atau kode etik, yang ada dalam organisasi yang menunjukkan niat etis mereka.
Standar kedua disebut konsekuensialis yang berfokus pada "akhir atau konsekuensi" dari
praktik etis. Untuk penggunaan CSR, standar ini melibatkan tanggung jawab moral untuk
7
mempromosikan “kebaikan orang.” Lebih khusus lagi, fokusnya adalah pada hasil aktivitas etis.
Apakah aktivitas etis mempromosikan kebaikan masyarakat dan apakah masyarakat menerima
manfaat terbesar? Dalam standar ini utilitarianisme etika dipahami. Dengan demikian, kegiatan
etis konsekuensialis yang dilaksanakan seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan umum dan
kebaikan bersama.
Istilah terakhir disebut deontologis . Standar ini adalah kebalikan dari pendekatan
konsekuensialis yang mewujudkan "kegiatan-kegiatan yang mencerminkan pertimbangan tugas
atau kewajiban seseorang." Dengan demikian, hasil atau akibat dari aktivitas etis bukanlah
8
fokus, melainkan aktivitas etis yang didasarkan pada moralitas, keadilan, dan hak bawaan. Ini
adalah tugas organisasi untuk terlibat dalam kegiatan etis terlepas dari hasilnya.
Ketiga istilah tersebut mencerminkan kompleksitas dimensi etika CSR. Bergantung pada
sudut pandang, seperti relativisme atau utilitarianisme etika, interpretasi tentang apa yang
merupakan aktivitas etis bervariasi.