Anda di halaman 1dari 17

ws$$\rNN I NNNS N$NSS$N

r{ Np\"$*$r.${ $$sssNN S$N

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 85 TAHUN 2015
TENTANG
POLA TARIF NASIONAL RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 49 ayat (I)


Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan

tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit;

Mengingat : I Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO3 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OO3 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286\;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang
Perbendah araarr Negara (Lembaran Negara Republik
Indohesia Tahun 2OO4 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor a355);
J. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2OO9 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2OO9 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072)r;
-2-

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OI4 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 56791;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
'telah diubah
Indonesia Nomor 5072) sebagaimana
d.engan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2OI2
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 17 l, Tarnbahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 53aO);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor I4O,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor a578);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor l22I);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014
tentang Stand.ar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1287);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG POLA


TARIF NASIONAL RUMAH SAKIT.
c
'.)-

BAB I
KETtrNTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Pola Tarif Nasional adalah pedoman dasar yang


berlaku secara nasional dalam pengaturan dan
perhitungan untuk menetapkan besaran tarif rumah
sakit yang berdasarkan komponen biaya satuan (unit
cost) dan dengan memperhatikan kondisi regional.
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
3. Tarif Rumah Sakit adalah imbalan yang diterima oleh
Rumah Sakit atas jasa dari kegiatan pelayanan
maupun non pelayanan yang diberikan kepada
penggunajasa.
4. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit
adalah pimpinan tertinggi dengan nama jabatan
kepala, direktur utama, atau direktur.
5. Pelayanan Medis adalah pelayanan yang bersifat
individu yang diberikan oleh tenaga medis dan perawat
berurpa pemeriksaal, pelayanal konsultasi dan
tindakan.
6. Pelayanan Penunjang Medis adalah pelayanan kepada
pasien untuk membantu penegakal diagnosis, terapi,
dan penunjang lainnYa.
7. Pelayanan Rehabilitasi Medis adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien dalam bentuk pelayanan
fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara,
ortotik/prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa
psikologi serta rehabilitasi lainnya.
8. Pelayanan Konsultasi adalah pelayanan yang diberikan
dalam bentuk konsultasi psikologi, gizi, darr konsultasi
lainnya.
-4-

9. Rawat Jalan Reguler adalah pelayanan pasien untuk


observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis, dan
pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di Rumah
Sakit dengan sarana dan prasarana sesuai standar'
10. Rawat Jalan Non Reguler adalah pelayanan pasien
untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi
medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa
menginap di Rumah sakit dengan sarana dan prasarana
di atas standar.
11. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945'
12. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahal yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
13. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan'

BAB II
WEWENANG DAN DASAR PENETAPAN TARIF'

Pasal 2
(1) Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah
Fusat yang telah menerapkan pengelolaan keuangan
badan layanan umum ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk tarif kegiatan pelayanan kelas III
atas usul Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit;
b. Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan untuk tarif
kegiatan pelayanan kelas II, atas usul Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit melalui
Menteri; dan
-5-

c. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit


untuk tarif kegiatan pelayanan selain kelas III dan
kelas II dan kegiatan non pelayanan.
(2) Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah yang telah menerapkan pengelolaan keuangan
badan layanan umum daerah ditetapkan oleh
pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan huruf b, dan ayat (2), Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit dapat
menetapkan tarif layanan sementara untuk jenis
iayanan baru yang belum ditetapkan tarifnya.
(4) Tarif layanan sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus ditetapkan oleh Menteri, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan, atau pemerintahan daerah paling lambat 6
(enam) bulan sejak ditetaPkan.
(s) Dalam hal terdapat perbedaan tarif antara tarif
layanan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dengan tarif layanan yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4\, selisih besaran
tarif menjadi tanggung jawab rumah sakit untuk
dilakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 3
(1) Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah
Fusat yang belum menerapkan pengelolaan keuangan
badan layanan umum ditetapkan dengan peraturan
pemerintah yang mengatur mengenai penerimaan
negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Tarif Rumah Sakit yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang belum menerapkan
pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah yang mengatur
-6-

mengenai retribusi daerah sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Pasal 4
Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh swasta ditetapkan
oleh Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit atas
persetujuan pemilik Rumah Sakit.

Pasal 5
Dalam menetapkan Tarif Rumah Sakit harus
memperhatikan asas gotong royong, adil dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan
rend.ah, dan tidak mengutamakan untuk mencari
keuntungan.

Pasal 6
(1) Penetapan Tarif Rumah Sakit harus mengacu pada
Pola Tarif Nasional dan pagu tarif maksimal.
(2) Pola Tarif Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan
pembiayaan {unit cost) dan dengan memperhatikan
kondisi regional.
(3) Pagu tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan Pola Tarif
Nasional dengan memperhatikan kondisi regionalnya'
(41 Pagu tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat
{3) berlaku untuk seluruh Rumah Sakit di wilayah
provinsi yang bersangkutan.
(s) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Gubernur dalam menetapkan pagu tarif
maksimal juga harus mempertimbangkan
keberlangsungan pelayanan pada setiap rumah sakit
di wilayahnya.
(6) Dalam hal Gubernur belum menetapkan pagu tarif
maksimal, penetapan Tarif Rumah Sakit mengacu
pada Pola Tarif Nasional.
-7-

Pasal 7
(1) Komponen biaya satuan pembiayaan (unit cosl)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2\
dihitung dengan mempertimbangkan kontinuitas dan
pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas
keadilan dan kepatutan, dan kompetisi yang sehat'
(2) Biaya satuan pembiayaan (unit cost\ sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil perhitungan
total biaya (total cost) masing-masing kegiatan yang
dikeluarkan Rumah Sakit'

Pasal 8
(1) Tarif Rumah Sakit bagi masyarakat yang dijamin oleh
program jaminan kesehatan nasional rriengacu pada
standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
d.engan ketentuan peraturan perundang-undangan'
(2) Tarif Rumah Sakit untuk program tertentu mengacu
pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan'
(3) Program tertentq sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa program rehabilitasi Medis Bagi Pecandu,
Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika, dan program kesehatan lain.

BAB III
KEGIATAN YANG DIKENAKAN TARIF

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 9
Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di
Rumah Sakit dikenakan Tarif Rumah Sakit.
-8-

Bagian Kedua
Kegiatan Pelayanan

Pasal 10
(1) Kegiatan pelayanan yang dikenakan Tarif Rumah Sakit
dikelompokkan berdasarkan jenis pelayanan pada
masing-masing temPat PelaYanan.
(2) Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas Pelayanan Medis dan Pelayanan Penunjang
Medis.
(3) Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit dapat
menetapkan jenis pelayanan baru seiain pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Tempat pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas pelayanan pada rawat jalan, rawat inap,
ian rawat darurat.
(5) Tempat pelayanan pada rawat jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi poliklinik, kamar
operasi, rawat rehabilitasi, dan kamar tindakan
lainnya.
(6) Tempat pelayanan pada rawat inap sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi ruang perawatan'
kamar operasi, kamar bersalin, rawat intensif, dan
rawat rehabilitasi.
(71 Tempat pelayanan pada rawat darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) merupakan instalasi gawat
darurat.

Pasal 11

(i) Jenis Pelayanan Medis sebagaimana dimaksud dalam


Pasa,l 10 ayat (2\ meliPuti :

a. pemeriksaan dan Pelayanan Konsultasi;


b. visite dan Pelayanan Konsultasi;
c. tindakan oPeratif;
d. tindakan non oPeratif; dan
e. persalinan.
-9-

(2) Pemeriksaan dan Pelayanan Konsultasi sebagaimana


dimaksud pad.a ayat (1) huruf a merupakan pelayanan
yang dilakukan di rawat jalan dan rawat darurat'
(3) Visite dan Pelayanan Konsultasi sebagaimana

dimaksud pad.a ayat (1) huruf b mer-upakan Pelayanan


Medis yang dilakukan di rawat inap'
(4) Tindakan operatif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c merupakan tindakan pembedahan yang
dilakukan di kamar operasi pada pelayanan rawat
jalan, rawat inap, dan rawat darurat, yang dibedakan
atas:
a. tindakan oPeratif kecil;
b. tindakan oPeratif sedang;
c. tindakan oPeratif besar; dan
d. tindakan oPeratif khusus.
(5) Tindakan non operatif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d merupakan tindakan tanpa
pembedahan yang dilakukan pada pelayanan rawat
jalan, rawat inap, dan rawat d'arurat, yang dibedakan
atas:
a. tindakan non operatif kecil;
b. tindakan non oPeratif sedang;
c. tindakan non oPeratifbesar; dan
d. tindakan non operasi khusus'
(6) Persalinan sebagaimana d'imaksud pada ayat (1) huruf
e merupakan Pelayanan Medis yang dilakukan di
rawat inap yang dibedakan atas:
a. persalinan normal;
b. persalinan dengan tindakan pervaginam; dan
c. pelayanan baYi baru lahir'

Pasal 12
(1) Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) merupakan pelayanan untuk
menunjang PelaYanan Medis'
(2) Jenis Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana

dimaksud Pada aYat (1) meliPuti :


10-

a. pelayananlaboratorium;
b. pelayanan radiodiagnostik;
c. pelayanan diagnostik elektromedis;
d. pelayanan diagnostik khusus;
e. peiayanan Rehabilitasi Medis;
f. pelayanan darah;
g. pelayanan farmasi;
h. pelayanan gizi;
i. pemulasaraan jenazah; dan
j. Pelayanan Penunjang Medis lainnya'

Pasal 13
(1) Pelayanan laboratorium sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. pemeriksaan Patologi klinik;
b. pemeriksaan patologi anatomi; dan
c. pemeriksaanmikrobiologiklinik'
(2) Pelayanan Rehabilitasi Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2\ huruf e terdiri atas:
a. pelayanan Rehabilitasi Medis;
b. pelayanan rehabilitasi psikososial; dan
c. pelaYananortotik/Prostetik'
(3) Pelayanan farmasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2)huruf g terdiri atas:
a. pelayanan farmasi klinis; dan
b. peiayanan farmasi non klinis.
(4) Jenis pemulasaraan jenazah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf i terdiri atas:
a. perawatan jenazakr dan penyimpanan jenazab';
b. konservasi jenazah;
c. bedah maYat; dan
d. pelayanan lainnYa.
(5) Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (2\ huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, huruf h,
dan huruf j, masing-masing merupakan satu kesatuan
pelayanan.
-11-

Bagian Ketiga
Kegiatan Non PelaYanan

Pasal 14
(1) Kegiatan non pelayanan yang dikenakan Tarif Rumah
Sakit terdiri atas kegiatan:
a. pendidikan dan Pelatihan;
b. penelitian; dan
c. kegiatan penunjang lainnYa.
(2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hurrf a meliputi magang'
orientasi, studi banding, praktik lapangan, dan
kegiatan pendidikan dan pelatihan lain.
(3) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi penelitian kesehatan dan
penelitian non kesehatan'
(4) Kegiatan penunjang lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c antara lain kegiatan sewa

alat/lahan f ruang, parkir, kantin' hostel, dan


kerjasama operagional.
(s) Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit dapat
menetapkan jenis kegiatan non pelayanan selain jenis
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)'

BAB IV
KOMPONEN DAN PERHITUNGAN TARIF

Bagian Kesatu
Komponen Tarif

Pasal 15
(1) Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan pelayanan
diperhitungkan berdasarkan komponen jasa sarana
dan jasa pelayanan pada rawat jalan, rawat inap, dan
rawat darurat.
-12-

(2) Komponen jasa sarana sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan imbalan yang diterima oleh
Rumah Sakit atas pemakaian akomodasi, bahan non
medis, obat-obatan, bahanf alat kesehatan habis pakai
yang digunakan langsung dalam rangka Pelayanan
Medis dan Pelayanan Penunjang Medis.
(3) Komponen jasa pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan imbalan yang diterima oleh
pemberi pelayanan atas jasa yang diberikan kepada
pasien dalam rangka Pelayanan Medis, Pelayanan
Penunjang Medis dan/atau pelayanan lainnya'
(4) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri atas jasa tenaga kesehatan dan jasa tenaga
lainnya.

Pasal 16
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan non pelayanan bagi
Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah meliputi komponen jasa sarana
dan/atau jasa lain.sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 17
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan non pelayanan bagi
Rumah Sakit yang dikelola oleh swasta ditetapkan
berdasarkan peraturan internal Rumah Sakit'

Bagian Kedua
Perhitungan Tarif

Pasal 18
(1) Perhitungan tarif rawat jalan dibedakan berdasarkan
pelayanan Rawat Jalan Reguler dan Rawat Jalan Non
Reguler dengan ketentuan:
a. Pelayanan Rawat Jalan Reguler ditetapkan sesuai
dengan titik impas (break euen point);
-13-

b. Pelayanan Rawat Jalan Non Reguler ditetapkan


lebih besar d,ari Pelayanan Rawat Ja-lan Reguler
dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan
asas kePatutan.
(2) Perhitungan tarif rawat inap dibedakan berdasarkan
kelas perawatan dengart ketentuan sebagai berikut:
a. kelas III (tiga) ditetapkan lebih kecil dari kelas II
(dua);
b. kelas II (dua) ditetapkan sesuai titik impas (break
euen point); dan
c. kelas selain huruf a dan huruf b, ditetapkan lebih
besar dari kelas II (dua) dengan besaran yang
ditetapkan berdasarkan asas kepatutan'
(3) Perhitungan tarif rawat darurat ditetapkAn lebih besar
dari titik impas dengan besaran yang ditetapkan
berdasarkan asas kePatutan.

Pasal 19
(1) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat jalan dihitung dari
total biaya sarana dibagi total volume kegiatan jumlah
kunjungan dalam 1 (satu) tahun.
(2) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat inap dihitung dari
total biaya masing-masing sarana rawat inap dibagi
jumlah volume kegiatan masing-masing sarana sesuai
kelas perawatan dalam 1 (satu) tahun'
(3) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat darurat dihitung
d.ari total biaya sarana dibagi total volume kegiatan
dalam 1 (satu) tahun'

Pasa-l 20

(1) Biaya jasa pelayanan diperhitungkan dengan


mempertimbangkan masukan dari berbagai unsur
pelayanan di Rumah Sakit.
(2) Biaya jasa pelayanan untuk jenis pelayanan yang
sama harus diperhitungkan sama di semua kelas
pelayanan.
-14-

(3) Penentuan besaran biaya jasa pelayanan sebagaimana


dimaksud pad'a ayat (2\ harus mempertimbangkan
keberlangsungan PelaYanan'

Pasal 21
Tarif untuk kegiatan non pelayanan berupa pendidikan,
pelatihan, dan penelitian dihitung dari total biaya
pendidikan, pelatihan, dan penelitian dibagi jumlah
kegiatan pendidikan, pelatihan, dart penelitian dalam 1
(satu) tahun.

Pasal 22
Dalam hal Rumah Sakit melakukan kerja sama operasional
dengan mitra kerja sama operasional, tarif yang dikenakan
kepada masyarakat terhadap layanan yang dihasilkan dari
kerja sama operasional sesuai ketentuan peraturan
perund.ang-undangan dan tidak melebihi pagu tarif
maksimal.

. BABV
PEMANFAATAN TARIF

Pasal 23
(1) Kepala atau Direktur Rumah Sakit dapat
membebaskan sebagian atau seluruh tarif sampai
dengan O% (nol persen) dari tarif kegiatan pelayanan
untuk pasien tidak mampu membayar dan kondisi
atau situasi tertentu dengan memperhatikan
kemampuan keuangan Rumah Sakit dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Kondisi atau situasi tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas :
a. pelayanan dalam keadaan emergensi dan bencana
yang meliputi banjir, gempa bumi, kebakaran,
investigasi, tersambar petir, dan gunung meletus;
-15-

b. kejadian yang diakibatkan kerusuhan/huru-hara


yang mengakibatkan sarana, prasarana, dan
peralatan kesehatan menjadi rusak;
c. kejadian yang diakibatkan kesalahan
alat/standar prosedur operasionalf human error
yang menimbulkan korban yang berupa genset
meledak, boiler meledak, Centrql Sterile Supplg
Departmenf (CSSD) meledak, gas sentral bocor,
serta lift pasien rusak; atau
d. pelayanan yang dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah terpencil, daerah perbatasan,
d.aerah bermasalah kesehatan dengan kriteria
tertentu.

Pasal 24
(1) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari
penerimaan negara bukan pajak atau retribusi daerah
digunakan untuk membiayai pengeluaran Rumah
Sakit yang terdiri atas pengeluaran untuk belanja
pegawai, belanja barang/jasa, dan belanja modal
sesuai dengan kemampuan keuangan Rumah Sakit'
(2) Penggunaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan oleh Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit yang meliputi pengeluaran
untuk:
a. belanja barang/jasa dan belanja modal; dan
b. belanja pegawai.
(3) Penggunaan pengeluaran untuk belanja barang/jasa
dan belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a ditetapkan dengan proporsi paling sedikit
40% (empat puluh persen) dengan memperhatikan
keberlangsungan PelaYanan.
(4) Penggunaan pengeluaran Rumah Sakit yang dikelola
oleh swasta dapat mengacu pada proporsi belanja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)'
r6-

BAB VI
KETENTUAN PtrRALIHAN

Pasal 25
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, setiap
Rumah Sakit harus menyesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan'

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku-:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

582/Menkes/SK/VII 1997 tentang Pola Tarif Rumah


Sakit Pemerintah; dan
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tal:run 2Ol3
tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum Rumah Sakit
di Lingkungan Kementerian Kesehatan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 266),


dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-77-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia'

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2015

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Januari 2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAI{
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

Ttd..

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 9

Anda mungkin juga menyukai