Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TUMPAHAN MATERIAL BATU BARA DI PANTAI MEUREUBO ACEH

Nama:
17020156 Aldi Eka Prastia
19020087 Singgih Mulia
19020094 M Reza Septian Jaeni
19020101 Rizky Saefullah R
19020103 Icha Razita Sabrina Ali
19020109 Prasabda Aldaniar
19020118 Rizki Fahrezi

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,

taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas makalah HAZMAT ini dengan

baik serta tepat waktu.Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas presentasi

kelompok.Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Hazardous Materials

dan teman teman kuliah saya,karena berkat mereka saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan luput dari berbagai kesalahan penulisan

ataupun kata.Oleh sebab itu, kritik serta evaluasi yang sifatnya membangun sangat kami

harapkan guna kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk

orang orang yang membaca makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami ucapkan

banyak terima kasih.

2
DAFTAR ISI

Cover… .................................................................................................................................. 1

Kata pengantar… ................................................................................................................... 2

Daftar isi ..................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 5

A. Latar belakang .................................................................................................................... 5

B. Rumusan masalah… ........................................................................................................... 6

C. Tujuan…..............................................................................................................................7

D. Manfaat penulisan… .......................................................................................................... 7

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................ 8

A. Kasus tumpahan batu bara di aceh barat .............................................................................8

B. Definisi tumpahan material ................................................................................................. 9

C. Definisi belerang… ........................................................................................................... 11

D. Proses pembentukan belerang… ...................................................................................... 13

E. Lokasi tumpahan…............................................................................................................15

F. Metode,alat dan cara penanggulangan tumpahan material ............................................... 15

G. Dampak tumpahan batu bara ........................................................................................... 20

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 24

A. Kesimpulan… .................................................................................................................. 24

3
B. Saran… ............................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 26

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tumpahan B3 merupakan kondisi tidak sesuai dari kegiatan operasional yang

menyebabkan terjadinya ceceran ataupun tumpahan material cair. B3 atau disebut juga

Bahan Berbahaya dan Beracun merupakan bahan yang dapat menyebabkan gangguan pada

manusia atau lingkungan. Bahan kimia yang dikategorikan sebagai B3 harus ditangani

secara khusus baik dalam penyimpanan, pemakaian, transport/pemindahannya ataupun

dalam kondisi darurat. Apabila Anda bekerja dengan menggunakan bahan kimia, mungkin

pernah mengalami keadaan di mana terjadi tumpahan atau ceceran zat kimia atau chemical

spill. Berbeda dengan tumpahan air, tumpahan zat kimia ini ternyata sangat berbahaya.

Ada banyak dampak negatif apabila terpapar tumpahan zat tersebut. Oleh karena itu,

segala tumpahan zat kimia perlu dibersihkan secepatnya. Penggunaan bahan kimia di

dunia termasuk Indonesia telah berkembang dan mampu memenuhi tujuan sosial dan

ekonomi masyarakat. Pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan manusia

tercakup di semua sektor perokonomian di Indonesia antara lain bidang perindustrian dan

perdagangan, pertanian, kesehatan, sumber daya energi dan mineral, yang umumnya tidak

terlepas dari penggunaan bahan kimia.

5
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan sebelumnya dapat


dirumuskan pokok rumusan masalah sebagai berikut:

1. Tentukan satu studi kasus tumpahan material berbahaya (sumber media cetak atau
media online)
2. Carilah nama material/bahanya
3. Dimana tumpahan material tersebut (ekosistem mangrove, pantai berbatu, pantai
berpasir, terumbu karang, lamun, daratan).
4. Tentukan metode, alat dan cara untuk menanggulangi tumpahan material tersebut
melalui buku terlampir.
5. Jelaskan metode alat dan cara untuk menanggulangi tumpahan material tersebut
melalui buku terlampir (sertakan video dan gambar pendukung ) beserta cara pakai
alatnya.
6. Jelaskan dampak yang akan terjadi dengan adanya tumpahan material berbahaya
tersebut

6
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan apa itu tumpahan material B3

2. Mengetahui metode penanggulangan tumpahan material

3. Mengetahui dampak apa saja yang terjadi akibat tumpahan material berbahaya

D. Manfaat penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

HAZMAT dan makalah ini dapat dijadikan media pembelajaran untuk menambah

wawasan dan pengetahuan bagi kami dan pembaca.Semoga makalah ini dapat

bermanfaat untuk banyak orang.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus tumpahan material Batu Bara

Pantai di kawasan Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat tercemar usai terjadi

tumpahan material batu bara yang diangkut kapal tongkang. Pemerintah Kabupaten

(Pemkab) setempat memastikan segera membentuk tim guna melakukan kajian dan

pemeriksaan. ”Pembentukan tim ini sangat diperlukan guna memastikan langkah hukum

terkait pencemaran lingkungan akibat tumpahan batu bara di laut Aceh Barat," kata Bupati

Aceh Barat Ramli MS, Kamis (11/2). Dikutip dari Antara.

Menurutnya, berdasarkan informasi yang diterima dari masyarakat dan nelayan,

dampak dari tumpahan material batu bara di laut setempat telah berakibat terhadap

aktivitas ekonomi masyarakat pesisir di Aceh Barat.Material batu bara yang tumpah ke

laut tersebut telah berdampak terhadap hasil tangkapan nelayan kecil, serta telah

menyebabkan kerusakan lingkungan.

Karena itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat segera mengambil sikap sebagai upaya

untuk menyelamatkan lingkungan dari ancaman kerusakan dan pencemaran diduga akibat

tumpahan material batu bara dari kapal tongkang di daerah ini.

Ramli MS juga mengapresiasi langkah anggota Komisi III DPR asal Aceh Nazaruddin

8
alias Dek Gam yang akan melaporkan kasus tumpahan batu bara ke Mabes Polri.

Langkah tersebut, kata dia, diharapkan dapat menuntaskan persoalan pencemaran

lingkungan, sehingga para pihak yang diduga terlibat dalam pencemaran tersebut, segera

mendapatkan sanksi hukum sesuai aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

"Pemerintah Kabupaten Aceh Barat tetap mendukung sepenuhnya investasi di daerah,

namun apabila sebuah investasi merusak dan mencemari lingkungan, hal itu tidak akan

pernah kami tolerir dalam bentuk apa pun," kata Ramli menegaskan.

B. Definisi Tumpahan material

Pengertian B3 tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001, pada

pasal 1 tentang Pengelolaan B3 yaitu Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya

disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau

merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,

kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.Tumpahan B3 merupakan

kondisi tidak sesuai dari kegiatan operasional yang menyebabkan terjadinya ceceran

ataupun tumpahan material cair. tumpahan (spill) B3 tidak boleh dilakukan sembarangan

dan membutuhkan keahlian khusus mengingat bahaya yang ditimbulkannya dapat

bervariasi sesuai sifat bahan kimianya sehingga penanganannya jauh lebih sulit dengan

peralatan yang bervariasi pula.

Sehingga setiap perusahaan yang menggunakan B3 wajib memahami proses

pengendalian tumpahan B3 dengan baik untuk memastikan karyawan-karyawan

perusahaan dapat melakukan penanganan tumpahan B3 dengan baik, tidak mengalami

masalah kesehatan ketika melakukan penanganan tumpahan B3 (tidak ikut terpapar

9
tumpahan), serta dapat mencegah meluasnya dampak tumpahan ke wilayah sekitarnya

yang dapat membahayakan masyarakat maupun lingkungan hidup.

Bahan kimia yang dikategorikan sebagai B3 harus ditangani secara khusus baik dalam

penyimpanan, pemakaian ataupun dalam kondisi darurat.

Bahan kimia yang dikategorikan sebagai B3 harus ditangani secara khusus baik dalam

penyimpanan, pemakaian ataupun dalam kondisi darurat. Dalam undang-undang K3

penanganan bahan kimia diatur secara khusus dalam KEP-187/MEN/1999 tentang bahan

kimia berbahaya dalam peraturan tersebut banyak dibahas mengenai persyaratan yang

harus dipatuhi oleh perusahaan yang menyimpan bahan kimia diantaranya :

a.Laporan kuantitas bahan kimia,

b.NAK (nilai ambang kuantitas),

c.Ahli K3 Kimia,

d.Petugas K3 Kimia,

e.Dokumen Pengendalian Bahaya Sedang/Besar,

f.MSDS, dan persyaratan lainnya.

Tujuan dari penanganan tumpahan bahan kimia diantaranya sebagai berikut :

a.Mencegah paparan bahan kimia terhadap manusia

b.Mencegah pencemaran lingkungan

c.Mencegah kebakaran

d.Mencegah kerugian materi

10
C. Definisi Belerang

Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang

S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non-logam yang tidak berasa. Belerang,

dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat

ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral pada gunung berapisulfida

dan sulfat. Belerang adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam 2 asam

amino. Salah satu contoh penggunaan umum belerang adalah dalam pupuk. Selain itu,

belerang juga digunakan dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida, dan fungisida.

Secara alami, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau mineral pada

gunung berapi. Belerang merupakan sumberdaya yang banyak dimanfaatkan oleh manusia

sebagai bahan baku asam sulfat. Selain itu, belerang umum digunakan dalam korek api,

bubuk mesiu, insektisida, fungisida, dan sebagainya. Belerang yang murni tidak berbau.

Bau yang muncul sebenarnya berasal dari banyak senyawanya. Belerang dan sulfat tidak

beracun, namun karbon disulfida, hidrogen sulfida, dan sulfur dioksida semuanya beracun.

Terlebih lagi, hidrogen sulfida yang sangat berbahaya hingga dapat menyebabkan

kematian. Sulfur dioksida dihasilkan ketika batu bara dan minyak yang tidak dimurnikan

dibakar. Di atmosfer, sulfur dioksida dapat menyebabkan hujan asam. Jika dibiarkan, hal

ini akan menyebabkan dana mati, sebagian dengan membuat garam aluminium beracun

larut sehingga terambil oleh makhluk hidup.

Belerang memiliki banyak sifat, diantaranya :

1. Ini memiliki warna kuning yang kuat;

2. Menghasilkan senyawa yang sangat mudah menguap;

3. Itu hambar dan tidak berbau;


11
4. Ini adalah logam kekerasan rendah;

5. Ini bukan konduktor listrik yang baik, karena bersifat ametal;

6. Memiliki bau yang mirip dengan telur busuk;

7. Ini dapat ditemukan di alam dalam tiga bentuk fisik, tergantung pada alotropnya;

8. Tidak larut dalam air.

Belerang ditemukan di alam dalam bentuk bebas atau dalam senyawa, misalnya dalam

sulfat dan sulfida. Ini umumnya ditemukan di daerah vulkanik, dan juga dapat ditemukan

di beberapa sayuran seperti bawang dan mustard, dalam protein dan bahkan dalam telur.

Aplikasi belerang adalah yang paling beragam, dan di antaranya bertindak sebagai

komponen bensin. Belerang sendiri umumnya aman untuk menangani, tetapi banyak

senyawa yang lebih berisiko. Beberapa sangat beracun, dan orang-orang harus selalu

berhati-hati untuk mengikuti tindakan pencegahan terdaftar dari bahan kimia seperti

belerang dioksida. Unsur yang sangat reaktif digunakan dalam sejumlah aplikasi termasuk

pembuatan obat mesiu, insektisida, dan resep. Hal ini juga bagian dari proses vulkanisasi

karet, dan itu adalah dasar untuk senyawa yang digunakan seperti asam sulfat. Di alam,

belerang dapat ditemukan dalam senyawa seperti galena dan cinnabar, dan juga mungkin

muncul dalam deposit murni, terutama di sekitar gunung berapi dan mata air mineral.

Rumus : C5H5N.O3S

Berat Molekul : 159,16 g/mol

No-CAS : 26412-87-3

No-EC : 247-683-3

12
Komponen Klasifikasi Konsentrasi

Pyridine-sulfur trioxide complex (1:1)

No-CAS No-EC 26412-87- Acute Tox. 4; Skin Irrit. 2; <= 100 %

3 247-683-3 Eye Irrit. 2; H302, H315,

H319

D. Proses pembentukan belerang

Proses Frasch adalah sebuah metode yang digunakan untuk memperoleh belerang

atau sulfur dari bawah tanah. Metode ini merupakan satu-satunya metode penambangan

sulfur yang murah. Sebagian besar persediaan sulfur dunia diperoleh dengan cara ini

hingga akhir abad ke-19. Kemudian sulfur lebih sering diperoleh dari proses pengambilan

minyak bumi dan gas alam (lihat proses Claus). Dalam proses Frasch, air yang sangat

panas dipompa ke dalam kandungan sulfur di bawah tanah; sulfur lalu mencair dan

diekstrak. Proses Frasch mampu menghasilkan belerang dengan tingkat kemurnian yang

tinggi. Dalam proses frasch, 3 pipa konsentris dimasukkan kedalam kandungan sulfur. Air

yang sangat panas 165℃ dimasukkan kedalam kandungan lewat pipa paing luar. Sulfur

melebur dan mengalir ke pipa ditengah. Tekanan air sendiri tidak cukup untuk memaksa

sulfur keluar kepermukaan karena kepadatan sulfur yang lebih besar, sehingga udara panas

dimasukkan lewat pipa paling dalam untuk membuatnya kurang padat dan mendorongnya

kepermukaan. Sulfur yang diperoleh sangat murni (99,7 – 99,8%). Warnannya adalah

kuning muda. Jika terkontaminasi dengan senyawa organic, warnannya bisa memjadi

hijau; proses permurniaan lebih lanjut tidak perlu dilakukan dan terlalu mahal. Dengan

13
metode ini, amerika serikat menghasilkan 3,89 juta ton sulfur pada tahun 1989 dan

meksiko menghasilkan 1,02 juta ton sulfur pada tahun 1991.

Proses frasch dapat digunakan untuk kandungan yang terletak di kedalaman 50-800

meter. Untuk menghasilkan satu ton sulfur, dibutuhkan air sangat panas dengan volume 3-

38 meter kubik.

14
E. Lokasi tumpahan

Pada kasus ini tumpahan terjadi disekitar pantai berpasir Meureubo Aceh Barat.

Kejadian ini membuat laut dan pantai disekitar perairan meureubo kotor berhari hari dan

merusak lingkungan. Tumpahan material ini juga berdampak pada ekonomi para nelayan dan

masyarakat pesisir di Aceh barat.

F. Metode,alat dan cara penanggulangan tumpahan material berbahaya

Penanggulangan tumpahan minyak dapat dilakukan dengan cara kimia, fisika dan

biologi. Pada kasus ini, metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode fisika

karena alat yang digunakan adalah skimmer. Dimana skimmer adalah proses

menghisap/menyedot/mengangkat tumpahan yang kemudian ditampung ke dalam tempat

penampungan. Dengan tekhnik pengolahan limbah secara penyisihan mekanik.

 Boom

Untuk melokalisir tumpahan

Untuk mengarahkan tumpahan

Untuk melindungi daerah sensitif

 skimmer

Proses menghisap/menyedot/mengangkat tumpahan yang kemudian ditampung ke


15
dalam tempat penampungan menggunakan media skimming. Skimmer juga

menggunakan berbagai jenis media skimming seperti belt, disk dan tali.

Skimmer memiliki berbagai jenis, diantaranya :

1. skimmer oleofilik

Bahan oleofilik memiliki afinitas tinggi terhadap minyak dan lemak. Mereka

menarik dan menyerap molekul minyak lebih mudah daripada molekul air. Skimmer

jenis ini menggunakan media oleophilic skimming untuk memastikan bahwa ia

mengumpulkan jumlah minyak maksimum dari air. Mereka efektif saat menangani

tumpahan minyak dengan ketebalan berapa pun.

2. skimmer non-oleofilik

Bahan non-oleophilic digunakan ketika skimmer oleophilic tidak sesuai. Hal ini

dapat terjadi saat membersihkan cairan seperti pencuci bagian berair alkali yang panas.

Skimmer oli non-oleofilik menggunakan bahan sabuk yang memungkinkan oli

menempel pada sabuk dan dengan pendakian vertikal, kelebihan air mengalir kembali

ke tangki. Skimmer oli sabuk jenis ini sangat ideal untuk berjalan terus menerus untuk

kontaminasi oli intermiten. Ini juga menghilangkan minyak sebelum minyak berlebih

menumpuk dan menyebabkan masalah lain yang tidak diinginkan seperti pertumbuhan

bakteri.

3. Skimmer bendung
16
Karena minyak selalu mengapung di permukaan air, skimmer weir adalah cara

yang sangat efektif untuk menghilangkannya. Bendung adalah penghalang di

dekat permukaan badan air atau wadah yang mengubah karakteristik aliran air.

Skimmer ini memungkinkan minyak di permukaan mengalir di atas bendung ke

tangki pengumpul untuk dibuang. Skimmer weir dapat memiliki mekanisme

penyesuaian ketinggian manual atau otomatis. Penyesuaian ketinggian membantu

mempertahankan efisiensinya dalam berbagai tingkat air.

Skimmer memiliki perbedaan jenis skimmer, ada enam desain dasar yang

yang biasa digunakan :

1. Belt oil skimmer

Belt Oil Skimmer menggunakan sabuk tak berujung dari baja tahan

korosi atau media sintetis, yang diturunkan ke dalam tangki atau bejana

untuk disaring. Sabuk melewati bilah penghapus tangguh di mana oli

dikeluarkan dari kedua sisi media. Mesin belt menyediakan metode

sederhana, dapat diandalkan, dan hemat biaya untuk menghilangkan

minyak, gemuk, dan hidrokarbon lain dari air.

2. Disk skimmer

Skimmer ini memutar media berbentuk cakram melalui cairan. Minyak

dihapus dan dibuang ke wadah pengumpulan dengan cara yang mirip

dengan skimmer minyak sabuk. Penting untuk mempertimbangkan

jangkauan, bagian disk yang benar-benar terendam, saat melihat skimmer

disk. Lebih sedikit disk dalam cairan berarti lebih sedikit minyak yang

dikeluarkan. Jelas, cairan yang berfluktuasi bisa menjadi masalah nyata


17
bagi skimmer disk.

3. MOP skimmer

Skimmer minyak ini menggunakan media tak berujung berbentuk

seperti tali dan memiliki sulur seperti pel yang mengambil minyak. Saat

media meninggalkan cairan dan memasuki unit penggerak, media ditekan

dan diperas dengan rol penjepit. Untuk oli dengan viskositas lebih tinggi,

media cenderung menjadi kusut dan kehilangan keefektifannya. Sistem

penuangan adalah suatu keharusan untuk unit-unit ini, karena pengambilan

air bisa sangat tinggi.

4. Barrel styles

Ini mirip dengan jenis disk, tetapi menggunakan media berbentuk drum

yang berputar. Dibandingkan dengan jenis disk, mereka biasanya lebih

kasar dan memiliki kapasitas penghapusan yang lebih tinggi. Tergantung

pada desainnya, unit-unit ini juga dapat menjadi tidak efektif dengan

fluktuasi level cairan. Juga, pengambilan air dengan skimmer minyak jenis

ini bisa tinggi.

5. Large tube

Skimmer Tabung menggunakan selang plastik mengambang yang

meliuk di atas permukaan cairan dan kemudian ditarik kembali melalui unit

penggerak tempat oli dihilangkan. Desain ini membutuhkan luas

permukaan yang relatif besar untuk pengoperasian yang tepat. Skimmer

minyak ini dapat meluncur dari tangki yang sangat dangkal. Biasanya,

kapasitas pelepasan lebih rendah dari skimmer oli tipe sabuk, drum atau pel.

6. Mini tube
18
Sangat mirip dengan unit tabung besar, tetapi gunakan tabung 3/16″

atau 5/16″ alih-alih 1″. Tingkat pengambilan bervariasi dari 1 liter/jam

hingga 1,5 gph tergantung pada diameter tabung. Unit ini cukup kompak,

dan bisa muat di tempat yang sempit. Unit yang lebih baik akan memiliki

motor yang dipasang di bawahnya, untuk membawa ruang yang dibutuhkan

di atas bibir tangki hingga mendekati nol. Tabung berdiameter 5/16″ lebih

disukai karena memiliki kapasitas penghilangan 1 gph dan kekakuan yang

cukup untuk tidak menyeret rumahan dan menyeka minyak sebelum

waktunya saat ditarik ke dalam unit.

7. Floating suction skimmer

Ini datang dalam beberapa bentuk, tetapi semuanya memiliki asupan

mengambang. Mereka paling cocok untuk lapisan minyak yang relatif tebal

(1/4 inci atau lebih tinggi); jika tidak, mereka cenderung menelan air dalam

jumlah besar. Beberapa mesin benar-benar akan mengemulsi minyak

karena mengaduk saat melewati pompa hisap. Skimmer minyak jenis ini

membutuhkan penggabungan atau setidaknya unit penuang agar efektif.

Penggerak standar pada semua unit adalah motor listrik dan peredam gigi.

Jenis drive lain yang tersedia.

 Alat penampung sementara / temporary storage tank

Temporary storage tank adalah tempat penyimpanan sementara untuk minyak yang

telah diambil dengan skimmer untuk untuk kemudian dibuang pada lokasi yang telah

ditentukan atau diproses lebih lanjut. Berdasarkan lokasi terjadinya tumpahan minyak.

Temporary storage tank terbagi menjadi dua jenis, on-land dan floating.

19
- On-land storage tank adalah tempat penyimpanan sementara yang diletakkan diatas

tanah atau permukaan datar lainnya. Biasanya digunakan untuk kejadian tumpahan

minyak di sungai, danau atau pelabuhan, dimana lokasi tumpahan minyak dekat

dengan lokasi terbuka untuk meletakkan storage tank. On-land storage tank dapat juga

diletakkan pada dek kapal untuk kejadian tumpahan minyak di laut, tapi hal ini akan

mengurangi area kerja diatas dek kapal. MARKLEEN memproduksi beberapa tipe

on-land storage tank yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan

- Markleen Easytank adalah tempat penyimpanan minyak sementara dengan kerangka

luar. Kerangka dibuat dengan bahan marine grade aluminum yang ringan, kuat dan

tahan korosi. Kerangka dapat dilepas sehingga meminimalkan tempat penyimpanan

(portable). Material penyimpanan terbuat dari PVC-coated polyester dengan

ketebalan 110 gsm. Bagian bawahnya dilengkapi dengan 1" drain valve. Markleen

EasyTank tersedia dalam kapasitas 4 ton, 7.5 ton, 10 ton dan 15 ton.

20
G. Dampak Tumpahan batu bara

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air

minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem

sungai dan danau. Di badan air, sungai dan danau, nitrogendan fosfat dari kegiatan

pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang

disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan

oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan dan tumbuhan air,

menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot

lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori:

- Dampak terhadap kehidupan biota air,

- Dampak terhadap kualitas air tanah,

- Dampak terhadap kesehatan, dan

- Dampak terhadap estetika lingkungan

1. Dampak lethal (kematian)

Di perairan lepas pantai dampak tumpahan material sebagai B3 (Bahan

Berbahaya dan Beracun) sering disebabkan oleh kecelakaan kapal tanker, kegiatan

off-shore atau oleh rembesan alami minyak bumi dari dasar laut (oil seep), sampai

saat ini belum ada laporan tentang kegiatan industri di darat yang melakukan

pembuangan limbah jauh kearah perairan oseanik. Untuk kasus oil spill di perairan

terbuka, konsentrasi minyak dibawah slick biasanya sangat rendah, dan

maksimum akan berada dalam kisaran 0.1 ppm sehingga tidak menyebabkan

kematian masal organisma terutama ikan-ikan akibat tumpahan minyak di perairan


21
lepas pantai. Permasalahannya, kebanyakan kasus tumpahan minyak terjadi di

perairan pantai ataupun perairan dalam (inshore). Pernah dilaporkan pada

kecelakaan kapal tanker Amono Cadiz tahun 1978 di Perairan Inggris dan

Perancis, populasi ikan-ikan dari jenis Pleurenectes platessa dan Solea vulgaris

dilaporkan mengalami kematian massal. Resiko kematian masal akan lebih besar

lagi bagi ikan-ikan di tambak ataupun di keramba serta jenis kerang-kerangan

yang kemampuan migrasi untuk menghindari spill sangat rendah (Davis et al.,

1984).

2. Dampak sublethal

Dampak sublethal akan lebih akurat jika dibuktikan di laboratorium. Uji

laboratorium menunjukan bahwa reproduksi dan tingkah laku ikan dan kerang-

kerangan dipengaruhi oleh konsentrasi minyak di air. Dengan konsentrasi yang

relatif rendah (< 0.1 ppm), kemampuan tetas telur, tingkat kelulusan hidup, jumlah

larva cacat, penutupan cangkang (pada kerang) dipengaruhi secara signifikan.

Banyak jenis udang dan kepiting membangun sistem penciuman yang tajam untuk

mengarahkan banyak aktifitasnya, akibatnya eksposure terhadap bahan B3

menyebabkan udang dan kepiting mengalami gangguan didalam tingkah lakunya

seperti kemampuan mencari, memakan, dan kawin (GESAMP, 1993).

3. Dampak terhadap plankton

Pada kasus yang ekstrem seperti oil spill yang terjadi saat perang Teluk (1991-

1992), 75% stock udang menurun. Kondisi ini akan menjadi lebih buruk jika

spillage bertepatan dengan periode memijah (spawning) dan lokasi yang terkena

dampak adalah daerah asuhan (nursery ground). Dampak terhadap stadia

planktonik dari organisma juga akan semakin tinggi ketika bersamaan waktunya
22
dengan peride pemijahan serta masuknya spesies yang peruraya ke daerah

tertutup/semi tertutup seperti teluk yang tercemar. Stadium planktonik dari telur

dan larva ikan, moluska dan crustaceae memiliki kerentanan yang tinggi dari

kontak secara langsung dengan B3.

4. Dampak terhadap budidaya

Untuk ukuran kecil dari suatu spillage ( ex. 50 ton), dampak terhadap kegiatan

budidaya akan sangat besar, selain dari organisma yang dibudidayakan akan

terkena dampak langsung, beberapa peralatan terkait dengan kegiatan budidaya

seperti jaring dan temali menjadi tidak dapat digunakan lagi. Selain itu stock juga

dapat dipengaruhi jika ada intake air laut yang digunakan mensuplai kebutuhan

stock.

5. Dampak terhadap ekosistem

Ekosistem pesisir dan laut (mangrove, delta sungai, estuari, padang lamun, dan

terumbu karang) memiliki fungsi dan peran yang penting secara ekologis, ekonomi

dan juga sosial budaya. Secara ekologi, ekosistem tersebut merupakan daerah

perkembangbiakan, penyedia habitat dan makanan untuk organisma dewasa serta

mendukung jejaring makanan (contoh input nutrient dari daun-daun mati) bagi

ekosistem ataupun habitat lain disekitarnya. Tekanan dari masuknya limbah B3

akan mempengaruhi peruntukan sistem-sistem tersebut, ditambah lagi

vulnerabilitas dari ekosistem ekosistem tersebut sangat tinggi terhadap bahan

beracun berbahaya disamping natural attenuation (dispertion and dilution) pada

beberapa ekosistem seperti mangrove, estuari, padang lamun dan daerah dangkal

di pantai relatif lebih lambat.

23
Penanganan dalam kasus ini adalah dengan menggunakan alat berat seperti

crane untuk membersihkan tumpahan batu bara di perariran laut tersebut.

Membentuk tim khusus terdiri dari Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan Aceh,

Kementrian LHK, Protection and indemniti (P&I), PT untuk mengawasi dan

memastikan penanggulangan dan pemulihan yang dilakukan, Pemeriksaan

kesehatan masyarakat secara lebih intensif yang berada dikawasan konsesi

tambang dan jalur lintasan pengangkutan batu bara.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi dan/atau

komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui

baku mutu lingkungan hidup yang sudah ditetapkan (UU No. 32 Tahun 2009). Pencemaran

Laut juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air laut oleh kegiatan manusia dan

proses alam, sehingga kualitas air laut menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukkannya serta dapat menggangu kehidupan manusia, biota laut dan

ekosistem laut.Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti KLH, Pariwisata, Diknas,

Perindustrian dan Perdagangan, DKP, TNI AL, Kepolisian, Perhubungan, PT. Pertamina

(Persero), dan Pemerintah Daerah menjadi ujung tombak dalam pencegahan dan

penanggulangan pencemaran laut ini. Dengan melibatkan beberapa instansi terkait

diharapkan penanggulangan tumpahan minyak di perairan laut akan menjadi lebih baik,

terpadu dan komprehensive. Perlu disadari dan menjadi paradigma bersama bahwa bumi

ini bukan warisan nenek moyang kita tetapi pinjaman dari anak cucu kita. Tumpahan B3

merupakan kondisi tidak sesuai dari kegiatan operasional yang menyebabkan terjadinya

ceceran ataupun tumpahan material cair.

25
B. Saran

Jika terjadi kasus tumpahan material batu bara sebaiknya dengan cepat di

berikan penanganan agar tidak mencemari laut maupun merusak biota yang ada

didalamnya. Upaya untuk mengoptimalkan penanggulangan tumpahan yaitu

dengan cara meningkatkan kedisiplinan crew kapal dengan melaksanakan latihan

penanganan pencemaran.

Pada kasus ini,tumpahan minyak terjadi akibat kelebihan muatan terhadap

kapal tongkang. Agar mencegah kejadian yang sama terulang kembali, sebaiknya

melakukan inspeksi rutin dan mengecek kembali barang agar tidak terjadi

kelebihan muatan pada setiap kapal tongkang yang membawa muatan batu bara.

26
DAFTAR PUSTAKA

Tumpahan material batu bara di pantai meureubo aceh barat

https://www.merdeka.com/peristiwa/tumpahan-material-batu-bara-cemari-

pantai-meureubo-aceh-barat.html

https://sib3pop.menlhk.go.id/index.php/articles/view?slug=penanganan-

tumpahan-b3-di-industri

Ir.Sulistyono,Dampak tumpahan minyak (oil spill) di perairan laut pada kegiatan

industry migas dan metode penanggulangannya

http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/article/download

/55/81

Marissa kartika dewi, pencemaran laut akibat tumpahan batu bara di laut

https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jhp17/article/view/6217

27
28

Anda mungkin juga menyukai