PMK 852015
PMK 852015
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETtrNTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
WEWENANG DAN DASAR PENETAPAN TARIF'
Pasal 2
(1) Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah
Fusat yang telah menerapkan pengelolaan keuangan
badan layanan umum ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk tarif kegiatan pelayanan kelas III
atas usul Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit;
b. Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan untuk tarif
kegiatan pelayanan kelas II, atas usul Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit melalui
Menteri; dan
-5-
Pasal 3
(1) Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah
Fusat yang belum menerapkan pengelolaan keuangan
badan layanan umum ditetapkan dengan peraturan
pemerintah yang mengatur mengenai penerimaan
negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Tarif Rumah Sakit yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang belum menerapkan
pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah yang mengatur
-6-
Pasal 4
Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh swasta ditetapkan
oleh Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit atas
persetujuan pemilik Rumah Sakit.
Pasal 5
Dalam menetapkan Tarif Rumah Sakit harus
memperhatikan asas gotong royong, adil dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan
rend.ah, dan tidak mengutamakan untuk mencari
keuntungan.
Pasal 6
(1) Penetapan Tarif Rumah Sakit harus mengacu pada
Pola Tarif Nasional dan pagu tarif maksimal.
(2) Pola Tarif Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan
pembiayaan {unit cost) dan dengan memperhatikan
kondisi regional.
(3) Pagu tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan Pola Tarif
Nasional dengan memperhatikan kondisi regionalnya'
(41 Pagu tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat
{3) berlaku untuk seluruh Rumah Sakit di wilayah
provinsi yang bersangkutan.
(s) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Gubernur dalam menetapkan pagu tarif
maksimal juga harus mempertimbangkan
keberlangsungan pelayanan pada setiap rumah sakit
di wilayahnya.
(6) Dalam hal Gubernur belum menetapkan pagu tarif
maksimal, penetapan Tarif Rumah Sakit mengacu
pada Pola Tarif Nasional.
-7-
Pasal 7
(1) Komponen biaya satuan pembiayaan (unit cosl)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2\
dihitung dengan mempertimbangkan kontinuitas dan
pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas
keadilan dan kepatutan, dan kompetisi yang sehat'
(2) Biaya satuan pembiayaan (unit cost\ sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil perhitungan
total biaya (total cost) masing-masing kegiatan yang
dikeluarkan Rumah Sakit'
Pasal 8
(1) Tarif Rumah Sakit bagi masyarakat yang dijamin oleh
program jaminan kesehatan nasional rriengacu pada
standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
d.engan ketentuan peraturan perundang-undangan'
(2) Tarif Rumah Sakit untuk program tertentu mengacu
pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan'
(3) Program tertentq sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa program rehabilitasi Medis Bagi Pecandu,
Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika, dan program kesehatan lain.
BAB III
KEGIATAN YANG DIKENAKAN TARIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di
Rumah Sakit dikenakan Tarif Rumah Sakit.
-8-
Bagian Kedua
Kegiatan Pelayanan
Pasal 10
(1) Kegiatan pelayanan yang dikenakan Tarif Rumah Sakit
dikelompokkan berdasarkan jenis pelayanan pada
masing-masing temPat PelaYanan.
(2) Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas Pelayanan Medis dan Pelayanan Penunjang
Medis.
(3) Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit dapat
menetapkan jenis pelayanan baru seiain pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Tempat pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas pelayanan pada rawat jalan, rawat inap,
ian rawat darurat.
(5) Tempat pelayanan pada rawat jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi poliklinik, kamar
operasi, rawat rehabilitasi, dan kamar tindakan
lainnya.
(6) Tempat pelayanan pada rawat inap sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi ruang perawatan'
kamar operasi, kamar bersalin, rawat intensif, dan
rawat rehabilitasi.
(71 Tempat pelayanan pada rawat darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) merupakan instalasi gawat
darurat.
Pasal 11
Pasal 12
(1) Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) merupakan pelayanan untuk
menunjang PelaYanan Medis'
(2) Jenis Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana
a. pelayananlaboratorium;
b. pelayanan radiodiagnostik;
c. pelayanan diagnostik elektromedis;
d. pelayanan diagnostik khusus;
e. peiayanan Rehabilitasi Medis;
f. pelayanan darah;
g. pelayanan farmasi;
h. pelayanan gizi;
i. pemulasaraan jenazah; dan
j. Pelayanan Penunjang Medis lainnya'
Pasal 13
(1) Pelayanan laboratorium sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. pemeriksaan Patologi klinik;
b. pemeriksaan patologi anatomi; dan
c. pemeriksaanmikrobiologiklinik'
(2) Pelayanan Rehabilitasi Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2\ huruf e terdiri atas:
a. pelayanan Rehabilitasi Medis;
b. pelayanan rehabilitasi psikososial; dan
c. pelaYananortotik/Prostetik'
(3) Pelayanan farmasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2)huruf g terdiri atas:
a. pelayanan farmasi klinis; dan
b. peiayanan farmasi non klinis.
(4) Jenis pemulasaraan jenazah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf i terdiri atas:
a. perawatan jenazakr dan penyimpanan jenazab';
b. konservasi jenazah;
c. bedah maYat; dan
d. pelayanan lainnYa.
(5) Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (2\ huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, huruf h,
dan huruf j, masing-masing merupakan satu kesatuan
pelayanan.
-11-
Bagian Ketiga
Kegiatan Non PelaYanan
Pasal 14
(1) Kegiatan non pelayanan yang dikenakan Tarif Rumah
Sakit terdiri atas kegiatan:
a. pendidikan dan Pelatihan;
b. penelitian; dan
c. kegiatan penunjang lainnYa.
(2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hurrf a meliputi magang'
orientasi, studi banding, praktik lapangan, dan
kegiatan pendidikan dan pelatihan lain.
(3) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi penelitian kesehatan dan
penelitian non kesehatan'
(4) Kegiatan penunjang lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c antara lain kegiatan sewa
BAB IV
KOMPONEN DAN PERHITUNGAN TARIF
Bagian Kesatu
Komponen Tarif
Pasal 15
(1) Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan pelayanan
diperhitungkan berdasarkan komponen jasa sarana
dan jasa pelayanan pada rawat jalan, rawat inap, dan
rawat darurat.
-12-
Pasal 16
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan non pelayanan bagi
Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah meliputi komponen jasa sarana
dan/atau jasa lain.sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 17
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan non pelayanan bagi
Rumah Sakit yang dikelola oleh swasta ditetapkan
berdasarkan peraturan internal Rumah Sakit'
Bagian Kedua
Perhitungan Tarif
Pasal 18
(1) Perhitungan tarif rawat jalan dibedakan berdasarkan
pelayanan Rawat Jalan Reguler dan Rawat Jalan Non
Reguler dengan ketentuan:
a. Pelayanan Rawat Jalan Reguler ditetapkan sesuai
dengan titik impas (break euen point);
-13-
Pasal 19
(1) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat jalan dihitung dari
total biaya sarana dibagi total volume kegiatan jumlah
kunjungan dalam 1 (satu) tahun.
(2) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat inap dihitung dari
total biaya masing-masing sarana rawat inap dibagi
jumlah volume kegiatan masing-masing sarana sesuai
kelas perawatan dalam 1 (satu) tahun'
(3) Biaya jasa sarana untuk tarif rawat darurat dihitung
d.ari total biaya sarana dibagi total volume kegiatan
dalam 1 (satu) tahun'
Pasa-l 20
Pasal 21
Tarif untuk kegiatan non pelayanan berupa pendidikan,
pelatihan, dan penelitian dihitung dari total biaya
pendidikan, pelatihan, dan penelitian dibagi jumlah
kegiatan pendidikan, pelatihan, dart penelitian dalam 1
(satu) tahun.
Pasal 22
Dalam hal Rumah Sakit melakukan kerja sama operasional
dengan mitra kerja sama operasional, tarif yang dikenakan
kepada masyarakat terhadap layanan yang dihasilkan dari
kerja sama operasional sesuai ketentuan peraturan
perund.ang-undangan dan tidak melebihi pagu tarif
maksimal.
. BABV
PEMANFAATAN TARIF
Pasal 23
(1) Kepala atau Direktur Rumah Sakit dapat
membebaskan sebagian atau seluruh tarif sampai
dengan O% (nol persen) dari tarif kegiatan pelayanan
untuk pasien tidak mampu membayar dan kondisi
atau situasi tertentu dengan memperhatikan
kemampuan keuangan Rumah Sakit dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Kondisi atau situasi tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas :
a. pelayanan dalam keadaan emergensi dan bencana
yang meliputi banjir, gempa bumi, kebakaran,
investigasi, tersambar petir, dan gunung meletus;
-15-
Pasal 24
(1) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari
penerimaan negara bukan pajak atau retribusi daerah
digunakan untuk membiayai pengeluaran Rumah
Sakit yang terdiri atas pengeluaran untuk belanja
pegawai, belanja barang/jasa, dan belanja modal
sesuai dengan kemampuan keuangan Rumah Sakit'
(2) Penggunaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan oleh Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit yang meliputi pengeluaran
untuk:
a. belanja barang/jasa dan belanja modal; dan
b. belanja pegawai.
(3) Penggunaan pengeluaran untuk belanja barang/jasa
dan belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a ditetapkan dengan proporsi paling sedikit
40% (empat puluh persen) dengan memperhatikan
keberlangsungan PelaYanan.
(4) Penggunaan pengeluaran Rumah Sakit yang dikelola
oleh swasta dapat mengacu pada proporsi belanja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)'
r6-
BAB VI
KETENTUAN PtrRALIHAN
Pasal 25
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, setiap
Rumah Sakit harus menyesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan'
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku-:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-77-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2015
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Januari 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAI{
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd..
WIDODO EKATJAHJANA