Screenshot 2021-11-04 at 08.31.41
Screenshot 2021-11-04 at 08.31.41
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Predikat Ahli Madya Gizi
OLEH:
NOR RIZNI MALINDA
NIM P07131118147
@ 2021
Hak Cipta ada pada penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir berjudul Gambaran Pengetahuan, Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan Asupan Serat Pada Wanita Dengan Hipertensi (Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah) telah disetujui untuk
diajukan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banjarmasin.
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir berjudul Gambaran Pengetahuan, Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan Asupan Serat Pada Wanita Dengan Hipertensi (Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah) telah dipertahankan di
depan Tim Penguji Tugas Akhir dalam rangka memperoleh predikat Ahli Madya
Gizi.
Banjarbaru, Mei 2021
Pembimbing I, Pembimbing II,
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
3. Rusmini Yanti, SKM., MS. selaku Ketua Prodi DIII Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin sekaligus sebagai ketua penguji.
6. Seluruh dosen dan staf Jurusan Gizi yang telah memberikan dorongan dan
saran-saran untuk kelancaran tugas akhir ini.
7. Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan seluruh Petugas beserta
Staff yang telah memberikan data pendukung penelitian serta pemberian izin
penelitian.
8. Kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat, do’a restu, serta
motivasi selama penulisan tugas akhir ini.
9. Kedua saudara beserta keponakan saya yang sudah memberikan semangat dan
do’a selama penulisan tugas akhir ini.
10. Teman-teman dekat saya Thasya Nadia Asari, Habibah, dan Muhammad
Aldi Rahman yang selalu memberi dukungan dan motivasi selama penulisan
dan penyusunan tugas akhir ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HAK CIPTA
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
1. Tujuan Umum 7
2. Tujuan Khusus 7
D. Manfaat Penelitian 7
1. Bagi Peneliti 7
2. Bagi Puskesmas Pagat dan Petugas Kesehatan 7
3. Bagi Masyarakat 8
E. Keaslian Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Wanita Dewasa 10
1. Wanita Dewasa Awal 10
2. Wanita Dewasa Madya 11
3. Wanita Dewasa Usia Lanjut 12
B. Konsep Hipertensi 13
1. Definisi 1 3
2. Klasifikasi 1 3
3. Etiologi 1 4
4. Faktor Resiko Hipertensi 17
5. Manifestasi Klasifikasi Hipertensi 24
6. Penatalaksanaan Hipertensi 25
C. Pengetahuan 2 6
D. Indeks Massa Tubuh (IMT) 28
1. Definisi IMT 2 8
2. Rumus IMT 2 8
3. Kategori IMT 2 9
4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Indeks Massa
Tubuh 29
5. Kaitan IMT dengan Hipertensi 31
E. Asupan Serat 32
1. Pengertian Serat 32
2. Jenis-jenis dan Sumber Serat 32
3. Kaitan Asupan Serat dengan Hipertensi 33
F. Kerangka Teori 3 5
G. Kerangka Konsep 3 6
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 37
B. Desain/Rancangan Penelitian 37
C. Tempat dan Waktu 37
1. Tempat Penelitian 37
2. Waktu Penelitian 37
D. Populasi dan Sampel 38
1. Populasi 3 8
2. Sampel 3 8
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 38
1. Variabel Penelitian 3 8
2. Definisi Operasional 3 9
F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 40
1. Jenis Data 4 0
2. Cara Pengumpulan Data 4 0
G. Pengolahan dan Analisis Data 4 1
1. Pengolahan Data 41
2. Analisis Data 4 4
BAB IV HASIL
A. Gambaran Umum Puskesmas Pagat 45
1. Kondisi Geografis 45
2. Data Demografi 4 5
B. Gambaran Umum Responden 47
1. Karakteristik Responden 47
2. Variabel yang Diteliti 48
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Responden 51
1. Usia 5 1
2. Pekerjaan 5 1
3. Pendidikan 5 2
4. Tinggi dan Berat Badan 53
5. Tekanan Darah 54
B. Gambaran Pengetahuan 54
C. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) 57
D. Gambaran Asupan Serat 58
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 61
B. Saran 62
1. Bagi Institusi/Puskesmas 62
2. Bagi Penderita/Masyarakat 62
3. Bagi Peneliti Selanjutnya 63
DAFTAR PUSTAKA 6 4
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 9
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah 14
Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Hipertensi Sesuai Dengan
Derajatnya 14
Tabel 2.3 Kategori IMT 29
Tabel 3.1 Definisi Opersional 39
Tabel 4.1 Data Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan
dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Pagat Tahun
2019 46
Tabel 4.2 Data Sarana Fisik Kesehatan di Puskesmas Pagat Tahun
2019 47
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Pagat 47
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena
frekuensi kejadiannya pada masyarakat semakin meningkat. Penyakit tidak
menular masuk dalam sepuluh penyebab utama kematian, dua diantaranya
adalah penyakit jantung dan stroke (WHO,2019). Keadaan ini terjadi di dunia,
baik di negara maju maupun di negara dengan ekonomi rendah dan menengah.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggunakan istilah penyakit kronis
(chronic diseases) untuk penyakit-penyakit yang tidak menular. Penyakit tidak
menular disebut juga sebagai new communicable diseases karena penyakit ini
dianggap dapat menular, yakni melalui gaya hidup dan sosial ekonominya
(Bustan dalam Nurlaili, 2017).
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah pada fase sistolik 140
mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg yang menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung.
(Triyanto dalam Kamila, M. 2017).
Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan
dari satu individu ke individu lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Penyakit Tidak Menular merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang
bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun
2012. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian
terbesar dunia, yaitu sekitar 17 juta pertahun, jumlah prevalensi tersebut
penyumbang angka tertinggi adalah hipertensi dengan 9,4 juta kematian per
tahun. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45% dari kematian akibat
penyakit jantung (total mortalitas penyakit jantung iskemik dan 51% kematian
akibat stroke (WHO, 2013).
Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia
≥18 tahun sebesar 34,1%, angka ini meningkat cukup tinggi dibandingkan
tahun 2013 25.8% (Kemenkes RI, 2018). Hipertensi tertinggi ada di
Kalimantan Selatan (44.1%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia
sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat
hipertensi sebesar 427.218 (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan, hipertensi tertinggi yaitu
Kabupaten Hulu Sungai Tengah (51,99%) (Kemenkes RI, 2018). Data Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan prevalensi hipertensi berdasarkan
estimasi penderita hipertensi berusia >15 tahun menurut jenis kelamin
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2019, untuk Kabupaten Hulu Sungai
Tengah jumlah estimasi wanita yang menderita hipertensi sebesar 52,386
(Dinkes Prov. Kalsel, 2019).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah prevalensi
hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah penduduk >18 tahun
menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Hulu
Sungai Tengah tahun 2017, jumlah penduduk >18 tahun yang ada di wilayah
kerja Puskesmas pagat yang dilakukan pengukuran tekanan darah terdapat
Wanita yang hipertensi sebesar 616 penduduk dengan persentase 53,71%
(Dinas Kesehatan Kab.HST, 2017). Sedangkan untuk cakupan kegiatan PTM
pelayanan Hipertensi di Puskesmas pagat pada tahun 2019 (61,1% ) dengan
jumlah 2575 penduduk, dan pada tahun 2020 dari bulan Januari sampai Juni
(23,3%) dari 1001 jumlah penduduk. Dari data Profil Puskesmas Pagat pada
tahun 2019 angka prevalensi Hipertensi menduduki posisi pertama dari 10
penyakit terbanyak (25,5%) dengan jumlah pengidap hipertensi sebanyak
2.550 dari 8.817 pasien. Penderita hipertensi wanita dengan rentang usia 20-
59 tahun di Puskesmas Pagat pada data terbaru bulan Januari 2021 terdapat 37
pasien (61,66%) yang mengidap hipertensi, jumlah penderita wanita di
rentang usia ini lebih besar dibanding dengan rentang usia 60 sampai usia
lebih dari 70 tahun yang hanya terdapat kisaran 23 pasien (38,33%).
Penyebab pasti terjadinya hipertensi sampai saat ini masih
belum diketahui. Namun terdapat dua Faktor Risiko Hipertensi yaitu, faktor
risiko yang tidak dapat diubah antara lain, umur, jenis kelamin, genetik dan
faktor risiko yang dapat diubah antara lain merokok, diet rendah serat,
dyslipidemia, konsumsi garam berlebih, kurang aktivitas fisik, stress, berat
badan berlebih/ kegemukan dan mengkonsumsi alkohol (Kemenkes RI, 2018).
Salah satu sumber bahan pangan yang baik untuk mencegah hipertensi
adalah buah dan sayur sebagai asupan serat. Orang dewasa dianjurkan
mengkonsumsi sebanyak 200-300 gram (2-3 potong), porsi sayur yang
dianjurkan dalam sehari untuk orang dewasa yaitu sebanyak 150-200 gram
(1½-2 mangkok). Pola makan sehat untuk mencegah hipertensi menurut
(Rismayhanti, C. 2009) yaitu dengan cara mengkonsumsi asupan serat tinggi
salah satunya konsumsi buah dan sayur seperti pepaya, alpukat, mangga,
pisang, wortel, bayam, brokoli, kembang kol. Dalam penelitian Denny (2015)
disebutkan bahwa lebih dari 80% wanita dewasa kurang mengkonsumi buah
dan sayur sehingga berakibat kurangnya asupan serat yang mana pada
akhirnya memicu terjadinya obesitas dan tekanan darah tinggi.
Pengetahuan pasien tentang hipertensi merupakan faktor penting dalam
mencapai kontrol tekanan darah. Pada hipertensi, pengetahuan pasien bisa
mempengaruhi kepatuhan, pengendalian tekanan darah, morbiditas dan
mortalitas pasien (Busari et al, 2010). Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai penyakit hipertensi membuat penderita hipertensi tidak menyadari
akan bahaya hipertensi, mereka malah mencemasakan hal-hal yang akan
dianjurkan oleh dokter seperti melakukan diet hipertensi dan belajar
mengendalikan stress (Sutarni, 2014). Dalam penelitian Wang & Vasan (2010)
disebutkan bahwa kurangnya pengetahuan pasien mengenai hipertensi
menjadi salah satu penyebab tidak terkontrolnya tekanan darah pasien. Dalam
penelitian lain yang dilakukan Muswanti, I, J. (2016) juga menyatakan bahwa
masih banyak ditemukan pasien dengan hipertensi yang pengetahuannya
kurang, dibuktikan dengan hasil penelitiannya yakni (53%) dari 66 pasien
dengan hipertensi yang pengetahuannya kurang.
Beberapa alasan yang berpengaruh pada kurangnya pengenalan dan
kontrol pada hipertensi adalah kurangnya pengetahuan orang-orang mengenai
berbagai macam aspek dari tekanan darah tinggi. Diketahui pada sebuah
penelitian bahwa 26% responden tidak tahu bahwa mereka menderita
hipertensi, 20% tidak yakin apakah ada yang bisa dilakukan untuk mencegah
tekanan darah tinggi atau percaya bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk
mencegah hipertensi, 19% percaya menjalani pengobatan akan
menyembuhkan tekanan darah tinggi. 22% responden secara keseluruhan
mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai hipertensi (Viera et al, 2008).
Pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai tekanan darah memegang
peranan penting pada kemampuan untuk mencapai kesuksesan pengendalian
tekanan darah pada hipertensi (Alfi, A., dkk. 2017).
Indeks Massa Tubuh (IMT) pada wanita yang digolongkan dalam
memiliki berat badan lebih dari normal yaitu (IMT>25 kg/) beresiko dua
setengah kali mengalami tekanan darah diatas normal dibandingkan dengan
wanita yang memiliki IMT normal (IMT<25 kg/) (Setyawati, B., dkk, 2017).
Sebuah fakta membuktikan bahwa setiap peningkatan 10 Kg berat badan
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 3,0 mmHg
dan diastolik sebesar 2-3 mmHg (Poirir, P., dkk, 2006: dalam Kristina, dkk,
2015).
Penelitian yang dilakukan oleh (Kristina, dkk. 2015) menunjukkan bahwa
wanita usia 15-49 tahun dengan (IMT>25 kg/) lebih berisiko terserang
penyakit hipertensi dibanding wanita dengan (IMT<25 kg/).
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan dengan petugas
kesehatan puskesmas pagat Kab. HST di wilayah kerja puskesmas pagat
dikatakan bahwa hipertensi masih menjadi masalah utama dalam
penanggulangan penyakit tidak menular sekaligus menjadi penyakit terbanyak
di puskesmas pagat selama tahun 2019, banyak faktor – faktor yang
menyebabkan kejadian tersebut, sehingga masalah hipertensi belum
terselesaikan. Salah satu faktor penyebabnya adalah tingkat pendidikan
penderitanya sebagian masih rendah, dengan pendidikan yang rendah itu
menyebabkan salah satunya pengetahuan terhadap penyakit hipertensi masih
kurang, masyarakat daerah sana juga sebagian cenderung masih menganggap
hipertensi sebagai penyakit yang lumrah terjadi dimasyarakat dan merupakan
penyakit yang tidak terlalu berbahaya. Sikap masyarakat yang acuh juga
bepengaruh dalam pengaturan makan untuk penderita hipertensi, sehingga
makanan yang dianjurkan tidak terlalu diperhatikan, salah satunya bahan
makanan dengan sumber serat, serta masih kurang dalam mengkonsumsi
sayur dan buah, lalu masyarakat disana sebagian juga kurang aktifitas fisiknya
ataupun berolahraga sehingga masih ditemukannya penderita hipertensi
dengan berat badan yang berlebih.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan, indeks massa tubuh
(imt), dan asupan serat pada wanita dengan hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu bagaimana gambaran pengetahuan, indeks massa tubuh (IMT)
dan asupan serat pada wanita dengan hipertensi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, indeks massa tubuh
(IMT) dan asupan serat pada wanita dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden
b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan pada penderita hipertensi.
c. Mendeskripsikan indeks massa tubuh (IMT) pada penderita
hipertensi.
d. Mendeskripsikan asupan serat pada penderita hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengetahui
gambaran pengetahuan, indeks massa tubuh (IMT) dan asupan serat pada
wanita dengan hipertensi.
2. Bagi Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Petugas
Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai
bahan pertimbangan bagi puskesmas dan petugas kesehatan dalam
penatalaksanaan pasien dengan hipertensi di Puskesmas Pagat. Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi puskesmas dalam menentukan kebijakan pelayanan
puskesmas yang belum dilaksanakan.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
memberikan wawasan untuk masyarakat (baik ilmuwan, praktisi maupun
masyarakat umum) yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
menambah ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya mengenai
gambaran pengetahuan, menjaga indeks massa tubuh (IMT) normal dan
meningkatkan asupan serat pada wanita dengan hipertensi.
9
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama
No. Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti
• Tempat
penelitian
Hubungan Index Massa • Variabel Terikat :
• Desain
Tubuh Dengan Hipertensi
Kristina, penelitian :
1. Hipertensi Pada Wanita • Variabel Bebas :
dkk, 2015 Survei (Cross
Usia Subur (Analisis Indeks Massa
Data Riskesdas 2013) Sectional)
Tubuh (IMT) • Usia Wanita
Dewasa
• Variabel Terikat : • Tempat
Asupan Serat Dan Hipertensi Penelitian
Tekanan Darah WUS • Variabel Bebas : • Usia Wanita
Sari, N.,
2. Madura Penderita Asupan Serat Dewasa
dkk, 2016
Tekanan Darah Tinggi • Desain penelitian :
Di Malang Survei (Cross
Sectional)
Pengaruh Indeks Massa • Variabel Terikat : • Tempat
Tubuh (IMT) Terhadap penelitian
Simamora, Hipertensi
Kejadian Hipertensi • Desain
3. DL., dkk, • Variabel Bebas :
Pada Wanita Di Wilayah penelitian :
2017 Indeks Massa
Puskesmas Pulo Brayan Survei (Cross
Medan Tahun 2017 Tubuh (Imt)
Sectional)
• Variabel Terikat : • Tempat
Hubungan Indeks Massa Hipertensi penelitian
Tubuh, Asupan Lemak, • Variabel Bebas :
Andarini,
Dan Mikronutrisi, Serta Indeks Massa
4. S, dkk,
Aktivitas Fisik Terhadap Tubuh (Imt)
2019
Tekanan Darah Pada • Desain penelitian :
Wanita Usia Subur Survei (Cross
Sectional)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Wanita Dewasa
Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescence-
adolescere- yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”. Akan tetapi, kata
adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti
“telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah
menjadi dewasa”. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2002).
Menurut Hurlock masa dewasa dibagi menjadi 3 bagian yang pertama
yaitu dewasa dini dimulai pada usia 18 sampai kira-kira 40 tahun, kemudian
dilanjutkan dengan masa dewasa madya, yaitu pada usia 40-60 tahun, dan
yang terakhir masa dewasa lanjut yaitu usia >60 tahun. Menurut WHO (2015)
usia dewasa pada seseorang yaitu dimulai di usia 20- 60 tahun.
1. Wanita Dewasa Awal
Hurlock (2002) mengatakan bahwa wanita dewasa awal dimulai pada
umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik
dan psikologis menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Wanita
dewasa awal adalah wanita yang beusia 21 tahun sampai dengan usia 40
tahun. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa
remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri. Pada masa dewasa
awal, identitas diri ini di dapat sedikit demi sedikit sesuai dengan umur
kronologis (Fitriyah, JM., dkk, 2016).
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young) adalah
wanita yang berusia 20 s-d 40 tahun. menurut seorang ahli psikologi
perkembangan, Santrock (dalam Fitriyah, JM., dkk, 2016), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik
(physically transition), transisi secara intelektual (cognitive transition)
serta transisi peran sosial (social role transition).
2. Wanita Dewasa Madya
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai
masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh adanya
perubahan fisik, mental serta perubahan minat. Masa dewasa madya
merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa dewasa
madya merupakan masa perubahan dari masa dewasa awal ke masa
dewasa madya yang meliputi perubahan penampilan fisik yang
dikarenakan penuaan atau kesepian yang disebabkan misalnya,
kehilangan pasangan hidup dan anak-anak yang sudah berkeluarga. Selain
itu pekerjaan yang sudah purna jabatan yang sangat dimungkinkan
pendapatan sudah tidak lagi diperoleh seperti saat masa muda
(Muzakkiyah,N., Suharman. 2016).
Menurut Monks, Knoers dan Heditono (2005) dan Hurlock (2005)
bahwa usia dewasa madya merupakan masa yang sulit dalam rentang
kehidupan seseorang, dan seberapa besar usaha seseorang untuk
menyesuaikan diri, hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang
ditanamkan pada awal kehidupan seseorang tersebut, terutama harapan
yang sesuai dengan peran yang diterima masyarakat. Dalam arti yang
cukup kompleks, adjustment (penyesuaian diri) juga terkait dengan
penyesuaian terhadap minat-minat sosial dan keberagamaan, terutama
pada fase akhir dewasa madya (dalam Muzakkiyah,N., Suharman. 2016).
3. Wanita Dewasa Usia Lanjut
Masa usia lanjut Usia lanjut adalah periode penutup rentang dalam
kehidupan seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 sampai mati, yang
ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikologis yang mulai
menurun (Hurlock. 2002).
Menurut Cortas (2008) mengatakan wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya
mulai terjadi pada wanita umur 45 - 55 tahun yang mengakibatkan
terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria yang
diakibatkan faktor hormonal. Maka dari uraian diatas usia wanita dewasa
yang rentan terkena hipertensi adalah wanita dewasa usia madya.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Pusat Data
dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl, 2014).
2. Klasifikasi
Terdapat berbagai macam klasifikasi tekanan darah yang digunakan,
seperti antara lain klasifikasi tekanan darah menurut Joint National
Commite 7 (JNC 7) dan ESC/ISH (2007) dan Nurarif & Kusuma (2015),
secara klinis tekanan darah dapat dikelompokkan yaitu sebagai berikut:
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup.
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam
tidak lebih dari 6 gram/hari, menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol.
Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat
berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan
frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam)
dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-
obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
keluarga anda. Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh
penderita hipertensi adalah:
a. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih).
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripikdan makanan keringyangasin).
c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian,
tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah
pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui
mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai
menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan mengetahui
gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi
diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi
dapat dihindarkan (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI, 2014).
C. Pengetahuan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wulansari, J. dkk. 2016)
membuktikan ada hubungan antara pengetahuan dengan hipertensi. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang
baik tentang hipertensi umumnya tekanan darahnya terkendali, sedangkan
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tidak baik mengenai
hipertensi umumnya tekanan darahnya tidak terkendali.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan adalah faktor intern yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku. Perilaku seseorang tersebut akan
berdampak pada status kesehatannya (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan
konsep tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin meningkatnya pengetahuan
pasien tentang hipertensi akan mendorong seseorang untuk berperilaku yang
lebih baik dalam mengontrol hipertensi sehingga tekanan darahnya tetap
terkendali. Perilaku yang baik tersebut bisa diterapkan dengan mengubah gaya
hidup seperti membatasi makanan yang berlemak, mengurangi makanan
bergaram, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, olahraga yang teratur,
dan menghindari stres.
Pengetahuan pasien mengenai hipertensi juga berpengaruh pada kepatuhan
pasien dalam melakukan pengobatan. Pasien dengan tingkat pengetahuan
yang baik tentang hipertensi akan patuh terhadap pengobatan. Seiring dengan
meningkatnya pengetahuan tentang hipertensi, pasien hipertensi dapat
melakukan penatalaksanaan penyakitnya sehingga pasien menjadi lebih baik.
Hasil penelitian ini sejenis dengan penelitian Ragot et al (2005) yang
menyatakan bahwa pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai tekanan
darah memegang peranan penting dalam kemampuan untuk mencapai
kesuksesan pengendalian tekanan darah pada hipertensi. Pengetahuan dan
kesadaran pasien mengenai hipertensi berhubungan secara signifikan dengan
kepatuhan pengobatan hipertensi (Al-Yahya et al, 2006).
IMT =
Nilai IMT menunjukan berat badan seseorang dinyatakan normal,
kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk yang berumur
lebih dari 18 tahun (Iswanto, 2007 dalam Jayanti, M. 2017).
3. Kategori IMT
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO
atau WHO (2007), yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan
perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki
adalah 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7 – 23,8. Untuk
kepentingan pemantauan tingkat defisiensi kalori dan kegemukan, FAO
atau WHO menyarankan untuk memakai satu batas ambang tersebut telah
disesuaikan lagi. Batas ambang IMT untuk Indonesia dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Kategori IMT
Kategori IMT Keterangan
Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kurus
Kekurangan berat badan t 17,0 – 18,4
ingkat ringan
Berat badan ideal 18,5 – 25,0 Normal
Kelebihan berat badan tingkat ringan. 25,1 – 27,0 Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat. >27,0
Sumber : Kemenkes RI 2019
4. Faktor-faktor yang berhubungan Dengan Indeks Massa Tubuh
a. Usia
Penelitian yang dilakukan oleh Kantachuvessiri, Sirivichayakul,
Kaew Kungwal, Tungtrochitr dan Lotrakul menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara usia yang lebih tua dengan
IMT kategori obesitas. Subjek penelitian pada kelompok usia 40-49
dan 50-59 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas
dibandingkan kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan ini
dicurigai oleh karena lambatnya proses metabolisme, berkurangnya
aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering
(Kantachuvessiri, A, 2005, dalam Pradana, dkk 2014).
b. Jenis Kelamin
IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak
ditemukan pada laki-laki. Namun, angka kejadian obesitas lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Data dari
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
periode 1999-2000 menunjukkan tingkat obesitas pada laki-laki
sebesar 27,3% dan pada perempuan sebesar 30,1% di Amerika (Hill,
J 2006, dalam Pradana, dkk 2014).
c. Pola makan
Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi saat
makan. Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi
makanan yang dimakan oleh seorang individu, masyarakat atau
sekelompok populasi. Makanan cepat saji berkontribusi terhadap
peningkatan indeks massa tubuh sehingga seseorang dapat menjadi
obesitas. Hal ini terjadi karena kandungan lemak dan gula yang tinggi
pada makanan cepat saji. Selain itu peningkatan porsi dan frekuensi
makan juga berpengaruh terhadap peningkatan obesitas. Orang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak lebih cepat mengalami
peningkatan berat badan dibanding mereka yang mongkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat dengan jumlah kalori yang sama.
(Abramowitz, M, dalam Pradana, dkk, 2014).
d. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan
oleh kontraksi otot menghasilkan energi ekspenditur. Menjaga
kesehatan tubuh membutuhkan aktifitas fisik sedang atau bertenaga
serta dilakukan hingga kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam
seminggu. Penurunan berat badan atau pencegahan peningkatan berat
badan dapat dilakukan dengan beraktifitas fisik sekitar 60 menit
dalam sehari (WHO. 2003, dalam Pradana, A., dkk, 2014).
5. Kaitan IMT dengan Hipertensi
Indeks massa tubuh (IMT) sangat berpengaruh pada kejadian
hipertensi di mana pada IMT berlebih atau kelebihan berat badan dapat
memicu terjadinya faktor risiko hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan
seseorang dengan IMT normal (Dien, N,G, dkk. 2014).
Indeks massa tubuh (IMT) yang sering mengakibatkan hipertensi
adalah obesitas. Penderita obesitas mengalami peningkatan jaringan
lemak yang meningkatkan resistensi pembuluh darah dan selanjutnya
meningkatkan beban kerja pada jantung untuk memompa darah. Obesitas
memberikan dorongan untuk aktivasi sistem saraf simpatik serta untuk
perubahan struktur dan fungsi ginjal. Mekanisme kontrol tekanan arteri
dari diuresis dan natriuresis tampaknya bergeser ke tingkat tekanan darah
yang lebih tinggi pada orang yang mengalami obesitas.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yulnefia. 2020) terdapat
hubungan antara IMT dengan kejadian hipertensi, hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Laurus et al tahun 2016, di mana menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara peningkatan IMT dengan hipertensi.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20- 33% memiliki berat badan
lebih (overweight) (Laurus, F. Sundari L.P.R. 2020)
E. Asupan Serat
1. Pengertian Serat
Serat makanan adalah komponen karbohidrat kompleks tidak dapat
dicerna oleh enzim pencernaan, tetapi dapat dicerna oleh mikro bakteri
pencernaan. Serat makanan merupakan wadah berbiak yang baik bagi
mikroflora usus. Serat makanan juga disebut suatu komponen bukan gizi
yang harus dipenuhi jumlahnya agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Di dalam buku “Vegetarian : Pola Hidup Sehat Berpantang Daging”
menyampaikan bahwa serat adalah nutrisi non-gizi yang tidak dapat
dicerna oleh enzim-enzim pencernaan manusia sehingga serat tidak
mengahasilkan energi dan gizi (Urofi’ah, SA. 2019).
2. Jenis-jenis dan Sumber Serat
Buku karya Ir. W.P. Winarto dan Tim Lentera (2004) dengan judul
“Memanfaatkan Tanaman Sayur untuk mengatasi Aneka Penyakit”
menyatakan bahwa serat makanan juga diartikan sebagai sisa yang
tertinggal di dalam kolon atau usus setelah makanan dicerna atau setelah
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral dari makanan yang
berasal dari tumbuhan diserap. Sisa tersebut disebabkan tubuh manusia
tidak mempunyai enzim yang dapat mencerna serat tersebut (Urofi’ah,
SA. 2019).
Serat makanan terkandung dalam tanaman sayur dibagi menjadi 2 jenis
yaitu serat yang tidak larut dalam air dan serat yang larut dalam air.
a. Serat yang tidak larut dalam air, terdiri dari selulosa, hemilosa, dan
lignin. Selulosa dan hemilosa merupakan komponen dinding sel
tanaman dan terdapat pada bekatul gandum. Lignin banyak terdapat
pada bagian kayu tanaman gandum, apel, dan kubis.
b. Serat larut dalam air, tediri dari pektin, gum, dan mucilage. Pektin
banyak terdapat pada berbagai kulit tanaman sayur, seperti kulit
bawang-bawangan. Gum banyak terdapat pada jenis tanaman kacang-
kacangan, seperti kedelai dan buncis. Sementara mucilage atau serat
yang terletak di dalam biji tanaman dengan struktur mirip hemilosa,
secara umum terdapat dalam lapisan endosperm dari padi-padian,
kacang-kacangan, dan biji-bijian (Urofi’ah, SA. 2019).
3. Kaitan Asupan Serat dengan Hipertensi
Faktor yang menyebabkan hipertensi adalah konsumsi makanan
sumber serat yang rendah. Asupan serat yang rendah dapat
mengakibatkan asam empedu lebih sedikit diekskresi oleh feses, sehingga
banyak kolesterol yang direabsorbsi dari hasil sisa empedu. Kolesterol
yang banyak beredar dalam pembuluh darah akan menghambat aliran
darah sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah (Thomson,
D., dkk, 2012).
Serat mempunyai manfaat yaitu dapat menurunkan tekanan darah
sistolik hingga 5,5 mmHg dan diastolik 3 mmHg. Konsumsi serat dalam
kategori baik, sebanyak 25–30 gram, dapat mengikat asam empedu
sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah yang
nantinya dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi. Konsumsi serat
dapat membuat rasa kenyang, membantu mencegah terjadinya konstipasi,
dan menurunkan risiko penyakit jantung karena kadar kolestrol dalam
batas normal.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Yuriah, A., dkk. 2019)
bahwa tedapat hubungan asupan serat dengan hipertensi sebagian besar
pasien penderita hipertensi konsumsi seratnya masih kurang dan sedikit
sekali pasien hipertensi yang asupan seratnya cukup.
F. Kerangka Teori
G. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional yang
bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan
lagsung dengan melakukan penyebaran kuisioner untuk mengetahui
gambaran variabel pengetahuan, wawancara recall 1x24 jam selama 2 hari
untuk mengetahui gambaran variabel asupan serat, serta pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui gambaran dari variabel indeks
massa tubuh (IMT).
B. Desain/Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dilakukan dengan pendekatan survei deskriptif
yaitu dengan cara mennggambarkan pengetahuan, indeks massa tubuh
(IMT), dan asupan serat pada wanita dengan hipertensi (studi di wilayah
kerja Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah).
C. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pagat Kabupaten
Hulu Sungai Tengah (HST).
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Februari tahun 2021.
2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala
Data
1. Pengetahuan Pemahaman Wawancara Kuesioner Baik : ≥ 75% Ordinal
responden Cukup : 56 – 74%
atau sesuatu Kurang : < 55%
yang Arikunto (2006)
diketahui
responden
tentang
semua hal
yang
berkaitan
dengan
hipertensi.
2. Indeks MassaPenentuan Pengukuran Microtoise Kurus : KekuranganOrdinal
Tubuh (IMT) indeks massa Tinggi dan BB tingkat
tubuh dapat Badan dan Timbangan berat <17,0
diukur Berat Digital Kekurangan
dengan Badan BB tingkat
penimbangan ringan 17,0-
berat badan 18,4
serta Normal : 18,5-25,0
pengukuran Gemuk : Kelebihan
tinggi badan, BB tingkat
yang ringan 25,1-
kemudian 27,0
dimasukkan Kelebihan
kedalam BB tingkat
rumus BB berat >27,0
(kg)/(m). (Kemenkes, 2019)
3. Asupan Serat Jumlah Wawancara Food Kurang : <19 g/hari Ordinal
asupan serat recall 1x24 Cukup : 19-30 g/hari
dari Jam Lebih : >30 g/hari
makanan selama 2 (WNPG, 2012)
yang hari
dikonsumsi
oleh pasien
dalam satu
hari penuh.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Pagat
1. Kondisi Geografis
Secara geografis Puskesmas Pagat terletak di Kecamatan Batu
Benawa, Desa Pagat, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) berjarak 7
km dari ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang memiliki luas
2
wilayah kerja 58 km dan terdiri dari 7 desa dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Awang Besar
Kecamatan Barabai.
b. Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Durian Gantang
Kecamatan Labuan Amas Selatan (LAS).
c. Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Hantakan
Kecamatan Hantakan.
d. Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Kalibaru Kecamatan
Batu Benawa.
2. Data Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pagat tahun 2019
adalah 11.034 Jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja
Puskesmas Pagat sebagai berikut :
a. Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pagat
cukup bervariasi, sebagian besar adalah Petani dan Penyadap Karet.
b. Sarana Ekonomi/Transportasi/Komunikasi
Hampir seluruh wilayah kerja dapat dilalui dengan kendaraan roda
dua dan roda empat. Sarana komunikasi yang ada berupa telepon
seluler. Waktu tempuh dari desa ke Puskesmas berkisar 15 menit/jam
hingga 20 menit/jam dari ibu kota Kabupaten dengan perjalanan
darat.
c. Pendidikan
Jumlah saranan sekolah Taman Kanak-Kanak adalah 9 buah,
Sekolah Dasar 9 buah, Sekolah Menengah Pertama 2 buah, Sekolah
Menengah Atas 1 buah, serta Pesantren 2 buah.
d. Sarana Kesehatan
Tabel 4.2 Data Saran Fisik Kesehatan di Puskesmas Pagat Tahun
2019
No. Sarana Jumlah
1. Puskesmas 1 buah
2. Puskesmas Pembantu 1 buah
3. Poskesdes/Poslindes 7 buah
4. Rumah Dinas Dokter 2 buah
5. Rumah Dinas Paramedis 2 buah
6. Sepeda Motor 4 buah
7. Mobil Dinas (Ambulance) 2 buah
Hipertensi
Dari beberapa
Obesitas (Indeks Massa
pertanyaan diperoleh persentase jawaban dari
(Tekanan Darah)
Tubuh)
responden sebagai berikut:
b. Variabel Indeks Massa Tubuh (IMT)
TabelPola
4.5 Konsumsi
Distribusi (Asupan
IMT Pada Wanita Dengan Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas
Serat) Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
No. Indeks Massa Tubuh (IMT) Jumlah
N %
1. Kurang 2 5,4
2. Normal 12 32,43
3. Gemuk tingkat ringan 9 24,32
4. Gemuk tingkat berat 14 37,83
Total 37 100
45
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Responden
1. Usia
Hasil penelitian menunjukkan persentase rentang usia penderita
yang menderita hipertensi paling banyak antara usia 40-59 tahun yaitu
86,48% dan paling sedikit antara usia 18 - 39 tahun yaitu 13,51%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Juariyanti (2016)
bahwa usia memiliki kaitan erat dengan kenaikan tekanan darah, semakin
bertambah usia maka risiko untuk mengalami hipertensi semakin tinggi.
Meningkatnya tekanan darah saat bertambahnya usia disebabkan karena
pada usia yang semakin menua arteri besar akan kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah disetiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang lebih sempit daripada
pembuluh darah biasanya yang kemudian menyebabkan naiknya tekanan
darah.
Tekanan darah sistolik meningkat lebih tajam pada wanita yang
mengalami penuaan dibandingkan dengan laki-laki, dan ini mungkin
terkait dengan perubahan hormonal, tingginya Sensitivitas garam,
tingginya aktivitas simpatis, dan kenaikan berat badan.
2. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Pagat menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan
responden yaitu Ibu Rumah Tangga sebesar 54,05% dan pekerjaan paling
sedikit adalah Wiraswasta 21,62%.
Jenis pekerjaan berhubungan dengan aktifitas fisik, aktifitas fisik
akan berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Jika seseorang
kurang aktifitas fisiknya maka dapat meningkatkan risiko hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Seseorang yang
kurang aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya tersebut harus bekerja lebih keras pada
setiap kali kontraksi. Semakin keras dan sering otot jantung ketika
memompa, maka semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
Menurut Sukardji (2009), ibu rumah tangga termasuk dalam
pekerjaan dengan aktifitas ringan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Atun, dkk (2014) yang menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, yang berarti
bahwa orang dengan aktivitas fisik ringan memiliki peluang atau risiko
4,69 kali akan menderita hipertensi dibandingkan dengan yang
beraktivitas sedang.
3. Pendidikan
Pendidikan responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah
SD 51,35% dan pendidikan yang paling sedikit SMA 21,62%. Dengan
demikian para responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pagat
tergolong berpendidikan rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan data yang diungkapkan Pusat
Data dan Informasi Kemenkes RI (2018) bahwa proporsi penderita
hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan
rendah. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan sikap
dan perilaku seseorang untuk berperilaku hidup sehat. Tingkat
pendidikan rendah cenderung akan mempersulit seseorang dalam
menerima dan mengerti isi pesan-pesan kesehatan yang sudah
disampaikan, sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan menerapkannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal
kesehatan dan gizi (Notoatmodjo, 2003 dalam Rusimah, 2010).
4. Tinggi dan Berat Badan
Tinggi badan responden terbanyak ada pada rentang 140-150 cm
yaitu 64,86% dan berat badan pasien paling banyak ada di rentang >60 kg
sebesar 48,64%.
Obesitas dan kenaikan berat badan merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi. Hubungan obesitas dengan hipertensi berkaitan
dengan indeks massa tubuh (IMT) yang dihitung berdasarkan berat dan
tinggi badan.
Tinggi badan dan berat badan berkaitan dengan perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) seseorang jika nilai IMT >25 atau mengalami
kelebihan berat badan maka dapat memicu terjadinya faktor risiko
hipertensi yang lebih tinggi dibanding dengan IMT normal <25.
Menurut penelitian Kristina, dkk (2015), wanita dewasa yang
2
memiliki IMT >25 kg/m berpeluang besar 2,27 kali menderita hipertensi
2
dibanding dengan wanita dewasa yang memiliki IMT <25 kg/m .
5. Tekanan Darah
Tekanan darah responden dalam penelitian ini sebagian besar
masuk kedalam kategori tekanan darah tingkat pertama 67,56% dan
paling sedikit masuk kedalam kategori tekanan darah tingkat 2 32,43%.
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 pada tahap pertama yaitu
rentang sistoliknya dari 140-159 dan diastoliknya di rentang 90-99
mmHg. Sedangkan untuk tekanan darah pada tahap 2 yaitu sistoliknya
>160 dan diastoliknya >100 mmHg.
B. Gambaran Pengetahuan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa dari 37 orang
wanita penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pagat, 29,72%
memiliki pengetahuan yang baik, 37,83% diantaranya memiliki pengetahuan
yang cukup, dan 32,43% diantaranya memiliki pengetahuan kurang. Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dibanding dengan hasil penelitian Ria
Karmila (2019) di poli rawat jalan dan rawat inap di RSUD Prof. DR. M. Ali
Hanafiah SM Batusangkar yang menyatakan pengetahuan responden tentang
hipertensi dengan kategori kurang sebesar 35,29%.
Pengetahuan yang sebagian masih kurang pada responden ini
kemungkinan salah satunya berkaitan dengan tingkat pendidikan yang
rendah. Data menunjukkan bahwa pendidikan responden rata-rata adalah
masuk dalam kategori SD sebesar 51,35%.
Sesuai hasil penelitian terhadap wanita dengan hipertensi mengenai
pertanyaan pengetahuan tentang hipertensi dari 15 pertanyaan pengetahuan
yang diajukan bahwa pertanyaan yang dapat dijawab lebih dari 50%
diantaranya ada (97,3%) responden mengetahui jenis olahraga ringan yang
dapat dilakukan oleh penderita hipertensi, (94,6%) responden mengetahui
obat antihipertensi yang biasanya dikonsumsi atau diberikan oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas ataupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
(91,9%) responden mengetahui perilaku penderita hipertensi yang baik salah
satunya dengan mengkonsumsi sayur dan buah, (86,5%) responden
mengetahui sumber makanan yang dihindari bagi penderita hipertensi,
(83,8%) responden mengetahui gejala-gejala dari hipertensi, (81,1%)
responden mengetahui makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita
hipertensi, (73%) responden mengetahui penyakit akibat kurang
mengkonsumsi sayuran berserat tinggi, (67,6%) responden mengetahui akibat
yang timbul dari penyakit hipertensi, (64,9%) responden mengetahui tentang
sumber makanan penyebab hipertensi, (62,2%) responden mengetahui gejala
dan bahaya hipertensi, (56,8%) responden mengetahui kebiasaan-kebiasaan
yang dapat menyebabkan hipertensi, (54,1%) responden mengetahui penyakit
akibat dari pola makan tidak terkontrol, (51,4%) responden mengetahui
pengertian dari hipertensi, dan jawaban kurang dari 50% yaitu ada hanya
(45,9%) responden mengetahui tentang rentang tekanan darah tinggi, dan
hanya (37,8%) responden mengetahui tentang penatalaksanaan hipertensi.
Pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh responden adalah
pertanyaan tentang penatalaksanaan hipertensi sebanyak (62,2%) responden
tidak mengetahui tentang penatalaksanaan hipertensi disebabkan karena
sebagian besar responden rata-rata sebelumnya memang tidak mengetahui
dan kurang mendapatkan informasi atau edukasi mengenai penatalaksanaan
hipertensi baik dari Puskesmas maupun dari fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, padahal penting untuk para penderita hipertensi mengetahui tentang
penatalaksanaan hipertensi ini untuk mencegah tingginya tekanan darah, bisa
dimulai dari penatalaksanaan non farmakolgi seperti, pengontrolan berat
badan secara berkala, mengurangi asupan natirum, dan rutin berolahraga.
Selanjutnya mengenai rentang teakanan darah tinggi sebanyak (54,1%)
responden tidak bisa menjawab dengan benar tentang rentang tekanan darah
tinggi, hal tersebut dikarenankan saat dilakukan wawancara langsung saat
pengisian kuisoner sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka lupa
berapa rentang normal untuk tekanan darah, padahal sebelumnya mereka
sudah mengetahui hal tersebut seperti dari pihak Puskesmas. Seharusnya
penting untuk para penderita hipertensi mengetahui rentang tekanan darah
tinggi untuk mengantisipasi jikalau terjadi kenaikan darah yang signifikan
maka responden dapat langsung mencek kesehatannya.
Akibat dari responden yang tidak memahami pertanyaan diatas
menyebabkan responden kurang paham mengenai penatalaksaan diet, rentang
normal tekanan darah, yang mana bisa berakibat memicu timbulnya penyakit
hipertensi dan mengenai kebiasaan-kebiasaan yang dapat memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah (hipertensi) jika tidak segera ditangani maka dapat
memicu terjadinya peyakit penyerta seperti stroke, ataupun serangan jantung.
C. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa dari 37 orang
wanita penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pagat, 37,83%
gemuk tingkat berat, 24,32% responden memiliki IMT gemuk tingkat ringan,
32,43% diantaranya memiliki IMT normal, dan 5,4% diantaranya memiliki
IMT kurang.
Indeks massa tubuh berkaitan dengan obesitas atau kelebihan berat badan
penderita obesitas mengalami peningkatan jaringan lemak yang
meningkatkan resistensi pembuluh darah dan selanjutnya meningkatkan
beban kerja pada jantung untuk memompa darah hal tersebut yang
menajdikan tekanan darah meningkatkan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Laurus et al tahun 2016, di
mana menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan IMT
dengan hipertensi di Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar Provinsi
Bali. Berisiko relatif 5 kali lebih tinggi menderita hipertensi pada orang yang
gemuk dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Mekanisme
yang mengakibatkan hipertensi oleh karena obesitas meliputi peningkatan
overaktivitas simpatik yang berhubungan dengan peningkatan lemak visceral
pada perut. Aktivitas simpatik yang meningkat akan menyebabkan proses
perangsangan pelepasan renin dan pembentukan angiotensin II yang secara
tidak langsung meningkatkan produksi aldosteron dari kelenjar adrenal
sehingga menyebabkan retensi sodium.
Dari hasil penelitian Nieky Greyti Dien, dkk (2014) yang sudah dilakukan,
menunjukkan bahwa ada kaitannya antara indeks massa tubuh yang berlebih
dengan tekanan darah. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti pola makan tinggi
kalori, berlemak, mempunyai kebiasaan kurang aktifitas atau olahraga dan
makan-makanan tinggi natrium merupakan salah satu perilaku yang dapat
menimbulkan beberapa penyakit yang diantaranya seperti hipertensi.
Menurut Lidiyawati (2014) Hipertensi atau tekanan darah tinggi sangat
erat kaitannya dengan faktor gaya hidup dan makanan. Faktor makanan
mencakup kegemukan, rendah serat, makanan yang mengandung banyak
gula, tingginya asupan lemak jenuh, dan rendahnya asupan asam lemak
esensial. Pada orang dengan status gizinya termasuk obesitas memiliki
potensi untuk mengidap darah tinggi, karena pembuluh darah arteri ataupun
vena kemungkinan besar dipenuhi lemak yang menyebabkan tekanan darah
semakin meningkat.
D. Gambaran Asupan Serat
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa dari 37 orang
wanita penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pagat, 78,37%
responden memiliki asupan serat yang kurang, 21,62% responden memiliki
asupan serat yang cukup. Rata-rata asupan serat responden adalah 12,37 gram,
4,78 dengan asupan serat terendah dan 22,23 gram asupan serat tertinggi.
Dari distribusi asupan serat responden rata-rata masih kurang. Apabila
asupan serat kurang akan meningkatkan risiko kegemukan dan risiko
hipertensi (Thompson JL, at all. 2011 dalam Fitria, N,R,dkk, 2014). Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitria Nor Kholifah, dkk (2014)
pada pasien hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang, asupan serat pasien rata-
rata masih kurang sebesar 69,2%.
Asupan serat yang kurang ini diakibatkan dari rata-rata pola makan
responden yang kurang beraturan, jarang sekali mengkonsumsi sayur dan
buah, masih terdapat ada beberapa responden yang ketika diwawancarai
menyebutkan bahwa mie instan dicampur dengan sedikit sayur itu sudah
cukup untuk memenuhi konsumsi buah dan sayur dalam sehari padahal
mengkonsumsi mie dan nasi dalam waktu bersamaan merupakan kebiasaan
yang kurang baik, karena mengkonsumsi mie dan nasi secara bersamaan
merupakan double karbohidrat yang mana bisa berdampak lagi pada risiko
kegemukan. Kemudian untuk pola makan responden rata-rata suka memakan
makanan yang berlemak seperti suka memasukkan santan kedalam hidangan
masakan seperti kuah sayur asam manis yang tinggi lemak. Lauk sering diolah
dengan cara digoreng, kebiasaan makan hanya nasi dan lauk tanpa disertai
sayur dan buah, lauk yang sering dikonsumsi yaitu telur dan ikan. Responden
rata-rata suka memakan yang asin-asin karena didukung juga dengan makanan
lokal masyarakat di daerah Barabai yang suka makan ikan asin, manday,
pekasam dan ikan wadi, yang mana semua itu dihasilkan dari metode
fermentasi dengan garam.
Dampak dari asupan serat yang kurang untuk jangka pendek dapat
mengakibatkan sembelit (Konstipasi), sedangkan untuk jangka panjang dapat
meningkatkan risiko kanker kolon, meningkatkan kolesterol dalam darah,
meningkatkan kejadian obesitas, dan meningkatkan risiko hipertensi dan
penyakit jantung koroner (Kowalski RE, 2010).
51
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian tentang “Gambaran Pengetahuan,
Indeks Massa Tubuh dan Asupan Serat Pada Wanita Dengan Hipertensi
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai
Tengah)” dapat disimpulkan sebagai berikut:
61
63
(21,62%). Rata-rata asupan serat responden adalah 12,37 gram, 4,78
dengan asupan serat terendah dan 22,23 gram asupan serat tertinggi.
B. Saran
1. Bagi Institusi/Puskesmas
Diharapkan Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai Tengah
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya bagi penderita
hipertensi salah satunya dengan memberikan konseling ataupun
penyuluhan kepada pasien, khusus yang berkaitan dengan masalah
makanan dan gizi, seperti konsumsi sayur dan buah yang cukup serta
penyampaian penjelasan mengenai cara penatalaksanaan hipertensi yang
baik.
2. Bagi Penderita/Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan upaya
untuk pencegahan penyakit hipertensi dengan cara menetapkan
penatalaksanaan hipertensi, salah satunya dapat menerapkan pola makan
yang baik, sebaiknya dalam sehari makan selalu mengkonsumsi sayur dan
buah sehingga kebutuhannya minimal masuk dalam kategori tercukupi,
mengurangi konsumsi makanan berlemak dan tinggi natrium (garam),
selalu kontrol tekanan darah di fasilitas pelayanan kesehatan, dan
diharapkan bagi penderita hipertensi selalu menyempatkan untuk
melakukan olahraga ringan secara rutin dan istirahat yang cukup.
67
DAFTAR PUSTAKA
Adhania, CC., dkk. 2018. Prevalensi Penyakit Tidak Menular pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung Tahun 2013-2015.
Jurnal Sistem Kesehatan. Vol.3. No.4. Diakses Tanggal 25 September
2020.
Andarini, S., dkk. 2019. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Asupan Lemak, dan
Mikronutrisi, serta Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah pada Wanita
Usia Subur. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. 30, No. 4, pp. 277-282.
Diakses Tanggal 20 Oktober 2020.
Eriska, Y., dkk. 2016. Kesesuaian Tipe Tensimeter Pegas Dan Tensimeter Digital
Terhadap Pengukuran Tekanan Darah Pada Usia Dewasa. Jurnal
Kedokteran Diponegor. Vol. 5. No. 4. Halaman : 1923-1929. Diakses
Tanggal 14 Oktober 2020.
Fauziah, NY., dkk. 2015. Hubungan Asupan Bahan Makanan Sumber Serat,
Asupan Natrium, Asupan Lemak dan IMT dengan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Jurnal
Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol.4, No. 1. Diakses tanggal
18 Oktober 2020.
64
67
Fitriani, dkk. 2018. Gambaran Asupan Natrium, Lemak Dan Serat Pada Penderita
Hipertensi Di Kelurahan Tanjung Gading Kecamatan Pasir Penyu
Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Proteksi Kesehatan. Volume 7, Nomor
1, April 2018, Hlm1-8. Diakses tanggal 18 Oktober 2020.
Haryuti, Dkk. 2017. Gambaran Tekanan Darah Dan Indikator Obesitas Wanita
Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 5, Nomor 2. Diakses Tanggal 25
September 2020.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riskesdas Dalam Angka, Kalsel, 2018. Diakses
Tanggal 10 Oktober 2020.
Kharisna Dendy, Wan Nisfha Dewi, Widia Lestari. 2012. Efektifitas Konsumsi
Jus Ketimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi.Jurnal Ners Indonesia, Vol.2, No.2. Diakses Tanggal 18
Oktober 2020.
Kristina., dkk. 2015. Hubungan Index Massa Tubuh Dengan Hipertensi Pada
Wanita Usia Subur (Analisis Data Riskesdas 2013). Pusat Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan. Diakses tanggal 20
Oktober 2020.
Laurus F and Sundari L.P.R. Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian
hipertensi pada perempuan postmenopause di Kecamatan Denpasar Barat:
E-Jurnal Medika. 5 (12), 2016.
Lindawati. 2008. Perbedaan Citra Tubuh Antara Wanita Dewasa Awal dan
Wanita Dewasa Madya. Skripsi. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstr
eam/123456789/16076/1/LINDAWATI-PSI.pdf. Diakses tanggal 3
Desember 2020.
Nugraheni, FR., dkk. 2018. Hubungan Asupan Mineral, Indeks Massa Tubuh Dan
Persentase Lemak Tubuh Terhadap Tekanan Darah Wanita Usia Subur
(Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan Semarang).
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 6. Nomor 5. Diakses Tanggal 25
September 2020.
Pradana, dkk. 2014. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Nilai
Lemak Viseral (Studi Kasus Pada Mahasiswa Kedokteran Undip. Diakses
Tanggal 10 Oktober 2020.
Sari, N., dkk. 2016. Asupan Serat dan Tekanan Darah Wus Madura Penderita
Tekanan Darah Tinggi Di Malang. Indonesian Journal of Human
Nutrition, Vol. 3 No. 1 : 1 – 10. Diakses tanggal 20 Oktober 2020.
Setyawati, B., Dkk. 2017. Usia Dan Indeks Massa Tubuh Merupakan Determinan
Tekanan Darah Di Atas Normal Pada Wanita Usia Subur. Penelitian Gizi
dan Makanan. Vol. 40 (2): 45-53. Diakses Tanggal 10 Oktober 2020.
Shanti, KM., dkk. 2017. Asupan Serat dan IMT Wanita Usia Subur Suku Madura
di Kota Malang. Indonesian Journal of Human Nutrition. Vol. 4 No. 1,
hlm. 1 - 11. Diakses Tanggal 10 Oktober 2020.
Simamora, DL., dkk. 2019. Pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap
Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Wilayah
Puskesmas Pulo Brayan Medan. Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan, Vol. 3, No. 1, hlm 1-8. Diakses tanggal
20 Oktober 2020.
Suryani, N., dkk. 2020. Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Buah
dan Sayur dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSD
Idaman Kota Banjarbaru. Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian
Journal of Health). Vol. X, No. 2. Diakses tanggal 01 Oktober 2020.
Tarigan, Ra., dkk. 2018. Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga
Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun
2016. Jurnal Kesehatan. Vol 11. No 1. Diakses Tanggal 25 September
2020.
Tirtasari, S., Kodim, N. 2019. Prevalensi dan karakteristik hipertensi pada usia
dewasa muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal. Vol. 1, No. 2,
395-402. Diakses tanggal 25 September 2020.
Umami, F. 2017. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Hipertensi Pada Pra
Lansia Usia 45-55 Tahun. Jombang : Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/60/3/fenti%20umami.pdf. Diakses Tanggal
14 Oktober 2020.
Urofi’ah, SA. 2019. Konsumsi Sayur-Buah Dan Aktivitas Fisik Sebagai Risiko
Obesitas Pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Sarjana
Terapan Gizi Dan Dietetika Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Yogyakarta . http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1131/. Diakses tanggal 18
Oktober 2020.
WHO. 2013. A global brief on Hypertension, Silent killer, global public health
crisis. Diakses Tanggal 10 Oktober 2020.
64
67
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
Formulir Informed Consent
(Kesediaan Mengikuti Penelitian)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telp/HP :
Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh:
Nama : Nor Rizni Malinda
NIM : P07131118147
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ini, saya mengerti bahwa
segala informasi mengenai penelitian ini akan dirahasiakan untuk
kepentingan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan Asupan Serat Pada Wanita Dengan Hipertensi
(Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagat)”
Demikian saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh kesediaan
tanpa adanya paksaan.
Barabai, 2021
Peneliti, Responden,
No Pertanyaan
Pengertian dari hipertensi adalah...
a. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan tekanan
darah di bawah normal
1. b. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal
c. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah
normal
Kurangnya mengkomsumsi sayuran dan makanan yang berserat
tinggi maka kemungkinan akan menyebabkan penyakit...
2. a. Hipertensi
b. ISPA
c. Patah tulang
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengkibatkan kelebihan berat badan, merupakan pencetusan
awal untuk terserang penyakit...
3.
a. Hipertensi
b. Asam urat
c. Gagal ginjal
Kebiasaan-kebiasaan yang dapat menyebabkan hipertensi
yaitu...
4. a. Merokok
b. Olahraga rutin
c. Konsumsi buah dan sayur
Sumber makanan penyebab hipertensi adalah...
5. a. Tinggi garam
b. Tinggi lemak
c. Benar semua
Menurut anda manakah jawaban paling tepat mengenai makanan yang
sebaiknya dikonsumsi bagi penderita hipertensi…
6. a. Tinggi serat dan tinggi garam
b. Rendah garam, tinggi serat dan rendah lemak jenuh
c. Tinggi garam dan rendah serat
Menurut anda manakah jawaban paling tepat contoh makanan yang
sebaiknya dihindari bagi penderita hipertensi
7. a. Ikan asin, kulit ayam, Mandai Tarap/Cempedak
b. Pisang, oatmeal, dan kentang
c. Sayur mayur dan buah-buahan
Salah satu penatalaksanaan penyakit tekanan darah tinggi adalah
a. Pengontrolan berat badan
8.
b. Tidur yang lama
c. Perbanyak kerjaan
Berikut hal yang harus diketahui oleh penderita hipertensi adalah
a. Gejala hipertensi
9.
b. Bahaya hipertensi
c. Semua benar
Seseorang dikatakan Hipertensi apabila tekanan darahnya
a. 100/70 mmHg
10.
b. Lebih dari 120/80 mmHg
c. Kurang dari 90/60 mmHg
Dibawah merupakan gejala hipertensi adalah
a. Gampang tidur, dan lemah
11.
b. Sakit kepala, dan jantung berdebar
c. Lemah saja
Berikut yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi adalah
a. Penderita hipertensi boleh merokok
12. b. Penderita hipertensi bekerja terus menerus
c. Penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur dan
buah
C. Asupan Serat
Formulir Konsumsi Pangan
(Food Recall 1x24 Hours Quesioner)
Petunjuk: Semua makanan yang dikonsumsi dicatat dalam form recall dalam
bentuk urt kemudian dikonversikan ukuran jumlahnya dalam
berat/gram selama 2 hari (1x24 jam) di hari yang berbeda.
Hari/Tanggal recall :
Waktu Makanan Bahan Ukuran
Makanan
URT Berat (gr)
Pagi
Pukul:
Selingan
pagi
Pukul:
Siang
Pukul:
Selingan
sore
Pukul:
Sore/malam
Pukul:
Selingan
malam
Pukul:
TOTAL
D. Asupan Serat
Formulir Konsumsi Pangan
(Food Recall 1x24 Hours Quesioner)
Petunjuk: Semua makanan yang dikonsumsi dicatat dalam form recall dalam
bentuk urt kemudian dikonversikan ukuran jumlahnya dalam
berat/gram selama 2 hari (1x24 jam) di hari yang berbeda.
Hari/Tanggal recall :
Waktu Makanan Bahan Ukuran
Makanan
URT Berat (gr)
Pagi
Pukul:
Selingan
pagi
Pukul:
Siang
Pukul:
Selingan
sore
Pukul:
Sore/malam
Pukul:
Selingan
malam
Pukul:
TOTAL
LAMPIRAN 4
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Keperawatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718
KARTU KONSULTASI
Nama : Nor Rizni Malinda
NIM : P07131118147
Pembimbing : I. Nurhamidi, SKM., M.Kes.
II. H. Yasir Farhat SKM., MPH
Judul : Gambaran Pengetahuan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), dan Asupan Serat Pada Wanita Dengan
Hipertensi (Studi di Wilayah Puskesmas Pagat
Kabupaten Hulu Sungai Tengah)
No Tanggal Saran Perbaikan Paraf
1. 23/04/2021 Konsultasi BAB 4-6
2. 26/04/2021 Revisi BAB 4-6
3. 3/05/2021 Konsultasi Revisi BAB 5
Pembimbing I / II *
LAMPIRAN 5
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Keperawatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718
(Nurhamidi, SKM.,
M.Kes)
NIP. 196609171989021001
LAMPIRAN 6
1. Jadwal Penelitian
LAMPIRAN 7
Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 8
Persentase Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden
No. Pertanyaan N %
1. Pengertian hipertensi 19 51,4
2. Penyakit akibat kurang mengkonsumsi sayuran berserat 27 73,0
tinggi
3. Penyakit akibat pola makan tidak terkontrol 20 54,1
4. Kebiasaan yang menyebabkan hipertensi 21 56,8
5. Sumber makanan penyebab hipertensi 24 64,9
6. Sumber makanan yang baik dikonsumsi penderita 30 81,1
hipertensi
7. Sumber makanan yang dihindari penderita hipertensi 32 86,5
8. Penatalaksanaan hipertensi 14 37,8
9. Hal-hal yang harus diketahui penderita hipertensi 23 62,2
10. Kategori rentang tekanan darah tinggi 17 45,9
11. Gejala hipertensi 31 83,8
12. Perilaku yang dapat dilakukan penderita hipertensi 34 91,9
13. Olahraga ringan untuk penderita hipertensi 36 97,3
14. Akibat hipertensi 25 67,6
15. Obat antihipertensi 35 94,6
Lampiran 9
BERITA ACARA PERBAIKAN TUGAS AKHIR MAHASISWA
JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN GIZI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Nama : Nor Rizni Malinda
NIM : P07131118147
Judul : Gambaran Pengetahuan, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
Asupan Serat Pada Wanita Dengan Hipertensi (Studi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pagat Kabupaten Hulu Sungai
Tengah)
Tanggal Ujian : 7 Mei 2021
No Bab Saran Perbaikan Keterangan
1 - Perbaiki daftar isi dan daftar tabel Sudah Diperbaiki
2 - Perbaiki abstrak Sudah Diperbaiki
3 I Perbaiki susunan latar belakang Sudah Diperbaiki
4 III Perbaiki jenis dan desain penelitian serta waktu Sudah Diperbaiki
penelitian
5 III Perbaiki populasi dan sampel Sudah Diperbaiki
6 IV Perbaiki gambaran umum Puskesmas Pagat Sudah Diperbaiki
7 V Perbaiki dan tambah hasil penelitian di bagian Sudah Diperbaiki
tinggi dan berat badan
Banjarbaru, Mei
2021
Anggota
67
LAMPIRAN 10
Master Tabel
Data Penelitian
Rentang Pendidikan Rentang Rentang Klasifikasi Skor Klasifikasi
Nama Umur Pekerjaan TB BB Sistolik Diastolik Pengetahuan IMT
Usia Terakhir TB BB TD Pengetahuan IMT
Gemuk
Ny.
28 18-39 Wiraswasta SMA 150 140-150 57.8 41-59 140 90 Tingkat 1 Baik 86.66 25.68 Tingkat
Sh
Ringan
Gemuk
Ny. F
50 40-59 IRT SMP 151 151-160 59.7 >60 170 100 Tingkat 2 Baik 86.66 26.18 Tingkat
Ringan
Gemuk
Ny. S
50 40-59 IRT SD 146 140-150 55.9 41-59 150 90 Tingkat 1 Baik 86.66 26.22 Tingkat
Ringan
Gemuk
Ny.
47 40-59 Petani SMP 146 140-150 68.1 >60 140 90 Tingkat 1 Baik 93.33 31.97 Tingkat
M
Berat
Gemuk
Ny. H
50 40-59 IRT SD 151 151-160 63.2 >60 140 90 Tingkat 1 Baik 100.00 27.69 Tingkat
Berat
Ny.Sa
55 40-59 Wiraswasta SMA 148 140-150 36.1 30-40 160 100 Tingkat 2 Baik 93.33 16.46 Kurus
Ny. R
52 40-59 IRT SMA 158 151-160 56.5 41-59 140 90 Tingkat 1 Baik 100.00 22.69 Normal
Ny.
29 18-39 Wiraswasta SMA 148 140-150 50.3 41-59 150 90 Tingkat 1 Baik 100.00 22.94 Normal
Mj
Ny.
40 40-59 IRT SMP 152 151-160 48.0 41-59 140 90 Tingkat 1 Baik 93.33 20.75 Normal
Na
Ny.
47 40-59 IRT SMP 148 140-150 50.6 41-59 140 90 Tingkat 1 Baik 100.00 23.08 Normal
Ra
Ny. L
47 40-59 IRT SMA 150 140-150 55.8 41-59 159 90 Tingkat 1 Baik 80.00 24.70 Normal
Gemuk
Ny.
58 40-59 IRT SMA 149 140-150 66.8 >60 162 100 Tingkat 2 Cukup 66.66 30.09 Tingkat
Ma
Berat
Gemuk
Ny.
27 18-39 IRT SD 155 151-160 96.2 >60 140 80 Tingkat 1 Cukup 66.66 40.06 Tingkat
Mm
Berat
Gemuk
Ny.
58 40-59 IRT SD 146 140-150 57.8 41-59 180 100 Tingkat 2 Cukup 60.00 26.76 Tingkat
Ru
Ringan
Gemuk
Ny.
54 40-59 Petani SD 140 140-150 51.0 41-59 140 80 Tingkat 1 Cukup 73.33 26.02 Tingkat
Sh
Ringan
Gemuk
Ny.
58 40-59 Wiraswasta SD 154 151-160 60.2 >60 140 90 Tingkat 1 Cukup 66.66 25.37 Tingkat
W
Ringan
Gemuk
Ny.
35 18-39 IRT SD 140 140-150 58.0 41-59 170 100 Tingkat 2 Cukup 73.33 29.59 Tingkat
Ms
Berat
Gemuk
Ny.
42 40-59 IRT SD 141 140-150 59.6 >60 150 90 Tingkat 1 Cukup 66.66 30.07 Tingkat
He
Berat
Ny.
55 40-59 Petani SD 150 140-150 48.2 41-59 140 85 Tingkat 1 Cukup 60.00 21.42 Normal
Nh
Ny.
57 40-59 Petani SD 148 140-150 51.0 41-59 140 90 Tingkat 1 Cukup 73.33 23.30 Normal
Sa
Ny.
54 40-59 Petani SD 145 140-150 49.6 41-59 150 80 Tingkat 1 Cukup 66.66 23.61 Normal
Wa
Ny. J
45 40-59 Wiraswasta SD 147 140-150 51.1 41-59 145 90 Tingkat 1 Cukup 73.33 23.64 Normal
Gemuk
Ny.
36 18-39 Wiraswasta SD 148 140-150 60.7 >60 170 110 Tingkat 2 Kurang 53.33 27.69 Tingkat
Sl
Berat
Ny.
50 40-59 Petani SD 150 140-150 36.7 30-40 150 80 Tingkat 1 Kurang 46.66 16.28 Kurus
Ss
Gemuk
Ny.
46 40-59 IRT SD 150 140-150 75.3 >60 140 95 Tingkat 1 Kurang 53.33 33.44 Tingkat
Er
Berat
Ny.
51 40-59 Petani SD 152 151-160 50.6 41-59 155 90 Tingkat 1 Kurang 53.33 21.88 Normal
Zu
Gemuk
Ny.
41 40-59 Petani SD 151 151-160 61.0 >60 150 90 Tingkat 1 Kurang 53.33 26.75 Tingkat
Pu
Ringan
Gemuk
Ny. O
44 40-59 Wiraswasta SMA 152 151-160 62.0 >60 167 110 Tingkat 2 Cukup 73.33 26.83 Tingkat
Ringan
Gemuk
Ny.
56 40-59 Wiraswasta SMP 148 140-150 66.0 >60 140 90 Tingkat 1 Kurang 46.66 30.13 Tingkat
Ri
Berat
Gemuk
Ny.
57 40-59 Petani SD 155 151-160 71.0 >60 170 110 Tingkat 2 Kurang 53.33 29.58 Tingkat
Ju
Berat
Gemuk
Ny.
49 40-59 IRT SD 145 140-150 65.2 >60 160 100 Tingkat 2 Cukup 66.66 31.04 Tingkat
Id
Berat
Ny.
55 40-59 IRT SMP 152 151-160 56.0 41-59 150 95 Tingkat 1 Cukup 66.66 24.24 Normal
Si
Gemuk
Ny.
56 40-59 IRT SMP 149 140-150 67.0 >60 160 100 Tingkat 2 Kurang 53.33 30.18 Tingkat
Pa
Berat
Gemuk
Ny.
40 40-59 IRT SMA 155 151-160 63.7 >60 160 110 Tingkat 2 Kurang 53.33 26.54 Tingkat
Bl
Ringan
Ny.
45 40-59 IRT SMP 151 151-160 54.0 41-59 145 90 Tingkat 1 Kurang 46.66 23.68 Normal
Ba
Gemuk
Ny.
49 40-59 IRT SMP 149 140-150 62.6 >60 155 95 Tingkat 1 Kurang 46.66 27.92 Tingkat
Me
Berat
Gemuk
Ny. K
58 40-59 IRT SMP 147 140-150 66.0 >60 170 110 Tingkat 2 Kurang 53.33 30.55 Tingkat
Berat
64