Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nala Rati Matkul : PKN

NIM : 211612010155 Dosen : Deddy Setiadi W, SH., MH

Filsafat Pancasila
1. Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila
Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab)
dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani (philosophia). Kata
philosophia merupakan kata majemuk yang terususun dari kata philos atau philein
yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan,
hikmat, kearifan, pengetahuan.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai
pandangan hidup, dan dalam arti praktis. Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan,
nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis
dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh.

2. Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
a. Ontologi Pancasila. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia,
yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu
juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila
Pancasila adalah manusia.
b. Epistemologi Pancasila. Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis
Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
c. Aksiologi Pancasila. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung
nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan
berkeadilan sosial.

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara


Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti (1999)
ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh
suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai
prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada
pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa. Dengan demikian memenuhi syarat
sebagai suatu ideologi terbuka.
Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi
penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang
ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan,
dan yang ber-Keadilan.
Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cita-cita
normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
merupakan nilai yang disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana
pemersatu masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di
Indonesia.

Identitas Nasional
1. Konsep Identitas Nasional
 Memiliki cita-cita bersama yang mengikat mereka menjadi satu kesatuan.
 Memiliki sejarah hidup bersama, sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan.
 Memiliki adat, budaya, kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup
bersama.
 Memiliki karakter, perangai yang sama yang menjadi pribadi dan jatidirinya.
 Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.
 Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga mereka terikat
dalam suatu masyarakat hukum.
2. Unsur-unsur Identitas Nasional
Identitas nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu
suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa. Unsur-unsur nasional tersebut
dirumuskan menjadi 3 bagian sebagai berikut:
 Identitas fundamental, yaitu pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar
Negara, dan ideology Negara.
 Identitas instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa
Indonesia, lambang Negara, Bendera Negara, Lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
 Identitas Alamiah, yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralism
dalam suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan (Agama).

3. Proses Pembentukan Bangsa Indonesia


Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa meliputi
primordial, sakral, tokoh, kesediaan bersatu dalam perbedaan, sejarah, perkembangan
ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan Surbakti, 1999):

4. Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia dalam perjuangan melawan penjajahan melalui para
pemimpinnya mampu membentuk perekat elemen perjuangan bangsa untuk
merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Integrasi nasional menjadi utuh
manakala tercapai integrasi teritorial dan di dalam masyarakat terdapat proses
pergeseran loyalitas ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas melampaui batas
etnis, agama, suku bangsa, budaya, bahasa dan “primordial sentiment” lainnya.

5. Strategi mempertahankan identitas nasional pada suatu negara


Sebuah Negara dalam menghadapi arus globalisasi diperperlukan suatu strategi
untuk mempertahankan Identitas Nasional yang merupakan jati diri bangsa,
antara lain dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan, budaya, dan bela
negara. 
a. Mengembangkan Nasionalisme. Secara umum, nasionalisme dipahami
sebagai kecintaan terhadap tanah air , termasuk segala aspek yang terdapat di
dalamnya.
b. Mengembangkan Pendidikan. Identitas nasional yang dikembangkan melalui
pendidikan diharapkan memberi harapan positif bagi kemajuan bangsa untuk
mempertahankan karakteristiknya sebagai sebuah bangsa yang beradab. 
c. Mengembangkan Kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa
merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional sehingga bangsa
Indonesia telah resmi menjadi bahasa negara dari bangsa Indonesia itu
sendiri. Dalam mempertahankannya pemerintah sudah menerapkannya dalam
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. 

Anda mungkin juga menyukai