Maksud dan Tujuan UU PDRD Pemerintah mengeluarkan UU PDRD (UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 dan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) dengan maksud bahwa pemerintah tidak hanya memperhatikan pajak pusat saja, tetapi juga pajak daerah yang menjadi salah satu sumber penerimaan daerah. Tujuan dari UU PDRD ini antara lain: Menyederhanakan berbagai pungutan daerah dalam rangka mengurangi ekonomi biaya tinggi. Menyederhanakan sistem dan administrasi perpajakan dan retribusi daerah untuk memperkuat pondasi penerimaan daerah khususnya kabupaten/kota, dengan mengefektifkan jenis pajak dan retsribusi tertentu yang potensial. Jenis Pajak dan Retribusi Daerah, cara perhitungan dan pembagian hasil penerimaan pajak daerah. Jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah A. Pajak Provinsi Pajak Kendaraan Bermotor Objek: kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Subjek: orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor. Dasar pengenaan: hasil perkalian nilai jual kendaraan dengan bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan.atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Tarif Pribadi: kepemilikan pertama paling rendah 1% dan paling tinggi 2%, kepemilikan kedua dan seterusnya dapat ditetapkan secara progresif paling rendah 2% dan paling tinggi 10%. Angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, pemerintah/TNI/POLRI, pemerintah daerah: paling rendah 0,5% dan paling tinggi 1%. Alat-alat berat dan alat-alat besar: paling rendah 0,1% dan paling tinggi 0,2%. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Objek: penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor. Subjek: orang pribadi atau Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Dasar pengenaan: nilai jual kendaraan bermotor. Tarif: penyerahan pertama paling tinggi 20%, penyerahan kedua dan seterusnya paling tinggi 1%. Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan besar yang tidak menggunakan jalan umum: penyerahan pertama 0,75%, penyerahan kedua dan seterusnya 0,075%. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Objek: Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di air. Subjek: konsumen Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang menggunakan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Dasar pengenaan: nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor sebelum dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Tarif: paling tinggi 10%, khusus kendaraan umum ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah daripada kendaraan pribadi. Pajak Air Permukaan Objek: pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan. Subjek: orang pribadi atau Badan yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan. Dasar pengenaan: nilai perolehan air permukaan. Tarif: paling tinggi 10%. Pajak Rokok Objek: konsumsi rokok. Subjek: konsumen rokok. Wajib pajak: pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Dasar pengenaan: cukai yang diterapkan oleh pemerintah. Tarif: 10% dari cukai rokok. B. Pajak Kabupaten/Kota Pajak Hotel Objek: pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Subjek: orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Dasar pengenaan: jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar pada hotel. Tarif: paling tinggi 10%. Pajak Restoran Objek: pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Subjek: orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran. Dasar pengenaan: jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran. Tarif: paling tinggi sebesar 10%. Pajak Hiburan Objek: jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran. Subjek: orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan. Dasar pengenaan: jumlah uang yang diterima atau seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. Tarif: paling tinggi 35%, khusus untuk hiburan berupa pagelaran budaya, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klub malam, permainan ketangkasan panti pijat, mandi uap/spa paling tinggi 75%, khusus hiburan kesenian rakyat paling tinggi 10%. Pajak Reklame Objek: semua penyelenggaraan Reklame. Subjek: orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame. Dasar pengenaan: nilai sewa reklame. Tarif:paling tinggi 25%. Pajak Penerangan Jalan Objek: penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Subjek: orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga listrik. Dasar pengenaan: nilai jual tenaga listrik. Tarif: paling tinggi 10%. Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan Objek: kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi asbes, batu tulis, batu setengah permata, dll. Subjek: orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dasar pengenaan: nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Tarif: paling tinggi 25%. Pajak Parkir Objek: penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Subjek: orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir. Dasar pengenaan: jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Tarif: paling tinggi 30%. Pajak Air Tanah Objek: pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Subjek: orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Dasar pengenaan: nilai perolehan air tanah. Tarif: paling tinggi 20%. Pajak Sarang Burung Walet Objek: pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet. Subjek: orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet. Dasar pengenaan: nilai jual sarang burung walet. Tarif: paling tinggi 10%. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Objek: Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Subjek: orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Dasar pengenaan: nilai jual objek pajak. Tarif: paling tinggi 0,3%. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Objek: Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Subjek: orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Wajib pajak: orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Dasar pengenaan: nilai perolehan objek pajak. Tarif: paling tinggi 5%. Cara Penghitungan Pajak Daerah Penghitungan pajak daerah dilakukan dengan rumus sebagai berikut: Dasar Pengenaan Pajak × Tarif Pajak Daerah Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Daerah Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air: paling sedikit 30%. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor: paling sedikit 70%. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan: paling sedikit 70%. Diserahkan kepada daerah kabupaten/kota yang diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah provinsi dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi antardaerah kabupaten/kota. Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir: paling sedikit 10%. Diserahkan kepada desa di wilayah Daerah Kabupaten yang bersangkutan dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi antardesa. Gubernur berwenang merealokasi hasil penerimaan jika: Pajak kabupaten/kota dalam suatu provinsi terkonsentrasi pada sejumlah kecil daerah kabupaten/kota yang akan direalokasikan kepada daerah kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan. Objek pajak kabupaten/kota dalam satu provinsi yang bersifat lintas daerah kabupaten/kota direalokasikan kepada daderah kabupaten/kota yang terkait. Realokasi yang dilakukan oleh Gubernur atas dasar kesepakatan yang dicapai antardaerah kabupaten/kota yang terkait dengan persetujuan DPRD Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Sistem pemungutan pajak daerah serta tata cara pembayaran Sistem Pemungutan Pajak Sistem Official Assessment: pemungutan pajak berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Sistem Self Assessment: wajib pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Tata Cara Pembayaran 1. Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak. 2. SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. 3. Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Tata cara pengajuan keberatan dan banding. Keberatan 1. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN; dan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. 2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan- alasan yang jelas. 3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. 4. Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak. 5. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. 6. Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan. 7. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. 8. Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang. 9. Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Banding 1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. 2. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut. 3. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.