Pada dasarnya pemerintah menjalankan program KB untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, namun tidak semua masyarakan setuju dengan program ini. Berikut beberapa alasan masyarakan menolak program KB. 1. Kurangnya pemahaman/pengetahuan Pendidikan yang rendah yang dimiliki oleh masyarakat dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap KB. Sebagian masyarakat yang tidak mengerti akan merasa takut bahwa KB akan menimbulkan efek yang buruk bagi tubuh mereka. Oleh karena itu sangat perlu untuk dilakukan sosialisasi secara mendalam agar masyarakat paham akan pentingnya KB 2. Faktor kesehatan Selain masyarakat yang takut akan timbulnya efek samping yang dapat merugikan mereka, ada juga ada juga masyarakat yang menolak untuk memakai KB dikarenakan pengalaman sebelumnya yang membuat pemakaian KB di tubuh mereka membuat berat badan naik, siklus menstruasi yang tidak teratur, serta ketidaknyamanan dalam berhubungan intim. 3. Faktor agama Banyak dari masyarakat beranggapan bahwa KB bertentangan dengan agama, terutama agama Islam. Ada yang beranggapan bahwa progam KB dapat menghambat pertumbuhan umat Islam. Ada juga yang berpendapat bahwa banyak anak banyak rezeki, jika memakai KB maka sama dengan menolak rezeki dari Allah SWT., karena dalam Al-Qur’an ada ayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT. akan memberikan rezeki kepada setiap anak yang terlahir. 4. Faktor mata pencaharian Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani merasa bahwa mereka akan memiliki tenaga lebih dalam membantu pertanian jika mereka memiliki banyak anak. Serta dengan adanya banyak anak mereka akan terbantu dalam urusan – urusan pekerjaan rumah karena suami pergi bekerja sehingga sebagian anak – anak mereka ada yang membantu suami dan ada yang membantu di rumah. 5. Faktor Adat Istiadat Beberapa masyarakat sampai saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyangnya. Contohnya adalah budaya patrilineal (mengikuti garis keturunan ayah). Prinsip patrilineal ini sendiri merupakan pemisahan yang tegas antar hak anak laki-laki dengan anak perempuan, di mana anak laki-laki mendapat hak warisan dari orangtua, sedangkan perempuan tidak, karena anak perempuan akan mengikuti suaminya kelak. Kebudayaan ini membuat masyarakatnya harus memiliki anak laki-laki untuk dijadikan penerusnya. Sehingga mereka mungkin akan tetap memiliki anak sampai mendapatkan anak laki-laki, atau mengadopsi anak. Referensi https://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/view/5174 http://www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP/article/view/19037 https://www.kompasiana.com/gui/5dd2c6ecd541df14b45e1752/karena-hal-ini-kami-enggan- mengikuti-program-kb https://lifestyle.okezone.com/read/2014/08/09/483/1022235/alasan-kuat-masyarakat-tidak-mau- kb https://ejournal.ps.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2021/03/Jurnal%20Abdul %20Razak%20(03-03-21-10-56-15).pdf