Anda di halaman 1dari 2

KONSEP 1

Kita semua tahu bahwa tidak semua hal yang disampaikan guru diperhatikan dan
dipelajari siswa.
Keberhasilan pembelajaran tidak terletak pada seberapa banyak materi atau informasi yang
disampaikan guru kepada siswa. Tidak semua siswa memerlukannya atau, boleh jadi materi
itu diperlukan, tetap siswa mengabaikannya karena penyajiannya tidak menarik atau
membosankan. Siswa diposisikan sebagai penerima informasi dari gurunya melalui ceramah.
Namun ukuran utama keberhasilan pembelajaran terletak pada seberapa jauh guru melibatkan
siswa secara aktif dalam belajar.
Siswa belajar dengan menggunakan tiga cara, yaitu pengalaman (dengan kegiatan langsung
atau tidak langsung), pengamatan (melihat contoh atau model) dan bahasa. Dengan cara
tersebut, siswa belajar melalui kehidupan mereka denga menggali dan menemukan sesuatu
yang baru secara aktif. Proses belajar terjadi ketika siswa dapat menghubungkan apa yang
telah mereka ketahui dengan apa yang mereka temukan melalui pengalaman belajar yang
dilaluinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku siswa melalui latihan
dan pengalaman yang dilakukannya secara aktif.
KONSEP 2
Banyak orang beranggapan bahwa keempat kemampuan berbahasa itu berkembang
secara berurutan, dari menyimak, berbicara, membaca, setelah itu menulis.
Umumnya orang beranggapan bahwa keempat kemampuan berbahasa itu berkembang secara
berurutan, dari kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Anggapan itu tidak
sepenuhnya benar. Mungkin kemampuan menyimak anak berkembang lebih awal, tetapi
kemampuan itu segera diikuti oleh kemampuan berbicara. Sementara itu dalam hal
kemampuan baca-tulis, banyak peneliti menemukan bahwa umumnya kemampuan menulis
anak berkembang lebih awal. Anak-anak sangat suka bermain-main dengan kertas dan pensil.
Mereka mencoret-coret kertas itu, membuat garis atau gambar. Apa yang mereka lakukan
pada kacamata orang dewasa mungkin tidak berarti, tetapi bagi anak kegiatan itu adalah awal
proses mereka dalam belajar menulis.
Pemilahan keempat kemampuan berbahasa itu menyiaratkan bahwa masing-masing
keterampilan itu terkesan berdiri sendiri. Suatu aktivitas berbahasa melibatkan lebih dari satu
jenis kegiatan berbahasa.
KONSEP 3
Perdebatan tentang bagaimana anak menguasai bahasa tidak kunjung menemui titik
temu. Apakah karena bawaan atau karena lingkungan.
Terdapat tiga pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan bahasa pertama, yaitu:
1. Pandangan Nativistis
Menurut pandangan nativistis, setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan
bawaan atau alami untuk dapat berbahasa. Bukan lingkungan yang membuat anak mampu
berbahasa. Kalau bukan karena kemampuan bawaan, mustahil anak dapat mempelajaro
dan menguasai suatu bahasa yang komponen dan aturannya begitu rumit hanya dalam
waktu yang begitu singkat.
Kemampuan bawaan berbahasa disebut dengan piranti pemerolehan bahasa (language
acquisition device atau LAD) yang berpusat di otak. Piranti itulah yang membuat anak
dapat berbahasa.
2. Pandang Behavioristis
Menurut behavioris, penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan yang diberikan
lingkungannya. Anak tidak memiliki peranan aktif, hanya sebagai penerima pasif.
Perkembangan bahasa anak terutama ditentukan oleh kekayaan dan lamanya latihan yang
diberikan oleh lingkungan, serta peniruan yang dilakukan anak terhadap tindak berbahasa
lingkungannya.
3. Pandangan Kognitif
Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahasa anak ditentukan oleh
daya kognitifnya. Lingkungan tidak serta merta meberikan pengaruhnya terhadap
perkembangan intelektual dan bahasa anak. Anak yang berperan aktif untuk terlibat
dengan lingkungannya agar penguasaan bahasanya dapat berkembang secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai