041045384
Karena alasan-alasan tersebut diatas, Pemerintah sejak awal tahun 1998 bertekad
untuk merestrukturisasi BUMN. Untuk itu dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
Menyatukan tanggung jawab reformasi dan pembinaan BUMN dari yang pada
awalnya di Departemen Teknis ke Menteri Negara BUMN, melalui Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 12 dan 13 diikuti dengan PP Nomor 50 dan 64 tahun
1998, kemudian diperbaharui dengan PP Nomor 96 dan Nomor 98 tahun 1999,
diikuti PP Nomor 1 dan Nomor 89 tahun 2000, terakhir dengan PP Nomor 64
tahun 2001.
Percepatan langkah restrukturisasi dan privatisasi BUMN, antara lain dengan
memperbanyak metode privatisasi antara lain IPO, Stratergic Sales,
Employee/Management Buy out, Regional Government Buy Out dan metode
lain yang lazim.
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2000,
Pemerintah juga telah merestrukturisasi unit-unit kegiatan pelayanan
Pemerintah yang sudah mandiri menjadi suatu badan usaha bisnis (BUMN),
diantaranya adalah Yayasan TVRI menjadi Perjan TVRI dan RRI menjadi
Perjan RRI, serta Swadana Rumah Sakit Umum menjadi Perjan Rumah Sakit.
Memaksimalkan nilai/kepentingan Pemegang Saham, antara lain mendorong
peningkatan value creation serta value of the firm.
Menyiapkan rencana jangka panjang bagi reformasi BUMN, terutama dalam
hal privatisasi.
Tujuan reformasi BUMN yaitu agar lebih efisien, berdaya saing, tidak membebani
keuangan negara dan bahkan diharapkan dapat memberikan keuntungan, baik berupa
manfaat sosial kepada masyarakat maupun manfaat finansial kepada negara, serta
mampu memberikan pelayanan yang andal dan kompetitif kepada konsumen.
2. Dalam reformasi BUMN yang baik selalu dapat mempertahankan orientasi arah
pengelolaan keuangan dengan melakukan 3 hal yaitu :
Restrukturisasi BUMN. Restrukturisasi dimaksudkan untuk melakukan
efisiensi agar tidak terjadi pemborosan penggunaan keuangan negara yang
dikelola oleh BUMN. Karena itulah tidak sepantasnya BUMN memiliki
struktur dan kelembagaan yang gemuk, karena pada akhirnya akan melahirkan
kerugiankerugian, sekurang-kurangnya akan terjadi inefisiensi. Prinsip yang
harus diterapkan dalam konteks restrukturisasi ini adalah dengan melakukan
secara maksimal dalam hal kreasi dan kerja-kerja nyata dengan struktur yang
minimal.
Revitalisasi BUMN. Revitalisasi dilakukan dengan mempertegas arah dan
tujuan perusahaan yang harus dilakukan. BUMN harus fokus dengan branding
serta program-program lebih nyata. Karena itulah revitalisasi harus dilakukan
guna mempercepat gerak dalam mengambil peran-peran di dunia ekonomi
yang sekarang ini sedang berkembang sangat cepat.
Penyeimbangan orientasi BUMN antara misi sosial dan profit. Di satu sisi,
BUMN merupakan sebuah bentuk usaha yang menginginkan adanya
keuntungan, dan sekaligus mengemban misi sosial di sisi lain. BUMN harus
mampu menyelaraskan antara profitisasi dengan misi sosial tersebut. Tidak
mungkin sebuah BUMN sebagai entitas usaha diorientasikan hanya pada satu
orientasi saja misalnya mengejar profit belaka tetapi tidak memperhatikan
aspek sosial, atau sebaliknya tidak mungkin hanya sebuah BUMN hanya
memenuhi misi sosial tetapi di sisi lain mengalami kerugian. Di mana aspek
keseimbangan yang dimaksud jika BUMN bergerak di bidang public service
seperti halnya kereta api, HSDP, POS, dan juga PELNI. Karena menyangkut
hajat hidup orang banyak, terlebih menyangkut masyarakat kecil, maka negara
harus memberikan misi sosial, yaitu dengan memberikan Public Service
Obligation (PSO) dari masing-masing BUMN.Tetapi untuk BUMN yang
bergerak di bidang keuangan, misalnya perbankan dan dunia asuransi, harus
diorientasikan pada mengejar keuntungan. Dengan demikian, selain
mengemban fungsi profitisasi, fungsi BUMN adalah mengemban misi sosial
dalam rangka membantu masyarakat.