Dr. Dhanang Respati Puguh, M. Hum. Rabith Jihan Amaruli, S.S., M. Hum. 1 Mahendra P. Utama, S.S., M.Hum.
Program Studi S1 Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro 2 Historiografi sebagai bagian dari metode sejarah
Fakta-fakta merupakan bahan mentah bagi sejarah
Fragmentaris Belum memperlihatkan hubungan antarfakta yang jelas.
Fakta-fakta itu harus “diolah”
Diseleksi Disusun secara logis dan sistematis Dideskripsikan atau dikisahkan 3 Merekonstruksi kisah sejarah yang bulat dan utuh
Memperlihatkan hubungan antarfakta: kronologis, sebab-akibat,
geografis Menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca Dianjurkan untuk lebih banyak berbicara dalam bentuk waktu lampau (past tense, kalimat pasif) mengenai peristiwa dan hal-hal yang tidak lagi berwujud. Menggunakan kerangka pemikiran yang telah dibangun oleh peneliti. “Seni” 4 Historical-mindedness
Kemampuan peneliti untuk menanggalkan personalitasnya sendiri dan
sedapat mungkin mengambil oper personalitas subjeknya (pelaku sejarah, jiwa zaman) supaya dapat memahami bahasa, cita-cita, kepentingan, sikap, kebiasaan, dorongan, dan ciri-ciri. Berhubungan dengan proses psikologis: empati dan intuisi Kemampuan untuk menempatkan diri di tempat individu lain dari zaman lain (pelaku sejarah) Kemampuan untuk menafsirkan dokumen, peristiwa, dan personalitas berdasar sudut pandang pelaku sejarah (zeit geist, jiwa zaman) 5 Sasaran dalam penyusunan historiografi
Detail faktual yang akurat
Kelengkapan bukti yang cukup Struktur yang logis Penyajian yang jelas dan “halus” 6 Draft #1: Menuliskan fakta-fakta secara mendetail dan akurat
Meninjau suatu terein (lapangan) yang belum dikenal.
Merancang kerangka tulisan secara keseluruhan dari pendahuluan sampai simpulan beserta dengan subbab-subbab yang diperlukan (dalam skripsi: draft daftar isi). Mengisi setiap subbab dengan fakta-fakta selengkap mungkin. Langkah ini dikerja bab demi bab. Setelah selesai, diperiksa lagi untuk memastikan bahwa fakta-fakta yang relevan pada setiap subbab dan bab tidak ada yang terlewatkan. 7 Draft #2: Membentuk struktur tulisan yang logis
Menyingkirkan hal-hal yang tidak relevan, bagian yang berulang
(duplikatif), kata-kata yang berlebihan, kalimat yang muluk-muluk, hal-hal yang tidak konsisten, simpulan yang lemah, dan paragraf yang tidak perlu. Memindahkan paragraf-paragraf ke tempat yang lebih sesuai atau lebih baik. Paragraf-paragraf mengenai peristiwa yang sama sebaiknya ditempatkan berdekatan. Pembahasan suatu tema dilakukan secara tuntas. Mengoreksi penulisan fakta, tata bahasa, logika, dan hal-hal yang kurang tepat. Dikerjakan subbab demi subbab, bab demi bab. 8 Draft #3: Memperoleh taraf kejelasan dan kehalusan yang lebih baik
Mengoreksi paragraf-paragraf yang tidak mempunyai struktur organis
(transisi topik, perkembangan, simpulan), predikat yang tidak cocok dengan subjeknya, ungkapan yang muluk, konstruksi yang tidak sejajar, variasi yang indah tetapi dapat mengganggu pemahaman, terjemahan yang tidak tepat. Tulislah seolah-olah kita harus membayar untuk setiap kata yang kita gunakan. Tinggalkan hanya kata-kata yang paling sederhana, paling hidup, paling dapat menerangkan, dan tepat. 9 Draft #4: Kecermatan dalam penulisan
Mengacu pada panduan yang berlaku.
Mungkin hanya mencakup beberapa halaman. Penulisan karya sejarah yang kurang baik: Jarak waktu yang terlalu singkat antara draft pertama dan berikutnya. Terlalu sedikit draft. Menulis perlu pengendapan, kesabaran, dan kecermatan. Draft terakhir (#4) inilah yang idealnya diajukan dalam proses bimbingan penyusunan skripsi.