Anda di halaman 1dari 2

MASA REMAJA

Pengertian perkembangan kognitif remaja


Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif
pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara
logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka
akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri
dengan lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan
remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil
keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-
masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap
pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang
melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa
memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung
hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan
masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan
pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta
mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya
ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
a) Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di
hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
b) Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari
akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
a.      Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau
dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b.      Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.
Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta
membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda
dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan
yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya,
termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang belum mampu
berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini
terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar
mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang
terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja
seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai
tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah,
sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi
terbaik.
c.       Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu
membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock,
2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar
suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan
menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.Misal : Dalam pengambilan
keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya,
bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu
pengambilan keputusan pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai