Anda di halaman 1dari 2

Diagnosis Penyakit Hepatitis

Untuk mendiagnosis hepatitis, dokter biasanya akan melakukan beberapa hal, termasuk:
● Menanyakan tentang riwayat penyakit pasien, untuk menentukan faktor risiko hepatitis

infeksi maupun non-infeksi, dan melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan perut

secara lembut untuk melihat adanya rasa sakit atau nyeri, serta memeriksa kemungkinan

pembesaran pada hati. Jika kulit dan mata berwarna kuning, dokter bisa memberikan

pertimbangan tertentu.

● Tes darah, untuk mendeteksi sumber masalah pada fungsi hati yang tidak normal. Tes ini

juga dapat memeriksa virus yang menyebabkan hepatitis dan juga antibodi yang umum

pada kondisi hepatitis autoimun.

● USG perut, untuk menggambarkan organ-organ dalam perut, terutama hati dan organ-

organ sekitarnya. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan terjadinya pembesaran atau

kerusakan organ hati, adanya cairan didalam perut, tumor hati, kelainan kandung

empedu, dan terkadang pankreas.

● Tes fungsi hati, dengan menggunakan sampel darah yang menentukan efisiensi kerja hati.

Tingginya kadar enzim hati dapat menandakan hati yang sedang stres, rusak, atau tidak

berfungsi dengan baik.

● Biopsi hati, yang merupakan suatu prosedur invasif untuk mengambil sampel jaringan

hati dengan menggunakan jarum melalui kulit dan tidak memerlukan operasi. Biopsi

biasanya dilakukan dengan dibantu oleh USG (ultrasound) untuk memandu pengambilan

sampel untuk biopsi. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat menentukan infeksi atau

peradangan terjadi pada hati.

(Jefferies, dkk., 2018)


Terapi Non-Farmakologi Penyakit Hepatitis
Terapi tanpa obat bagi penderita penyakit hepatitis adalah dengan diet seimbang, jumlah kalori
yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu,
diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai
kemampuan untuk mencegah sembelit, menjalankan pola hidup yang teratur dan berkonsultasi
dengan petugas kesehatan. Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati adalah
menghindari kerusakan hati yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati
dengan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh;
mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini; dan pada penderita sirosis
hati, mencegah komplikasi asites, varises, esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke
komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah penting. Kalori berlebih dalam bentuk
karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak
pada hati.

Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara keseluruhan
karena dapat membahayakan sistem kardiovaskular. Selain diet yang seimbang, terapi tanpa obat
ini harus disertai dengan terapi non farmakologi lainnya seperti segera beristirahat bila merasa
lelah dan menghindari minuman beralkohol.
(Depkes RI, 2007)

Referensi :
Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati, Jakarta : Depkes RI

Jefferies, M. et al., 2018, Update on Global Epidemiology of Viral Hepatitis and Preventive
Strategies, World Journal of Clinical Cases, 6(13), pp. 589–99.

Anda mungkin juga menyukai