Anda di halaman 1dari 6

15.

Patient Safety
Definisi Keselamatan Pasien
Menurut World Health Organization (WHO), keselamatan pasien adalah tidak
adanya bahaya yang mengancam kepada pasien selama proses pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, keselamatan pasien
adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.Keselamatan pasien dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi
pasien dari sesuatu yang tidak diinginkan selama proses perawatan (Permenkes, 2017).

Sasaran Keselamatan Pasien


Enam sasaran keselamatan pasien tertuang dalam peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia 1691/menkes/per/viii/2011Tentang Keselamatan pasien rumah sakit

SASARAN I : KETEPATANIDENTIFIKASI PASIEN


mengembangkan pendekatan untukmemperbaiki/ meningkatkan ketelitianidentifikasi
pasien. Elemen Sasaran I :

1. Pasien diidentifikasi minimal menggunakan dua identitas pasien (nama, tanggal


lahir, nomor rekam medis, identitas pada gelang pasien), tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF


mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antarpara
pemberi pelayanan. Elemen Sasaran II :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerimaperintah.
2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaandikonfirmasi oleh pemberi perintah atauyang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
5. Melakukan komunikasi handover dengan metode SBAR (Situation Background
Assessment and Recommendation)

SASARAN III : PENINGKATANKEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yangperlu
diwaspadai (high alert). Elemen Sasaran III :

1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,


menetapkan lokasi, pemberian label obat high alert dan LASA (look alike
enyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Tempatkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
3. Beri stiker high alert berwarna merah pada setiap kmasan/ampul obat high alert
(pada bagian depan dengan tidak menutupo kandungan obat)
4. Beri stiker lasa pada obat yang memiliki pengucapan atau bentuk kemasaan
yang serupa
5. Pisahkan obat high alert dari obat lain, untuk obat LASA sebaiknya tidak
ditempatkan berdekatan dan menggunakan wadah dengan warna yang berbeda
agar tidak tertukar
6. Sebelum memberikan atau menggunakan obat high alert pastikan (double
checking) benar pasien, benar dosis, benar cara pemberian, benar waktu
pemberian, dan benar dokumentasi
7. Ampul obat jangan dibuang sampai tindakan selesai, terutama saat prosedur di
ruang operasi.
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT
PASIEN OPERASI
mengembangkan suatu pendekatan untukmemastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur
dantepat-pasien. Elemen Sasaran IV :

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk memverifikasi
saatpre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua
dokumen sertaperalatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional
(Surgical Safety Checklist)
3. Tim operasi yang lengkap menerapkandan mencatat prosedur sebelum
"incisi/timeout" tepat sebelum dimulainya suatuprosedur tindakan pembedahan.

SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
mengembangkan suatu pendekatan untukmengurangi resiko infeksi yang
terkaitpelayanan kesehatan. Elemen Sasaran V:

1. Rumah sakit mengadopsi ataumengadaptasi pedoman hand hygieneterbaru yang


diterbitkan dan sudah diterimasecara umum (a.l dari WHO Guidelines onPatient
Safety.
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif
3. Pengelolaan limbah medis dan non medis

SASARAN VI : PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH


Elemen sasaran VI :
1. menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh
danmelakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan terjadi perubahan
kondisi ataupengobatan dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yangpada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurangan cedera
akibatjatuh dan dampak dari kejadian yang tidakdiharapkan.
4. Kebijakan dan atau prosedurdikembangkan untuk mengarahkanpengurangan
berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

Standar Keselamatan Pasien


Dalam penyelenggaran keselamatan pasien maka diperlukan standar keselamatan
pasien sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien
wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan. Standar keselamatan pasien menurut
(Permenkes, 2017) meliputi tujuh standar yaitu

1. Hak pasien, pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkunan KTD
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga, rumah sakit harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien
3. Keselamatan pasien dalam kesinambambungan pelayanan, rumah sakit
menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga
dan antar unit pelayanan.
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan keselamatan pasien, rumah sakit harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalsis secara intensif KTD, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Insiden Keselamatan Pasien


Insiden keselamatan pasien atau yang dikenal dengan istilah insiden menurut
definisi WHO adalah suatu kejadian atau keadaan yang dapat mengakibatkan, atau
mengakibatkan kerugian yang tidak perlu pada pasien. Berdasarkan PMK Nomor
11/2017 tentag Keselamatan Pasien, Insiden merupakan setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien (Permenkes ,2017).

Threats to Australian Patient Safety (TAPS) membagi menjadi dua jenis insiden
keselamatan pasien, yaitu: insiden yang terkait dengan proses perawatan dan isiden
terkait dengan pengetahuan atau keterampilan (Kemenkes, 2017). Menurut PMK
Nomor 11/2017, insiden keselamatan pasien yang terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan terbagi menjadi empat jenis yaitu Kondisi Potensi Cedera (KPC), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) (Permenkes, 2017). Adapun penjelasan dari masing-masing jenis insiden
tersebut yaitu :

a) Kondisi Potensi Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. (Contoh: kerusakan alat
ventilator, DC shock, tensi meter)
b) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien. (contoh: salah identitas pasien namun diketahui
sebelum tindakan)
c) Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera. Hal ini dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal:
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau
“peringanan” (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini
lalu diberikan antidotumnya)
d) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse event adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian sentinel/Sentinel eventmerupakan
suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat
yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan,
baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau
keadaan pasien. Seperti melakukan operasi pada bagian tubuh yang salah (misal:
amputasi pada kaki yang salah).
DAPUS
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Jakarta. 2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Manajemen Keselamatan Pasien.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/MANAJEMEN
KESELAMATAN-PASIEN-Final-DAFIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai