Anda di halaman 1dari 7

PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

“MODEL USAHA BISNIS SOSIAL UNTUK BUMDES”

A. Badan Usaha Milik Desa

Membangun Indonesia dari desa adalah salah satu fokus pemerintah saat ini, hal ini
dengan adanya undang-undang desa yang memberikan keleluasaan pemerintah desa
mengelola pemerintahannya sendiri. Dalam hal ini tercetus badan yang disebut sebagai
BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa, salah satu tujuannya adalah untuk mengentaskan
kemiskinan dan pemberdayaan potensi desa.
Dalam BUMDes sebagai badan usaha memiliki modal atau aset yang sebagian atau
seluruhnya berasal dari desa. Modal tersebut akan digunakan untuk menciptakan usaha-usaha
dari potensi desa, yang pada akhirnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan
ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.
Dalam pengelolaan BUMDes yang baik, pengelolaan modal atau aset harus bisa
dijadikan acuan guna mendapatkan keuntungan atau benefit.  Dari keuntungan tersebut secara
langsung mau pun tidak langsung akan meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa
secara umum.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4
tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa, yang menjadi pedoman bagi daerah dan desa dalam pembentukan dan
pengelolaan BUMDes. BUMDes sebagai badan usaha, seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa.
Karena itu, pengembangan BUMDes merupakan bentuk penguatan terhadap lembaga-
lembaga ekonomi desa serta merupakan alat pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai
ragam jenis potensi yang ada di desa.
BUMDes menjadi tulang punggung perekonomian pemerintahan desa guna mencapai
peningkatan kesejahteraan warganya. Sementara itu. untuk jenis usaha yang dapat
dikembangkan melalui BUMDes diantaranya: usaha bisnis sosial (social business)  melalui
usaha air minum desa, usaha listrik desa dan lumbung pangan; usaha bisnis penyewaan
melalui usaha alat transportasi, peralatan pesta, gedung pertemuan, rumah toko dan tanah
milik BUMDes, usaha bisnis perantara (broker) melalui usaha jasa pembayaran listrik dan
pasar desa, usaha bisnis berproduksi dan/atau berdagang (trading) melalui usaha pabrik es,
pabrik asap cair, hasil pertanan, sarana produksi pertanian, dan sumur bekas tambang, usaha

TIM BUPATI BOALEMO 2021 1


bisnis keuangan (financial business) yang dapat memberikan akses kredit dan peminjaman
kepada masyarakat desa dan usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang
dikembangkan melalui pengembangan kapal desa dan desa wisata.

B. Pengelolaan Usaha Bisnis Sosial untuk BUMDes

Permendesa PDTT Nomor 4 tahun 2015 Pasal 19 menyebutkan bahwa Badan Usaha
Milik Desa atau BUMDes dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana yang
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan finansial.
Istilah bisnis sosial ini merupakan kata kunci untuk dapat memahami model operasi BUMDes
yang saat ini ramai didirikan di desa-desa. Tentu saja istilah bisnis sosial harus kita pahami
sebagai paradigma umum yang menjadi model usaha BUMDes.
Istilah bisnis sosial pada mulanya diperkenalkan Muhammad Yunus pendiri Grameen
Bank, Bangladesh. Praktiknya, bermitra dengan beberapa perusahaan besar Yunus
menggunakan investasi mereka untuk membuat perusahaan sosial. Alhasil lahirlah perusahaan
air minum, susu fermentasi, ponsel dan lainnya dengan tujuan menciptakan kesejahteraan
masyarakat.
Asas-Asas Pengelolaan Usaha Bisnis Sosial Untuk Bumdes :
1. Bisnis yang Alamiah, Model bisnis sosial yang berkembang bukan semata karena
investasi perusahaan. Investasi sekedar pemantik awal. Sistemlah yang membuat
bisnis tetap berjalan, berkembang dan berkelanjutan. Meski bertujuan sosial, sistem
harus bekerja sebagaimana bisnis profesional. Berbagai biaya, margin keuntungan dan
lainnya dihitung dengan benar. Sehingga model bisnis sosial yang dikembangkannya
mencapai momen bisnis yang alamiah. Momen bisnis yang alamiah itu harus tercapai
agar investasi dapat dikembalikan. Tentu hal itu karena sedari awal dana yang
digelontorkan oleh perusahaan bukan dana sosial (CSR) melainkan dana investasi.
Sebagai bisnis yang alamiah sistem harus bekerja agar bisnis dapat membiayai dirinya
sendiri dan tak bergantung pada suntikan investasi baru.
Sebaliknya, investasi awal itu menghasilkan pemupukan modal yang digulirkan
kembali menjadi bisnis sosial lainnya. Misalnya berawal dari perusahaan air minum,
kemudian beranak menjadi usaha susu fermentasi. Dalam model seperti itulah
BUMDes harus beroperasi. Meskipun Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa mengamanatkan adanya Dana Desa, jangan sampai BUMDes tergantung terus-
menerus kepada dana tersebut.

TIM BUPATI BOALEMO 2021 2


2. Manajemen Profesional, Momentum bisnis yang alamiah itu bisa tercapai salah
satunya dengan pengelolaan BUMDes secara profesional. BUMDes harus dikelola
orang kompeten yang minimalnya memiliki dua kecakapan dasar : kewirausahaan dan
keterampilan manajemen. Bila tak ditemukan orang kompeten dalam desa tersebut,
sebagaimana Pasal 14 Permendesa PDTT Nomor 4 tahun 2015, maka harus ada
diskresi khusus sebagai solusinya.
“Investasi sebesar apapun akan hancur bila kelembagaannya buruk”. Salah satu aspek
kelembagaan ini adalah adanya dukungan orang kompeten tadi. Bila pembentukan
BUMDes sarat dengan kolusi dan nepotisme, besar kemungkinan sulit menemukan
orang yang dimaksud. Solusinya, sedari awal pembentukan serta pengangkatan
pengelola BUMDes harus transparan. Kemudian pengelola yang terpilih harus bisa
memberikan studi kelayakan bisnis yang menyeluruh sampai hitungan break event
point-nya. Dari sana pengurus dapat membuat pentahapan pada tahun ke berapa suatu
unit bisnis mandiri.
Hal itu harus menjadi salah satu indikator keberhasilan Pengurus dan Pengelola untuk
memacu kinerjanya. Ironis tentunya bila gelontoran Dana Desa sebagiannya selalu
digunakan untuk menutup kerugian.
3. Asas Subsidiaritas, mengembangkan bisnis sosial harus memperhatikan kebutuhan
masyarakat. Yang mana layanan tersebut belum diselenggarakan anggota masyarakat
lainnya. Ini menyiratkan bahwa kita menggunakan asas subsidiaritas dalam
pengembangan bisnis sosialnya. Asas ini mengatur : apa yang tak bisa
diselenggarakan masyarakat, itulah yang diselenggarakan bisnis sosial. Dan apa yang
bisa diselenggarakan masyarakat, itulah yang didukung dengan bisnis sosial.
Asas itu bertujuan agar jangan sampai bisnis sosial justru mematikan bisnis-bisnis
milik anggota masyarakat. Sebaliknya, keberadaan bisnis sosial harus berwujud
sebagai lembaga penyangga bangunan sosial ekonomi masyarakat setempat. Dalam
konteks ini, Pengurus dan Pengelola BUMDes harus jeli membaca peluang bisnis di
masyarakatnya.
Bila sebagian besar masyarakat mempunyai warung / toko maka BUMDes tak boleh
mendirikan supermarket. Yang harus ada justru pusat perkulakan untuk menyuplai
warung / toko masyarakat tersebut. Bila di desa potensi produksinya tinggi, BUMDes
harus fokus bagaimana memasarkan produknya. Dan bila di desa banyak kendaraan
bermotor tapi tak ada bengkel, akan bagus bila BUMDes membuka bengkel dan toko
suku cadangnya.

TIM BUPATI BOALEMO 2021 3


4. Orientasi Non Profit mendirikan beberapa perusahaan sosial dengan tujuan melayani
kebutuhan masyarakat. Bila tercipta akumulasi modal, maka digunakan kembali dalam
investasi sosial lainnya. Tujuan dasar ini membuat perusahaannya bersifat non-profit.
Sehingga bisnis sosial bekerja secara operational at cost : dihitung berdasar biaya
pokok untuk menghasilkan produk / jasa. Margin keuntungan ditetapkan bukan dalam
konteks profit oriented, melainkan untuk pengembalian investasi dan pemupukan
modal.
BUMDes perlu menggariskan hal tersebut agar berbagai layanan dapat diakses
masyarakat dengan biaya / harga terjangkau. Motif profit misalnya untuk Pendapatan
Asli Desa (PADes) perlu diperkecil karena akan menjadi beban masyarakat.
Sebaliknya, dengan memberikan layanan berbiaya murah dalam produk / jasa,
masyarakat akan memperoleh berbagai macam insentif ekonomi lainnya. Pertama,
efisiensi biaya produksi. Misalnya BUMDes menjual sarana produk pertanian dengan
harga termurah. Dampaknya produksi masyarakat akan meningkat. Kedua, efisiensi
pengeluaran rumah tangga. Misalnya BUMDes menyelenggarakan bengkel dan cuci
motor / mobil berikut suku cadangnya. Ketiga, efisiensi dalam PPN. Misalnya
BUMDes menjadi supplier bagi warung / toko masyarakat yang membebankan PPN
per unit produk dari keuntungan BUMDes. Keempat, efisiensi biaya bunga. Dalam
kasus BUMDes menyelenggarakan simpan-pinjam murah untuk masyarakat.

C. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa yang Baik dan Benar


Ketika desa memiliki BUMDes banyak hal yang bisa dibangun guna meningkatkan
perekonomian desa. Keberadaan usaha-usaha dalam wadah BUMDes akan menyerap tenaga
kerja, terserapnya tenaga kerja akan memberikan pendapatan yang meningkat di masyarakat.
Hal tersebut dapat menandai kemajuan desa di berbagai sektor dari potensi yang ada di
desa. Guna mencapai hal tersebut, berikut adalah tahapan-tahapan yang dapat dilakukan
dalam membangun BUMDes.
1. Tahap Perencanaan
Dalam pembentukan BUMDes tahapan pertama yang dapat dilakukan adalah
Perencanaan, dalam tahap  perencanaan yang harus dikerjakan adalah pembentukan
organisasi, menentukan jenis usaha, membuat kerangka usaha. Ketiga hal tersebut
harus direncanakan dengan matang dan detail agar badan usaha dapat terwujud dan
berkembang dengan baik.

TIM BUPATI BOALEMO 2021 4


2. Tahap Pengamatan
Setelah melakukan tahap perencanaan selanjutnya melakukan pengamatan, pemerintah
desa perlu mengamati potensi dan aset desa yang dapat dijadikan usaha BUMDes.
Dalam tahapan pengamatan ini sangat penting untuk benar-benar memahami potensi
perkembangan usaha yang akan dijalankan melalui BUMDes tersebut.
3. Tahap Penataan dan Seleksi
Setelah menyelesaikan tahap pengamatan dan mendapatkan data potensi apa saja yang
dapat dijadikan usaha BUMDes selanjutnya perlu melakukan penataan. Hal ini penting
karena dalam tahap pengamatan biasanya akan banyak jenis usaha yang muncul, maka
kemudian harus dilakukan seleksi dan penataan yang tepat, sehingga dapat diperoleh
usaha mana yang paling memiliki potensi dan dapat dijadikan  sebagai usaha andalan.
4. Tahap Pemeliharaan
Usaha BUMDes yang telah berjalan harus memiliki pemeliharaan yang baik, hal ini
wajib hukumnya karena dana desa yang menjadi modal penggerak harus benar-benar
tersalurkan sesuai peruntukannya dan memberikan keuntungan. Pemeliharaan ini
meliputi menyisihkan keuntungan untuk keperluan penyusutan peralatan, keperluan
teknologi baru dan pemeliharaan umum dari terjaminnya keamanan usaha.
5. Tahap Pelaporan
Dalam melakukan usaha apa pun jenis usahanya harus memiliki pelaporan usaha, hal
ini berguna sebagai indikator keberhasilan suatu usaha. Dalam membuat pelaporan
harus teliti dan adanya transparansi untuk evaluasi dan pertanggung jawaban kepada
masyarakat desa.
BUMDes sangat bermanfaat bagi masyarakat desa dan dapat meningkatkan perekonomian
desa, maka sangat penting untuk mendirikan BUMDes yang baik dan sesuai dengan potensi
yang ada.

D. Klinik BUMDes Memperkuat Ekonomi Masyarakat (Percontohan)

Pengentasan kemiskinan di pedesaan menjadi salah satu fokus Provinsi Jawa Timur,
terlebih angka kemiskinan di pedesaan dua kali lipat lebih besar dibandingkan perkotaan.
Sebagai sebuah solusi, Pemerintah Provinsi Jatim membangun inovasi Klinik Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) untuk memberikan pendampingan, pelatihan, dan saran kepada
BUMDes agar menjadi sehat dan berkembang, serta mendatangkan keuntungan yang
berujung pada berputarnya roda perekonomian suatu desa.

TIM BUPATI BOALEMO 2021 5


Inovasi Klinik BUMDes ini bertujuan untuk membangun kemandirian BUMDes yang
berkelanjutan, mengembangkan BUMDes melalui kerjasama dan jejaring pemasaran,
memberikan tutorial klinik BUMDes secara online, memetakan potensi dan jenis usaha
BUMDes, meningkatkan kapasitas dan kewirausahaan BUMDes, dan menumbuhkan ekonomi
UMKM.
Klinik BUMDes hadir sebagai sebagai pusat konsultasi, pelatihan dan pengembangan
BUMDes, baik secara online maupun offline, sebagai bagian upaya pemberdayaan masyarakat
desa. Inovasi Klinik BUMDes dilakukan dengan berbagai langkah, dimulai dengan pemetaan
potensi usaha BUMDes secara online, dimana hasilnya digunakan sebagai dasar kebijakan
pemberdayaan BUMDes. Selanjutnya, tutorial online dan offline bagi pengelola BUMDes
dengan materi pembelajaran sesuai kebutuhan BUMDes. Langkah selanjutnya memfasilitasi
kerja sama dengan pihak ketiga, evaluasi BUMDes terbaik sebagai bentuk apresiasi
keberhasilan pengelolaan.
Kemudian adanya fasilitasi Temu Karya BUMDes terbaik sebagai media tukar
pengalaman dan benchmarking, pendampingan BUMDes oleh Tenaga Ahli Ekonomi Desa,
Tenaga Klinik BUMDes, kegiatan KKN tematik, dan terakhir membangun Jejaring BUMDes
melalui Forum Komunikasi BUMDes.
Klinik BUMDes memiliki tujuan membangun database, menciptakan kemandirian
permodalan kuat dan SDM unggul dengan pelayanan paripurna yang digunakan pembelajaran
berbasis online , adanya kerja sama pentahelix, efektif, dan efisien.
Beberapa indikator dalam penentuan klasifikasi BUMDes Maju / Berkembang /
Pemula, yaitu dalam aspek legalitas, kelembagaan, administrasi keuangan, permodalan, unit
usaha, omzet pendapatan, keuntungan, kontribusi kepada Pendapatan Asli Desa (PADesa),
penyerapan tenaga kerja, dan kemitraan / kerjasama.
BUMDes dengan klasifikasi pemula adalah yang baru berdiri dan belum menghasilkan
keuntungan. Klasifikasi berkembang jika BUMDes menghasilkan keuntungan kurang dari 50
juta, berkontribusi ke PADesa dan berpotensi mengembangkan unit usaha. Klasifikasi maju
jika BUMDes mampu menghasilkan keuntungan di atas 50 juta, berkontribusi ke PADesa dan
telah menjalin kerja sama dengan pihak ketiga.
Beberapa kurikulum yang diberikan berdasarkan klasifikasi BUMDes pada
pembelajaran Klinik BUMDes secara online, yaitu konsep dasar BUMDes, membangun
kemandirian BUMDes, pengembangan kerjasama BUMDes, perencanaan bisnis
BUMDes, management strategic BUMDes, Pengelolaan sumber daya manusia, prinsip dasar
akuntansi, kinerja keuangan BUMDes, perpajakan BUMDes, pembinaan dan pengawasan

TIM BUPATI BOALEMO 2021 6


BUMDes, pertanggungjawaban dan pelaporan, dan tata cara pembuatan peraturan desa dan
AD/ART BUMDes.
Inovasi Klinik BUMDes Jawa Timur di inisiasi oleh Gubernur Jawa Timur melalui
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Prov. Jatim Bersama beberapa perguruan tinggi di
Jawa Timur, yaitu Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Brawijaya Malang,
Universitas Jember, Universitas Ronggolawe Tuban, dan PT HM Sampoerna untuk
memberikan fasilitasi pemberdayaan BUMDes di Jawa Timur. Klinik BUMDes di-
launching Gubernur Jawa Timur pada 4 Mei 2019 pada acara Jambore BUMDes di
Boonpring Kabupaten Malang dengan pilot project untuk 20 BUMDes di 10 Kabuapten.
“Sinergitas kerja dalam bentuk MoU kerja sama antara Pemprov Jatim bersama PT
Pos Indonesia dan Tokopedia, 16 Perguruan Tinggi Negeri, 7 Perguruan Tinggi Swasta, dan
pelibatan stakeholder secara pentahelix sebagai modal sosial keberlanjutan inovasi.

Tilamuta, 23 Juli 2021

Tim Bupati Untuk Percepatan Realisasi Program

Koordinator Anggota

Hamsir Saleh Salahudin Al Ayubi Tuli

TIM BUPATI BOALEMO 2021 7

Anda mungkin juga menyukai