Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK: Membuat Isu Kontemporer Terkini

A. KORUPSI

Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi. Masyarakat pada


umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-
tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan
dengan merugikan orang lain.

Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum


adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk
keuntungan pribadi. Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:
Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap;
Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya; Fraud,
merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery);
Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau
disertai dengan intimidasi; Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan
kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.

Data dan Fakta

Berdasarkan laporan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron, sejak tahun 2020 hingga
Maret 2021 terdapat 36 kasus korupsi infrastruktur. Salah satu kasus yang menyita
perhatian adalah terjaringnya Mantan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah
dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Jumat (26/02/2021). Nurdin ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka, karena
dugaan kasus penerimaan suap terkait pengadaan proyek infrastruktur di Sulawesi
Selatan. Penetapan tersangka dilakukan pada Minggu 28 Februari 2021. Penetapan
tersangka juga dilakukan terhadap tiga orang lainnya yaitu Sekretaris Dinas PUPR
Provinsi Sulses Edy Rahmat dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba Agung
Sucipta. Selain itu, korupsi infrastruktur juga terjadi pada Kamis, 2 Juli 2020 lalu, di
mana KPK menangkap Bupati Kutai Timur Ismunanda dan Ketua DPRD Kutai
Timur Encek Unguria dalam rangkaian OTT.
Sumber: https://www.kompas.com/properti/read/2021/03/16/220000821/ada-36-kasus-
korupsi-infrastruktur-pengamat-minta-kementerian-pupr?page=all

Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut uang pengganti yang kembali ke


negara atas kerugian kasus korupsi pada 2020 hanya berjumlah Rp 8,9 triliun.
Padahal, menurut data ICW, total kerugian negara akibat tindak pidana korupsi
mencapai Rp 56,7 triliun."Jadi pengenaan pidana tambahan uang pengganti juga
cukup miris. Kalau kerugian negara besar, harapannya uang pengganti juga besar.
Akan tetapi di tahun 2020 tidak seperti itu," ungkap Peneliti ICW, Kurnia
Ramadhana, dalam konfrensi pers virtual tentang Laporan Hasil Pemantauan
Persidangan Korupsi 2020, Senin (22/3/2021).

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2021/03/22/19301891/data-icw-2020-kerugian-negara-rp-
567-triliun-uang-pengganti-dari-koruptor-rp.

Indonesia Corruption Watch (ICW) melakukan pemantauan persidangan kasus-kasus


tindak pidana korupsi dalam kurun waktu Januari 2020 hingga Desember 2020.

Hasilnya, total kerugian negara yang diakibatkan praktik korupsi sepanjang tahun
2020 mencapai Rp 56,7 triliun. “Naik empat kali lipat dibanding tahun 2019, tahun
2019 kerugian negara sekitar Rp 12 triliun,” kata Peneliti ICW Kurnia Ramadhana
dalam diskusi virtual.

Sumber: https://nasional.kontan.co.id/news/icw-sepanjang-2020-kerugian-negara-akibat-

korupsi-mencapai-rp-567-triliun

B. NARKOBA

Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi
sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya
rangsang.

Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa narkotika


merupakan zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang memberikan efek
halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan. Obat-obatan
tersebut dapat menimbulkan kecanduan jika pemakaiannya berlebihan.

Data dan Fakta

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyampaikan tren peredaran narkotika di masa

pandemi COVID-19 belum mengalami penurunan. Sebaliknya, tren peredaran


narkotika saat pandemi COVID-19 justru mengalami peningkatan. “Hingga saat ini
BNN telah berhasil menggagalkan penyeludupan narkotika jenis sabu sejumlah lebih
dari 1 ton. Selain sabu, BNN telah menyita narkotika jenis ganja dalam jumlah
banyak. "Terutama tentang kejadian-kejadian penyelundupan narkoba yang berhasil
kita gagalkan, di mana sampai saat ini bulan Februari 2021, sudah lebih dari 1 ton
narkotika jenis sabu yang disita oleh BNN. Demikian juga narkotika golongan satu
jenis ganja, yang cukup banyak," kata Deputi Pemberantasan BNN Irjen (Purn)
Arman Depari.

Sumber: https://news.detik.com/berita/d-5435702/bnn-ungkap-tren-peredaran-narkotika-di-

masa-pandemi-covid-19-meningkat

Data dan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Puslitkes UI pada
2017 menyebutkan bahwa sekitar 1,77% atau 3,3 juta penduduk Indonesia menjadi
penyalahguna narkoba dengan jumlah kerugian ekonomi maupun sosial mencapai Rp
84,7 triliun. Kerugian yang disebabkan penyalahgunaan narkoba sepanjang 2017
paling besar pada kerugian sosial yakni sebesar Rp 77,4 triliun dan kerugian pribadi
Rp 7,3 triliun. David mencontohkan, untuk 1 gram shabu, harganya saat ini bisa
Rp1,2 juta - Rp 2 juta. Selain kerugian material, lanjut David, permasalahan narkoba
di Indonesia juga sudah menyebabkan korban meninggal, yakni diperkirakan hingga
mencapai 11.071 orang per tahun atau sekitar 30 orang perhari.

Sumber:https://www.beritasatu.com/nasional/483883/177-penduduk-gunakan-narkoba-

kerugian-rp-847-triliun

C. TERORISME & RADIKALISME

Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan

yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Potensi-potensi timbulnya tindakan terorisme antara lain : Terorisme yang dilakukan
oleh negara lain di daerah perbatasan Indonesia; Terorisme yang dilakukan oleh
warga negara yang tidak puas atas kebijakan negara; Terorisme yang dilakukan oleh
organisasi dengan dogma dan ideologi tertentu; Terorisme yang dilakukan oleh kaum
kapitalis ketika memaksakan bentuk atau pola bisnis dan investasi kepada
masyarakat; Teror yang dilakukan oleh masyarakat kepada dunia usaha. Radikalisme
merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat
revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat

kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri sikap dan paham radikal
adalah:

tidak toleran (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain); fanatik
(selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah); eksklusif (membedakan
diri dari umat umumnya); dan revolusioner (cenderung menggunakan cara kekerasan
untuk mencapai tujuan).

Data dan Fakta

Aksi teror baru-baru ini kembali muncul di Indonesia. Kasus terbaru terjadi di Mabes

Polri pada Rabu (31/3/2021). Dalam video amatir dan rekaman CCTV
memperlihatkan terduga teroris berjalan dari arah pintu masuk pejalan kaki atau pintu
belakang Mabes Polri yang memang untuk umum, dia melepaskan tembakan lalu
polisi pun membalasnya hingga pelaku teror tersebut tewas di tempat. Sebelumnya,
sebuah ledakan terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Makassar, Sulawesi
Selatan, pada 28 Maret 2021.

Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/02/123100465/penyerangan-mabes-

polri-dan-alasan-di-balik-munculnya-aksi-teror-?page=all.

Laporan Global Index Terrorim (GTI) tahun 2020 yang dirilis oleh Institute for

Economics and Peace (IEP) menunjukkan bahwa dalam skala global Indonesia berada
di peringkat 37 dengan skor 4.629 dari 135 negara yang terdampak oleh terorisme,
sedangkan di Asia Pafisik Indonesia berada di posisi ke-4.

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2021/04/03/18070321/radikalisme-bom-waktu-

yang-mengancam-masa-depan-bangsa?page=all.

Pada tahun 2018 Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementeran Dalam Negeri

Mayjen (Purn) Soedarmo menyebut 19,4 pegawai negeri sipil (PNS) di Idonesia tidak
setuju dengan ideologi Pancasila. Pernyataan Soedarmo tersebut merujuk pada hasil
survei yang dilakukan Alvara Research pada 2017. Data inilah yang menjadi dasar
dari keprihatinan radikalisme di kalangan ASN.

Sumber: https://indonews.id/artikel/28205/Menyikapi-Radikalisme-di-Kalangan-ASN/
D. Pemilihan Isu Korupsi

Dari ketiga isu yang dipilih tersebut, kami menggunakan metode APKL (Aktual,

Problematik, Kekhalayakan & Layak) & USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
untuk menentukan nilai prioritas isu. Berdasarkan metode APKL ketiga isu tersebut
telah memenuhi keempat aspek tersebut, sehingga dianalisis lebih lanjut dengan
metode USG
Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan
masyarakat,berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta
psikologi masyarakat. Negara Indonesia yang sangat kaya, banyak sumber kekayaan
alamnya, namun jika penguasanya korup dimana sumber kekayaan yang dijual
kepada pihak asing, harga-harga barang pokok semakin membumbung tinggi bahkan
terkadang langka diperedaran atau di pasaran karena ditimbun dan dimonopoli.
Akibatnya banyaknya terjadi kemiskinan dan kematian di Indonesia.

Dari hasil analisis penyebab timbulnya korupsi dan dampak yang dapat ditimbulkan,

maka dapat dibuat beberapa rekomendasi antara lain:

a. Melakukan sosialisasi Antikorupsi melalui edukasi dan kampanye di lingkungan


kerja, pendidikan maupun masyarakat. Edukasi dapat berupa pembelajaran dan
pendidikan mengenai Antikorupsi (dari penyebab hingga dampaknya) untuk seluruh
masyarakat dimulai sejak dini. Sedangkan kampanye antikorupsi dapat berupa
pembuatan slogan, poster, pamflet maupun iklan (media cetak maupun digital) yang
ditujukan untuk seluruh masyarakat.

b. Ikut berperan aktif dalam melaporkan dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi
disekitar kita. Proses pelaporan dapat dilakukan dengan cara menyampaikan
informasi mengenai tindak pidana korupsi ke pengaduan KPK.

c. Membudayakan kultur antikorupsi pada kehidupan sehari-hari. Misalkan tidak


melakukan “korupsi” waktu apabila memiliki janji kepada orang lain. Apabila kultur
antikorupsi telah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat maka kesadaran dan rasa
malu melakukan tindak pidana korupsi akan menjadi sebuah budaya. Sehingga
meskipun terdapat pengawasan terhadap potensi tindak pidana korupsi, angka potensi
tindak pidana korupsi dapat ditekan.

d. Menciptakan sistem yang transparan sehingga menjadi sarana pengawasan publik


terhadap kinerja penyelenggara negara/organisasi untuk membantu menciptakan

Pemerintahan/organisasi yang bersih, efisien dan bebas dari praktik Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN).

e. Meningkatkan dan memperbaiki sistem penegakan hukum yang kuat. Sehingga


terbentuk sistem hukum yang membuat jera pelaku tindak pidana korupsi dan
pemberian hukuman yang adil dan berat bagi seluruh pelaku tipikor.

f. Memodernisasi pelayanan publik dengan online dan sistem pengawasan yang


terintegrasi agar lebih transparan dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai