Anda di halaman 1dari 2

Point Kontra RUU IKN berdasarkan landasan Yuridis dan Konstitusi

Lex semper dabit remedium

1. Rancangan Undang-Undang IKN cacat formil karena tidak memenuhi asas


keterbukaan pada asas pembentukan peraturan undang-undang di dalam undang-
undang no.12 tahun 2011

RUU Ibu Kota Negara tidak memenuhi asas pembentuan peraturan perundang-undangan huruf g
yaitu keterbukaan. Menurut asas keterbukaan dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan diperlukan adanya partisipasi public yang maksimal dan bermakna (meaningful
participation) tetapi hal ini tidak diterapkan pada saat dilakukannya pertimbangan
penentuan lokasi ikn yang baru.
 Masyarakat terbatas sebagai penerima informasi
 Masyarakat adat tidak diberikan ruang untuk berpendapat atas lahan yag ada di
wilayah mereka
Proses partisipasi public dalam penentuan lokasi ikn yang baru dilakuan dengan dialog
terbuka dan diskusi dengan berbagai elemen masyarakat. Namun disayangkan partisipasi itu
hanya sekadar formalitas saja, keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah pusat. Publik
disini hanya berperan sebagai penerima kajian. Bahkan masyarakat yang akan terlibat langsung
dalam aktualisasi ruu ikn yaitu masyarakat ppu dan kutai negara juga tidak dilibatkan.
Proses penentuan lokasi ikn yang baru terus berlanjut samapai tahap pengumuman lokasi dan
sosialisasi tanpa memperhatikan partisipasi public.
Sosialisasi yang dilakukan juga merupakan seosialisasi searah dengan adanya publikasi pada
pamphlet, koran, dan media masa lainnya. Pertanyaannya, apakah rakyat di sini memiliki
kewenangan untuk memberikan konstribusi dari keputusan yang sudah dibuat?
Tentu tidak bukan, hal inilah yang membuat partisispasi public di sini bersifat semu.

2. Pasal 14 ayat 1 RUU bertentangan dengan pasal 18 UUD 1945 tentang


pemerintahan daerah

Menurut pasal 14 ruu ikn. Badan otorita di sini dapat membagi wilayah sesuai dengan bentuk,
jumlah dan strukturnya sesuai dengan kebutuhan Hal ini bertentangan dengan
Pasal 18 A1 UUD 1945 yang berbunyi:
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Dewan juri yang terhormat, maka dengan adanya pembagian daerah oleh badan otorita maka hal
ini dapat disimpulkan bahwa ada negara di dalam negara di Indonesia.

3. Adanya badan otorita yang dipilih oleh presiden sesuai dengan pasal 9 ruu ikn akan
mengurangi hak berdemokrasi dari rakyat Indonesia.
Sama halnya dengan peniadaannya dprd dalam pemerintahan khusus ikn di mana hal ini
bertentangan dengan sendi dari pemerintahan yaitu asas permusyawaratan

Anda mungkin juga menyukai