Pembangunan Ekonomi Daerah Boalemo 13 Bumdes
Pembangunan Ekonomi Daerah Boalemo 13 Bumdes
Membangun Indonesia dari desa adalah salah satu fokus pemerintah saat ini, hal ini
dengan adanya undang-undang desa yang memberikan keleluasaan pemerintah desa
mengelola pemerintahannya sendiri. Dalam hal ini tercetus badan yang disebut sebagai
BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa, salah satu tujuannya adalah untuk mengentaskan
kemiskinan dan pemberdayaan potensi desa.
Dalam BUMDes sebagai badan usaha memiliki modal atau aset yang sebagian atau
seluruhnya berasal dari desa. Modal tersebut akan digunakan untuk menciptakan usaha-usaha
dari potensi desa, yang pada akhirnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan
ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.
Dalam pengelolaan BUMDes yang baik, pengelolaan modal atau aset harus bisa
dijadikan acuan guna mendapatkan keuntungan atau benefit. Dari keuntungan tersebut secara
langsung mau pun tidak langsung akan meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa
secara umum.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4
tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa, yang menjadi pedoman bagi daerah dan desa dalam pembentukan dan
pengelolaan BUMDes. BUMDes sebagai badan usaha, seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa.
Karena itu, pengembangan BUMDes merupakan bentuk penguatan terhadap lembaga-
lembaga ekonomi desa serta merupakan alat pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai
ragam jenis potensi yang ada di desa.
BUMDes menjadi tulang punggung perekonomian pemerintahan desa guna mencapai
peningkatan kesejahteraan warganya. Sementara itu. untuk jenis usaha yang dapat
dikembangkan melalui BUMDes diantaranya: usaha bisnis sosial (social business) melalui
usaha air minum desa, usaha listrik desa dan lumbung pangan; usaha bisnis penyewaan
melalui usaha alat transportasi, peralatan pesta, gedung pertemuan, rumah toko dan tanah
milik BUMDes, usaha bisnis perantara (broker) melalui usaha jasa pembayaran listrik dan
pasar desa, usaha bisnis berproduksi dan/atau berdagang (trading) melalui usaha pabrik es,
pabrik asap cair, hasil pertanan, sarana produksi pertanian, dan sumur bekas tambang, usaha
Permendesa PDTT Nomor 4 tahun 2015 Pasal 19 menyebutkan bahwa Badan Usaha
Milik Desa atau BUMDes dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana yang
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan finansial.
Istilah bisnis sosial ini merupakan kata kunci untuk dapat memahami model operasi BUMDes
yang saat ini ramai didirikan di desa-desa. Tentu saja istilah bisnis sosial harus kita pahami
sebagai paradigma umum yang menjadi model usaha BUMDes.
Istilah bisnis sosial pada mulanya diperkenalkan Muhammad Yunus pendiri Grameen
Bank, Bangladesh. Praktiknya, bermitra dengan beberapa perusahaan besar Yunus
menggunakan investasi mereka untuk membuat perusahaan sosial. Alhasil lahirlah perusahaan
air minum, susu fermentasi, ponsel dan lainnya dengan tujuan menciptakan kesejahteraan
masyarakat.
Asas-Asas Pengelolaan Usaha Bisnis Sosial Untuk Bumdes :
1. Bisnis yang Alamiah, Model bisnis sosial yang berkembang bukan semata karena
investasi perusahaan. Investasi sekedar pemantik awal. Sistemlah yang membuat
bisnis tetap berjalan, berkembang dan berkelanjutan. Meski bertujuan sosial, sistem
harus bekerja sebagaimana bisnis profesional. Berbagai biaya, margin keuntungan dan
lainnya dihitung dengan benar. Sehingga model bisnis sosial yang dikembangkannya
mencapai momen bisnis yang alamiah. Momen bisnis yang alamiah itu harus tercapai
agar investasi dapat dikembalikan. Tentu hal itu karena sedari awal dana yang
digelontorkan oleh perusahaan bukan dana sosial (CSR) melainkan dana investasi.
Sebagai bisnis yang alamiah sistem harus bekerja agar bisnis dapat membiayai dirinya
sendiri dan tak bergantung pada suntikan investasi baru.
Sebaliknya, investasi awal itu menghasilkan pemupukan modal yang digulirkan
kembali menjadi bisnis sosial lainnya. Misalnya berawal dari perusahaan air minum,
kemudian beranak menjadi usaha susu fermentasi. Dalam model seperti itulah
BUMDes harus beroperasi. Meskipun Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa mengamanatkan adanya Dana Desa, jangan sampai BUMDes tergantung terus-
menerus kepada dana tersebut.
Pengentasan kemiskinan di pedesaan menjadi salah satu fokus Provinsi Jawa Timur,
terlebih angka kemiskinan di pedesaan dua kali lipat lebih besar dibandingkan perkotaan.
Sebagai sebuah solusi, Pemerintah Provinsi Jatim membangun inovasi Klinik Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) untuk memberikan pendampingan, pelatihan, dan saran kepada
BUMDes agar menjadi sehat dan berkembang, serta mendatangkan keuntungan yang
berujung pada berputarnya roda perekonomian suatu desa.
Koordinator Anggota