Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aji Riski Dwi Ananda

Nim : 19571001

Prodi : Tadris Matematika

Mata kuliah : Filsafat Pendidikan Islam

Dosen pengampu : Dr. Fakhruddin, M.Pd.i

1. Uraikan 1(satu) problem Pendidikan islam dalam perpektif filsafat Pendidikan islam;
Latar belakang problem, rumusan problem, dan dampak dari problem tersebut terhadap
Pendidikan islam.

Jawab:
A. Latar belakang :
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan
manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat, bangsa dan negara. Jika sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka
akan tercapai kemajuan yang dicita-citakannya sebaliknya bila proses pendidikan yang
dijalankan tidak berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajuan yang dicita-
citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap
pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak
sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung
pada kontribusinya pendidikan. misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat
memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita
baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan:
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar
manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain
yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Namun didalam dunia pendidikan sendiri banyak
masalah-masalah pendidikan yang dihadapi di era globalisasi ini. Baik itu masalah yang
bersifat internal maupun eksternal.Permasalahan pendidikan di Indonesia secara umum,
diidentifikasi dalam empat krisis pokok, yaitu menyangkut masalah: kualitas, relevansi,
elitisme, dan manajemen. Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan berkenaan dengan
keempat masalah di atas, antara lain analisis komparatif yang membandingkan situasi
pendidikan antara negara di kawasan Asia. Keempat masalah tersebut merupakan masalah
besar, mendasar, dan multidimensional, sehingga sulit dicari ujung pangkal pemecahannya
(Tilaar, 1991). Permasalahan ini terjadi pada pendidikan secara umum di Indonesia,
termasuk pendidikan Islam yang dinilai justru lebih besar problematikanya. Pendidikan Islam
juga dihadapkan dan terperangkap pada persoalan yang sama, bahkan apabila diamati dan
kemudian disimpulkan pendidikan Islam terkukung dalam kemunduran, keterbelakangan,
ketidak berdayaan, dan kemiskinan, sebagaimana pula yang dialami oleh sebagian besar
negara dan masyarakat Islam dibandingkan dengan mereka yang non Islam. Katakan saja,
pendidikan Islam terjebak dalam lingkaran yang tak kunjung selesai yaitu persoalan tuntutan
kualitas, relevansi dengan kebutuhan, perubahan zaman, dan bahkan pendidikan apabila
diberi “embel-embel Islam”, dianggap berkonotasi kemunduran dan keterbelakangan,
meskipun sekarang secara berangsur-angsur banyak diantara lembaga pendidikan Islam
yang telah menunjukkan kemajuan (Soeroyo, 1991: 77). Tetapi pendidikan Islam dipandang
selalu berada pada posisi deretan kedua atau posisi marginal dalam sistem pendidikan
nasional di Indonesia. Dalam UndangUndang sistem pendidikan nasional menyebutkan
pendidikan Islam merupakan sub-sistem pendidikan nasional. Jadi sistem Pendidikan itu satu
yaitu memanusiakan manusia, tetapi pendidikan memiliki banyak wajah, sifat, jenis dan
jenjang (pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat, pondok pesantren, madrasah, program
diploma, sekolah tinggi, institusi, universitas, dsb), dan hakekat pendidikan adalah
mengembangkan harkat dan martabat manusia, memanusiakan manusia agar benar-benar
mampu menjadi khalifah (Mastuhu, 2003). Pendidikan Islam menjadi satu dalam sistem
pendidikan nasional, tetapi predikat keterbelakangan dan kemunduran tetap melekat
padanya, bahkan pendidikan Islam sering “dinobatkan” hanya untuk kepentingan orang-
orang yang tidak mampu atau ,miskin, memproduk orang yang eksklusif, fanatik, dan bahkan
pada tingkah yang sangat menyedihkan yaitu “terorisme-pun” dianggap berasal dari
lembaga pendidikan Islam, karena pada kenyataannya beberapa lembaga pendidikan Islam
“dianggap” sebagai tempat berasalnya kelompok tersebut. Walaupun “anggapan” ini keliru
dan dapat ditolak, sebab tidak ada lembaga-lembaga pendidikan Islam manapun yang
bertujuan untuk memproduk atau mencetak kelompok-kelompok orang seperti itu. Tetapi
realitas di masyakarat banyak perilaku kekerasan yang mengatas namakan Islam. Apakah
ada sesuatu yang salah dalam sistem, proses, dan orientasi pendidikan Islam. Hal ini,
merupakan suatu kenyataan yang selama ini dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam di
Indonesia. Olah karena itu, muncul tuntutan masyarakat sebagai pengguna pendidikan Islam
agar ada upaya penataan dan modernisasi sistem dan proses pendidikan Islam aga menjadi
pendidikan yang bermutu, relevan, dan mampu menjawab perubahan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia. Dengan demikian, penataan model, sistem dan proses
pendidikan Islam di Indonesia merupakan suatu yang tidak terelakkan, untuk menjawab
permintaan dari arus globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi dan menjawab predikat
keterbelakangan dan kemunduran yang selalu melekat pada pendidikan Islam. Hemat
penulis, strategi pengembangan pendidikan Islam hendaknya dipilih dari kegiatan
pendidikan yang paling mendesak, berposisi senteral yang akan menjadi modal dasar untuk
usaha penataan dan pengembangan selanjutnya. Katakan saja, perubahan paradigama, visi,
misi, tujuan, dana, dan sampai pada program-program pendidikan yang sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan dalam negeri ini, seperti: perubahan kurikulum pendidikan
secara terarah dan kontinu agar dapat mengikuti perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

B. Rumusan problem:

1. Bagaimana cara kita mengetahui apa saja permasalahan yang terjadi pada Pendidikan
islam di Indonesia.
2. Bagaimana cara kita mengatasi permasalahan yang terjadi pada Pendidikan islam di
Indonesia
3. Apa saja dampak yang terjadi dalam dunia Pendidikan islam di dunia.
C. Dampak dari problem Pendidikan islam

akan kurangnya pengetahuan Pendidikan islam yang lebih luas lagi, semakin
dekatnya pergaulan bebas dikalangan remaja islam yang tidak memikirkan akibat dari
pergaulan bebas tersebut, tidak memiliki sikap tanggung jawab dan kepemimpinan
terhadap diri sendiri serta orang lain.

2. Uraikan solusi dari problem pada soal no 1.

Jawaban:

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin


menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju
era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan
tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan fleksibel, sehingga
para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis.
Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta
didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh
kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus
menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang
dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan
dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah
mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.

Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimoderenisasi
sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi
pokok menurut Rahman adalah pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan
dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera dipercepat prosesnya.
Sementara itu, menurut Tibi, solusi pokoknya adalah secularization, yaitu industrialisasi
sebuah masyarakat yang berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem
keagamaannya.

Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para pengelola lembaga pendidikan,


terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar atau perenungan dan
penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut,
model-model pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang
sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut. Melakukan nazhar
dapat berarti at-taammul wa al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan
memeriksanya secara cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-
bashirah li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang)
dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di
dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana
kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih
baik, serta pendidikan Islam harus dikembalikan kepada fitrahnya dengan tanpa
mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam
institusi pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal. Serta pendidikan harus
dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi
yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan
tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai