini memiliki
nama lain yaitu, kayon kedokan. Menurut cerita mitologi dari turun-temurun dari para orang
tua dulu yang berada di desa Sidetapa hampir 1000 tahun yang lalu sejalan dengan
berdirinya air kelebutan tersebut. Air kelebutan itu didirikan oleh orang suci (brahmana)
ataupun seorang yogi yang bergelar pendeta Budha, dimana di air kelebutan tersebut
diberikan tempat khusus kepada masyarakat desa Sidetapa untuk hal-hal penyucian
terutama dalam proses kematian. Seperti yang kita ketahui setiap umat Hindu di Bali apabila
melakukan penyucian terhadap roh orang yang sudah meninggal itu biasanya mencari tirta
penglukatan (pembersihan diri) itu di griya (pura) beda halnya dengan orang Sidetapa
karena desa Sidetapa ini merupakan desa kuno yang berdirinya kurang lebih tahun 785
saka atau setara dengan 863 Masehi dapat dikategorikan desa tua. Dari panugrahan untuk
keputusan yang diberikan oleh pendeta Budha itu, dimana setiap orang Sidetapa yang
meninggal tidak perlu lagi keluar desa untuk mencari tirta untuk melukat (menyucikan)
mayat cukup hanya dengan memohon menggunakan sarana uang keteng dengan base
tampil. Hal ini diyakini dan masih diutamakan secara kuat oleh masyarakat Sidetapa dari
dulu hingga saat ini dan air kelebutan (kayoan kajo) itu mempunyai andil yang sangat
penting bagi eksistensi atau keberadaan krama desa yang ada di Sidetapa terutama dalam
hal proses kematian atau pengabenan versi Desa Sidetapa.

Adapun syarat-syarat pengambilan air kelebutan tersebut yaitu:

1. Diambil oleh 2 orang gadis yang tidak mengalami menstruasi maupun halangan
lainnya. Biasanya 2 orang gadis diharuskan membawa jun (gentong yang dibuat dari
tanah liat) dengan sarana pale kesan berupa gantal yang terdiri dari uang keteng (uang
bolong)

2. Harus menggunakan bahasa yang sederhana dalam artian kita harus sopan ketika
berada di sana.

3. Air dalam kayoan kajo atau air kelebutan tersebut berlaku hanya untuk krama desa
Sidetapa. Dalam konteks seharian jika ada orang yang ingin mengambil air untuk
kepentingan rumah tangga itu diperbolehkan namun dalam konteks sakral air tersebut
hanya digunakan untuk penglukatan atau penyucian.

Anda mungkin juga menyukai