Anda di halaman 1dari 18

Pertanyaan Nomor 1 :

1. Dalam kaitannya kriminologi dengan berbagai dispilin bidang ilmu lainnya adalah bahwa
kriminologi itu sebagai kumpulan berbagai ilmu pengetahuan dan kesemuanya itu saling
melengkapi sehingga dapat diketahui sampai seberapa jauh hubungannya. Buatlah
identifikasi terhadap ilmu lainnya yang berkaitan dengan kriminologi! kemudian analisislah!
Dalam pengertian yang diberikannya tentang kejahatan tersebut, Bemmelen juga
membahas tentang pemberian hukuman bagi pelaku kejahatan, di mana pada gilirannya masalah
penjatuhan hukuman ini juga dicermati melalui bidang ilmu yang kemudian berkembang menjadi
Penologi.Kembali pada pentingnya mempelajari penologi dalam menjelaskan kriminologi, berikut
ini akan diberikan contoh uraian dari salah satu aspek yang dipelajari dalam penologi, yakni alasan
pembenaran pemberian penghukuman. Penjelasan tentang alasan pembenaran pemberian hukuman
didasarkan pada teori tentang penghukuman yang terdiri dari 5 (lima) teori besar yakni:
 Retribution
 Utilitarian prevention: deterrence.
 Special deterrence: intimidation.
 Behavioral prevention: incapacitation.
 Behavioral prevention: rehabilitation.
Dalam pengertian ini, kriminologi tidak lagi dipahami sebagai ilmu pengetahuan tentang
kejahatan atau penjahat saja tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari “the
world of crime” (dunia kejahatan), atau “the whole aspects of crime” (keseluruhan aspek yang
terkait dengan kejahatan). Dalam mempelajari dunia kejahatan maka kriminologi memiliki asumsi
dasar yang nmenyatakan: tidak mungkin kejahatan dapat dipelajari tanpa mempelajari aspek-aspek
yang terkait dengannya, yakni penjahat dan reaksi sosial terhadap keduanya,baik terhadap
kejahatan maupun terhadap penjahat.

2. Identifikasikanlah keterkaitan kriminologi dengan bidang studi lainya dan mengapa hal ini
terjadi?
Berkembanglah suatu bidang ilmu baru yang khusus mempelajari aspek-aspek yang
terkait dengan kedudukan korban dalam suatu peristiwa kejahatan, yakni yang kita kenal sebagai
“victimology”. Demikianlah, kita telah membahas tentang bidang ilmu yang menjadi konsentrasi
kriminologi serta objekstudi kriminologi, maka kini kita dapat melihat keterkaitan antara keduanya,
antara lain:
 Bidang ilmu Sosiologi Hukum.Bidang ilmu ini lebih memfokuskan perhatiannya pada objek
studi Kriminologi, yakni kejahatan. Upaya ini dilakukan dengan mempelajari hal-hal yang
terkait dengan kondisi terbentuknya hukum pidana, peranan hukum dalam mewujudkan nilai-
nilai sosial, serta kondisi empiris perkembangan hukum.
 Bidang Ilmu Etiologi Kriminal. Bidang ini lebih memfokuskan perhatiannya pada objekstudi
Kriminologi, yakni penjahat. Upaya ini dilakukan dengan mempelajari alasan mengapa
seseorang melanggar hukum (pidana), atau melakukan tindak kejahatan sementara orang lain
tidak melakukannya. Pertimbangannya harus didasarkan berbagai faktor (multiplefactors),
tidak lagi hanya faktor hukum atau legal saja (singlefactor) semata.
 Bidang ilmu Penologi. Bidang ilmu ini lebih memfokuskan perhatiannya pada objekstudi
Kriminologi, yakni reaksi sosial. Upaya ini dilakukan dengan mempelajari hal-hal yang terkait
dengan berkembangnya hukuman, arti dan manfaat yang berhubungan dengan “control of
crime” (penghukuman dan pelaksanaan penghukuman).
 Bidang ilmu Viktimologi. Bidang ilmu ini memfokuskan perhatiannya pada objekstudi
Kriminologi, yakni korban kejahatan. Ini dilakukan dengan mempelajari hal-hal yang terkait
dengan kedudukan korban dalam kejahatan, interaksi yang terjadi antara korban dan penjahat,
tanggungjawab korban pada saat sebelum dan selama kejahatan terjadi.
Dari uraian di atas tampaklah bahwa setiap bidang ilmu yang ada di dalam kriminologi
mempunyai fokus bahasan yang masing-masing berbeda tetapi semuanya bermuara pada
objekstudi dari kriminologi itu sendiri. Pengetahuan yang dipelajari oleh masing-masing bidang
ilmu itu tentunya saling melengkapi dalam rangka mempelajari “the world of crime” yang
merupakan fokus bahasan kriminologi secara keselu

3. Beterkaitan kriminologi dengan bidang studi lainya itu bisa dikatakan bahwa itu merupakan
kriminologi teoritis atau kriminologi murni (pure criminology). Bagaimana analisis saudara
terhadap pernyataan ini dan sertakan dasar teorinya untuk mendukung analisis yang
saudara buat!
Menurut Bonger, kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala
kejahatan seluas-luasnya (kriminologi teoritis atau murni). Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan
padanya di samping itu disusun kriminologi praktis. Kriminologi teoritis adalah ilmu pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman yang seperti ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memperhatikan
gejala-gejala dan berusaha menyelidiki sebab-sebab dari gejala tersebut (etiologi) dengan cara-cara
yang ada padanya. Contohnya : Patologi sosial (penyakit masyarakat) seperti kemiskinan, anak
jadah, pelacuran, gelandangan, perjudian, alkoholisme, narkotika dan bunuh diri. Bonger membagi
kriminologi menjadi kriminologi murni dan terapan.
 Kriminologi murni;
a. Antropologi kriminal;
b. Sosiologi kriminal;
c. Psikologi kriminal;
d. Psikhopatologi;
e. Penologi.
 Kriminologi terapan;
a. Criminal hygienel;
b. Politik kriminal;
c. Kriminalistik.

Noach, kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki  gajala-gejala kejahatan dan
tingkah laku yang tidak senonoh, sebab mesabab serta akibatnya.

J. Constant, kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan faktor-faktor yang
menjadi sebab-musabab dari terjadinya kejahatann dan penjahat.

E.H Sutherland dan Donald R. Cressey, kriminologi adalah ilmu dari berbagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari kejahatan (tindakan jahat) sebagai fenomena sosial. Kriminologi dibagi menjadi
3 cabang ilmu utama, yaitu :
 Sosiologi hukum, mempelajari kejahatan sebagai tindakan yang oleh hukum dilarang dan
diancam dengan sanksi. Jadi yang menentukan bahwa suatu tindakan itu kejahtaan adalah
aturan hukum;
 Etiologi kriminal yang merupakan cabang kriminologi yang berusaha melakukan analisis ilmiah
mengenai sebab musabab kejahatan. Dalam kriminologi, etiologi kejahatan merupakan kajian
yang “paling” utama.
 Penologi pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, namun Sutherland memasukkan hak-
hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian kejahatan, baik represif maupun prefentif.

Lebih lanjut, Herman Mannheim (1965) menyatakan bahwa juga termasuk ke dalam lingkup
pembahasan kriminologi adalah proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang.

Bawengan, kriminologi mempelajari perkembanga dan pertumbuhan perilaku yang menjurus ke


arah kesejahteraan atau perkembangan perilaku mereka yang telah melakukan kejahatan.

4. Kriminologi itu ruang lingkupnya sangat luas sehingga keberadaannya itu memerlukan
dukungan dari disiplin ilmu lainnya. Untuk itu identifikasikanlah disiplin ilmu di luar
kriminologi dan berikanlah analisissaudara terhadap hal ini
Soejono Dirdjosiswo, kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang
mempelajari kejahatan-kejahatan sebagai masalah manusia. Rumusan ini adalah dalam arti sempit
sedangkan dalam arti luas (Noach) meliputi kriminalistik yang sifatnya mengandung ilmu eksakta
dan penologi.
 Kriminologi dalam arti sempit mempelajari kejahatan.
 Kriminologi dalam arti luas, mempelajari penologi dan metode-metode yang berkaitan
dengan kejahatan dan masalah prevensi kejahatan dengan tindakan yang bersifat non pedal.
Karena mempelajari kejahatan adalah mempelajari perilaku manusia, maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan descriptive, causality, dan normative.

Kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi kejahatan dan penjahat (crime dan
criminal). Dalam wujud ilmu pengetahuan, kriminologi meruakan “the body of knowledge” yang
ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan hasil penelitian dari berbagai disiplin, sehingga aspek
pendekatan terhadap obyek studinya luas sekali, dan secara inter-disipliner dari ilmu-ilmu sosial
dan humaniora serta dalam pengertian yang luas mencakup pula konstribusi dari ilmu-ilmu
eksakta.

Kriminologi tidak seperti ilmu-ilmu teknik, kedokteran, sastra dan sebagainya, melainkan
sebagai ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh penegak hukum, psikholog, psikhiater,
pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Jadi kriminologi tidak dapat secara mandiri menangani
masalah tentang praktek seperti yang dikatan Roger Hood dan Richard Spraks.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa kriminologi diamalkan  untuk kepentingan
memahami kejahatan dan berbagai perilaku yang menyimpang , dan bukanlah sarana yang
diterapkan bagi peradilan semata-mata seperti kriminalistik, melainkan sebagai pure science 
yang hasil penelitiannya secara obyektif dapat dimanfaatkan bagi kepentingan praktis misalnya
sebagai input untuk bahan penyusunan peraturan perundang-undangan pidana, strategi kepolisian
untuk mencegah kriminalitas tertentu dan berbagai kegunaan lainnya.

Sejak kelahirannya, tidak ada satu pun disiplin ilmu yang tidak memiliki arti dan tujuan,
bahkan kegunaan, disamping ilmu pengetahuan yang lain. Untuk memahami rati mempelajari
kriminologi, perlu dipelajari awal studi tentang kejahatan sebagai lapangan penyelidikan baru
para ilmuwan sekitar abad XIX. Penyelidikan awal dilakukan oleh Adolphe Quetelet (1796-
1874) orang Belgia hali matematika dan sosiologi yang menghasilkan moral statistics (1842),
penyelidikan selanjutnya dilakukan oleh Lombroso (1835-1909) yang kemudian di susun dalam
bkunya L’Uomodelinqunte (1876).

Adolphe Quetelet lewat moral statistics (1842) dengan regulaties-nya telah menemukan
hukum kriminologi sebagai  ilmu yaitu bahwa kejahatan tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat dan setiap kejadian tertentu selalu berulang sama, yaitu memiliki modus operandi
dan menggunakan sarana yang sama. Penemuan Adolphe Quetelet bagi perkembangan
kriminologi justru mengandung makna yang sangat mendalam, yaitu bahwa penyebab timbulnya
kejahatan tidak lagi faktor pewarisan namun juga karena  faktor lingkungan baik fisik maupun
sosial. Demikian pula dengan Cesare Lombroso, penemuannya yang tidak disengaja merupakan
pekerjaan yang amat penting di bidang kriminologi, yaitu :
a. Sesuai dengan ajaran evolusi yang dimulai dengan uraian tentang kejahtan, dimulai dari
manusia yang masih sederhana peradabannya.
b. Bahwa penyelidikan-penyelidikan yang bersifat kriminologis semula hanya ditujukan untuk
kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan khusus studi tentang kejahatan.
c. Bahwa lahirnya pelbagai paragdima studi kejahatan tahun 1970 an dalam kaitannya dengan
perspektif hukum dan organisasi sosial mengandung arti kriminologi telah terkait dan tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan struktur masyarakat.
Kriminologi bertujuan untuk memberi petunjuk bagaimana masyarakat dapat
memberantas kejahatan dengan hasil yang baik dan lebih-lebih menghindarinya. Kriminologi
bertujuan mengantisipasi dan bereaksi terhadap semua kebijaksanaan dilapangan hukum pidana,
sehingga dengan demikian dapat dicegah kemungkinan timbulnya akibat-akibat yang merugkan,
baik bagi si pelaku, korban, maupun masyarakat secara keseluruhan. Kriminologi bertujuan
mempelajari kejahatan, sehingga yang menjadi misi kriminologi adalah;
a. Apa yang dirumuskan sebagai kejahatan dan fenomenanya yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat, kejahatan apa dan siapa enjahatnya merupakan bahan penelitian para
kriminolog;
b. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya atau dilakukannya kejahatan

Krinimologi bertujuan menjabarksn identitas kriminalitas dan kausa kriminologisnya


untuk dimanfaatkan bagi perencanaan pembangunan sosial pada saat era pembangunan dewasa
ini dan di masa mendatang. Kriminologi terdiri dari ilmu-ilmu ;
 Antropologi kriminal, ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somantis) suatu
bagian dari ilmu alam. Antropologi juga disebut bagian terakhir dari ilmu binatang
(zoology). Ilmu ini juga memberi jawaban atas pertanyaan misalnya: Apakah seorang
penjahat memiliki tanda-tanda khusus pada pisiknya? Apakah ada kaitannya dengan
kejahatan dengan suku bangsa?
 Sosiologi kriminal, ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala
masyarakat, dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat (etiologi sosial) dan
dalam arti luas juga termasuk penyelidikan mengenai lingkungan pisiknya (geografis,
klimatologis dan meteorologis).
 Psikologi kriminal, ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari sudut ilmu jiwa.
Penyelidikan mengenai jiwa penjahat dapat semata-mata ditujukan kepada pribadi
perseorangan, ilmu ini cocok dimiliki oleh hakim, dapat juga digunakan untuk menyusun
golongan )tipologi) penjahat.
 Psikho & Neuro- Patologi Kriminal, ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan
yang sakit jiwa atau sakit syaraf.
 Penologi, ilmu pengetahuan tentang timbul dan tumbuhnya hukuman, arti huuman dan
manfaat hukuman.
Intisari pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasan dan asumsi-asumsi
teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan sumber hukum-
hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Studi ilmiah tentang kriminologi biasanya
mencerminkan landasan dasar salah satu dari ketiga paradigma, yakni; 
 Paradigma positivis, sebagai salah satu paaragigma untuk mempelajari kriminologi yang
menitikberatkan pada sifat alamiah dari setip manusia secara individual.
 Paradigma interaksionis, menitikberatkan pada keragaman psikologi sosial dari kehifdupan
manusia sejak eksistensinya dalam perkembangan kriminologi pada awal 1960-an, telah
memberikan pengaruh/dampak yang sangat berarti terhadap cara pandang para ahli ilmu
sosial akasn kejahatan.
 Paradigma sosialos menitikberatkan pada aspek-aspek politik dan ekonomi dari kehidupan
sosial.

Kriminologi dalam arti sempit ruang lingkupnya dalah mempelajari kejahatan, yaitu
mempelajri bentuk tertentu perilaku kriminal agar selalu berpegang pada batasan dalam arti
yuridis. Kriminologi dalam arti luas ruang lingkupanya adalah mempelajari penologi ( ilmu
yanga mempelajari tentang hukuman) dan metode-metode yang berkaitan dengan tindakan -
tindakan yang bersifat non punitif.

Pertanyaan Nomor 2 :
1. Dikatakan bahwasannya analisis risiko viktimisai itu penting. Jelaskan analisis saudara
mengapa hal tersebut penting?
Ruang lingkup atau objek studi viktimologi dan kriminologi dapat dikatakan sama, yang
berbeda adalah titik tolak pangkal pengamatannya dalam memahami suatu viktimisasi kriminal,
yaitu viktimologi dari sudut pihak korban sedangkan kriminologi dari sudut pihak pelaku. Masing-
masing merupakan komponen-komponen suatu interaksi (mutlak) yang hasil interaksinya adalah
suatu viktimisasi kriminal atau kriminalitas. Suatu viktimisasi antara lain dapat dirumuskan sebagai
suatu penimbunan penderitaan (mental, fisik, sosial, ekonomi, moral) pada pihak tertentu dan dari
kepentingan tertentu. Menurut J.E. Sahetapy, viktimisasi adalah penderitaan, baik secara fisik
maupun psikis atau mental berkaitan dengan perbuatan pihak lain. Lebih lanjut J.E. Sahetapy
berpendapat mengenai paradigma viktimisasi yang meliputi :
a. Viktimisasi politik, dapat dimasukkan aspek penyalahgunaan kekuasaan, perkosaan hak-hak
asasi manusia, campur tangan angkatan bersenjata diluar fungsinya, terorisme, intervensi, dan
peperangan lokal atau dalam skala internasional;
b. Viktimisasi ekonomi, terutama yang terjadi karena ada kolusi antara pemerintah dan
konglomerat, produksi barang-barang tidak bermutu atau yang merusak kesehatan, termasuk
aspek lingkungan hidup;
c. Viktimisasi keluarga, seperti perkosaan, penyiksaan, terhadap anak dan istri dan menelantarkan
kaum manusia lanjut atau orang tuanya sendiri;
d. Viktimisasi media, dalam hal ini dapat disebut penyalahgunaan obat bius, alkoholisme,
malpraktek di bidang kedokteran dan lain-lain;
e. Viktimisasi yuridis, dimensi ini cukup luas, baik yang menyangkut aspek peradilandan lembaga
pemasyarakatan maupun yang menyangkut dimensi diskriminasi perundangundangan,
termasuk menerapkan kekuasaan dan stigmastisasi kendatipun sudah diselesaikan aspek
peradilannya.

Viktimologi dengan berbagai macam pandangannya memperluas teori-teori etiologi


kriminal yang diperlukan untuk memahami eksistensi kriminalitas sebagai suatu viktimisasi yang
struktural maupun nonstruktural secara lebih baik. Selain pandangan-pandangan dalam viktimologi
mendorong orang memperhatikan dan melayani setiap pihak yang dapat menjadi korban mental,
fisik, dan sosial.
Manfaat yang diperoleh dengan mempelajari ilmu pengetahuan merupakan faktor yang
paling penting dalam kerangka pengembangan ilmu itu sendiri. Dengan demikian, apabila suatu
ilmupengetahuan dalam pengembangannya tidak memberikan manfaat, baik yang sifatnya praktis
maupun teoritis, sia-sialah ilmu pengetahuan itu untuk dipelajari dan dikembangkan. Hal yang
sama akan dirasakan pula pada saat mempelajari viktimologi. Dengan dipelajarinya viktimologi,
diharapkan akan banyak manfaat yang diperoleh.Manfaat viktimologi menurut Arief Gosita, adalah
sebagai berikut :
a. Viktimologi mempelajari hakikat siapa itu korban dan yang menimbulkan korban, apa artinya
viktimisasi dan proses viktimisasi bagi mereka yang terlibat dalam proses viktimisasi;
b. Viktimologi memberikan sumbangan dalam mengerti lebih baik tentang korban akibat
tindakan manusia yang menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial. Tujuannya tidaklah
untuk menyanjung-nyanjung pihak korban, tetapi hanya untuk memberikan beberapa
penjelasan mengenai kedudukan dan peran korban serta hubungannya dengan pihak pelaku
serta pihak lain. Kejelasan ini adalah sangat penting dalam rangka mengusahakan kegiatan
pencegahan terhadap berbagai macam viktimisasi, demi menegakkan keadilan dan
meningkatkan kesejahteraan mereka yang terlihat langsung dalam eksistensi suatu viktimisasi;
c. Viktimologi memberikan keyakinan, bahwa setiap individu mempunyai hak dan kewajiban
untuk mengetahui, mengenai bahaya yang dihadapinya berkaitan dengan kehidupan pekerjaan
mereka. Terutama dalam bidang penyuluhan dan pembinaan untuk tidak menjadi
korbanstruktural atau non-struktural. Tujuannya untuk memberikan pengertian yang baik dan
agar menjadi lebih waspada;
d. Viktimologi juga memperhatikan permasalahan viktimisasi yang tidak langsung misalnya,
efek politik pada penduduk dunia ketiga akibat penyuapan oleh suatu korporasi internasional,
akiba-akibat sosial pada setiap orang, akibat polusi industri terjadinya viktimisasi ekonomi,
politik, dan sosial setiap kali seorang pejabat menyalahgunakan jabatan dalam pemerintahan;
e. Viktimologi memberikan dasar pemikiran untuk masalah penyelesaian viktimisasi kriminal.
Pendapat-pendapat viktimologi dipergunakan dalam keputusan-keputusan peradilan kriminal
dan reaksi pengadilan terhadap pelaku kriminal. Mempelajari korban dari dan dalam proses
peradilan kriminal, merupakan juga studi mengenai hak dan kewajiban asasi manusia.

Manfaat viktimologi pada dasarnya berkenaan dengan tiga hal utama dalam mempelajari
manfaat studi korban yaitu :
 Manfaat yang berkenaan dengan usaha membela hak-hak korban dan perlindungan hukum;
 Manfaat yang berkenaan dengan penjelasan peran korban dalam suatu tindak pidana;
 Manfaat yang berkenaan dengan usaha pencegahan terjadinya korban.

Manfaat viktimologi ini dapat memahami kedudukan korban sebagai sebab dasar
terjadinya kriminalitas dan mencari kebenaran. Dalam usaha mencari kebenaran dan untuk
mengerti akan permasalahan kejahatan, delikuensi dan deviasi sebagai satu proporsi yang
sebenarnya secara dimensional.Viktimologi juga berperan dalam hal penghormatan hak-hak
asasi korban sebagai manusia, anggota masyarakat, dan sebagai warga negara yang mempunyai
hak dan kewajiban asasi yang sama dan seimbang kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan.Bagi aparat Kepolisian, viktimologi sangat membantu dalam upaya
penanggulangan kejahatan. Melalui viktimologi, akan mudah diketahui latar belakang yang
mendorong terjadinya suatu kejahatan, bagaimana modus operandi yang biasanya dilakukan oleh
pelaku dalam menjalankan aksinya, serta aspek-aspek lainnya yang terkait.

2. Berikanlah analisis saudara mengapa individu melakukan risiko kejahatan dengan cara
mengumpulkan informasi yang di dapat dari pengalamannya sendiri dan informasi yang di
dapat dari jaringan sosialnya atau media massa?
Ketika berbicara tentang kejahatan, sebenarnya banyak hal yang dapat diulas. Paling
tidak dimulai dengan definisi kejahatan. Kejahatan sering diartikan sebagai perilaku pelanggaran
aturan hukum akibatnya seseorang dapat dijerat hukuman. Kejahatan terjadi ketika seseorang
melanggar hukum baik secara langsung maupun tidak langsung, atau bentuk kelalaian yang dapat
berakibat pada hukuman. Dalam perspektif hukum ini, perilaku kejahatan terkesan aktif, manusia
berbuat kejahatan. Namun sebenarnya “tidak berperilaku” pun bisa menjadi suatu bentuk
kejahatan, contohnya: penelantaran anak atau tidak melapor pada pihak berwenang ketika
mengetahui terjadi tindakan kekerasan pada anak di sekitar kita. Adapula perspektif moral.
Perilaku dapat disebut sebagai kejahatan hanya jika memiliki dua faktor ::
 mens rea (adanya niatan melakukan perilaku), dan

 actus reus (perilaku terlaksana tanpa paksaan dari orang lain). Contohnya: pembunuhan
disebut kejahatan ketika pelaku telah memiliki niat menghabisi nyawa orang lain, serta ide
dan pelaksanaan perilaku pembunuhan dimiliki pelaku sendiri tanpa paksaan dari orang lain.
Jika pelaku ternyata memiliki gangguan mental yang menyebabkan niatnya terjadi diluar
kesadaran, contoh: perilaku kejahatan terjadi pada saat tidur atau tidak sadar, maka faktor
mens rea-nya dianggap tidak utuh, atau tidak bisa secara gamblang dinyatakan sebagai
kejahatan, karena orang dengan gangguan mental tidak bisa dimintai pertanggungjawaban
atas perilakunya (Davies, Hollind, & Bull, 2008).

Selanjutnya, ketika membicarakan kejahatan kita juga perlu mengidentifikasi pelaku dan
korban. Pelaku adalah orang yang melakukan tindakan melanggar hak dan kesejahteraan hidup
seseorang, sedangkan korban adalah orang yang terlanggar hak dan kesejahteraan hidupnya.
Pada kasus pidana, identifikasi akan berkaitan dengan pembuatan tuntutan dan
pertanggungjwaban hukum. Walaupun begitu, terkadang tidak mudah mengidentifikasi pelaku
dan korban, terutama pada kasus dimana pelaku adalah korbannya juga, contohnya: pelaku
prostitusi sebenarnya juga adalah korban dari perilakunya.
Kejahatan secara umum dapat dibedakan dalam beberapa macam: kejahatan personal
(pelaku dan korban kejahatan adalah sama), interpersonal (ada pelaku yang merugikan orang
lain), dan kejahatan sosial masyarakat (efek kejahatan pelaku merugikan kehidupan orang
banyak di masyarakat). Dari segi pelaksanaannya kejahatan juga bisa dibagi menjadi kejahatan
terorganisir (sering disebut kejahatan “kerah putih” yang memiliki sistem dan perencanaan serta
keahlian dalam melakukan kejahatan) dan tidak teroganisir (kejahatan yang dilakukan tanpa
perencanaan dan dilakukan oleh orang yang belum punya keahlian khusus atau amatir). Secara
pidana, ada beberapa contoh perilaku kejahatan: pembunuhan, tindak kekerasan, pemerkosaan,
pencurian, perampokan, perampasan, penipuan, penganiayaan, penyalahgunaan zat dan obat, dan
banyak lagi yang lain.
Begitu banyaknya bentuk dan macam kejahatan, maka menarik untuk mengetahui apa hal
yang menyebabkan orang bisa melakukan tindak kejahatan. Sebenarnya sejak dulu manusia
berusaha menjelaskan mengapa beberapa orang menjadi penjahat. Penjelasan paling awal adalah
Model Demonologi. Dulu dianggap bahwa perilaku kriminal adalah hasil dari pengaruh roh
jahat. Maka cara untuk menyembuhkan gangguan mental dan perilaku jahat adalah mengusir roh
kejahatan, biasanya dilakukan dengan beberapa cara menyiksa, mengeluarkan bagian tubuh yang
dianggap jahat (misalkan darah, atau bagian organ tubuh lainnya). Namun dalam kajian
Psikologi Forensik, dikenal beberapa pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan
perilaku kejahatan: Kriminologi awal (Cesare Lombroso), Psikoanalisa (Sigmund Freud), dan
Teori Bioekologi-Sosial.
Cesare Lombroso adalah seorang kriminolog Italia yang pada tahun 1876 menjelaskan
teori ‘determinisme antropologi’ yang menyatakan kriminalitas adalah ciri yang diwariskan atau
dengan kata lain seseorang dapat dilahirkan sebagai “kriminal”. Ciri kriminal dapat diidentifikasi
dengan ciri fisik seseorang, contohnya: rahang besar, dagu condong maju, dahi sempit, tulang
pipi tinggi, hidung pipih atau lebar terbalik, dagu besar, sangat menonjol dalam penampilan,
hidung bengkok atau bibir tebal, mata licik, jenggot minim atau kebotakan dan ketidakpekaan
terhadap nyeri, serta memiliki lengan panjang. Ia menyimpulkan juga kebanyakan kejahatan
dilakukan oleh laki-laki. Perempuan yang melakukan kejahatan artinya terjadi degenarasi atau
kemunduran. Ia berpandangan harusnya sikap pasif, kurangnya inisiatif dan intelektualitas
perempuan membuatnya sulit melakukan kejahatan.
Sigmund Freud dalam perspektif Psikoanalisa memiliki pandangan sendiri tentang apa
yang menjadikan seorang kriminal. Ketidakseimbangan hubungan antara Id, Ego dan Superego
membuat manusia lemah dan akibatnya lebih mungkin melakukan perilaku menyimpang atau
kejahatan. Freud menyatakan bahwa penyimpangan dihasilkan dari rasa bersalah yang
berlebihan sebagai akibat dari superego berlebihan. Orang dengan superego yang berlebihan
akan dapat merasa bersalah tanpa alasan dan ingin dihukum; cara yang dilakukannya untuk
menghadapi rasa bersalah justru dengan melakukan kejahatan. Kejahatan dilakukan untuk
meredakan superego karena mereka secara tidak sadar sebenarnya menginginkan hukuman untuk
menghilangkan rasa bersalah.
Selain itu, Freud juga menjelaskan kejahatan dari prinsip “kesenangan”. Manusia
memiliki dasar biologis yang sifatnya mendesak dan bekerja untuk meraih kepuasan (prinsip
kesenangan). Di dalamnya termasuk keinginan untuk makanan, seks, dan kelangsungan hidup
yang dikelola oleh Id. Freud percaya bahwa jika ini tidak bisa diperoleh secara legal atau sesuai
dengan aturan sosial, maka orang secara naluriah akan mencoba untuk melakukannya secara
ilegal. Sebenarnya pemahaman moral tentang benar dan salah yang telah ditanamkan sejak masa
kanak harusnya bisa bekerja sebagai superego yang mengimbangi dan mengontrol Id. Namun
jika pemahaman moral kurang dan superego tidak berkembang dengan sempurna, akibatnya anak
dapat tumbuh menjadi menjadi individu yang kurang mampu mengontrol dorongan Id, serta mau
melakukan apa saja untuk meraih apa yang dibutuhkannya. Menurut pandangan ini, kejahatan
bukanlah hasil dari kepribadian kriminal, tapi dari kelemahan ego. Ego yang tidak mampu
menjembatani kebutuhan superego dan id akan lemah dan membuat manusia rentan melakukan
penyimpangan.
Dari perspektif Belajar Sosial, Albert Bandura menjelaskan bahwa perilaku kejahatan
adalah hasil proses belajar psikologis, yang mekanismenya diperoleh melalui pemaparan pada
perilaku kejahatan yang dilakukan oleh orang di sekitarnya, lalu terjadi pengulangan paparan
yang disertai dengan penguatan atau reward; sehingga semakin mendukung orang untuk mau
meniru perilaku kejahatan yang mereka lihat. Contohnya: jika anak mengamati orang tuanya
mencuri dan memahami bahwa mencuri uang menimbulkan reward positif (punya uang banyak
untuk bersenang-senang); maka anak akan mau meniru perilaku mencuri. Di sisi lain, perilaku
yang tidak diikuti dengan reward atau menghasilkan reaksi negatif maka anak belajar untuk
tidak melakukan; atau dengan kata lain meniru untuk tidak mengulangi agar menghindari efek
negatif. Dalam perspektif ini, Bandura percaya bahwa manusia memiliki kapasitas berpikir aktif
yang mampu memutuskan apakah akan meniru atau tidak mengadopsi perilaku yang mereka
amati dari lingkungan sosial mereka.
Teori Sosial menjelaskan bahwa perilaku kejahatan adalah hasil kerusakan sistem dan
struktur sosial. Seorang penjahat dari keluarga yang bercerai, mengalami masa kecil yang sulit,
hidup di lingkungan sosial yang miskin dan banyak terjadi pelanggaran hukum, tidak memiliki
pendidikan yang baik, memiliki gangguan fisik dan mental dan berbagai kesulitan psikososial
lainnya. Dalam perspektif ini, kesannya individu dilihat sebagai pasif bentukan sistem di
sekelilingnya. Namun sebenarnya pada pendekatan Bioekologis oleh Urie Brofenbenner,
terdapat interaksi faktor personal (si individu itu sendiri, termasuk di dalamnya aspek
kepribadian, trauma, aspek biologis) dengan faktor sistem sosial di sekelilingnya. Artinya
perilaku kejahatan akan muncul sebagai interaksi antara faktor personal dan faktor lingkungan
yang harus dapat diidentifikasi. Contohnya: seseorang yang memiliki gangguan kepribadian,
pernah mengalami pola pengasuhan traumatis dan saat ini hidup di lingkungan yang tidak peduli
hukum dapat membuatnya lebih mudah melakukan kejahatan.
Kejahatan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Bahkan perilaku kejahatan yang sama
dapat didasari oleh alasan yang berbeda. Misalkan perlaku mencuri, seorang melakukannya
untuk bertahan hidup, sedang yang lain untuk mencari uang sebanyak mungkin agar bisa
menghindari pekerjaan sesedikit mungkin. Berbagai penjelasan teori kejahatan di atas dapat
digunakan untuk memahami kasus-kasus kejahatan. Mengapa dan bagaimana perilaku kejahatan
dapat muncul dalam suatu kasus kejahatan. Kepekaan dan keahlian dalam memilah-milah
perspektif teori dalam menjelaskan kejahatan sangat dibutuhkan dalam mencari titik terang suatu
kasus kejahatan. Dengan pemahaman tersebut, harapannya, juga bisa dipahami bagaimana
masing-masing harus diperlakukan dan diberikan konsekuensi hukum serta rehabilitasi
psikologisnya. Proses koreksi dan rehabilitasi perilaku kejahatan sebaiknya dilakukan
berdasarkan penjelasan perilaku kejahatan yang akurat dan tepat.
3. Berikanlah analisis saudara tentang penilaian terhadap risiko dan perilaku yang akan
diambil selanjutnya yang mana dipengaruhi oleh kedua jenis informasi tersebut!
Terkait faktor pengalaman langsung menjadi korban kejahatan, umumnya korban akan merasakan
fear of crime yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak menjadi korban. Adanya
korelasi positif antara fear of crime dengan pengalaman menjadi korban, yang menunjukkan bahwa
korban kejahatan umumnya memiliki fear of crime yang lebih tinggi.

4. Bagaimanakah analisis saudara terhadap peran dari pengaruh pengalaman tidak langsung
tentang kejahatan juga sangat menonjol dalam pembentukan fear of crime?
Jika seseorang tinggal di lingkungan yang ia ketahui tinggi tingkat kejahatannya, umumnya ia akan
merasa bahwa lingkungan tersebut sebagai tempat beresiko. Dengan demikian orang tersebut akan
memiliki fear of crime lebih besar. Pengetahuan tentang viktimisasi orang lain ini bisa didapat dari
sumber tidak langsung, misalnya informasi mulut ke mulut antar tetangga.

Pertanyaan Nomor 3 :
1. Mazhab klasik selalu dihubungkan dengan tokoh utamanya yaitu beccaria. Mengapa
demikian?. Bagimana analisissaudara tentang hal ini jika dihubungkan denganilmu
kriminologi?
Karena pada masa aliran klasik banyak dipengaruhi oleh pikiran Beccaria. Aliran klasik yang
dibangun oleh Beccaria membentangkan akhir dari zaman sistem pemerintahan kuno sekaligus
juga menyusun rencana untuk zaman yang akan datang. Beccaria yang berhasil menyusun suatu
konsep hukum kriminal yang lengkap yang lahir dari buah pikiran liberalisme yang sedang
berkembang. Beccaria dipengaruhi oleh mazhab hukum alam yang berkembang pada masa itu yang
mencari dasar pemidanaan dalam pengertian hukum yang berlaku umum. Negara adalah suatu
penjelmaan kehendak manusia yang telah menjadi dasar pembenaran dari pemidanaan pada
kehendak individu. Hugo de Groot yang menggunakan penjelasan tentang sebab akibat
menyatakan bahwa seorang pelaku itu harus dipandang sebagai layak untuk menerima akibat dari
perbuatannya telah melihat pada kehendak alam. Para pengikut mahzab hukum alam, kemudian
mencari dasar pembenaran dari suatu pidana pada asas-asas hukum yang berlaku umum. Thomas
Hobbes sebagai pendukung utilitarian berpandangan bahwa hukum adalah perintah penguasa. Oleh
karenanya, hukum alam berupa keadilan, kesetaraan, kerendahan hati, tanpa paksaan dari
penguasa, menyebabkan tidak adanya keteraturan. Hukum yang dibuat oleh penguasa adalah aturan
perundangan yang berkaitan dengan pertimbangan manfaat kedamaian dan keamanan publik.
Beccaria mencari dasar pembenarannya pada kehendak yang bebas warga negara, yakni yang telah
mengorbankan sebagian kecil dari kebebasannya kepada negara, agar mereka dengan memperoleh
perlindungan dari negara dapat menikmati sebagian besar dari kebebasan-kebebasannya.

2. Pada saat mazhab klasik, terjadi pertentangan antara pihak gereja dan kekuasaan raja
dengan intelectualisme dan rationalism dari the social contract writers yang dictuskan oleh
(Thomas Hobbes, John Locke, Montesquieu, Voltaire dan Rousseau). Mengapa hal ini
terjadi? dan bagaimana saudara menganalisis tentang peristiwa ini?
Kontrak sosial sebagai perjanjian di antara masyarakat dengan kaum elite yang diwakili oleh
penguasa, berakar kepada pemikiran politik dari abad ke-16 sampai k e -18 di Eropa Barat,
terutama karya Thom as Hobbes, Jhon Locke, dan Jean Jacques Rousseau. M ereka adalah bagian
dari golongan pem ikir besar Eropa yang merespons peralihan era revolusi pertanian pertama di
pertengahan abad ke-16 menuju Kontrak Sosial dan Pemilihan Umum (Arbi Sanit) revolusi
keagungan dan revolusi ilmu pengetahuan di akhir abad ke-18. Pemikiran m ereka m enapaki
perjalanan panjang pergeseran kekuasaan dari raja dan kaum bangsaw an kepada kaum feodal yang
semakin mendominasi parlemen, sebagai imbalan bagi kontribusi pajak mereka yang semakin m
enentukan sumber keuangan kerajaan. Kontrak sosial merupakan konsepsi tentang hubungan
kekuasaan baru di antara penguasa dengan rakyat, yang dirumuskan untuk menjawab tuntutan
pembaharuan politik yang memerlukan keberlanjutan, bukan kemandekan apalagi kemunduran.
Itulah sebabnya maka para pemikir tersebut, m engetengahkan kontrak sosial guna menegaskan
bahwa bukan raja, akan tetapi rakyat yang merupakan pemilik kedaulatan. Bahw a penguasa harus
m em peroleh kepercayaan rakyat supaya bisa memerintah secara sah. Bahwa untuk itu, baik
penguasa maupun rakyat harus mempunyai tanggung jaw ab m asing-m asing, atas keterkaitan
mereka satu sama lain di dalam negara.

3. Pandangan beccaria ini besar pengaruhnya terhadap pembentukan Undang-Undang


Perancis (French Code) tahun 1791. Oleh karena itu sifat dari mazhabklasik ini sering pula
identik dengan “administrative and legal criminologi”. Mengapa dikatakan demikian?.
Bagaimana analisissaudara akan hal ini?
Pada masa aliran klasik lahir KUHP Perancis (1791) yang banyak dipengaruhi oleh pikiran
Beccaria. Dalam praktiknya, code penal Perancis perlu perubahan-perubahan terutama pengaruh
aliran neo classical school. Aliran klasik yang tumbuh sebagai reaksi ancient regime yang arbiter
pada abad kedelapan belas di Perancis. Aliran hukum pidana klasik adalah semangat
pengembangan yang pada masa itu amat berpengaruh pada nilai-nilai modern dan rasional. Aliran
ini berkembang dalam ilmu pengetahuan hukum terhadap kodifikasi hukum pidana. Pengaruh
aliran ini terasa pada tiga asas hukum pidana klasik, salah satunya adalah asas legalitas yang berarti
bahwa negara berkewajiban untuk menjelaskan perbuatan mana saja yang dapat dipidana. Ajaran
yang memisahkan antara moral dan hukum dijadikan sebagai alasan untuk mengeluarkan bentuk
kejahatan tradisional yang bersifat religious.

4. Dalam perkembangan pemikiran tentang kejahatan, maka muncullah upaya yang mencari
sebab-musabab kejahatan dalam hubungannya dengan eksistensi hukum. Hal ini muncul
karena adanya pemikiran bahwa hukumlah yang menentukan keberadaan kejahatan. Aliran
pemikiran yang demikian dikenal sebagai mazhab kritis.Mengapa hukum yang menentukan
keberadaan kejahatan dalam hal ini?. Bagaimana analisissaudara?
Aliran kritis sesungguhnya memusatkan perhatian pada kritik tentang intervensi kekuasaan dalam
menentukan suatu perbuatan sebagai kejahatan. Itulah sebabnya, aliran ini menggugat eksistensi
hukum pidana. Pendukung aliran menganggap bahwa pihak-pihak yang membuat hukum pidana
hanyalah sekelompok kecil dari anggota masyarakat yang kebetulan memiliki kekuasaan untuk
membuat dan membentuk hukum pidana tersebut. Jadi, hal yang dikatakan sebagai kejahatan
dalam hukum pidana dapat saja dianggap oleh masyarakat (umum) sebagai hal yang bukan tindak
kejahatan (tidak jahat). Dan tentunya, hal tersebut terjadi jika persepsi para pembuat hukum pidana
berbeda dengan persepsi luas pada umumnya.
Pertanyaan Nomor 4:
1. Struktur sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan munculnya beberapa kejahatan
tertentu, dimana kejahatan tersebut didukung oleh perbedaan struktursosial itu sendiri.
Mengapa hal ini terjadi?. Bagaimana analisissaudara terhadap ini?
Struktur sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan munculnya beberapa kejahatan tertentu.
kejahatan itu sebenarnya didukung oleh perbedaan struktur sosial itu sendiri. Pemahaman dan
persepsi yang salah oleh kelompok tertentu yang berada di dalam struktur sosial dapat
menyebabkan dilakukannya perbuatan tertentu yang dapat digolongkan sebagai kejahatan, yang
menurut orang yang bersangkutan dimungkinkan dan dibenarkan karena dirinya berada dalam
struktur sosial dimaksud.

2. Jika berbicara tentang kejahatan, pada umumnya selalu menunjuk pada jenis kejahatan
yang biasa disebut sebagai kejahatan konvensional, seperti kejahatan terhadap harta benda,
misalnya pencurian, perampokan, atau pembunuhan, perkosaan serta jenis kejahatan yang
dapat digolongkan sebagai kejahatan kekerasan. Mengapa demikian?. Bagaimana menurut
analisis saudara?
Didalam kejahatan seringkali tidak dapat dilepaskan dengan masalah  kekerasan, karena kekerasan
sering merupakan pelengkap dari bentuk kejahatan itu sendiri. Bahkan kekerasan  telah membentuk
suatu ciri tersendiri dalam khasanah studi tentang kejahatan.

3. Dalam kriminologi kejahatan di luar kejahatan konvensional disebut sebagai white


collarcrime yakni penjahat berdasi dan orang terbaik, mereka adalah orang terhornat,
jarang ada yang miskin dan umumnya kaya raya. Mengapa demikian? Bagaimana
analisissaudara terhadap hal ini?
White collar crime dapat terjadi di sektor publik, yakni yang melibatkan pihak-pihak pemegang
kekuasaan publik atau pejabat pemerintah, sehingga sering disebut juga dengan kejahatan jabatan
(occupational crime). White collar crime ini seperti banyak terjadi dalam bentuk korupsi dan
penyuapan, sehingga terjadi penyalahgunaan kewenangan publik. Korupsi dan suap-menyuap yang
terjadi di kalangan penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan hakim adalah hal yang sangat gencar
dibicarakan di mana-mana, di samping korupsi di kalangan anggota legislatif dan eksekutif.
Berbeda dengan kejahatan konvensional yang melibatkan para pelaku kejahatan jalanan (street
crime, blue collar crime, blue jeans crime), perbuatan white collar crime ini jelas merupakan
kejahatan kelas tinggi karena sama saja menjarah dana negara yang nilainya sangat besar. White
collar crime ini sangat sulit untuk di ungkap sehingga perlu penanganan yang ekstra, khusus dan
serius untuk ditangani.

4. Domestic violence atau kekerasan dalam rumah tangga merupakan kekerasan yang terjadi
dalam lingkup rumah tangga.Mengapa kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi?.
Bagaimana menurut analisissaudara?
KDRT yang terjadi umumnya disebabkan adanya konflik yang timbul dalam relasi pasangan.
Konflik tersebut didasarkan adanya harapan dari salah satu atau kedua pihak yang pada
kenyataannya tidak dapat terpenuhi. Tidak terpenuhinya harapan dalam suatu relasi suami dan istri
merupakan hal yang wajar, namun dalam kasus KDRT tidak terpenuhinya harapan ini menjadi
suatu kenyataan yang tidak dapat diterima dengan kebesaran hati. Akibatnya pihak yang gagal
menerima kenyataan ini kemudian memunculkan suatu tindakan kekerasan pada pihak lain.
KDRT juga dapat dilihat sebagai upaya satu pihak yakni pelaku kekerasan untuk berusaha
menunjukkan siapa yang berkuasa dalam sebuah relasi. Upaya ini jelas merupakan tanda
ketidakmatangan diri. Mereka yang dalam relasi berusaha menunjukkan dan meyakinkan pada
orang lain dan juga sebenarnya pada dirinya bahwa dialah yang berkuasa dalam relasi merupakan
pertanda adanya inferioritas (perasaan rendah diri). Inferioritas merupakan hal yang tidak nyaman
dirasakan sehingga pada orang yang tidak matang, perasaan ini akan di kelabuhi lewat usaha-usaha
untuk menunjukkan dominasi dan kekuasaannya pada orang lain. 

Anda mungkin juga menyukai