Modul 6 Fistek
Modul 6 Fistek
FISIKA TEKNIK
Konsep kalor atau panas berkaitan dengan
Pemuaian Panjang, Luas dan Volume Benda
06
Teknik Teknik Sipil FISTEK2020 Tim Dosen Fisika Teknik
Abstract Kompetensi
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, yang Agar Mahasiswa dapat menjelaskan
dapat mengakibatkan perubahan suhu maupun konsep kalor atau panas berkaitan
perubahan wujud zat. Dalam Bab inipun dibahas dengan pemuaian panjang luas dan
mengenai konsep kalor atau panas berkaitan dengan volume benda
Pemuaian panjang luas dan volume benda
Pengertian Pemuaian Panas
Pemuaian panas adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi bertambah panjang, lebar,
luas, atau berubah volumenya karena terkena panas (kalor). Singkatnya, pemuaian panas adalah
perubahan benda yang terjadi karena panas. Pemuaian tiap-tiap benda akan berbeda, tergantung
pada suhu di sekitar dan koefisien muai atau daya muai dari benda tersebut.
lt=l0 (1 + α ∆t)
di mana :
Suatu benda akan mengalami muai panjang apabila benda itu hanya memiliki (dominan
dengan) ukuran panjangnya saja. Muai luas terjadi pada benda apabila benda itu memiliki
ukuran panjang & lebar, sedangkan muai volum terjadi apabila benda itu memiliki ukuran
panjang, lebar, & tinggi.
At=A0 (1 + β.∆t)
di mana
At adalah luas (Area) pada suhu t,
A0 adalah luas pada suhu awal,
β ( 2 kali α) adalah koefisien muai luas, dan
∆t adalah besarnya perubahan suhu.
Vt=V0 (1 + γ.∆t)
di mana :
Hampir semua zat padat akan memuai jika dipanaskan. Setiap benda padat yang
dipanaskan akan mengalami pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume.
Pemuaian itu dapat berupa bertambah panjang (linear), bertambah luas, atau bertambah
volumenya. Hal ini karena partikel-partikel benda akan bergerak lebih cepat jika suhunya
dinaikkan. Karena gerakan inilah partikel membutuhkan ruang yang lebih luas untuk bergerak.
Akibatnya, volume zat padat tersebut bertambah besar.
Pemuaian zat padat dapat ditinjau dari pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian
volume. Pemuaian zat padat terjadi karena bedan padat tersebut mengalami perubahan suhu
dari suhu rendah ke tinggi. Besarnya pemuaian zat padat tergantung dari koefisien muai dari
benda padat tersebut.
Muai panjang berbagai macam benda padat dapat diselidiki dengan alat
Musschenbroek. Jika batang logam yang dipasang pada alat Musschenbroek dipanaskan maka
batang logam akan bertambah panjang. Namun, pertambahan panjang batang logam yang satu
dengan yang lain berbeda. Artinya, tingkat pemuaian logam-logam tersebut juga berbeda.
Logam yang paling besar pemuaiannya akan mendorong jarum penunjuk hingga berputar
paling jauh, sedangkan logam yang pemuaiannya paling kecil akan mendorong jarum penunjuk
berputar paling dekat. Jika digunakan batang logam aluminium, baja, dan besi maka logam
aluminium memuai paling besar, sedangkan besi adalah logam yang memuai paling kecil.
Untuk memahami koefisien muai panjang zat padat, mari perhatikan uraian berikut ini.
Sebatang tongkat tembaga pada suhu 0oC panjangnya 10 m. Jika tongkat tembaga tersebut
dipanaskan sampai 100oC maka panjangnya menjadi 10,017 m.
Berapakah pertambahan panjang tembaga jika suhunya hanya naik 1oC?
Pada suhu 0oC, panjang tembaga 10 m (l0), pada suhu 100oC (t) panjangnya 10,017 m (lt).
Pertambahan panjang 10 m tembaga jika suhu naik dari 0oC – 100oC
lt - l0 = 10,017 m – 10 m = 0.017 m
Pertambahan panjang 1 m benda tiap kenaikan suhu 1oC ini disebut koefisien muai
panjang (α). Jadi, koefisien muai panjang suatu benda adalah bilangan yang menunjukkan
pertambahan panjang suatu benda tiap satuan panjang jika suhu benda tersebut naik 1oC.
Dengan demikian, jika dinyatakan bahwa koefisien muai panjang tembaga adalah 0,000017/oC
maka berarti setiap 1 meter tembaga yang suhunya dinaikkan 1oC akan bertambah panjang
0,000017 meter.
Jika ditulis dalam persamaan maka :
lt=l0 (1 + α ∆t)
Sebatang tongkat logam pada suhu t1 panjangnya l1 dan pada suhu t2 panjangnya l2.
Dengan proses matematika dapat diperoleh persamaan sebagai berikut.
Pemuaian dalam zat padat sebenarnya terjadi ke semua arah, yaitu memanjang, melebar,
dan menebal. Namun, pengukuran pemuaian panjang pada benda padat sudah dianggap cukup
memadai untuk mewakili pemuaian luas. Misalnya, menghitung pemuaian luas sebuah benda
yang berupa lembaran tipis berbentuk persegi panjang dengan menghitung terlebih dahulu muai
panjang dan muai lebarnya dengan persamaan yang berlaku pada pemuaian panjang.
Jika pada suhu t1 luas benda adalah A1 dan pada suhu t2 luasnya A2 maka berlaku
persamaan muai luas dengan pendekatan sebagai berikut.
A2 = A1 {1+2α (t2-t1)}
Atau
A2 = A1 {1+β (t2-t1)}
A2 = A1 {1+β . Δt}
β = 2α
Pemuaian volume zat tergantung jenis zat padatnya. Sebuah benda padat pada suhu 0oC
volumenya V0, pada suhu toC, volumenya Vt. Pertambahan volume tiap satuan suhu benda
padat adalah sebesar :
Vt = V0 (1 + γt)
Jika volume zat padat pada t1 adalah V1 dan volume pada t2 adalah V2 maka berlaku
Untuk zat padat yang angka muainya sangat kecil, berlaku persamaan V2 = V1 {1 + γ (t2-t1)}
V2 = V1 {1 + γ Δt}
Hubungan antara koefisien muai ruang (γ) dengan koefisien muai panjang (α) dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut.
γ = 3α
Pada konstruksi jembatan, pada setiap sambungan diberikan ruang kosong (spasi) yang
berfungsi untuk menghindari tekanan antara bagian jembatan dengan jalan akibat terjadinya
pemuaian zat padat.
Zemansky, Sears. (1982). Fisika untuk Universitas Mekanika, Panas, Bunyi. Bina Cipta,
Jakarta.
Frederick J. Bueche(1989).Teori dan Soal-soal Fisika, Alih Bahasa B. Darmawan, Seri Buku
Schaum, Penerbit Erlangga, Jakarta..
Serway, Jewett (2009). Fisika untuk Sains dan Teknik, , Salemba Teknika, Jakarta.