Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rodiyah

Nim : 855760142
Kelas : 2H
Mata : Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan
kuliah Khusus
Tutor : Rezky Graha Pratiwi, S.Psi, M. Psi

TUGAS TUTORIAL 3

1. Jelaskan dampak tunadaksa terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional, dan


fisik/kesehatan !
Jawab :
Dampak Tunadaksa adalah sebagai berikut :
a. Dampak Aspek Akademik
Pada umumnya tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada
system otot dan rangka adalah normal, sehingga dapat mengikuti pelajaran sama
dengan anak normal, sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada
system celebral, tingkat kecerdasannya berentang mulai dari tingkat sangat rendah
sampai tingkat sangat tinggi.
Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak celebral palsy juga mengalami
kelainan persepsi, kognisi, dan simbiolisasi. Kelainan persepsi terjadi karena saraf
penghubung dan jaringan saraf ke otak mengalami kerusakan sehingga proses
persepsi yang dimulai dari stimulus maka akan diteruskan ke otak oleh saraf sensoris,
kemudian ke otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta menganalisis)
mengalami gangguan. Kemampuan kognisi terbatas karena adanya kerusakan otak
sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan,
dan bahasa, serta akhirnya anak tersebut tidak dapat mengadakan interaksi dengan
lingkungannya yang terjadi terus menerus melalui persepsi dengan menggunakan
media sensori (indra). Gangguan pada simbolisasi disebabkan oleh adanya kesulitan
dalam menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat. Kelainan yang kompleks ini
akan mempengaruhi prestasi akademiknya.
b. Dampak Sosial/Emosional
Dampak sosial/emosional anak tunadaksa bermula dari konsep diri anak yang merasa
dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan
mereka malas belajar, bermain dan perilaku salah suai lainnya. Kehadiran anak cacat
yang tidak diterima oleh orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak
perkembangan pribadi anak. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak
tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah
tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri,
dan frustrasi. Problem emosi seperti itu, banyak ditemukan pada anak tunadaksa
dengan gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka tidak
memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya.
c. Dampak Fisik/Kesehatan
Dampak fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh
adalah kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya
daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain. Kelainan tambahan itu
banyak ditemukan pada anak tunadaksa sistem cerebral. Gangguan bicara disebabkan
oleh kelainan motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang
sehingga mengganggu pembentukan artikulasi yang benar. Akibatnya, bicaranya tidak
dapat dipahami orang lain dan diucapkan dengan susah payah. Mereka juga
mengalami aphasia sensoris, artinya ketidakmampuan bicara karena organ reseptor
anak terganggu fungsinya, dan aphasia motorik, yaitu mampu menangkap informasi
dari lingkungan sekitarnya melalui indra pendengaran, tetapi tidak dapat
mengemukakannya lagi secara lisan

2. Sebutkan empat kebutuhan khusus anak tunadaksa, serta berikan masing-masing


contohnya ?
Jawab :
Kebutuhan khusus anak tunadaksa
1) Kebutuhan dan keluasaan gerak dan memosisikan diri
Kesulitan gerak dari tingkat ringan sampai berat membutuhkan alat-alat khusus untuk
bergerak contohnya kursi roda, alat penopang, tongkat. Semua itu tentu membutuhkan
ruangan yang luas dengan lantai yang landai agar memudahkan mereka
mengeksplorasi ruangan.
2) Kebutuhan komunikasi
Kemampun berkomunikasi anak tunadaksa sangat beragam, yakni ada yang lahir
dalam berkomunikasi, membaca, berhitung dan menulis. Tetapi ada juga diantara
mereka yang mengalami kesulitan dalam hal terutama bagi mereka yang tergolong
celeberal palsy. Mereka yang tergolong berat kemungkinan tidak mampu
menggunakan kepala dan mata yang dibutuhkan dalam membaca dan menulis. Oleh
karena itu dapat dibantu dengan alat komunikasi khusus, contohnya disediakan papan
komunikasi sehingga siswa dapat menunjukan gambar sesuai dengan kata yang
dsiebutkan guru
3) Kebutuhan keterampilan memelihara diri
Anak-anak berkelainan fisik membutuhkan latihan dan bantuan dalam melakukan
kegiatan bina diri seperti merawat diri(kegiatan makan-minum, kebersihan badan,
yaitu mandi, sikat gigi dan lain-lain); mengurus diri (berpakaian dan berhias);
menolong diri (mengendalikan dan menghindari benda tajam, obat berbahaya, dan
binatang buas); komunikasi (menyampaikan keinginan, mengerti pesan orang lain);
adaptasi lingkungan (penggunaan puskesmas, telpon dan lain-lain) dan okupasi
(kesibukan dirumah). Anak tunadaksa yang berat keinginannya tentu saja akan
mengalami kesulitan dalam melakukan hal-hal tersebut, contohnya diperlukan alat-
alat yang dimodifikasi seperti pegangan cangkir dapat diperbesar sehingga anak dapat
memegangnya, begitu pula sendok dan garpu pegangannya dapat diperbesar dan berat
sehingga anak dapat menggunakan. Anak-anak yang tidak mampu mengendalikan
kandung kemih dapat dipasangkan kantong yang dilekatkan pada lubang dengan
operasi di perut bagian bawah.
4) Kebutuhan psikososial
Seseorang yang telah beranjak dewasa yang mengalami kelainan fisik, banyak
mengalami tidak percaya diri dan harga diri, sehingga mengakibatkan keterbatasan
dalam bergaul. Begitu pula dilingkungan masyarakat, masyarakat menganggap
mereka ini tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu dan dianggap
sebagai beban masyarakat dan lingkungannya. Contohnya banyak sekali anak yang
mengalami kelainan fisik diasingkan dilingkungannya dan hanya menjadi bahan
cemooh orang lain dilingkungannya.

3. Sebutkan dan jelaskan model pendekatan kepada anak tunalaras yang anda ketahui ?
Jawab :
Sehubungan dengan model yang digunakan dalam memberikan layanan kepada anak
tunalaras Berikut ini jenis-jenis model pendekatan yang saya ketahui menurut Kauffman
(1985) sebagai berikut.
a. Model biogenetic
Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh
kecacatan genetik atau biokimiawi sehingga penyembuhannya ditekankan pada
pengobatan, diet, olahraga, operasi, atau mengubah lingkungan.
b. Model behavioral (tingkah laku)
Model ini mempunyai asumsi bahwa gangguan emosi merupakan indikasi
ketidakmampuan menyesuaikan diri yang terbentuk, bertahan, dan mungkin
berkembang karena berinteraksi dengan lingkungan, baik di sekolah maupun di
rumah. Oleh karena itu, penanganannya tidak hanya ditujukan kepada anak, tetapi
pada lingkungan tempat anak belajar dan tinggal.
c. Model psikodinamika
Model ini berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang atau gangguan emosi
disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses perkembangan
kepribadian karena berbagai faktor sehingga kemampuan yang diharapkan sesuai
dengan usianya terganggu. Ada juga yang mengatakan adanya konflik batin yang
tidak teratasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi gangguan perilaku itu dapat diadakan
pengajaran psikoedukasional, yaitu menggabungkan usaha membantu anak dalam
mengekspresikan dan mengendalikan perasaannya.
d. Model ekologis Model ini menganggap bahwa kehidupan ini terjadi karena adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Gangguan perilaku terjadi karena
adanya disfungsi antara anak dengan lingkungannya. Oleh karena itu, model ini
menghendaki dalam memperbaiki problem perilaku agar mengupayakan interaksi
yang baik antara anak tentang lingkungannya, misalnya dengan mengubah persepsi
orang dewasa tentang anak atau memodifikasi persepsi anak dengan lingkungannya.
Rhoden (1967) menyatakan bahwa masalah perilaku adalah akibat interaksi destruktif
antara anak dengan lingkungannya (keluarga, teman sebaya, guru, dan subkelompok
kebudayaannya).

4. Sebutkan faktor-faktor timbulnya kesulitan belajar yang anda ketahui ?


Jawab :
Penyebab kesulitan belajar
Anak berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat kesulitan belajar bukan
karena kelainan yang dideritanya. Anak-anak ini pada umumnya mempunyai tingkat
kecerdasan yang normal, namun tidak mampu mencapai prestasi yang seharusnya karena
mendapat kesulitan belajar. Oleh karena itu, Anda pasti dapat memahami bahwa anak-
anak ini tidak mudah diidentifikasi dan paling banyak terdapat di antara anak-anak yang
bersekolah di sekolah biasa.
Hallahan dan Kauffirman (1991 : 127-128) mengemukakan tiga faktor penyebab
kesulitan belajar, yaitu :
1. Faktor Organis/Biologis
2. Faktor Genetis
3. Faktor Lingkungan
Namun faktor lingkungan ini merupakan faktor sekunder, yang memperberat
kesulitan belajar. Disfungsi system saraf pusat dapat disebabkan oleh cedera otak
pada masa perkembangan, ketidakseimbangan zat-zat kimiawi di dalam otak,
gangguan perkembangan saraf, dan kelambatan proses perkembangan individu.

Anda mungkin juga menyukai