Anda di halaman 1dari 18

IKKOM

1. PROMKES
a. DEFINISI UPAYA PROMKES PUSKESMAS
Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, individu
sehat, keluarga (rumah tangga) dan masyarakat, agar:
(1) pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya,
(2) individu sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-
masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui
(3) pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan

b. SASARAN UPAYA PROMKES (3)


1 Sasaran Primeradalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan
(stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha.

2 Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka
agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-
lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa). Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS dengan cara:
- Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS
- Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS
- Menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS
- Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.

3 Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya.Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS dengan cara:
- Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang- undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat
- Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya
PHBS

c. BENTUK PELAYANAN/STRATEGI UPAYA PROMKES (4)


1 Pemberdayaanadalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi
masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani
tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan
adanya pemberdayaan: individu, keluarga dan kelompok/masyarakat.

2 Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya
PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu bina suasana: individu, kelompok dan publik.

3 Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat
mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.
4 Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi guna
membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat,
media massa dan lain-lain dan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b)
keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.

d. DEFINISI PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh setiap individu dengan
kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang
sehat.

e. INDIKATOR PHBS DI RUMAH TANGGA


1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 6. Menggunakan jamban sehat
2. Memberi bayi ASI eksklusif 7. Memberantas jentik di rumah
3. Menimbang bayi dan balita 8. Makan buah dan sayur setiap hari.
4. Menggunakan air bersih 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
5.Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 10. Tidak merokok di dalam rumah

2. KESEHATAN LINGKUNGAN
a. PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
1 Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
- meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat
- meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat.
Kegiatan: Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, Pembinaan
kelompok pemakai air.

2 Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)


- meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan
- mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan pada
berbagai substansi dan komponen lingkungan.
Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL),
dan tempat pengelolaan sampah (TPS)

3 Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)


- meningkatkan kualitas lingkungan tempat-tempat umum dan sarana kemasyarakatan lainnya yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit,
keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan lainnya.
Penyehatan Tempat Umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian
umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.

4 Klinik sanitasi dan Pemeriksaan Jentik Nyamuk


- Mencegah, memulihkan dan memperbaiki lingkungan guna menurunkan angka penyakit berbasis
lingkungan meliputi malaria, DBD, campak, TB paru, ISPA, cacingan, penyakit kulit/ gatal-gatal, diare,
keracunan makanan dan keluhan akibat lingkungan buruk/ akibat kerja.

b. PENCATATAN DAN PELAPORAN KESEHATAN LINGKUNGAN


3. KIA DAN KB
a. KONDISI TERAKHIR AKI DAN AKB DI INDONESIA
Angka Kematian Ibu : Angka Kematian Ibu per 100,000 kelahiran hidup
Angka kematian ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007

Angka Kematian Bayi : Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup,
Angka kematian bayi menurun dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007

b. PENYEBAB AKI DAN AKB DI INDONESIA


Angka Kematian Ibu :
- persalinan ditolong oleh bukan-tenaga kesehatan terlatih
- fasilitas kesehatan yang mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED)
dan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) masih rendah
- hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan
Angka Kematian Bayi :
- masalah neonatal (asfiksia, berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal)
- penyakit infeksi (utamanya diare dan pneumonia)
- masalah gizi (gizi buruk dan gizi kurang)©2012 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

c. DEFINISI UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

d. BENTUK PELAYANAN UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS


a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
b. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
c. Pemantauan tumbuh kembang balita.
d. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.
e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
f. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan.
g. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir
ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
h. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta kader-kader kesehatan

e. SASARAN UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS


1. Sasaran primer : ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak sampai dengan usia lima tahun
2. Sasaran sekunder : dukun bersalin dan kader kesehatan setempat.

f. DEFINISI UPAYA KB DI PUSKESMAS


Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya Pemerintah dalam mengendalikan lajupertambahan
penduduk dengan menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan
kontrasepsi dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melaluipencegahan Kehamilan yang Tidak
Diinginkan (KTD) dengan menggunakan kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi, efek samping dan
kegagalan.

g. SASARAN UPAYA KB DI PUSKESMAS


a. Pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupause
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase intervensi pelayanan KB

4. GIZI MASYARAKAT
a. DEFINISI UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai
profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat

b. TUJUAN UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Meningkatkan status gizi masyarakat melalui usaha pemantauan status gizi kelompok -kelompok masyarakat yang
mempunyai risiko tinggi (seperti ibu hamil dan balita) dan pemberian makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat
penyuluhan maupun pemulihan.

c. BENTUK PELAYANAN
1. Menimbang berat badan balita untuk memantau pertumbuhan anak, yang dilakukan secara rutin setiap bulan,
baik di Puskesmas maupun di Posyandu.
2. Pemeriksaan HB (dan BB) pada ibu hamil secara rutin. Kunjungan ibu hamil ke Puskesmas untuk ANC dilakukan
minimal empat kali sepanjang kehamilannya.
3. PMT untuk balita yang kurang gizi. Penyuluhan PMT dilakukan melalui demonstrasi pemilihan bahan makanan
yang bergizi dan cara memasaknya. PMT pemulihan dilakukan melalui pemberian makanan yang sifatnya
suplementasi (vitamin A, sulfas ferrosus, susu, dan sebagainya)
4. Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat
5. Pembagian vitamin A untuk bayi 2x setahun, suplemen tablet besi (sulfas ferrosus) untuk ibu hamil yang datang
ke Puskesmas untuk ANC, dan
6. Pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.

d. PERAN PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN KELAINAN GIZI DI MASYARAKAT


1. penyusunan kebijakan gizi lebih
2. konzeling gizi
3. pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi lebih
4. pemantauan dan promosi pertumbuhan
5. intervensi gizi yang yang meliputi pemberian makanan tambahan suplementasi obat program, dan fertifikasi
bahan makanan
6. tatalaksana kasus kelainan gizi
7. pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan gizi kurang
8. melakukan pendampingan

5. PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


a. PROGRAM P2PL DI PUSKESMAS
1. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) atau pengamatan penyakit
2. Melaksanakan imunisasi
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit pneumonia pada balita
6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit diare pada balita
7. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS
b. DEFINISI, MANAJEMEN SERTA PELAPORAN KLB
DEFINISI KLB
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. (PERMENKES RI No. 949)

MANAJEMEN KLB
Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Pokok program penanggulangan KLB adalah identifikasi ancaman KLB secara nasional,
propinsi dan kabupaten/kota; upaya pencegahan terjadinya KLB dengan melakukan:
1) perbaikan kondisi rentan KLB
2) penyelenggaraan SKD-KLB (Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans
epidemiologi)
3) kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB dan
4) tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat.

PELAPORAN KLB
- Formulir W1 : dilaporkan dalam 24 jam digunakan untuk melaporkan kejadian luar biasa/wabah. Satu helai
formulir hanya dapat digunakan untuk melapor satu jenis tersangka penyakit, meloporkan dengan cara
yang tercepat : kurir, telepon, radio dll. Laporan W1 masih memberikan gambaran KLB/wabah secara
kasar, oleh karena itu harus segera diikuti dengan: laporan penyelidikan sementara dan rencana
penanggulangan
- Formulir W2 : dilaporkan secara mingguan yaitu laporan dari penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB/wabah yang perlu dilaporkan secara rutin yaitu : kolera, diare, PES, DBD, rabies, difteri, polio, pertusis,
campak, dan penyakit yang sudah menjadi wabah (SARS)

c. JELASKAN LAPORAN RUTIN P2PL


d. JELASKAN LAPORAN NON RUTIN P2PL (SURVEILANS, PENEMUAN KASUS)

6. PENGOBATAN
a. ALUR PELAYANAN PASIEN DI POLI PUSKESMAS
b. JELASKAN KEGUNAAN DATA (10 PENYAKIT TERBANYAK)

c. JELASKAN PERBEDAAN PASIEN UMUM DAN JAMINAN (BPJS, PUSKESMAS)

DOKTER KELUARGA
1 HOME VISIT – LAPORAN

2 PERAN DAN FUNGSI DOKTER KELUARGA


a. PERAN DOKTER KELUARGA
Dalam skala kecil adalah mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga dan mewujudkan keluarga sehat
sejahtera.
Dalam skala besar adalah pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia.

b. FUNGSI DOKTER KELUARGA (Azrul Azwar, dkk. 2004) :


1. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
 Mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian integral (tak
terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam
jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan
mempercayai.
 Sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangungjawabkan
2. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan
keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir
menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
3. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah
yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan
pasien sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
4. Manager
Dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di luar sistem kesehatan agar
dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter
yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
5. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu
dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama
masyarakat dan menjadi panutan masyarakat
3 PERBEDAAN DOKTER PRAKTIK UMUM DAN DOKTER KELUARGA
DOKTER PRAKTIK UMUM DOKTER KELUARGA
Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan Menyeluruh, Paripurna, bukan sekedar yang
dikeluhkan
Cara Pelayanan Kasus per kasus dengan Kasus per kasus dengan berkesinambungan
pengamatan sesaat sepanjang hayat
Jenis Pelayanan Lebih kuratif hanya untuk penyakit Lebih kearah pencegahan, tanpa mengabaikan
tertentu pengobatan dan rehabilitasi
Peran keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan dilibatkan
Promotif dan pencegahan Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
Hubungan dokter-pasien Dokter – pasien Dokter – pasien – teman sejawat dan konsultan
Awal pelayanan Secara individual Secara individual sebagai bagian dari keluarga
komunitas dan lingkungan

EPIDEMIOLOGI
1 DEFINISI
Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada
sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor – faktor yang mempengaruhinya)

2 PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI


Ukuran Morbiditasadalah :Angka Insidensi & Prevalensi
a. Insidensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu
tertentu di satu kelompok masyarakat, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :data tentang jumlah
penderita baru dan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru.
1. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun)
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan.
2. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.
3. Secondary Attack Rate
Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk
dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama.

b. Prevalensiadalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu di sekelompok masyarakat tertentu, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan
orang/penduduk yang kebal atau penduduk dengan resiko/
1. Period Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan, digunakan untuk penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
2. Point Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Ukuran Mortalitas
1. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
2. Angka Kematian Perinatal ( Perinatal Mortality Rate )
3. Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( Neonatal Mortality Rate )
4. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate )
5. Angka Kematian Balita ( Under Five Mortalaty Rate )
6. Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
7. Angka Lahir Mati/Angka Kematian Janin (Fetal Death Rate)
8. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
9. Angka Kematian Spesifik Menurut Umur (Age Specific Death Rate)
10. Cause Specific Mortality Rate (CSMR)
11. Case Fatality Rate (CFR)

3 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Rangkaian kegiatan mengumpulkan berbagai data atau informasi dari kejadian penyakit secara teratur dan terus
menerus untuk menentukan beberapa tindakan yang diambil oleh petugas / pengambil kebijakan dalam kesehatan

SEHAT
Sehat menurut WHO adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit
maupun cacat.

INDIKATOR-INDIKATOR KESEHATAN DI INDONESIA


Indikator Kesehatan menurut Indonesia Sehat 2010 dari Depkes RI tahun 2003 terdiri dari 3 indikator, yaitu:
 Indikator Hasil Akhir, terdiri atas :
1. angka-angka mortalitas
2. angka-angka morbiditas
3. status gizi

 Indikator Hasil Antara, terdiri atas :


1. keadaan lingkungan
2. perilaku hidup masyarakat
3. akses dan mutu pelayanan kesehatan

 Indikator Proses dan Masukan, terdiri atas :


1. pelayanan kesehatan
2. sumber daya kesehatan
3. manajemen kesehatan
4. kontribusi sektor-sektor terkait

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN


1 PENYAKIT KARANTINA
o Penyakit karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan international Sanitary Regulation (ISR) dari WHO
yang pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara internasional.
o Karantina artinya pembatasan kebebasan/penahanan seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu
penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia
benar-benar menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasikan dan bila setelah masa inkubasi tersebut
ia tetap sehat, ia akan dibebaskan.
o Panjangnya masa inkubasi bagi masing-masing penyakit karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah :
• Pes : 6 hari
• Kolera : 5 hari
• Cacar : 14 hari
• Demam kuning : 6 hari
• Demam balik-balik : 8 hari
• Typhus bercak wabah :14 hari

o Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan semua Negara yang menjadi angota WHO untuk :
a.Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di Negara masing-masing.
b.Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan
mencegah keluarnya penyakit-penyakit karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut,
pesawat udara, kereta api, bus dan lain-lain.

2 DOKUMEN PENYERTA
Dokumen Kesehatan Kapal terdiri dari :
1) Sertifikat Sanitasi Kapal (SSEC/SSCC)
SSCEC adalah dokumen kesehatan yang diberikan kepada alat angkut kapal yang setelah dilakukan pemeriksaan
kapal tim Kantor Kesehatan Pelabuhan dan dinyatakan kapal bebas dari tanda – tanda kehidupan tikus. SSCEC
berlaku selama 6 bulan.Jika dalam pemeriksaan terdapat tanda – tanda kehidupan tikus maka diterbitkan SSCC dan
dilakukan tindakan pengendalian oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan.
2) Buku Kesehatan Kapal
Setiap kapal yang melakukan pelayaran wajib mempunyai buku kesehatan kesehatan kapal (Health Book) sebagai
alat koordinasi antar Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan nakhoda.Apabila dalam pemeriksaan dokumen
kesehatan kapal ditemukan kapal yang tidak atau belum mempunyai buku kesehatan kapal maupun lembaran buku
kesehatan tersebut telah habis, maka diharuskan membuat buku kesehatan baru yang diterbitkan oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan setempat.
3) Sertifikat P3K

4) Sertifikat Free Pratique


Free Pratique adalah dokumen kesehatan yang diberikan kepada kapal yang datang dari luar negeri dimana
dokumen free pratique diberikan jika setelah pemeriksaan kapal oleh tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan
dinyatakan kapal bebas dari faktor risiko penyakit menular dan penyakit potensial wabah.
5) Surat Ijin Berlayar Kapal / Port Health Clearance (PHC)
Setiap kapal yang akan berlayar kedalam maupun luar negeri diberikan surat ijin berlayar (SIB). SIB akan diberikan
jika memenuhi persyaratan kesehatan seperti SSCEC yang masih berlaku, buku kesehatan yang valid.

PT AIR
1 SYARAT AIR MINUM
Berdasarkan Permenkes no. 492/ MENKES/ PES/ IV/ 2010 Syarat Air Minum Yang Layak Dikonsumsi adalah air yang
secara:
Fisik : tidak berwarna, tidak berbau, berasa alami, dan jernih
Biologis : bebas dari bakteri E Coli dan Coliform
Kimia : pH berkisar antara 6,5 – 8,5 , mengandung mineral dibawah 500 (Total dissolved solid < 500) , bebas dari
zat kimia beracun, logam berat, pestisida, dan tidak mengandung bahan radioaktif.
Standar ini juga digunakan oleh WHO sebagai acuan syarat air minum yang layak untuk dikonsumsi.
2 SYARAT AIR BERSIH
Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan
fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes
10 No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1. Syarat-syarat Fisik
Secara fisik air bersih harus tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya
sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25 oC.
2. Syarat-syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan
kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn),
tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan
bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.
4. Syarat-syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-
bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

Persyaratan Kuantitatif (Debit)


Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air
baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk
yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen
sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.

3 PENGELOLAAN AIR BERSIH


1. Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama
untuk masuknya air dari sumber air.Pada umumnya, sumber
air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai.Pada
bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang
berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang
dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak
yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu
WTP – Water Treatment Plant.

2. Water Treatment Plant


Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim
WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih.
Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak
koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi dalam bak ini..?? pada proses
koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor
biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel
koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing
(pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang
pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 –
90 detik.
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk
dan memperbesar flok.Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan
air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang
sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya.Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid
(biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air
dan lumpur.
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk
menyaring dengan media berbutir.Media berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica
denga ketebalan berbeda.Dilakukan secara grafitasi. Biasanya untuk proses tambahan, dilakukan disinfeksi berupa
penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu
reservoir.

3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara
grafitasi.Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di
tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi.Biasanya terletak
diatas bukit, atau gunung.

4 WATERBORNE DISEASE
o Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air, dimana air tersebut mengandung kuman patogen dan
terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit
o Kontaminasi biologi (bakteri) :Chlostridium botulinum, Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae, Vibrio
parahaemolyticus, Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Salmonella typhi
o Kontaminasi biologi (parasit) :Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Schistosoma, Taenia, Ascaris lumbricoides,
dan Enterobius vermicularis
o Kontaminasi biologi (virus) :Rotavirus, Calicivirus, Enteric adenovirus, Hepatitis A, Polio virus
o Kontaminasi kimia : trihalometan (klor + karbon organik), logam:timbal,arsenik,cadmium,mercury,
nitrat, radon, pestisida

KESEHATAN LINGKUNGAN
1 AGENT PENYAKIT
Agent adalah Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan dan penyebab agent menurut model segitiga
epidemiologi terdiri dari biotis dan abiotis.
a) Biotis, khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan
1. Protozoa : misalnya Plasmodium, amodea
2. Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes
3. Bakteri : misalnya Salmonella, meningitis
4. Virus misalnya : dengue, polio, measies, lorona
5. Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
b) Abiotis, terdiri dari
1. Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral, protein dan vitamin)
2. Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
3. Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
4. Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran
5. Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
6. Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetic

Karakteristik Agen
1. Infektivitas: kesanggupan dan organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dan penjamu untuk
mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan penjamu.
2. Patogenesitas: kesanggupan organisma untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah
terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah
orang yang terinfeksi,
3. Virulensi: kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya
mungkin menyebabkan kematian.Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
4. Toksisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dan substansi kimia yang
dibuatnya.
5. Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan
6. Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam penjamu.

2 FOODBORNE DISEASE
o Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan dan penyerapan makanan yang
mengandung mikroba (mikroorganisme) oleh tubuh manusia. Mikroorganisme tersebut dapat menimbulkan
penyakit baik dari makanan asal hewan yang terinfeksi ataupun dari tumbuhan yang terkontaminasi. Makanan yang
terkontaminasi selama proses atau pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.

o Penyebab
Beberapa penyakit bawaan yang sering terdapat di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh virus, bakteri,
ataupun jamur. Makanan dapat terkontaminasi oleh mikroba karena, antara lain:
1) Mengolah makanan dan minuman dengan tangan kotor.
2) Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan.
3) Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan perabotan lainnya.
4) Dapur yang kotor.
5) Alat masak yang kotor.
6) Memakan makanan yang sudah jatuh ke tanah.
7) Makanan yang disimpan tanpa ditutup sehingga serangga dan tikus dapat menjangkau.
8) Makanan yang masih mentah dan yang sudah matang disimpan secara bersama-sama dalam satu
tempat.
9) Makanan dicuci dengan air kotor.
10) Pengolahan makan yang menderita penyakit menular.

o Menurut Departeman Kesehatan RI beberapa penyakit yang bersumber dari makanan dapat digolongkan menjadi:
1) Food infection (bakteri dan virus) atau makanan yang terinfeksi seperti salmonella, cholera, tuberculosis,
hepatitis.
2) Food intoxication (bakteri) atau keracunan makanan oleh bakteri seperti staphylococcus food poisning,
clostridium perfringens food poisoning.
3) Chemical food borne illness atau keracunan makanan karena bahan kimia, seperti cadmium, zink, insektisida
dan bahan kimia lain.
4) Poisoning plant and animal atau keracunan makanan karena hewan dan tumbuhan beracun seperi jengkol,
jamur, kentang, ikan buntal.
5) Parasit atau penyakit parasit seperti cacing Taeniasis, Cystircercosis, Trichinosis, dan Ascariasis.

o Pencegahan dan Penanggulangan


Pencegahan dan pengendalian foodborne diseases harus dilakukan pada setiap tahap/proses penyajian makanan;
dari mulai tingkat produksi di peternakan, proses pemotongan di Rumah Potong Hewan (RPH), pendistribusi dari
peternakan/RPH ke pasar, proses pengolahan sampai penyiapan makanan yang sudah jadi (finished food) di
rumah/restoran, dll.

o Pencegahan dan pengendalian foodborne diseases diistilahkan from farm to table, yaitu dari mulai produksi di
peternakan sampai siap saji di meja makan, antara lain meliputi:
1) Pemeriksaan hewan/ternak di peternakan/rumah potong hewan. Ternak-ternak yang akan dipotong harus
berasal dari peternakan yang bebas penyakit.
2) Peningkatan personal higiene mulai dari pekerja kandang, petugas rumah potong hewan, penjual daging,
pekerja pada industri makanan, juru masak sampai kepada konsumen.
3) Pengawasan terhadap kebersihan/sanitasi lingkungan di peternakan, rumah potong hewan, alat transportasi,
ruang pengolahan, peralatan dapur atau pengolahan makanan dan peralatan saji.
4) Pengolahan makanan (daging, susu, telur dan produknya) secara higienis dengan pemanasan yang cukup,
pasteurisasi, dan atau sterilisasi.
5) Penyimpanan bahan pangan dengan baik. Bahan baku segar seperti sayuran, daging, susu sebaiknya disimpan
dalam lemari pendingin. Makanan cepat basi disimpan dalam suhu dingin, pisahkan raw material dengan makanan
sudah matang.
6) Pencucian
6.1 Pencucian atau pembilasan buah dan sayuran dapat menghilangkan kotoran dan kontaminan lainnya.
Pencucian dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan bakterisida seperti klorin, dan lain-lain.
6.2 Sebelum makan atau menyiapkan makanan, cucilah tangan dengan teliti memakai sabun dan kucuran
air setidaknya 15 detik, lalu keringkanlah dengan handuk bersih. Beberapa aktivitas yang wajib diikuti
dengan cuci tangan :
6.2.1 Setelah ke kamar mandi.
6.2.2 Setelah batuk, bersin, merokok, makan, minum.
6.2.3 Setelah membersihkan meja.
6.2.4 Sebelum memakai sarung tangan.
6.2.5 Setelah memegang hewan.
6.2.6 Ketika berpindah dari makanan mentah ke makanan matang.
6.2.7 Setelah membuang sampah.
6.2.8 Setelah memegang alat atau perlengkapan kotor.
6.2.9 Selama menyiapkan makanan
6.3 Pemantauan suhu
Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya kumanyang menyebabkan racun
makanan, yang tumbuh di antara suhu 5° C dan 60° C.Untuk berjaga-jaga:
6.3.1 Suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5° C dan ada aliran udara di seputarmakanannya
agar pembagian suhunya merata,
6.3.2 Makanan panas patut disimpan di atas suhu 60° C,
6.3.3 Makanan yang harus dipanaskan lagi harus cepat dipanaskan sampaisemua bagiannya
mencapai suhu 75° C,
6.3.4 Makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave,sebab makin lama
makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan, makincepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa
terbentuk,
6.3.5 Agar kuman di dalamnya mati, makanan harus dimasak matang benar.
o Desinfeksi adalah tindakan yang bertujuan untuk membunuh mikroba patogen maupun pembusuk dengan
menggunakan bahan kimia (desinfektan).Desinfektan merupakan bahan kimia yang mampu membunuh bakteri
pembusuk dalam bentuk sel vegetatif, tetapi tidak dalam bentuk spora.
o Pemblansiran merupakan cara lain yang dapat digunakan untuk membunuh mikroba patogen. Blansir adalah suatu
cara perlakuan panas pada bahan dengan cara pencelupan ke dalam air panas atau pemberian uap panas pada
suhu sekitar 82-93 derajat Celsius. Waktu blansir bervariasi antara 1-11 menit tergantung dari macam bahan,
ukuran, dan derajat kematangan. Blansir merupakan pemanasan pendahuluan bahan pangan yang biasanya
dilakukan untuk makanan sebelum dikalengkan, dibekukan, atau dikeringkan. Maksudnya untuk menghambat atau
mencegah aktivitas enzim dan mikroorganisme.
o Penanggulangan untuk penyakit bawaan makanan (foodborne Diseases) antara lain :
1. Diagnosa infeksi melalui pemeriksaan laboratorium guna menentukan jenis organisme penyebabnya.
2. Perawatan penyembuhan terhadap penyakit bawaan makanan. Jenis perawatan disesuaikan dengan jenis
penyakit bawaan makanan yang diderita, dan bergantung dari gejala yang dirasakan

WABAH
o Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala
petaka (UU No 4. Tahun 1984).
o Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih
luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu
kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

PEMBAGIAN WABAH MENURUT SIFATNYA :


1) Common Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara
menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa
keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu
puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam,tidak ada angka
serangan kedua
2) Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama
pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung
maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta
penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari pddk setempat.

LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI WABAH


1. Konfimasi / menegakkan diagnose
 Definisi kasus
 Klasifikasi kasus dan tanda klinik
 Pemeriksaan laboratorium
2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
 Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah ditentukan tentang KLB
 Bandingkan dengan insiden penyakit itu pada minggu/bulan/tahun sebelumnya
3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orang
 Kapan mulai sakit (waktu)
 Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)
 Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)
4. Rumuskan suatu hipotesa sementara
 Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita (pattern of disease)
 Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut
5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji hipotesis :
 Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi
 Kembangkan dan buatkan check list.
 Lakukan survey dengan sampel yang cukup
6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan
 Lakukan wawancara dengan :
a. Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)
b. Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi
mereka tidak sakit (control)
 Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya
 Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut berperan
 Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium
7. Buatlah analisa dan interpretasi data
 Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan
 Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi
 Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-grafik yang diperlukan
 Terapkan test statistic
 Interpretasi data secara keseluruhan
8. Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan
 Lakukan uji hipotesis
 Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :
a. Sesuai dengan sifat penyebab penyakit
b. Sumber infeksi
c. Cara penulara
d. Faktor lain yang berperan
9. Lakukan tindakan penanggulangan
 Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.
 Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan.
 Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang
10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.
 Pendahuluan
 Latar Belakang
 Uraian tentang penelitian yang dilakukan
 Hasil penelitian
 Analisis data dan kesimpulan
 Tindakan penanggulangan
 Dampak-dampak penting
 Saran rekomendasi

KEJADIAN LUAR BIASA


o KLB adalah timbulnya atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. (PERMENKES RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004)
o Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2 Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya (jam, hari, minggu)
3 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari,
minggu, bulan, tahun).
4 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan
angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

KESEHATAN KERJA
1 HIPERKES
Hiperkes adalah lapangan kesehatan yang meliputi pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja
melalui pengobatan,perawatan serta menciptakan higiene perusahaan yang memenuhi syarat. Higiene perusahaan
merupakan spesialisasi kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-
faktor pengganggu kesehatan karyawan yang bersifat medis.

Tujuan hiperkes
1. Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya melalui pencegahan dan penanggulangan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja serta pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas karyawan dengan memberantas kelelahan kerja,meningkatkan kegairahan kerja dan
memberikan perlindungan kepada karyawan dan masyarakat sekitarnya thd.bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh perusahaan.

Tindakan pencegahan ditujukan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan di dalam perusahaan yang
dilakukan :
1. Teknis :
a. Mematuhi Hiperkes dengan baik.
b. Kerjasama dengan tenaga ahli Hiperkes,
c. Pendidikan dan Penyuluhan tentang Hiperkes,
d. Menjaga Kebersihan lingkungan kerja,
e. Mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan didalam perusahaan,
f. Mengadakan penelitian statistik mengenai produktivitas TK
g. Mengenakan pakaian pelindung dan pakaian kerja pada waktu bekerja
2. Medis,
a. Pemeriksaan kesehatan rutin,
b. Perawatan dan pengobatan buat karyawan yang sakit,
c. Peningkatan gizi karyawan,
d. melengkapi fasilitas perusahaan di bidang kesehatan,
e. Mengadakan evaluasi terhadap gangguan kesehatan,
f. Pemeriksaan kesehatan terhadap tenaga kerja yang memperlihatkan gejala-gejala sakit akibat kerja,
g. Pemberantasan penyakit menular
2 PENYAKIT AKIBAT KERJA
o Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.
o Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis (karena paparan debu silica), asbestosis (karena
paparan debu asbes), low back pain (karena pengangkutan manual), white finger syndrom (karena getaran mekanis
pada alat kerja), dsb.
o Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang,
Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya) ;
Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).
o Untuk mencegah penyakit akibat kerja dapat dilakukan berbagai upaya antara lain :
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih nyaman

KOMUNIKASI DOKTER PASIEN


Area kompetensi komunikasi efektif disini meliputi;
1. komunikasi dengan pasien dan keluarga,
2. komunikasi dengan mitra kerja dan
3. komunikasi dengan masyarakat.

Ada beberapa hal yangharus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam komunikasi efektif, antara lain:
1. Pemahaman teman bicara kita.
Agar kita dapat menentukan metode penyampaian dan gaya bahasa yang cocok dengan mereka.
2. Konteks komunikasi
Yaitu ruang, tempat, banyaknya audiens, level komunikasi, seperti usia, wilayah, jenis kelamin, dan kemampuan
intelektual penerima pesan
3. Bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal
Hal ini meliputi, posisi tubuh, lengan, kontak mata,dan ekspresi wajah. Yang terpenting adalah kontak mata dan
senyum.
4. Gangguan
Emosi bisa mengganggu, misalnya komunikator dalam keadaan marah atau komunikan kecewa atau tidak
setuju dengan komunikator, bisa terjadi pesan yang disampaikan akan diterima tidak sesuai dengan yang
dimaksud.
5. Pikiran terbuka
6. Menunjukkan empati, menghargai pendapat orang lain, rendah hati dan tidak arogan
7. Mendengarkan aktif
Kita perlu menunjukkan bahwa kita mendengarkan apa yang dikatakan teman bicara kita
8. Refleksi
Pastikan pemahaman kita terhadap ucapan orang lain benar, dengan cara mengkonfirmasi atau mengklarifikasi
pesan yang telah disampaikan. Hal ini bisa dengan mengulang kembali dengan pertanyaan tertutup, atau
meringkas isi pesan.

Selain itu, ada beberapa kunci agar komunikasi efektif dapat terjadi, antara lain adalah tersenyum, berbicara dengan jelas,
tidak multi tafsir, serius tapi santai, variatif dan tidak monoton. Komunikator dan komunikan juga perlu mendengarkan dan
memahami lawan bicara.
EDUKASI PASIEN
1 TB
 Pencegahan dengan imunisasi BCG pada anak balita
 Penderita harus tutup mulut saat batuk atau bersin
 Tidak meludah sembarang tempat
 Cuci tangan setelah kontak dengan pasien TB
 Menjaga kebersihan, ventilasi rumah terkena sinar matahari langsung cukup
 Isolasi, pemeriksaan pada orang terinfeksi, pengobatan khusus TB sampai tuntas

2 DM
 Mengikuti pola makan sehat
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium
kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
 Mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
 Meningkatkan aktivitas fisik
- 3-4x seminggu kurang lebih 30 menit
- Latihan aerobic : jalan santai, jogging, renang, bersepeda
- Relatif sehat, latihan ditingkatkan
- Ada komplikasi, latihan dikurangi
- Hindari bermalas-malasan
 Menggunakan obat DM teratur
 Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri
 Melakukan perawatan kaki berkala

3 HIPERTENSI
 Membatasi konsumsi garam
 Melakukan olahraga
 Konsumsi buah kaya serat
 Hindari alcohol
 Hindari merokok
 Kendalikan kolesterol jahat dan kegemukan

DEFINISI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan
Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian
masyarakat “ untuk : (Notoatmodjo, 2003)
1 Perbaikan sanitasi lingkungan
2 Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3 Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4 Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
5 Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai