Ovoran IKKOMm
Ovoran IKKOMm
1. PROMKES
a. DEFINISI UPAYA PROMKES PUSKESMAS
Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, individu
sehat, keluarga (rumah tangga) dan masyarakat, agar:
(1) pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya,
(2) individu sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-
masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui
(3) pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan
2 Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka
agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-
lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa). Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS dengan cara:
- Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS
- Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS
- Menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS
- Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.
3 Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya.Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS dengan cara:
- Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang- undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat
- Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya
PHBS
2 Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya
PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu bina suasana: individu, kelompok dan publik.
3 Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat
mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.
4 Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi guna
membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat,
media massa dan lain-lain dan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b)
keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.
d. DEFINISI PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh setiap individu dengan
kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang
sehat.
2. KESEHATAN LINGKUNGAN
a. PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
1 Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
- meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat
- meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat.
Kegiatan: Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, Pembinaan
kelompok pemakai air.
Angka Kematian Bayi : Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup,
Angka kematian bayi menurun dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007
4. GIZI MASYARAKAT
a. DEFINISI UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai
profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat
c. BENTUK PELAYANAN
1. Menimbang berat badan balita untuk memantau pertumbuhan anak, yang dilakukan secara rutin setiap bulan,
baik di Puskesmas maupun di Posyandu.
2. Pemeriksaan HB (dan BB) pada ibu hamil secara rutin. Kunjungan ibu hamil ke Puskesmas untuk ANC dilakukan
minimal empat kali sepanjang kehamilannya.
3. PMT untuk balita yang kurang gizi. Penyuluhan PMT dilakukan melalui demonstrasi pemilihan bahan makanan
yang bergizi dan cara memasaknya. PMT pemulihan dilakukan melalui pemberian makanan yang sifatnya
suplementasi (vitamin A, sulfas ferrosus, susu, dan sebagainya)
4. Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat
5. Pembagian vitamin A untuk bayi 2x setahun, suplemen tablet besi (sulfas ferrosus) untuk ibu hamil yang datang
ke Puskesmas untuk ANC, dan
6. Pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.
MANAJEMEN KLB
Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Pokok program penanggulangan KLB adalah identifikasi ancaman KLB secara nasional,
propinsi dan kabupaten/kota; upaya pencegahan terjadinya KLB dengan melakukan:
1) perbaikan kondisi rentan KLB
2) penyelenggaraan SKD-KLB (Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans
epidemiologi)
3) kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB dan
4) tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat.
PELAPORAN KLB
- Formulir W1 : dilaporkan dalam 24 jam digunakan untuk melaporkan kejadian luar biasa/wabah. Satu helai
formulir hanya dapat digunakan untuk melapor satu jenis tersangka penyakit, meloporkan dengan cara
yang tercepat : kurir, telepon, radio dll. Laporan W1 masih memberikan gambaran KLB/wabah secara
kasar, oleh karena itu harus segera diikuti dengan: laporan penyelidikan sementara dan rencana
penanggulangan
- Formulir W2 : dilaporkan secara mingguan yaitu laporan dari penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB/wabah yang perlu dilaporkan secara rutin yaitu : kolera, diare, PES, DBD, rabies, difteri, polio, pertusis,
campak, dan penyakit yang sudah menjadi wabah (SARS)
6. PENGOBATAN
a. ALUR PELAYANAN PASIEN DI POLI PUSKESMAS
b. JELASKAN KEGUNAAN DATA (10 PENYAKIT TERBANYAK)
DOKTER KELUARGA
1 HOME VISIT – LAPORAN
EPIDEMIOLOGI
1 DEFINISI
Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada
sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor – faktor yang mempengaruhinya)
b. Prevalensiadalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu di sekelompok masyarakat tertentu, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan
orang/penduduk yang kebal atau penduduk dengan resiko/
1. Period Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan, digunakan untuk penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
2. Point Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Ukuran Mortalitas
1. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
2. Angka Kematian Perinatal ( Perinatal Mortality Rate )
3. Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( Neonatal Mortality Rate )
4. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate )
5. Angka Kematian Balita ( Under Five Mortalaty Rate )
6. Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
7. Angka Lahir Mati/Angka Kematian Janin (Fetal Death Rate)
8. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
9. Angka Kematian Spesifik Menurut Umur (Age Specific Death Rate)
10. Cause Specific Mortality Rate (CSMR)
11. Case Fatality Rate (CFR)
3 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Rangkaian kegiatan mengumpulkan berbagai data atau informasi dari kejadian penyakit secara teratur dan terus
menerus untuk menentukan beberapa tindakan yang diambil oleh petugas / pengambil kebijakan dalam kesehatan
SEHAT
Sehat menurut WHO adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit
maupun cacat.
o Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan semua Negara yang menjadi angota WHO untuk :
a.Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di Negara masing-masing.
b.Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan
mencegah keluarnya penyakit-penyakit karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut,
pesawat udara, kereta api, bus dan lain-lain.
2 DOKUMEN PENYERTA
Dokumen Kesehatan Kapal terdiri dari :
1) Sertifikat Sanitasi Kapal (SSEC/SSCC)
SSCEC adalah dokumen kesehatan yang diberikan kepada alat angkut kapal yang setelah dilakukan pemeriksaan
kapal tim Kantor Kesehatan Pelabuhan dan dinyatakan kapal bebas dari tanda – tanda kehidupan tikus. SSCEC
berlaku selama 6 bulan.Jika dalam pemeriksaan terdapat tanda – tanda kehidupan tikus maka diterbitkan SSCC dan
dilakukan tindakan pengendalian oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan.
2) Buku Kesehatan Kapal
Setiap kapal yang melakukan pelayaran wajib mempunyai buku kesehatan kesehatan kapal (Health Book) sebagai
alat koordinasi antar Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan nakhoda.Apabila dalam pemeriksaan dokumen
kesehatan kapal ditemukan kapal yang tidak atau belum mempunyai buku kesehatan kapal maupun lembaran buku
kesehatan tersebut telah habis, maka diharuskan membuat buku kesehatan baru yang diterbitkan oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan setempat.
3) Sertifikat P3K
PT AIR
1 SYARAT AIR MINUM
Berdasarkan Permenkes no. 492/ MENKES/ PES/ IV/ 2010 Syarat Air Minum Yang Layak Dikonsumsi adalah air yang
secara:
Fisik : tidak berwarna, tidak berbau, berasa alami, dan jernih
Biologis : bebas dari bakteri E Coli dan Coliform
Kimia : pH berkisar antara 6,5 – 8,5 , mengandung mineral dibawah 500 (Total dissolved solid < 500) , bebas dari
zat kimia beracun, logam berat, pestisida, dan tidak mengandung bahan radioaktif.
Standar ini juga digunakan oleh WHO sebagai acuan syarat air minum yang layak untuk dikonsumsi.
2 SYARAT AIR BERSIH
Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan
fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes
10 No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1. Syarat-syarat Fisik
Secara fisik air bersih harus tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya
sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25 oC.
2. Syarat-syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan
kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn),
tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan
bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.
4. Syarat-syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-
bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara
grafitasi.Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di
tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi.Biasanya terletak
diatas bukit, atau gunung.
4 WATERBORNE DISEASE
o Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air, dimana air tersebut mengandung kuman patogen dan
terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit
o Kontaminasi biologi (bakteri) :Chlostridium botulinum, Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae, Vibrio
parahaemolyticus, Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Salmonella typhi
o Kontaminasi biologi (parasit) :Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Schistosoma, Taenia, Ascaris lumbricoides,
dan Enterobius vermicularis
o Kontaminasi biologi (virus) :Rotavirus, Calicivirus, Enteric adenovirus, Hepatitis A, Polio virus
o Kontaminasi kimia : trihalometan (klor + karbon organik), logam:timbal,arsenik,cadmium,mercury,
nitrat, radon, pestisida
KESEHATAN LINGKUNGAN
1 AGENT PENYAKIT
Agent adalah Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan dan penyebab agent menurut model segitiga
epidemiologi terdiri dari biotis dan abiotis.
a) Biotis, khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan
1. Protozoa : misalnya Plasmodium, amodea
2. Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes
3. Bakteri : misalnya Salmonella, meningitis
4. Virus misalnya : dengue, polio, measies, lorona
5. Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
b) Abiotis, terdiri dari
1. Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral, protein dan vitamin)
2. Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
3. Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
4. Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran
5. Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
6. Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetic
Karakteristik Agen
1. Infektivitas: kesanggupan dan organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dan penjamu untuk
mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan penjamu.
2. Patogenesitas: kesanggupan organisma untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah
terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah
orang yang terinfeksi,
3. Virulensi: kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya
mungkin menyebabkan kematian.Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
4. Toksisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dan substansi kimia yang
dibuatnya.
5. Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan
6. Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam penjamu.
2 FOODBORNE DISEASE
o Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan dan penyerapan makanan yang
mengandung mikroba (mikroorganisme) oleh tubuh manusia. Mikroorganisme tersebut dapat menimbulkan
penyakit baik dari makanan asal hewan yang terinfeksi ataupun dari tumbuhan yang terkontaminasi. Makanan yang
terkontaminasi selama proses atau pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.
o Penyebab
Beberapa penyakit bawaan yang sering terdapat di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh virus, bakteri,
ataupun jamur. Makanan dapat terkontaminasi oleh mikroba karena, antara lain:
1) Mengolah makanan dan minuman dengan tangan kotor.
2) Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan.
3) Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan perabotan lainnya.
4) Dapur yang kotor.
5) Alat masak yang kotor.
6) Memakan makanan yang sudah jatuh ke tanah.
7) Makanan yang disimpan tanpa ditutup sehingga serangga dan tikus dapat menjangkau.
8) Makanan yang masih mentah dan yang sudah matang disimpan secara bersama-sama dalam satu
tempat.
9) Makanan dicuci dengan air kotor.
10) Pengolahan makan yang menderita penyakit menular.
o Menurut Departeman Kesehatan RI beberapa penyakit yang bersumber dari makanan dapat digolongkan menjadi:
1) Food infection (bakteri dan virus) atau makanan yang terinfeksi seperti salmonella, cholera, tuberculosis,
hepatitis.
2) Food intoxication (bakteri) atau keracunan makanan oleh bakteri seperti staphylococcus food poisning,
clostridium perfringens food poisoning.
3) Chemical food borne illness atau keracunan makanan karena bahan kimia, seperti cadmium, zink, insektisida
dan bahan kimia lain.
4) Poisoning plant and animal atau keracunan makanan karena hewan dan tumbuhan beracun seperi jengkol,
jamur, kentang, ikan buntal.
5) Parasit atau penyakit parasit seperti cacing Taeniasis, Cystircercosis, Trichinosis, dan Ascariasis.
o Pencegahan dan pengendalian foodborne diseases diistilahkan from farm to table, yaitu dari mulai produksi di
peternakan sampai siap saji di meja makan, antara lain meliputi:
1) Pemeriksaan hewan/ternak di peternakan/rumah potong hewan. Ternak-ternak yang akan dipotong harus
berasal dari peternakan yang bebas penyakit.
2) Peningkatan personal higiene mulai dari pekerja kandang, petugas rumah potong hewan, penjual daging,
pekerja pada industri makanan, juru masak sampai kepada konsumen.
3) Pengawasan terhadap kebersihan/sanitasi lingkungan di peternakan, rumah potong hewan, alat transportasi,
ruang pengolahan, peralatan dapur atau pengolahan makanan dan peralatan saji.
4) Pengolahan makanan (daging, susu, telur dan produknya) secara higienis dengan pemanasan yang cukup,
pasteurisasi, dan atau sterilisasi.
5) Penyimpanan bahan pangan dengan baik. Bahan baku segar seperti sayuran, daging, susu sebaiknya disimpan
dalam lemari pendingin. Makanan cepat basi disimpan dalam suhu dingin, pisahkan raw material dengan makanan
sudah matang.
6) Pencucian
6.1 Pencucian atau pembilasan buah dan sayuran dapat menghilangkan kotoran dan kontaminan lainnya.
Pencucian dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan bakterisida seperti klorin, dan lain-lain.
6.2 Sebelum makan atau menyiapkan makanan, cucilah tangan dengan teliti memakai sabun dan kucuran
air setidaknya 15 detik, lalu keringkanlah dengan handuk bersih. Beberapa aktivitas yang wajib diikuti
dengan cuci tangan :
6.2.1 Setelah ke kamar mandi.
6.2.2 Setelah batuk, bersin, merokok, makan, minum.
6.2.3 Setelah membersihkan meja.
6.2.4 Sebelum memakai sarung tangan.
6.2.5 Setelah memegang hewan.
6.2.6 Ketika berpindah dari makanan mentah ke makanan matang.
6.2.7 Setelah membuang sampah.
6.2.8 Setelah memegang alat atau perlengkapan kotor.
6.2.9 Selama menyiapkan makanan
6.3 Pemantauan suhu
Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya kumanyang menyebabkan racun
makanan, yang tumbuh di antara suhu 5° C dan 60° C.Untuk berjaga-jaga:
6.3.1 Suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5° C dan ada aliran udara di seputarmakanannya
agar pembagian suhunya merata,
6.3.2 Makanan panas patut disimpan di atas suhu 60° C,
6.3.3 Makanan yang harus dipanaskan lagi harus cepat dipanaskan sampaisemua bagiannya
mencapai suhu 75° C,
6.3.4 Makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave,sebab makin lama
makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan, makincepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa
terbentuk,
6.3.5 Agar kuman di dalamnya mati, makanan harus dimasak matang benar.
o Desinfeksi adalah tindakan yang bertujuan untuk membunuh mikroba patogen maupun pembusuk dengan
menggunakan bahan kimia (desinfektan).Desinfektan merupakan bahan kimia yang mampu membunuh bakteri
pembusuk dalam bentuk sel vegetatif, tetapi tidak dalam bentuk spora.
o Pemblansiran merupakan cara lain yang dapat digunakan untuk membunuh mikroba patogen. Blansir adalah suatu
cara perlakuan panas pada bahan dengan cara pencelupan ke dalam air panas atau pemberian uap panas pada
suhu sekitar 82-93 derajat Celsius. Waktu blansir bervariasi antara 1-11 menit tergantung dari macam bahan,
ukuran, dan derajat kematangan. Blansir merupakan pemanasan pendahuluan bahan pangan yang biasanya
dilakukan untuk makanan sebelum dikalengkan, dibekukan, atau dikeringkan. Maksudnya untuk menghambat atau
mencegah aktivitas enzim dan mikroorganisme.
o Penanggulangan untuk penyakit bawaan makanan (foodborne Diseases) antara lain :
1. Diagnosa infeksi melalui pemeriksaan laboratorium guna menentukan jenis organisme penyebabnya.
2. Perawatan penyembuhan terhadap penyakit bawaan makanan. Jenis perawatan disesuaikan dengan jenis
penyakit bawaan makanan yang diderita, dan bergantung dari gejala yang dirasakan
WABAH
o Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala
petaka (UU No 4. Tahun 1984).
o Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih
luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu
kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.
KESEHATAN KERJA
1 HIPERKES
Hiperkes adalah lapangan kesehatan yang meliputi pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja
melalui pengobatan,perawatan serta menciptakan higiene perusahaan yang memenuhi syarat. Higiene perusahaan
merupakan spesialisasi kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-
faktor pengganggu kesehatan karyawan yang bersifat medis.
Tujuan hiperkes
1. Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya melalui pencegahan dan penanggulangan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja serta pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas karyawan dengan memberantas kelelahan kerja,meningkatkan kegairahan kerja dan
memberikan perlindungan kepada karyawan dan masyarakat sekitarnya thd.bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh perusahaan.
Tindakan pencegahan ditujukan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan di dalam perusahaan yang
dilakukan :
1. Teknis :
a. Mematuhi Hiperkes dengan baik.
b. Kerjasama dengan tenaga ahli Hiperkes,
c. Pendidikan dan Penyuluhan tentang Hiperkes,
d. Menjaga Kebersihan lingkungan kerja,
e. Mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan didalam perusahaan,
f. Mengadakan penelitian statistik mengenai produktivitas TK
g. Mengenakan pakaian pelindung dan pakaian kerja pada waktu bekerja
2. Medis,
a. Pemeriksaan kesehatan rutin,
b. Perawatan dan pengobatan buat karyawan yang sakit,
c. Peningkatan gizi karyawan,
d. melengkapi fasilitas perusahaan di bidang kesehatan,
e. Mengadakan evaluasi terhadap gangguan kesehatan,
f. Pemeriksaan kesehatan terhadap tenaga kerja yang memperlihatkan gejala-gejala sakit akibat kerja,
g. Pemberantasan penyakit menular
2 PENYAKIT AKIBAT KERJA
o Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.
o Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis (karena paparan debu silica), asbestosis (karena
paparan debu asbes), low back pain (karena pengangkutan manual), white finger syndrom (karena getaran mekanis
pada alat kerja), dsb.
o Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang,
Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya) ;
Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).
o Untuk mencegah penyakit akibat kerja dapat dilakukan berbagai upaya antara lain :
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih nyaman
Ada beberapa hal yangharus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam komunikasi efektif, antara lain:
1. Pemahaman teman bicara kita.
Agar kita dapat menentukan metode penyampaian dan gaya bahasa yang cocok dengan mereka.
2. Konteks komunikasi
Yaitu ruang, tempat, banyaknya audiens, level komunikasi, seperti usia, wilayah, jenis kelamin, dan kemampuan
intelektual penerima pesan
3. Bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal
Hal ini meliputi, posisi tubuh, lengan, kontak mata,dan ekspresi wajah. Yang terpenting adalah kontak mata dan
senyum.
4. Gangguan
Emosi bisa mengganggu, misalnya komunikator dalam keadaan marah atau komunikan kecewa atau tidak
setuju dengan komunikator, bisa terjadi pesan yang disampaikan akan diterima tidak sesuai dengan yang
dimaksud.
5. Pikiran terbuka
6. Menunjukkan empati, menghargai pendapat orang lain, rendah hati dan tidak arogan
7. Mendengarkan aktif
Kita perlu menunjukkan bahwa kita mendengarkan apa yang dikatakan teman bicara kita
8. Refleksi
Pastikan pemahaman kita terhadap ucapan orang lain benar, dengan cara mengkonfirmasi atau mengklarifikasi
pesan yang telah disampaikan. Hal ini bisa dengan mengulang kembali dengan pertanyaan tertutup, atau
meringkas isi pesan.
Selain itu, ada beberapa kunci agar komunikasi efektif dapat terjadi, antara lain adalah tersenyum, berbicara dengan jelas,
tidak multi tafsir, serius tapi santai, variatif dan tidak monoton. Komunikator dan komunikan juga perlu mendengarkan dan
memahami lawan bicara.
EDUKASI PASIEN
1 TB
Pencegahan dengan imunisasi BCG pada anak balita
Penderita harus tutup mulut saat batuk atau bersin
Tidak meludah sembarang tempat
Cuci tangan setelah kontak dengan pasien TB
Menjaga kebersihan, ventilasi rumah terkena sinar matahari langsung cukup
Isolasi, pemeriksaan pada orang terinfeksi, pengobatan khusus TB sampai tuntas
2 DM
Mengikuti pola makan sehat
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium
kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
Mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
Meningkatkan aktivitas fisik
- 3-4x seminggu kurang lebih 30 menit
- Latihan aerobic : jalan santai, jogging, renang, bersepeda
- Relatif sehat, latihan ditingkatkan
- Ada komplikasi, latihan dikurangi
- Hindari bermalas-malasan
Menggunakan obat DM teratur
Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri
Melakukan perawatan kaki berkala
3 HIPERTENSI
Membatasi konsumsi garam
Melakukan olahraga
Konsumsi buah kaya serat
Hindari alcohol
Hindari merokok
Kendalikan kolesterol jahat dan kegemukan