Anda di halaman 1dari 1

1.

Reaktor Air Didih (Boiling Water Reactor)


Sistem dengan moderator dan pendingin berupa air ringan (H 2O). Air ringan dari teras sistem
masuk ke dalam sistem, kemudian mengalami pemanasan hingga air ringan menguap.
Pemanasan air ringan disebabkan oleh adanya inti reaktor hasil dari reaksi fisi berantai
uranium. Inti reaktor tersebut terbenam di dalam air ringan. Air yang telah mengalami
pemanasan dan menjadi uap panas inilah yang akan memutar turbin dan menghasilkan
energi. Setelah uap air masuk ke dalam generator listrik, lalu dikondensasi atau kembali
didinginkan menjadi air kembali, dan proses tersebut berulang.

2. Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor)


Sama dengan BWR, sistem ini menggunakan moderator dan pendingin berupa air ringan
(H2O). Pada sistem ini, reaktor dilewati oleh air yang bertekanan tinggi (153 atm), sehingga
titik didihnya naik. Air yang bertekanan tinggi tersebut dialirkan ke dalam bagian tengah
sistem yaitu steam generator, yang di dalamnya sudah terdapat air dengan tekanan normal
yaitu 1 atm. Air di dalam steam generator akan mengalami pemanasan oleh air yang
bertekanan tinggi hingga mendidih. Uap yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin
generator listrik.

3. Reaktor Air Berat (Pressurized Heavy Water Reactor)


Sistem dengan moderator dan pendingin berupa air berat (D 2O atau Deuterium Oxide). Pada
sistem ini, inti reaktornya berbentuk pelat-pelat uranium yang dimasukkan ke dalam tabung
berdiameter 10 cm. Tabung-tabung disusun dan dimasukkan ke dalam bagian sistem
bernama Callandria. Lalu, dialirkan air berat yang bertekanan tinggi. Reaksi fisi dari uranium
akan memanaskan air berat tersebut, dan memasukkannya ke dalam steam generator dan
memanaskan air di dalamnya. Uap yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin pada
generator listrik.

Anda mungkin juga menyukai