Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN

PEMBERIAN PMT PEMULIHAN ANAK BALITA

I. PENDAHULUAN
Perbaikan gizi memiliki kaitan yang sangat erat dengan kemampuan menyediakan makanan
ditingkat keluarga dan adanya penyakit menular dan tidak menular. Kedua faktor ini berhubungan
erat dengan pendapatan, pelayanan kesehatan, pengetahuan dan pola asuh yang diterapkan
keluarga. Mengingat luasnya dimensi yang mempengaruhi factor gizi, maka penanggulangan harus
dilakukan multi disiplin ilmu serta secara lintas kementrian/lembaga dengan melibatkan organisasi
profesi, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat itu sendiri.
Pada tahun 2007 prevalensi anak balita gizi kurang dan pendek masing-masing 18,4% dan
36,8% sehingga Indonesia termasuk diantara 36 Negara disunia yang member 90% kontribusi
masalah gizi dunia (UN-SC on Nutrition 2008). Walaupun pada tahun 2010 prevalensi gizi kurang
dan pendek menurun menjadi 17,9% dan 35,6% tetapi tetap menjadi disparitas antar provinsi yang
perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya speswifik diwilayah rawan (Riskesdas 2010).
Saat ini situasi gizi dunia menunjukkan 2 kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan
sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi
kurus, pendek sampai kegemukan. Untuk mencapai status kesehatan yang optimal dua sisi
penyakit ini perlu diberikan perhatian pada pendekatan gizi baik pada masyarakat kaya maupun
miskin (WHO, 2008). Hal sama juga terjadi di Indonesia sebaagian besar masyarakat Indonesia
masih kekurangan gizi terutama ibu, bayi, dan anak secara bersamaan cenderung semakin
meningkat dan menghambat laju pembangunan.
Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk berdasarkan pengukuran BB terhadap
TB yang sangat kurus mempunyai resiko kehilangan tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 10-15 poin.
Keadaan gizi buruk sewaktu janin dalam kandungan dan setelah dilahirkan mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan otaknya, 66% dari jumlah sel otak yaitu 25% dari berat otak dewasa.
Sisanya akan ditentukan keadaan gizi setelah lahir. Penelitian pada BBLR menunjukkan penurunan
berat otak 12% dan otak kecil 30%. Pengukuran IQ anak usia 7 tahun yang sebelumnya menderita
Gizi buruk IQ 102, Gizi kurang IQ 106, dan Gizi baik IQ 112. Hal ini menunjukkan bahwa
keadaan gizi masa lalu dapat mempengaruhi kecerdasan di masa yang akan datang.
Kekurangan gizi pada anak balita usia 6-60 bulan berdampak pada lahirnya generasi muda
yang tidak berkualitas dan terjadi kehilangan generasi yang dapat mengganggu kelangsungan
kepentingan bangsa dan Negara. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh ketersediaan SDM
yang berkualitas memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima serta
tangkas daan cerdas. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh factor konsumsi
makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan dan
konsumsi pangan beragam, factor social ekonomi, budaya dan politik. Investasi gizi berperan
penting untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi adalah rendahnya
produktivitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah, dan kehilangan sumberdaya karena biaya
kesehatan yang tinggi.
Untuk mengatasi kekurangan gizi pada kelompok usia balita gizi kurang perlu
diselenggarakan PMT Pemulihan yang diberikan selama 90 hari makan berupa susu balita.

II. LATAR BELAKANG

Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin hingga menjadi bayi, anak,
dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi masalah giziganda yaitu gizi kurang dalam
bentuk kurang energy protein, kurang vitamin A, Anemiadan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi
lebih berkaitan dengan timbulnya penyakitdegenerative seperti Diabetes Mellitus, jantung, hipertensi,
dan lain-lain. Masalah gizikurang merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. Keadaan
tersebut secaralangsung disebabkan oleh asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu
untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentanganakbalita,pemerintahmengembangkan
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah
kegiatan pemberian makanan kepadabalita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta
kegiatan pendukung lainnyadengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta
mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.Pemberian MakananTambahan(PMT)ada
dua macam yaitu Pemberian MakananTambahan (PMT) pemulihandanPemberianMakananTambahan
(PMT) penyuluhan.Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang
dibutuhkanoleh balita.Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT
pemulihanpabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuityangmengandung
10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulanmelalui pengadaan Departemen
Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi : energitotal 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr.
Jumlah persajinya mengandung 29 grkarbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg
natrium.Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanituberupaMakanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23bulan ) dan makanan tambahan
untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanankeluarga.

III. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA


A. PENGORGANISASIAN :

Pelindung
Ka.Puskesmas

Ketua Mutu

Pokja Admen Pokja UKM Pokja UKP


B. TATA HUBUNGAN KERJA DAN ALUR PELAPORAN
1. TATA HUBUNGAN KERJA
Ketua Tim Mutu bertugas melakukan koordinasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan monitoring.Penanggungjawab gizi melakukan koordinsai pelaksanaan dan
monitoring pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk/gizi kurang
2. PELAPORAN
Penanggungjawab gizi melaporkan hasil pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk/gizi
kurang kepada Ketua Tim Mutu.Ketua Tim Mutu melaporkan kepada Kepala Puskesmas.

IV. TUJUAN
A. Tujuan Umum :
Menurunnya prevalensi balita gizi buruk/kurang.
B. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui jumlah anak balita gizi buruk/kurang di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru
2. Memberikan makanan tambahan pada semua balita gizi buruk/kurang
3. Memperbaiki status gizi balita yang buruk dan kurang menjadi gizi baik
4. Memberikan pengetahuan pada keluarga balita tentang pemberian makanan seimbang yang
tepat dan benar
V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Rincian kegiatan

1 Penyuluhan gizi tentang PMT Menyiapkan materi penyuluhan


pemulihan bagi balita gizi buruk/kurang Menyiapkan alat pendukung :
Leaflet
Lembar Balik
Contoh PMT

VI. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN


A. Cara Melaksanakan kegiatan
Secara umum dalam pelaksanaan pemberian PMT pemulihan bagi balita gizi buruk/kurang
1. ceramah
2. diskusi/tanya jawab

B. Sasaran

1. Anak BGM
2. Balita 2T dan gizi kurang
3. Balita kurus
4. Balita sangat kurus/gizi buruk

C. Rincian Kegiatan, Sasaran Khusus, Cara melaksanakan kegiatan

No Kegiatan Pokok Sasaran Umum Rincian Target capaian Cara


Kegiatan melasanak
an
kegiatan
1 Penyuluhan 1.Ibu dengan Menyiapkan 1.Menurunkan Pertemuan
gizi tentang anak anak materi prevalensi gizi di kegiatan
pentingnya BGM penyuluhan kurang dan gizi posyandu,
PMT pemulihan 2.Ibu dengan tentang buruk Puskesmas
bagi balita gizi Balita 2T dan pentingnya 2.Memperbaiki
buruk/kurang gizi kurang PMT status gizi balita
3.Ibu dengan pemulihan menjadi gizi
Balita sangat bagi balita baik
kurus gizi 3.Keluarga
buruk/kurang balita mengerti
dan
melaksanakan
pemberian
makanan
seimbang yang
benar pada
balita

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

NO. KEGIATANPOKOK RINCIAN KEGIATAN WAKTU

1. Penyuluhan Menyiapkan materi penyuluhan tentang Sesuai jadwal


gizi tentang pentingnya PMT pemulihan bagi balita posyandu
pentingnya gizi buruk/kurang
PMT pemulihan bagi Setiap hari kerja di
balita gizi buruk/kurang Puskesmas

2. Penimbangan BB dan
pengukuran panjang Setiap hari kerja di
badan balita yang Puskesmas
dicurigai gizi
buruk/kurang

3 Pemberian PMT
pemulihan berupa susu
Similac Neosure bagi
bayi <12 bln, Similac
Gain Plus bagi anak 1-3
tahun yang berstatus
gizi buruk/kurang
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN :


Jadual tersebut akan dievaluasi setahun sekali dan dilakukan oleh Penanggungjawab
Program.
2. PELAPORAN
Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dibuat oleh Penanggungjawab Program apabila
terjadi pergeseran jadual atau penyimpangan jadual. Laporan ditujukan kepada Kepala
Puskesmas dan tembusan kepada Pelaksana Program.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN :


Evaluasi akan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan disusun pelaporan tentang
hasil yang dicapai pada kegiatan PMT pemulihan bagi balita gizi buruk/kurang
2. PELAPORAN
Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dibuat oleh Penanggungjawab Gizi apabila
terjadi pergeseran jadual atau penyimpangan jadual. Laporan ditujukan kepada Kepala
Puskesmas dan tembusan kepada Pelaksana Program.

Anda mungkin juga menyukai