Anda di halaman 1dari 3

pada habitat yang memberikan perlindungan aman dari gangguan predator

serta dekat dengan sumber pakan. Kumpulan sampah merupakan salah satu

tempat yang digemari tikus untuk mencari makan (Rusmini,2011).

Menurut Hasil Penelitian Priyanto (2008) keberadaan sampah memiliki

risiko sebanyak 8,46 kali dibandingkan dengan tidak adanya sampah di

sekitar rumah.

e) Curah Hujan

Leptosirosis menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah

beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan dan kelembapan tinggi.

Leptospirosis berhubungan dengan musim hujan, dengan meningkatkan kasus

pada bulan Agustus dan turun pada bulan November, puncaknya kasus terjadi

pada bulan Oktober (DepKes RI, 2013).

f.) Jarak Rumah dengan Tempat Pengumpulan Sampah

Berdasarkan DepKes RI (2009) jarak rumah yang dekat dengan tempat

pengumpulan sampah mengakibatkan tikus dapat masuk kedalam rumah dan

kencing di sembarang tempat. Jarak rumah yang kurang dari 500 meter dari

tempat pengumpulan sampah menunjukkan kasus leptospirosis lebih besar

dibandingkan yang lebij jauh dari 500 meter.

Hasil Ppenelitian Andani (2016) kondisi TPS yang buruk meningkatkan risiko

terjadinya Leptospirosis sebanyak 2,47 unit lebih tinggi dibandingkan dengan

keadaan TPS yang sehat.

18
2.) lingkungan Biologi

a.) Populassi tikus di dalam atau di luar rumah

Faktor risiko kejadian Leptospirosis yang cukup penting adalah keberadaan

tikus di sekitar rumah, karena bakteri Lepttospirosis sp. yang mengifenksi

manusia merupakan bakteri yang sering dijumpai pada tikus domestik (tikus

rumah/ rattus rattus diardi, tikus got / Rattus Norvegicus (Rusmini,2011).

Keberadaan tikus di dalam rumah memiliki risiko 10,34 kali terhadap

kejadian Leptospirosis dibandingkan dengan tidak adanya tikus di sekitar

rumah (Priyanto, 2008).

b.) Keberadaan Hewan Peliharaan

Leptospira sp. juga terdapat pada binatang peliharaan seperti anjing, lembu,

babi, kerbau, dan lain-lain maupun binatang liar seperti tikus, musang,

ttupai, dan sebagainya (DepKes RI, 2008).

3.) Lingkungan Sosial

a.) Ketersidiaan pelayanan pengumpulan limbah

Indikator kesehatan dipengaruhi oleh kondisi rumah tangga misalnya,

penyediaan air bersih, ketersediaan saluran pembuangan limbah dan

pengumpulan limbah. Tidak adanya pelayanan pengumpulan limbah padat

menyebabkan akumulasi limbah organik, meningkatkan terjadinya

penularan Leptospirosis dari

19
DepKes RI. (2003). Petunjuk Teknis Upaya Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan dalam Penanggulangan Bencana.Jakarta : Bakti
Husada
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten
Boyolali tahun 2017. Boyolali.
Dinkes Prop. Jawa Tengah. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

tahun 2017. Semarang: Dinkes Provinsi Jawa Tengah.

ILwWIS. (2001). Ilwis 3,0 academic user’s guide

Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Bandung:

Alfabeta.

Kusnoputranto, H. (2000). Kesehatan Lingkungan Edisi 1. Jakarta: FKM-UI.

Lintang, D.S. (2017). Evaluasi Penalaksanaan Surveilans Kasus Leptospirosisdi

Dinas Kabupaten Boyolali. Jurnal Unnes Public Health, 6(2).

Lousburry, J.F. and L.L.H. (1971). Introduction to Scientific Geographic

Research.

Mandal. (2008). Penyakit infeksi Edisi ke Enam. Jaka: Erlangga.

Marfai, M. (2015). Pemodelan Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Murti, B. (2010). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan Edisi ke- 2. Yogyakarta: UGM Press.

Najib Bustan, M. (2012). Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Okatini, M., Purwana, R., & Djaja, I.M. (2007). Hubungan Faktor Lingkungan

dan Karakteristik Individu Terhadap Kejadian Penyakit Leptospirosis di

Jakarta, 2003-2005. Jurnal Makara Kesehatan, 11 (1), 17-24

Anda mungkin juga menyukai