Sistem dengan moderator dan pendingin berupa air ringan (H 2O). Air ringan dari teras sistem masuk ke dalam sistem, kemudian mengalami pemanasan hingga air ringan menguap. Pemanasan air ringan disebabkan oleh adanya inti reaktor hasil dari reaksi fisi berantai uranium. Inti reaktor tersebut terbenam di dalam air ringan. Air yang telah mengalami pemanasan dan menjadi uap panas inilah yang akan memutar turbin dan menghasilkan energi. Setelah uap air masuk ke dalam generator listrik, lalu dikondensasi atau kembali didinginkan menjadi air kembali, dan proses tersebut berulang.
2. Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor)
Sama dengan BWR, sistem ini menggunakan moderator dan pendingin berupa air ringan (H2O). Pada sistem ini, reaktor dilewati oleh air yang bertekanan tinggi (153 atm), sehingga titik didihnya naik. Air yang bertekanan tinggi tersebut dialirkan ke dalam bagian tengah sistem yaitu steam generator, yang di dalamnya sudah terdapat air dengan tekanan normal yaitu 1 atm. Air di dalam steam generator akan mengalami pemanasan oleh air yang bertekanan tinggi hingga mendidih. Uap yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin generator listrik.
3. Reaktor Air Berat (Pressurized Heavy Water Reactor)
Sistem dengan moderator dan pendingin berupa air berat (D 2O atau Deuterium Oxide). Pada sistem ini, inti reaktornya berbentuk pelat-pelat uranium yang dimasukkan ke dalam tabung berdiameter 10 cm. Tabung-tabung disusun dan dimasukkan ke dalam bagian sistem bernama Callandria. Lalu, dialirkan air berat yang bertekanan tinggi. Reaksi fisi dari uranium akan memanaskan air berat tersebut, dan memasukkannya ke dalam steam generator dan memanaskan air di dalamnya. Uap yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin pada generator listrik.