➢ Seberapa katalisnya anda sebagai calon guru masa depan?
Katalis perlu memiliki kecerdasan emosial tingkat tinggi untuk mengukur kebutuhan masyarakat dan bagaimana berinteraksi dalam sistem itu. “Katalis melihat peluang dan kemungkinan kemudian melangkah kearah itu dari pada berputar-putar di sekitarnya atau mundur. Ini momentum kedepan”. “katalisator adalah seseorang yang tertarik memecahkan pradigma untuk menguri permasalahan. Seseorang yang memikirkan institusi atau norma atau dinamika tim yang menghidupkan terus menerus isu dan orang ini tidak tahan melihatnya. Tapi mereka juga senang prospek melampaui norma-norma ini untuk mencari solusi baru. Kita semua memiliki pengalaman sebagai seorang katalisator, ada energi yang tampaknya melingkupi disekitarnya. Mereka (katalisator) selalu memiliki gagasan baru dan dapat mengilhami atau menginspirasi kita untuk berpikir bahwa yang tidak mungkin adalah mungkin. Katalis bisa seperti duri di isi kita, selalu mendorong untuk membuat segalanya menjadi lebih baik. “menjadi katalisator adalah mengetahui kapan waktunya untuk keluar dari posisi netral dan bergerak. Waktunya membawa energi masuk, bergerak maju, atau menghentikan rangkaian. Merasakan apa yang dibutuhkan saat ini”. Ide tidak pernah berhenti. Ini adalah cara untuk berada di dunia ini “saya selalu mengerjakan hal berikutnya”. “ selalu ada yang harus dilakukan”. “gagasan tidak pernah berhenti”. Menurut saya, saya kurang katalis sebagai calon guru masa depan, karena kadang saya merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi di luar sana, tapi saya kurang dalam mencari ide atau melihat kemungkinan bagaimana memecahkan masalah dan membuat segalanya menjadi lebih baik. Otak saya yang kurang diolah selama ini semakin membuat saya menjadi lamban dalam berpikir. Walaupun kadang rasa ingin tahu ini cukup tinggi, karena cara berpikir saya yang lamban membuat rasa ingin tahu ini memudar dan hilang rasa keingin tahuan tersebut. Dan kurang dalam memotivasi diri sendiri sehingga tidak dapat memotivasi orang lain.