Anda di halaman 1dari 10

EDUKASI KEGAWATDARURATAN PADA IBU HAMIL DI ERA NEW

NORMAL DALAM MENYIAPKAN PERSALINAN YANG SEHAT, AMAN DAN


MINIM TRAUMA

Irwanti Gustina1, Royani Chairiyah2


1,2
Universitas Binawan
*iragustina80@gmail.com
ABSTRAK

Di Indonesia, kematian ibu dan bayi masih menjadi tantangan besar dan perlu mendapatkan perhatian
dalam situasi bencana COVID-19. Ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir juga merupakan sasaran yang
rentan terhadap infeksi COVID-19. Meskipun saat ini kasus penanganan covid diinformasikan mengalami
penurunan, dan kini masyarakat Indonesia mulai memasuki era new normal, Pemerintah tetap memberikan
himbawan bagi setiap warganya untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Tujuan kegiatan ini untuk
memberikan Edukasi kegawat daruratan kepada ibu hamil di era new normal. Metode yang digunakan adalah
Pendidikan Kesehatan yang dilakukan secara langsung dengan tetap mematuhi protokol Kesehatan. Hasil dari
kegiatan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang kegawatdaruratan berdasarkan
trimester. Dapat disimpulkan Pendidikan Kesehatan tentang kegawatdaruratan harus tetap diberikan disetiap
trimester kehamilan, dengan harapan setiap ibu hamil dapat lebih waspada dan dapat menyiapkan persalinan
yang sehat aman dan minim trauma.

Kata kunci: Edukasi, Kegawatdaruratan, ibu hamil

ABSTRACT

In Indonesia, maternal and neonatal mortality are still a big challenge and need attention in the
COVID-19 disaster situation. Pregnant women, maternity, postpartum and newborns are also vulnerable
targets for COVID-19 infection. Even though it is reported that cases of handling COVID-19 have decreased,
and now the Indonesian people are starting to enter the new normal era, the Government continues to provide
advice for every citizen to maintain health protocols. The purpose of this activity is to provide emergency
education to pregnant women in the new normal era. The method used is Health Education which is carried
out directly while still complying with the Health protocol. The result of this activity is an increase in
knowledge of pregnant women about emergencies by trimester. It can be concluded that health education
regarding emergencies should still be given in every trimester of pregnancy, with the hope that every pregnant
woman can be more alert and be able to prepare for a healthy delivery that is safe and minimally traumatized.

Keywords: Education, Emergency, pregnant women

269
PENDAHULUAN

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih relatif tinggi diatas target MDGs. Fokus
percepatan yang ditargetkan untuk menurunkan AKI adalah dengan melakukan deteksi
kehamilan risiko tinggi menggunakan sistem pendekatan risiko dan manajemen penanganan
yang adekuat melalui sistem rujukan terencana1
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa
yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat
sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu
dan bayinya2
Kasus gawat darurat obstetric adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu
janin dan bayi baru lahir3
Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan perencanaan
yang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus
terhadap ibu/klien. Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui
peran mereka dan bagaimana team seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap
kegawatdaruratan secara paling efektif 4
Berdasarkan data tahun 2017 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan,
hal ini bergeser dari tahun 2016 dimana penyebab utama kasus kematian ibu terbanyak
adalah PEB/Eklamsia, hal ini menunjukkan petugas PONED sudah lebih terampil dan
kompeten dalam tatalaksana kasus PEB/Eklamsia. Seluruh kasus kematian ibu sudah
dilakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) pada tingkat kabupaten oleh tim penanggung
jawab.
Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang
berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk
abortus mola), dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia
gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian
insidental5

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 terdapat
536.000 wanita meninggal akibat dari komplikasi kehamilan dan persalinan, dan 400 ibu
meninggal per 100.000 kelahiran hidup Maternal Mortality Ratio (MMR). Angka Kematian
Ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran hidup dan 450 per 100.000

270
kelahiran hidup di negara yang berkembang, hal ini berarti 99% dari
kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari negara berkembang6
Dalam situasi pandemi Covid-19 ini, banyak pembatasan yang diberlakukan hampir
ke semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Selama masa
pandemi Covid-19 terdapat pembatasan pelayanan ante natal dengan metode pelayanan
pemeriksaan kehamilan dengan perjanjian. Pelayanan pemeriksaan kehamilan disesuaikan
dengan zona wilayah keterpaparan Covid-19.
Adaptasi kebiasaan baru harus terus dilakukan agar masyarakat dapat melakukan
kegiatan sehari-hari, dan dapat terhindar dari virus Covid-19. Dengan adaptasi kebiasaan
baru diharapkan hak masyarakat terhadap Kesehatan dasar dapat tetap terpenuhi. Selain itu
upaya umum pencegahan yang dapat dilakukan selama masa kehamilan adalah bersifat
universal precaution dengan selalu cuci tangan, menggunakan masker, menjaga kondisi
tubuh dengan rajin olah raga dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan
mempraktikkan etika batuk bersin7

Dengan adanya pola adaptasi kebiasaan baru diharapkan masyarakat akan terbiasa dan
tetap waspada dan menjaga protokol Kesehatan, dengan demikian Indonesia semakin siap
memasuki era new normal. Selain itu pemahaman tentang kegawatdaruratan juga
dipersiapkan untuk mencegah 4 terlalu dan 3 terlambat pada ibu hamil, 4 T seperti : terlalu
muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu banyak, sedangkan 3 T diantaranya: Terlambat
mengambil keputusan, terlambat tiba di fasilitas Kesehatan, dan terlambat mendapatkan
penanganan8
Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk meminimalisir resiko tinggi pada ibu hamil agar
dapat melakukan pemeriksaan lengkap, tepat dan aman serta memiliki pengetahuan tentang
deteksi dini kegawat daruratan dalam tiap trimester kehamilan. Selain itu kegiatan ini
diharapkan membantu tenaga Kesehatan dalam hal memberikan informasi tambahan pada
ibu hamil, maka pengabdi dan tim melakukan edukasi kepada para Ibu hamil di era new
normal dalam mempersiapkan persalinan yang aman dan minim trauma.
Upaya umum yang dapat dilakukan untuk pencegahan Covid-19 di era new normal
berdasarkan pedoman penatalaksanaan Antenatal, persalinan, nifas dan Bayi baru lahir di
era adaptasi kebiasaan baru adalah membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan
memakai sabun selama 40 - 60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol
(hand sanitizer) selama 20 – 30 detik, menghndari menyentuh mata, hidung dan mulut
dengan tangan yang tidak bersih. Perlunya menggunakan hand sanitizer berisi alkohol yang

271
setidaknya mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama
setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum makan.
Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit, saat sedang harus
sakit tetap menggunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas kesehatan
yang sesuai, kurangi banyak beraktivitas di luar. Selain itu tutupi mulut dan hidung saat
batuk atau bersin dengan tisu. Buang tisu pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada
tisu, lakukan sesuai etika batuk-bersin. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin
permukaan dan benda yang sering disentuh. Menggunakan masker adalah salah satu cara
pencegahan penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi Covid-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini,
karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus
dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya, misalnya tetap
menjaga jarak.
Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat
membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama
pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat. Menghindari kontak dengan
hewan seperti kelelawar, tikus, musang atau hewan lain pembawa Covid-19 serta tidak pergi
ke pasar hewan. Ibu atau keluarga dianjurkan menghindari pergi ke negara/daerah terjangkit
Covid-19, bila sangat mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetri atau praktisi kesehatan terkait, bila terdapat gejala Covid-19, diharapkan untuk
menghubungi telepon layanan darurat yang tersedia (Hotline Covid-19 : 119 ext 9) untuk
dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi
penyakit ini serta rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai Covid-19 dari
sumber yang dapat dipercaya7

METODE
Kegiatan Edukasi kegawatdaruratan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 12
Januari 2022, Pelaksanaan kegiatan bertempat di ruang Laboratorium Universitas Binawan.
Metode yang digunakan dalam memberikan edukasi kegawatdaruratan ini adalah ceramah
(tatap muka Terbatas). Proses kegiatan pengabdian ini melalui 3 tahapan diantaranya,
Tahap pertama permohonan ijin untuk pelaksanaan kegiatan melalui RW setempat,
dan berdasarkan Surat Tugas yang diterbitkan LPPM Universitas binawan untuk
pelaksanaan kegiatan.

272
Tahap kedua, pendataan ibu yang hamil diwilayah tersebut, dan sebelum kegiatan
berlangsung peserta seluruhnya mendapatkan undangan melalui grup Whats up. Jumlah
peserta yang hadir sebanyak 15 peserta. Sebelum diberikan edukasi peserta diberikan link
untuk mengisi presensi dan link pertanyaan.
Tahap ke tiga, peserta datang ke Universitas binawan tempat kegiatan berlangsung.
Selama edukasi peserta diberikan kesempatan untuk bertanya seputar materi yang tengah
diberikan. Setelah penyampaian materi peserta kembali diberikan link evaluasi untuk
mengukur ketercapaian informasi yang ditelah disampaikan.

HASIL
Para peserta (ibu hamil) yang di undang mendapatkan pelayanan pemeriksaan
kehamilan dan edukasi kegawatdaruratan. Selama kegiatan edukasi berlangsung peserta
aktif berinteraksi tanya jawab seputar permasalahan kehamilan.
Dari 15 peserta kami mengkategorikan menjadi kelompok usia beresiko dan tidak,
didapatkan 10 orang dengan usia beresiko dimana usia ibu saat ini diatas usia diatas 40
tahun. Sedangkan yang tidak beresiko berjumlah 5 orang. Sedangkan berdasarkan kategori
kehamilan di dapatkan ibu dengan kehamilan trimester II sebanyak 9 orang dan trimester III
sebanyak 6 orang, hal ini dapat terlihat dalam table berikut :
Tabel 1.
Gambaran Karakteristik kelompok bumil
Kategori Jumlah
bumil (N) (%)
Trimester
Trimester I 0 0
Trimester II 9 60
Trimester III 6 40

Usia
Usia Beresiko 10 66,7
Tidak Beresiko 5 33,3

Berdasarkan tabel diatas tim membagi kelompok sasaran bumil berdasarkan


trimester dan kelompok usia. Berdasarkan trimester didapatkan data 9 bumil berada di
Trimester II, dan sebanyak 6 bumil dalam trimester III. Sedangkan kategori berdasarkan usia
sebanyak 10 orang bumil termasuk kelompok usia beresiko, sedangkan 5 bumil lainnya
termasuk dalam kelompok tidak beresiko.

273
Tabel 2.
Tingkat pengetahuan kelompok bumil
Pengetahuan Nilai Pre Nilai Pos
Baik 55 55 77
Kurang 45 23

Berdasarkan data diata bumil dengan tingkat pengetahuan baik memiliki nilai pre
tes (55), dan bumil berpengetahuan baik mendapat nilai post tes (77), sedangkan bumil
dengan pengetahuan kurang memiliki nilai pre tes (45) dan pengetahuan kurang mendapat
nilai post tes (23).

Gambar 1. Kegiatan pemeriksaan kehamilan sebelum edukasi

Gambar 2. Edukasi kegawat darudaran

274
PEMBAHASAN
Pada dasarnya setiap kehamilan adalah sebuah risiko. Menurut Prawiroharjo tahun
2011, kehamilan dikelompokkan menjadi kehamilan beresiko dan tidak beresiko, salah
satunya adalah jika usia ibu < 20 tahun atau > dari 35 tahun9
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan
sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan
menjadi masalah. Pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal10
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat
berubah menjadi patologis/abnormal. Risiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil
yang normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi
menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu atau lebih satu faktor risiko, baik
dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi
ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat11
Setiap ibu hamil memerlukan pengawasan saat kehamilan mengingat setiap
kehamilan memiliki resiko meskipun di awal kehamilan menunjukkan kondisi normal. Hal
ini menujukkan pengawasan selama kehamilan dan deteksi dini sangat penting dilakukan
oleh tenaga kesehatan dalam perencanaan tindak lanjut agar dapat meminimalkan risiko
pada ibu atau janin12
Hasil penelitian Senewel dan Sulistyowati semakin memperkuat hasil kegiatan
pengabdian ini bahwa deteksi dini kegawat daruratan kehamilan merupakan cara yang
efektif untuk mencegah adanya komplikasi saat persalinan. Kehamilan dianggap berisiko
jika ada kondisi medis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kehidupan ibu atau janin
dan keduanya. ANC terpadu sangat penting diberikan petugas kesehatan kepada ibu hamil
karena tidak hanya mampu mendeteksi dini risiko kehamilan saja namun juga mendeteksi
masalah yang dialami ibu hamil yang dapat mengganggu kehamilan agar dapat dilakukan
intervensi yang cepat dan tepat sebagai upaya meminimalkan komplikasi kehamilan dan
mencegah komplikasi persalinan13
Setiap wanita yang hamil usia 35-40 tahun memiliki risiko tinggi untuk menderita
diabetes gestasional, plasenta previa, lahir sungsang, pelahiran yang dibantu vakum atau
forsep, operasi seksio sesar baik yang elektif ataupun emergensi, perdarahan postpartum,
anak lahir di bawah usia 32 minggu, berat lahir rendah dan bayi mati saat lahir, sedangkan

275
wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki risiko yang lebih besar lagi untuk medapatkan
komplikasi di atas14
Ibu hamil tercatat salah satu kelompok rentan terinfeksi Covid- 19, yang disebabkan
pada masa kehamilan terbentuknya pergantian fisiologi sehingga terjadi penyusutan
imunitas parsial15
Virus Covid -19 juga bisa menimbulkan akibat yang serius untuk ibu hamil. Data
tentang Covid- 19 hingga saat ini masih sangat terbatas, informasi yang didapatkan pada ibu
hamil terkonfirmasi positif Covid- 19 belum bisa disimpulkan di Indonesia16
Namun didapatkan juga riset pada 37 ibu hamil yang terkonfirmasi Covid- 19 lewat
PCR tidak ditemui pneumonia berat serta ataupun kematian maternal, diantara 30 neonatus
yang dilahirkan tidak ditemui permasalahan yang terkonfirmasi Covid- 1917

KESIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah peningkatan edukasi pada ibu
hamil tentang kegawatdaruratan dalam kehamilan sangat berpengaruh terhadap proses
kehamilan ibu, dengan harapan setiap ibu yang telah mendapatkan edukasi dapat lebih
waspada dan berupaya kasus kegawat daruratan tidak terjadi.
Setiap ibu hamil perlu memiliki pengetahuan yang baik terhadap kehamilannya, agar
dapat mengenali kegawatdaruratan yang terjadi pada dirinya. Dengan adanya edukasi ini
diharapkan setiap ibu hamil yang telah diberikan edukasi kegawatdaruratan dapat lebih
memproteksi diri dan menjaga kehamilannya.
Saran yang dapat disampaikan bagi setiap tenaga kesehatan dan tempat pelayanan
Kesehatan agar terus memberikan peningkatan edukasi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan, dan bagi setiap ibu hamil agar dapat selalu belajar dan aktif untuk
mendapatkan informasi penting yang berkaitan dengan kehamilan yang sehat dan aman.

UCAPAN TERIMA KASIH


Tim Pelaksana mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Universitas Binawan
dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Binawan yang
telah membantu kegiatan pengabdian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik dan kepada
seluruh klien (ibu hamil) yang bertempat tinggal diwilayah binaan Universitas Binawan,
Serta kepada panitia mahasiswa yang telah membantu terlaksananya kegiatan pengabdian
masyarakat.

276
DAFTAR PUSTAKA
1. Diflayzer, Syahredi S.A, & Eka Nofita (2017). Gambaran Faktor Resiko Kegawat
daruratan Obstetri pada Ibu Bersalin yang Masuk di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD Dr. Rasidin Padang Tahun 2014. Jurnal FK.UNAND
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/750/606

2. Cuningham, F.G. dkk. 2005. Williams Obstetrics. Edisi ke-22. Bagian 39:911. USA:
McGraw-Hill

3. Saifuddin, A.B. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: YBP-SP.

4. Kemenkes (2016). Modul Ajar Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.


Cetakan pertama Tahun 2016

5. Lela Kania Rahsa Puji,dkk (2019). Analisis Situasi Dan Identifikasi Masalah Kesehatan
Ibu Dan Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan
2019. Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 1,No.1, November 2020, Hal. 70-79
http://openjournal.wdh.ac.id/index.php/JAM/article/view/78

6. Ali Imron la Ode (2016) analisis factor risiko usia kehamilan dan paritas terhadap
kejadian abortus. https://media.neliti.com/media/publications/285763-analisis-
faktor-risiko-usia-kehamilan-da-4b43876b.pdf

7. Kemenkes (2020). Pedoman pelayanan Antenal, persalinan, Nifas dan BBL diera
adaptasi kebiasaan baru.
https://covid19.go.id/storage/app/media/Materi%20Edukasi/2020/Oktober/revisi-2-
a5-pedoman-pelayanan-antenatal-persalinan-nifas-dan-bbl-di-era-adaptasi-
kebiasaan-baru.pdf

8. Modul PP IBI (2021). Buku pedoman Midwifery Update 2021

9. Prawirohardjo, S (2011). Ilmu kebidanan.Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka, 2011

10. Saifudin AB. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Salemba Medika; 2011

11. Nuraisya W (2018). Deteksi Resiko tinggi kehamilan pada pelayanan ANC terpadu di
Puskesmas Bendo kab. Kediri. Jurnal Kesehatan Andalas 7(2):240
https://www.researchgate.net/publication/336807196_Deteksi_Risiko_Tinggi_Ke
hamilan_Pada_Pelayanan_ANC_Terpadu_di_Puskesmas_Bendo_Kabupaten_Ke
diri

12. Coco L. Management of high-risk pregnancy. Minerva Ginecologica. 2014;66 (4):383-9.

13. Senewel FP, Sulistiyowati N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi


persalinan tiga tahun terakhir di Indonesia (Analisis Lanjut SKRT-Suskernas
2001). Buletin Penelitian Kesehatan. 2004;32( 2): 83-91.

277
14. Jolly M, Sebire N, Harris J, Robinson S, Began I. The risks associated with pregnancy
in women aged 35 years or older. 2000

15. Liang @ all Novel corona virus disease (COVID-19) in pregnancy: What clinical
recommendations to follow?
https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/aogs.13836

16. Anung Ahadi Pradana, Casman N. Pengaruh kebijakan. Pengaruh Kebijak Soc
Distancing Pada Wabah Covid-19 Terhadap Kelompok Rentan Di Indonesia 2020

17. Schwartz DA. An analysis of 38 pregnant women with COVID-19, their newborn
infants, and maternal-fetal transmission of SARS-CoV-2: Maternal coronavirus
infections and pregnancy outcomes. Arch Pathol Lab Med. 2020

278

Anda mungkin juga menyukai