Anda di halaman 1dari 9

3

rohani. Di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul
dari pertimbangan dan tunduknya kepada hukum. Pokok-pokok keutamaan itu adalah
hikmat bijaksana, keberanian, keperwiraan, dan keadilan. Hal ini merupakan tiang
penegak bangsa-bangsa dan pribadi. Pokok-pokok keutamaan itu memberikan batasan
kepada manusia dalam setiap perbuatannya, agar ia melakukan segala sesuatu dengan
sebaik-baiknya.
Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir dari yang dikehendaki manusia
mengenai segala perbuatan adalah bahagia. Namun pengertiannya tentang konsep
bahagia itu lebih luas dan lebih tinggi. Menurutnya untuk mendapatkan kebahagiaan,
seseorang itu hendaklah mempergunakan kekuatan akal dengan sebaik-baiknya.
Aristoteles menciptakan teori serba tengah. Tiap-tiap keutamaan adalah tengah-
tengah, diantara dua keburukan. Misalnya, dermawan adalah pertengahan antara boros
dan kikir. Keberanian adalah pertengahan antara membabi buta dan takut.
Pada akhir abad ke tiga M, tersiarlah agama nasrani di Eropa. Agama tersebut
merubah pikiran manusia dan membawa poko-pokok akhlak tersebut dalam Taurat.
Memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan adalah sumber segala akhlak.
Tuhan yang membuat patok yang harus kita pelihara dalam hubungan kita dengan
orang lain. Dan Tuhan juga yang menjelaskan tentang arti baik dan jahat. Baik
menurut arti yang sebenarnya adalah kerelaan Tuhan Allah, dan melaksanakan segala
perintahnya. Menurut ahli filsafat Yunani, pendorong untuk melakukan perbuatan
baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan. Sedangkan menurut agama Nasrani,
bahwa yang mendorong perbuatan baik adalah cinta kepada Allah, dan iman kepada-
Nya.
1. Etika Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, Etika biasa dikatakan ‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat
itu gereja memerangi filsafat yunani dan romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari
wahyu. Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar. Jadi
manusia tidak perlu lagi bersusah-susah menyelidiki tentang kebenaran hakikat,
kerena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
2. Etika Periode Bangsa Arab
Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli filsafat yang
mengajak kepada aliran atau faham tertentu sebagaimana yunani, Epicurus,
Zeno,Plato, dan Aristoteles. Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi
4

kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli
hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan
yang terkenal pada zama mereka.
Namun sejak kedatangan islam, agama yang mengajak kepada orang-orang
untuk percaya kepada orang-orang untuk percaya kepada Allah, sumber segala
sesuatu di seluruh alam. Allah memberikan jalan kepada manusia yang harus
diseberangi. Allah juga menetapkan keutamann seperti benar dan adil, yang harus
dilaksankannya, dan menjadikan kebahgiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat,
sebagai pahala bagi orang yang mengikutinya. Jadi bangsa Arab pada masa itu, telah
puas mengambil etika dari agama dan tidak merasa butuh untuk menyelidiki
mengenai dasar baik dan buruk. Oleh karena itu agama banyak menjadi dasar buku-
buku yang dilukiskan dalam etika.
3. Etika Periode Abad Modern
Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan mulai
menyuburkan filsafat Yunani Kuno. Begitu juga dengan Italia, lalu berkembang ke
seluruh Eropa. Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga
tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan
baru, dan mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru.
Profesi Guru
Sikun Pribadi dalam Oemar Hamalik (2006) mengemukakan bahwa :
Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu.
Guru sebagai jabatan professional memerlukan berbagai keahlian khusus.
Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria professional.
Oemar Hamalik (2006) mengemukakan kriteria professional guru sebagai
berikut :
a. Fisik
Sehat jasmani dan rohani, tidak mempunyai cacat tubuh yang biasa
menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.
b. Mental/kepribadian
Berpendidikan / berjiwa Pancasila, mampu menghayati GBHN, mencintai
bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik, berbudi
5

pekerti yang luhur, berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada
secara maksimal, mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan
tugasnya, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi, bersifat terbuka, peka
dan inovatif, menunjukkan rasa cinta kepada profesinya, ketaatannya akan
disiplin, dan memiliki sense of humour.
c. Keilmiahan/pengetahuan
Memahami ilmu yang melandasi pembentukan pribadi, memahami ilmu
pendidikan dan keguruan serta mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai
pendidik, memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang cukup
tentang bidang-bidang yang lain, senang membaca buku-buku ilmiah, mampu
memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan
bidang studi, dan memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
d. Keterampilan
Mampu berperan seabagai organisator proses belajar mengajar, mampu
menyusun bahan-bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner,
fungsional, behavior, dan teknologi, mampu menyusun garis-garis besar program-
progaram pengajaran (GBPP), dan mampu memecahkan mendasari seseorang
yang berkaitan dengan efektifitas kerja individu dalam pekerjaannya.
A. Esensi Kode Etik
Guru harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat,
terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka harus
menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru selalu tampil secara professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara
6

yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyandang profesi guru adalah insan yang
layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya
oleh peserta didik. Dalam melaksanakan tugas, mereka harus berpegang teguh pada
prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Untuk
itu pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan
profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan bangsa lain di
Negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam
melaksanakan tugas profesinya, guru sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang
mengejewatah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik. Kebijakan pengembangan Profesi Guru-Badan PSDMPK-PMP 80 putera-
puteri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang disebut etika
profesi atau menjalankan profesi secara beretika.
Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan KWGI.
Kode Etik harus mengintegral para perilaku guru. Disamping itu, guru dan organisasi
guru berkewajiban mensosialisasikan kode etik dimaksud kepada rekan sejawat,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, kode etik tidak
boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak.
Dengan demikian, sebagai tenaga professional, guru bekerja dipandu oleh
kode etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi
guru. Kode etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi
guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa
Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat inependen. Organisasi
atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan
kompetensi, karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan
pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau
asosiasi profesi. Pembentukan organisasi dan asosiasi profesi dimaksud dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan menigkatkan
kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau
asosiasi profesi guru membentuk kode etik. Kode etik yang dimaksud berisi norma
dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.
7

B. Komitmen atas Kode Etik


Komitmen adalah tindakan yang dapat diambil untuk menopang satu pilihan
tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan mantap
dan sepenuh hati. Kata komitmen berasal dari bahasa latin committere, to connect,
entrust-the state of being obligated or emotionally, impelled adalah keyakinan yang
mengikat (aqad). Sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati
nuraninya dan kemudian menggerakan perilaku menuju arah yang diyakininya.
Park (dalam Ahmad dan Rajak 2007) menjelaskan, komitmen guru merupakan
kekuatan bathin yang datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu
sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru
berupa tanggung jawab dan responsive (ivovatif) terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa komitmen guru professional
adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat
melahirkan tanggung jawab dan sikap responsive dan inovatif terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi didalam komitmen tersebut terdapat beberapa
unsur antara lain adanya kemampuan memahami diri dan tugasnya, pancaran sikap
bathin (kekuatan bathin) kekuatan dari luar dan tanggap terhadap perubahan. Unsur-
unsur inilah yang melahirkan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang
menjadi komitmen seseorang sehingga tugas tersebut dilakukan dengan penuh
keikhlasan.
Tanggung jawab keguruan yang lahir dari komitmen guru professional adalah
tanggung jawab yang tidak hanya dialamatkan kepada manusia, akan tetapi juga
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Jadi, pertanggung jawaban terhadap
profesi dalam pandangan islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama
manusia, tetapi juga bersifat vertical-moral, yakni tanggung jawab terhadap Allah swt.
Dalam perspektif yang laim, bahwa profesi guru membutuhkan komitmen
keorganisasian, kode etik yang berlaku dan berbagai hal yang menyangkut profesi
keguruan tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pula komitmen keorganisasian.
Organisasi besar yang menaungi keberadaan guru adalah pemerintah, lembaga-
lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.
8

Adapaun komitmen pada guru profesinal yaitu :


Menurut Louis (dalam Ahmad dan Razak 2007) menjelaskan 4 jenis komitmen guru
yaitu :
1) Komitmen Terhadap Sekolah Sebagai Satu Unit Sosial
Sekolah adalah lembaga social yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk
masyarakat. Lembaga social formal tersebut merupakan suatu organisasi yaitu
terkait terhadap tata aturan formal memiliki program dan target atau sasaran yang
jelas serta struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengeloalaan yang resmi.
Pendidikan sekoalh pada dasarnya adalah bagian dalam pendidikan keluarga,
sekaligus lanjutan pendidikan dalam keluarga.kehidupan di sekolah adalah
jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan
kehidupan dalam masyarakat. (Hasbullah, 2006) sebagai lembaga formal sekolah
terdiri dari pendidik dan anak didik yang sudah terjalin hubungan antar guru dan
anak didik atau siswa-siswanya.
Guru sebagai pendidik berkewajiban membawa anak didik ke arah
kedewasaan dengan memanfaatkan pergaulan sehari-hari, dalam pendidikan
merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi anak
didik. Cara ini akan menghilangkan jurang pemisah antara guru dan anak didik.
Dengan kata lain guru mempunyai komitmen terhadap sekolah, bertanggung jawab
terhadap sekolah dan profesinya dalam arti dengan sukarela, menciptakan iklim
sekolah yang kondusif dan berusaha mewujudkan tanggung jawab dan peranan
sekolah dalam mewujudkan tanggung jawab dan peranan sekolah dalam
mewujudkan keberhasialn pendidikan dan pengajaran.
Menurut Hasbullah (2006), sebagai pendidikan yang bersifat formal, sekolah
di dalam melaksanakan fungsi pendidikan didasari oleh asas tanggung jawab
sebagai berikut :
a) Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku
b) Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa.
c) Tanggung jawab fungsional yaitu tanggung jawab professional pengelola dan
pelaksana pendidikan. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung
jawab dan kepercayaan orang tua atau masyarakat kepada sekolah atau guru.
9

Fungsi dan peran sekolah dalam pendidikan, sekolah bertugas


mendidik dan mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak didik. Dalam
mengembangkan kepribadian anak didik, peran sekolah melalui kurikulum
menurut Hasbullah antara lain :
 Anak didik belajar bergaul sesame anak didik, antara guru dengan anak
didik, dan antara anak didik dengan karyawan.
 Anak didik belajar menaati peraturan sekolah
 Mempersiapkan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara.
2) Komitmen terhadap tegiatan akademik sekolah
Guru yang mempunyai komitmen menyiapkan banyak waktu untuk
melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pembelajaran seperti, perancangan
pengaaran, pengelolaan, pengajaran dan senantiasa berpikir tentang cara untuk
meningkatkan keaktifan prestasi belajar siwa-siswi. Tugas guru terkait dengan
komitmen terhadap kegiatan akademik sekolah antara lain :
a. Guru sebagai perancang pembelajaran, meliputi :
 Membuat dan merumuskan pembelajaran
 Menyiapkan materi yang relevan dan dengan tujuan waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa
 Merancang metode sesuai dengan situasi dan kondisi siswa-siswi
 Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator dalam pengajaran.
 Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan
memperhatikan relevansi, efektifitas dan efisiensi, kesesuaian dengan
metode serta pertimbangan praktis.
b. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Tujuan umum pengelolaan adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa-siswi bekerja dan
belajar, serta membantu siswa-siswi memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu guru juga membimbing pengalaman sehari-hari anak didik kearah
pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri.
c. Guru sebagai pengarah pembelajaran
10

Guru hendaknya berusaha menimbulkan, memelihara, dan


meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru
mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keselurahan kegiatan belajar
mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi
adalah :
 Membangkitkan dorongan siswa-siswi untuk belajar
 Menjelaskan secara kongkrit apa yang dapat dilakukan pada akhir
pengajaran.
 Memberikan gambaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat
merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik.
 Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
d. Guru sebagai pelaksana kurikulum
Kurikulum adalah sebagai seperangkat pengalaman belajar yang akan
didapat oleh peserta didik selama dia mengikuti proses pendidikan.
Keberhasialn dari suatu kurikulum tergantung pada faktor kemampuan yang
dimiliki oleh seorang guru, artinya guru adalah orang yang bertanggung
jawab dalam upaya mewujudkan dalam segala sesuatu yang ada dalam
kurikulum resmi.
Jadi guru yang professional harus memiliki tanggung jawab dan
komitmen untuk mengembangkan kurikulum dalam arti menganggap bahwa
kurikulum sebagai program pembelajaran yang diberikan pada peserta didik.
Dengan demikian apa yang terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh
guru menjadi materi yang menarik untuk disajikan kepada peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Guru sebagai evaluator
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan
aktivitas dan efesiensi dalam proses pembelajaran. Di samping itu penilaian
juga bertujuan untuk mengetahui kedudukan peserta didik di dalam kelas
atau kelompoknya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penilai hasil
belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang
diperoleh dari evaluasi akan menjadi umpan balik terhadap proses
pembelajaran. Umpan balik yang diperoleh lewat penilaian akan dijadikan
titik tolak untuk memperbaiki dan menigkatkan pembelajaran selanjutnya.
11

Dengan demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan


untuk memperoleh hasil yang optimal.
3) Komitmen terhadap siswa-siswi sebagai invidu yang unik
Berikut ini adalah pendapat Gardner (1995) mengenai perbedaan yang
prinsip dari siswa-siswi yang harus deketahui oleh guru sebagai landasan
membangun komitmen kesadaran bahwa pelajar adalah individu yang unik.
a) Perbdaan dalam latar belakang rumah
Rumah yang kaya dan yang miskin, rumah tempat anak hidup
berbahagia dan rumah tempat anak tidak hidup berbahagia, rumah tempat
banyak yang dikerjakan dan dilihat dan rumah tempat sedikit hal-hal yang
menstimulasi anak, bahasa yang berbeda-beda yang dipergunakan di
rumah-rumah. Pekerjaan yang dikerjakan para orang tua, para anggota
keluarga atau para tetangga atau para tetangga, dan lingkungan sekitar
sekolah.
b) Perbedaan dalam kesehatan dan nutrisi
c) Perbedaan dalam kemampuan anak di sekolah
d) Perbedaan dalam minat
4) Komitmen untuk menciptakan pengajran bermutu
Mutu pembelajaran atau mutu pendidikan akan dapat dicapai jika guru
memenuhi kebutuhan siswa-siswi dan yang harus dipersiapkan oleh guru.
Kemampuan guru menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan
adalah upaya positif untuk menigkatkan mutu pembelajaran. Keterampilan itu
ditambah lagi dengan upaya maksimal guru dengan menerapkan keterampilan
dasar mengajar. Mengajar adalah upaya yang dilakukan guru untuk
menciptakan suasana yang kondusif agar terjadi proses pembelajaran yang
efektif. Menjadikan proses pembelajaran yang efektif artinya harus mampu
melibatkan peserta didik, baik keterlibatan emosional, pikiran dan fisik.
Keterlibatan emosional menjadikan siswa-siswi merasakan pentingnya materi
yang dipelajari, sehingga benar-benar menjadi sebuah kebutuhan.
Upaya dalam menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan pada
dasarnya dapat dilakukan melalui penerapan keterampilan dasar mengajar
tersebut dengan konsisten, apalagi jika guru mampu menciptakan improvisasi
dan pengembangan setiap keterampilan dasar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai