Akuntabilitas menurut Islam berarti pertanggungjawaban manusia kepada Alloh
SWT atas apa yang telah dilakukan. Dalam pandangan Islam, akuntabilitas bisa dikatakan sebagai bentuk pertanggungjawaban seorang manusia sebagai khalifah di bumi kepada Alloh SWT, karena segala sesuatu yang dititipkan Alloh SWT kepada manusia merupakan amanah dan segala yang dikerjakan atau diperbuat manusia harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Jadi akuntabilitas bukan hanya kepada pemerintah/atasannya saja, tatapi yang terpenting kepada masyarakat dan kepada Alloh SWT. Perlunya perbaikan dalam pelayanan, tranparansi, dan meningkatkan meningkatkan minat agar masyarakat semakin percaya dan puas terhadap pelayanan kita sebagai pelayan publik. A. Konsep Transparansi Ada beberapa konsep transparansi yang dapat kita lakukan, antara lain: 1. Organisasi bersifat terbuka, seluruh fakta yang terkait aktivitas pengelolaan termasuk informasi keuangan harus mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. 2. Informasi harus diungkapkan secara jujur, lengkap dan meliputi segala hal yang terkait dengan informasi yang diberikan. 3. Pemberian informasi juga perlu dilakukan secara adil kepada semua pihak yang membutuhkan informasi. Dari konsep transparansi di atas, dapat disimpulkan bahwa transparansi erat kaitannya dengan kejujuran. Ketika menyampaikan informasi, pemberi informasi harus bersikap jujur sehingga tidak ada satu pun hal yang luput dari pengetahuan penerima informasi termasuk harus mengkomunikasikan segala kebijakan yang mereka lakukan kepada pemberi amanah dalam hal ini adalah masyarakat. Sehingga masyarakat akan lebih selektif, dan menjadikan kita sebagai pilihan utama, serta berdampak meningkatnya minat masyarakat untuk menentukan sikap minatnya memilih lembaga yang transparan. B. Konsep Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan menurut adalah sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan, atau tentang mengevaluasi jasa yang bersifat Intangible, konsumen umumnya menggunakan beberapa dimensi sebagai berikut: 1. Bukti Langsung (Tangible) Bukti langsung meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. 2. Kehandalan (Reliability). Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. 3. Daya Tanggap (Responsiveness). Tanggapan yaitu keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4. Jaminan (Assurance). Jaminan menyangkut pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko, atau keraguan. 5. Empati (Emphaty). Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. C. Konsep Minat Minat merupakan suatu kecenderungan hati terhadap sesuatu yang timbul dari dalam diri seseorang apabila dari sesuatu yang diminati itu bermanfaat, bisa dirasakan, dialami secara nyata, dan bila pihak luar bisa mendorong kearah itu, untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dapat dikatakan bahwa minat merupakan suatu bentuk dorongan yang kuat oleh seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Aspek-aspek yang terdapat dalam minat antara lain: 1. Ketertarikan (Interest) yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian dan perasaan senang. 2. Keinginan (Desire) ditunjukkan dengan adanya dorongan untuk ingin memiliki. 3. Keyakinan (Conviction) ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya diri individu terhadap kualitas, daya guna, dan keuntungan dari produk yang akan dibeli.