Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
DISUSUN OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan HIV-AIDS” guna memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita keluar dari
zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut adil
dalam pembuatan makalah ini. kami menyadari penuh bahwa makalah ini jauh
dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan
untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
A. Pengertian HIV/AIDS..................................................................4
B. Etiologi HIV/AIDS......................................................................5
C. Patofisiologi HIV/AIDS..............................................................5
D. Epidemiologi HIV/AIDS.............................................................6
E. Tanda dan Gejala HIV/AIDS.......................................................7
F. Faktor Risiko Infeksi Menular Seksual ......................................7
G. Penularan HIV/AIDS...................................................................8
H. Penularan Napza .........................................................................9
I. Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Napza pada Remaja...
...................................................................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................15
A. Simpulan....................................................................................15
B. Saran..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
reduction berperan untuk mmfasilitasi jumlah pengguna napza yang
terlanjur banyak agar berperilaku sehat dan terhindari dari penularan
infeksi HIV, dengan mempromosikan alat suntik steril yang diberikan
langsung oleh LSM atau diambil di Puskesmas. Alhasil, prevalensi HIV di
kalangan penasun berhasil ditekan sampai 20 persen (Robbins, 2011).
Dapat dibilang, intervensi HIV di kalangan penasun. Namun, arah
penanggulangan HIV di Indonesia mulai berubah. Angka penularan HIV
melalui transmisi seksual meningkat tajam, menyebabkan fokus respon
beralih ke populasi beresiko lain seperti pekerja seks atau lelaki-seks-
dengan-lelaki. Jumlah dukungan terhadap program pengurangan dampak
buruk menurun drastis, ditambah dengan banyaknya MPI yang
menyelesaikan periode dukungan dana di Indonesia. Hal ini mengggugah
Pusat Penelitian HIV&AIDS Atma Jaya (PPH) untuk melihat lebih jauh
kesiapan sistem dan mekanisme lokal untuk mendukung program LASS
bagi penasun (Sumiati, 2019).
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa penegertian HIV/AIDS ?
2. Jelaskan etiologi HIV/AIDS ?
3. Jelaskan patofisiologi HIV/AIDS ?
4. Jelaskan epidemiologi HIV/AIDS ?
5. Apa tanda dan gejala HIV/AIDS?
6. Apa Faktor risiko infeksi menular seksual?
7. Bagaimana Penularan HIV/AIDS?
8. Bagaimana Penularan Napza?
9. Bagaimana Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Napza
pada Remaja?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Agar mengetahui etiologi HIV/AIDS.
3. Agar mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
4. Agar mengetahui epidemiologi HIV/AIDS.
5. Agar mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS.
6. Agar mengetahui faktor resiko infeksi menular seksual.
7. Agar mengetahui penularan HIV/AIDS.
8. Agar mengetahui penularan Napza.
9. Agar mengetahui cara pencegahan penularan HIV/AIDS dengan
Napza pada remaja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan
retrovirus yang menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia
dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Sebagian besar
orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada
gejala yang muncul setelah terjadi infeksi, seseorang yang
terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada
orang lain. Satu - satunya cara untuk mengetahui apakah virus HIV
ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Acquired Immune Deficiency
Syndrome atau dikenal dengan singkatan AIDS adalah gambaran
sebuah sindrom dengan berbagai gejala dan infeksi yang terkait
dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS sendiri
disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Kementerian Kesehatan
RI, 2014) . HIV merupakan virus yang menyebabkan penyakit
AIDS yang termasuk dalam retrovirus yang sangat mudah
mengalami mutasi sehingga tidak mudah untuk menemukan obat
yang bisa mematikan virus tersebut. Daya penularan pengidap HIV
tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darahnya,
semakin tinggi atau semakin banyak virus dalam darahnya maka
semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga
semakin parah (Katiandagho, 2015).
4
manisfestasi stadium akhir HIV ( Katiandagho, 2015 ).
B. Etiologi
Menurut Kemenkes RI (2014) Penyakit AIDS disebabkan
oleh Human Immunodeficiency Virus HIV yang menginfeksi
sistem kekebalan tubuh manusia dan bekerja dengan cara merusak
sel darah putih sehingga terjadinya penurunan fungsi pada sistem
kekebalan tubuh seseorang. Menurut Robbins SL (2011) di dalam
tubuh , virus HIV memiliki kecenderungan untuk berikatan
dengan sel CD4 , dimana sel itu berpengaruh besar terhadap
sistem kekebalan tubuh. Virus HIV merupakan sejenis retrovirus,
yang memiliki 2 tipe yakni HIV- 1 (tipe 1) dan HIV-2 (tipe 2).
Secara serologis dan geografis kedua virus ini relatif berbeda
namun memiliki ciri epidemiologis yang sama. HIV-2 memiliki
patogenesitas lebih rendah dari HIV-1 (Kunoli, 2012).
Tipe virus HIV-2 ditemukan dan diisolasi, pada tahun 1986,
dari pengidap AIDS di wilayah Afrika Selatan. Gejala-gejala
infeksi virus HIV-2 mirip dengan gejala – gejala klinis virus HIV-
1, ini diakibatkan transmisi virus HIV-2 serupa dengan transvisi
virus HIV-1. Namun perjalanan menjadi AIDS pada penderita
yang terinfeksi virus HIV-2 dinyatakan lebih lambat dan lebih
ringan dibanding penderita yang terinfeksi virus HIV-1
(Katiandagho, 2015).
C. Patofisiologi
Menurut Robbins (2011) perjalanan HIV paling baik
dipahami dengan menggunakan kaidah saling mempengaruhi
antara HIV dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang
mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan penjamu, fase
akut pada tahap awal, fase kronis pada tahap menengah dan fase
kritis pada tahap akhir. Fase akut menggambarkan respon awal
5
seseorang dewasa yang imunokompeten terhadap infeksi HIV.
fase ini ditandai dengan gejala non-spesifik yaitu nyeri
tenggorokan, demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis
aseptik. Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukan tahap
penahanan relatif virus. Pada fase ini, sebagaian besar sistem imun
masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun.
Tahap akhir, fase kritis, ditandai dengan kehancuran pertahanan
penjamu yang sangat merugikan viremia yang nyata, serta penyakit
klinis.
D. Epidemiologi
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
(K.P.A.N.) tahun 2015, di Indonesia, rate penderita infeksi HIV yang
dilaporkan adalah 12 per 100.000 populasi. Kelompok umur 25-49 tahun
memiliki persentase infeksi HIV tertinggi yaitu 70,4%. Selanjutnya
pada kelompok umur 20 – 24 tahun (15,9%), dan kelompok umur >50
tahun (6,5%). Berbeda dengan tahun 2017, persentase kasus baru HIV
positif tertinggi pertama yaitu pada kelompok umur 25-49 tahun
(69,3%), kemudian tertinggi kedua 20-24 tahun (17,1%), dan tertinggi
ketiga pada diatas 50 tahun (7,3%). Persentase kasus baru AIDS
menurut kelompok umur yang tertinggi pertama adalah pada 30-39
tahun (35,5%), kemudian tertinggi kedua pada 20-29 tahun (30,5%), dan
tertinggi ketiga pada 40-49 tahun (17,6%) (Kemenkes, 2018). Menurut
WHO pada akhir tahun 2018 secara global ada sekitar 37,9 juta orang
yang hidup dengan HIV, dimana 95,5% diantaranya adalah orang
dewasa dan 4,5% nya adalah anak – anak (Kementrian kesehatan RI,
2015).
Kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di Bali
pada tahun 1987 dan diperkirakan kasus HIV kini sudah menyebar di
407 kabupaten / kota atau sekitar 80% dari seluruh kabupaten / kota di
Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Kasus HIV yang
6
dilaporkan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga
2017. Pada tahun 2016 kasus HIV meningkat sebesar 24,95% dari kasus
HIV tahun 2015, dan pada tahun 2017 meningkat kembali sebesar
14,59% dari kasus HIV tahun 2016, kasus tahun 2018 dilaporkan ada
sebanyak 46.659 kasus HIV positif di Indonesia (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
7
b. Berganti-ganti pasangan seksual.
c. Berhubungan seksual pada usia dini.
d. Penggunaan obat-obat terlarang.
G. Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV/AIDS menurut Mandal (2014) dibagi menjadi
berikut:
1. Media penularan HIV/AIDS
8
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh
dari individu yang terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani
dan cairan vagina. Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak
sehari-hari biasa seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan,
atau berbagi benda pribadi, makanan atau air.
H. Penularan NAPZA
Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang
mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN
dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia menunjukkan data
9
sebagai berikut. Dari total populasi sejumlah 3,2 juta orang, jumlah
penyalah guna sebesar 1,5%, dengan kisaran 2,9 sampai 3,6 juta,
terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31 persen kelompok
pecandu. Dari kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja
(71%), shabu (50%), ekstasi (42%), penenang (22%). Singkatnya,
untuk kasus Indonesia tingkat angka kematian di kalangan pecandu
adalah 1,5 per tahun yaitui 5 ribu orang per tahun (BNN dan Puslitkes
UI, 2004 ). Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) biasanya dimulai dengan pemakaian yang pertama
kalinya pada saat usia SD atau SMP karena tawaran, bujukan, atau
tekanan dari seseorang maupun kawan sebaya. Dari pemakaian
sekali, kemudian beberapa kali dan akhimya menjadi ketergantungan
terhadap zat yang digunakan. Dampak yang ditimbulkan tergantung
pada jenis NAPZA yang digunakan dan cara menggunakannya, dapat
terjadi berbagai masalah medis seperti infeksi Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV/ AIDS), hepatitis C atau B, kecemasan, depresi, dan psikosis.
Pada beberapa tahun terakhir, angka penderita HIV/AIDS di Jawa
Tengah meningkat sangat fantastis. Pada tahun 2000 hanya
ditemukan 14 kasus, tapi tahun 2009 sudah menjadi 2290 penderita.
Faktor risiko utama penyebab penyakit ini adalah akibat hubungan
seksual dan Pengguna Napza Suntik atau Penasun.. Diperkirakan ke
depan, Penasun akan menjadi faktor risiko utama menggeser
hubungan seksual. Penasun atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah Injection Drug User's (IDU's) menjadi salah satu faktor risiko
utama penularan HIV AIDS pada beberapa tahun terakhir. Ditingkat
nasional faktor penyebab HIV AIDS pada kelompok ini sudah
mencapai angka 42% sedangkan di Jawa Tengah tercatat 21%. Di
beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan dan Surabaya bahkan
telah menggeser hubungan seksual sebagai penyebab nornor satu
dengan angka prevalensi sebesar 56%. Hal ini semakin membuktikan
10
bahwa penularan HIV AIDS melalui penggunaan jarum suntik
NAPZA akan menjadi penular utama dan mungkin hal tersebut akan
terus menjadi pola penularan utama. Survei perilaku penasun yang
dilakukan pada tahun 2011, menunjukkan bahwa para penasun
menggunakan jarum suntik secara bersama-sama dengan
menggunakan jarum suntik bekas dan tidak steril. Seperti diketahui
bahwa salah satu penularan HIV AIDS dapat terjadi karena
penggunaan jarum suntik bekas yang tidak steril. Jarum suntik bekas
dari pengguna NAPZA yang menderita penyakit HIV AIDS dapat
menularkan kepada penasun yang lain. Karena virus di dalam darah
penasun yang terinfeksi, dapat bertahan di dalam jarum suntik selama
4 minggu (Kemenkes RI, 2013).
WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm
Reduction atau pengurangan dampak buruk . WHO menggunakan
istilah ini untuk kegiatan yang dilakukan yang bertujuan untuk
mengurangi dampak buruk akibat penggunaan jarum suntik di
kalangan penasun. Program ini tidak hanya untuk mengurangi
dampak buruk akibat tertular HIV/AIDS, tetapi juga penyakit lain
yang ditularkan melalui penggunaan jarum suntik. Ada 12 kegiatan
yang termasuk dalarn program ini, salah satunya yang sedang
dikembangkan pelayanannya oleh pemerintah Indonesia di
Puskesmas dan Rumah Sakit, adalah Program Terapi Rumatan
Metadon (PTRM). Program ini adalah program yang memberikan
layanan rumatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada penasun,
yaitu dengan menyediakan dan memberikan metadon (sebagai obat
legal) yang dikonsumsi secara oral (dengan cara diminum), sebagai
pengganti NAPZA (obat ilegal) yang biasanya dikonsumsi dengan
cara menyuntikkan ke tubuh. Program ini merupakan program
pemeliharaan jangka panjang yang dapat diberikan hingga 2 tahun
atau lebih. Metadon sendiri adalah heroin sintetik. Ditemukan
pertama kali di Jerman pada tahun 1937. Secara kimiawi metadon
11
tidak sama dengan heroin dan morpin, namun menimbulkan efek
yang sama dengan kedua zat tersebut. Didalam tubuh, metadon dapat
menstabilkan kondisi pengguna NAPZA dari sindrom ketergantungan
obat-obatan, sehingga digunakan dalam pengobatan dan rumatan
terhadap penasun yang menyuntikkan napza golongan opiodis seperti
heron dan morpin tersebut (WHO, 2018).
12
bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi kritis
(sakaw).
13
penyuluhan tentang apa yang kurang mereka pahami dari penjelasan
yang sudah dijelaskan oleh teman sebayanya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
1. Institusi pendidikan.
Diharapkan kepada pihak universitas agar dapat berkolaborasi
dengan pihak Puskesmas dalam kesehatan dan LSM yang bergerak
di bidang HIV/AIDS untuk menjalankan kegiatan PKPR
(Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja) serta bekerja sama dengan
tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam membina dan membentuk
perilaku remaja kearah yang lebih baik.
15
Agar mencapai remaja Indonesia harus tumbuh secara positif
dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan dari telibatnya
kenakalan remaja. Inilah tantangan yang kita hadapi sebagai orang
tua. Sudah sedemikian lama fenomena kenakalan remaja dibiarkan
begitu saja, seolah hanya di tangani dengan asal-asalan. Dengan
permasalahan remaja yang terkena HIV/AIDS dikalangan
masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang tidak
terpantau, dengan sebab itu berharap dengan adanya pengawasan
dari orang yang bertanggung jawab Semoga makalah sederhana ini
dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan diharapkan makalah ini
dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama yang berkaitan dengan
upaya pencegahan HIV/AIDS.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian kesehatan RI. (2015). Laporan situasi perkembangan HIV & AIDS di
indonesia Triwulan III. Jakarta: KPAP
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Provinsi NTT 2017. Jakarta:
Sekretaris Jenderal
Mandal,ibhatK.,Wilkins,EdmundG.L.,Dunbar,Edward M.,MayonWhite,Richard
T.Lecture Notes.(2014) : Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga
Robbins SL, Kumar V, Cotran RS. Buku Ajar Patologi. (2011), Vol. 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
17
Yusuf Y. Marini R. (2018). Penanggulangan HIV dan Narkoba Dengan
Permainan Aika. Jakarta: Jurnal SOLMA,07(1), 65-75
18