METODE KOPNATNRJANSEGPSI
JANGKA
Disusun Oleh :
13610501#5
Pembimbin& :
INDONESIA JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan penyusunan referat ini yang berjudul “Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang”. Referat ini saya susun untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSU# $ekasi.
Saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hindar
Jaya Sp.OG yang telah membimbing dan membantu saya dalam melaksanakan kepaniteraan
dan dalam menyusun referat ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun f&rmat referat ini.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran saya terima dengan tangan terbuka.
Akhir kata saya berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua
pihak yang ingin mengetahui sedikit banyak tentang “ Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang”.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Penduduk merupakan modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi
titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas
rendah dan pertumbuhan yang cepat, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal
antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
(UU.No 52, 2009: 1). Pertumbuhan penduduk diperkirakan akan sangat dramatis di negara-
negara berkembang di dunia. Menurut perkiraan dan proyeksi populasi oleh PBB Revisi
tahun 2012, populasi penduduk dunia dari 7,2 miliar pada pertengahan 2013 diproyeksikan
meningkat hampir satu miliar orang dalam dua belas tahun ke depan, mencapai 8,1 miliar
pada tahun 2025, dan lebih meningkat menjadi 9,6 miliar pada tahun 2050 dan 10,9 miliar
pada tahun 2100 (ESA, 2013: 2). Berdasarkan data proyeksi pertumbuhan penduduk tersebut
dapat diperkirakan pertumbuhan penduduk di dunia cukup pesat, dimana jumlah penduduk
di dunia meningkat hampir satu miliar orang dalam dua belas tahun.
Peserta KB Baru (PB) adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali
menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali
menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan / keguguran. Secara nasional peserta
KB baru pada bulan Oktober 2013 sebanyak 723.456 peserta. Apabila dilihat per mix
kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 53.435 peserta IUD (7,39%), 10.160
peserta MOW (1,40%), 81.000 peserta implant (11,20% ), 334.011 peserta suntikan
(46,17%), 195.761
peserta pil (27,06%), 2.174 peserta MOP (0,30%) dan 46.915 peserta kondom (6,48%).
Mayoritas peserta KB baru bulan Oktober 2013, didominasi oleh peserta KB yang
menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 79,71%
dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka
panjang seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 20,29% (BKKBN, 2013: 10).
Rendahnya cakupan peserta KB baru yang menggunakan MKJP, menunjukkan kurangnya
minat masyarakat untuk menggunakan MKJP dan dapat dilatar belakangi oleh banyak faktor.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yang disingkat MKJP adalah metode kontrasepsi
yang dikenal efektif karena dapat memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk
jangka waktu sampai sepuluh tahun yang terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW),
Metode Operasi Pria (MOP), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan implant atau yang
dikenal dengan susuk KB merupakan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) dengan masa
berlaku tiga tahun (Sri L N, 2011: 6).
Menurut Saifudin kehamilan dan kelahiran terbaik artinya saat mempunyai resiko
rendah untuk ibu dan anak yaitu pada usia 20 sampai 35 tahun. Perempuan berusia lebih dari
35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mengakhiri kelahiran karena
kelompok ini akan
Dalam pemilihan mengalami
alat peningkatan
kontrasepsi, morbiditas
perempuan dan dari
berusia lebih mortalitas jikadiarahkan
35 tahun mereka hamil.
pada
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Langkah yang akan diambil untuk bisa mencapai target
penurunan kelahiran dan lain-lain, antara lain meningkatkan akses pelayanan KB MKJP.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014, salah satu fokus
penggarapan program kependudukan dan KB tahun 2013 juga diarahkan pada penggunaan
MKJP (Idam N, 2014: 3).
Permasalahan yang lain yaitu dukungan masyarakat yang masih kurang terhadap
program KB, nampak pada unmet need untuk PUS usia 42 tahun ke atas masih rendah
diketahui dari data peserta KB aktif bulan Desember 2014 jumlah PUS yang tidak berKB
kategori tidak ingin punya anak lagi sebanyak 12907 atau 26 % dari total PUS yang tidak
berKB. Selain itu, persepsi bahwa KB adalah tanggung jawabnya kaum perempuan saja
membuat minimnya pengguna alat kontrasepsi pria khususnya untuk MKJP MOP (Metode
Kontrasepsi Pria), dimana angkanya hanya 911 akseptor atau 0,5% dari total jumlah PUS
yang saat ini menjadi peserta KB aktif. Dapat disimpulkan bahwa baik itu input maupun
partisipasi masyarakat dalam program KB MKJP di Kabupaten Magelang masih buruk,
sehingga menjadi suatu permasalahan dalam pelaksanaan program KB MKJP di Kabupaten
Magelang.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penting untuk kita lebih
memahami mengenai Program KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Program KB
Kelurga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujukkan keluarga kecil bahgia
dan sejahtera (BKKBN Jateng, 2012: 4). Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu
pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan
mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi (UU.No 52, 2009: 10).
2.1.2 Epidemiologi
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa angka kontrasepsi Indonesia melebihi rata-
rata penggunaan kontrasepsi di negara ASEAN.
Gambar 2.Pemakaian MKJP dan Non MKJP Tahun 1991-2012(Sumber : SDKI)
Pada grafik di atas dapat kita lihat rasio penggunaan Non-MKJP (Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang) dan MKJP setiap tahun semakin tinggi, atau pemakaian kontrasepsi non-
MKJP lebih besar dibandingkan dengan pemakaian kontrasepsi MKJP. Padahal @ouple Years
Protection (@YP) Non-MKJP yang berkisar 1-3 bulan memberi peluang besar untuk putus
penggunaan kontrasepsi (20-40%).
Sementara itu @YP dari MKJP yang berkisar 3-5 tahun memberi peluang untuk
kelangsungan yang tinggi, namun pengguna metode ini jumlahnya kurang banyak. Hal ini
mungkin disebabkan karena penggunaan metode ini membutuhkan tindakan dan
keterampilan profesional tenaga kesehatan yang lebih kompleks.
Gambar 3. Distribusi pemilihan metode KB pada perempuan yang pernah kawin usia 15 A 49
tahun, Menurut provinsi di Indonesia,2010.
Pemilihan metode KB jika menurut lokasi perkotaan dan perdesaan (Gambar 2),
terlihat bahwa perkotaan sedikit lebih tinggi persentasenya (47,3%) dibandingkan daerah
perdesaan (45,2%) untuk ketidaksertaan KB 47B demikian juga untuk metoda KB MKJP
perkotaan lebih tinggi persentasenya (9,4%) dibandingkan perdesaan (7,6%).
2.1.3 Tujuan Program KB
2. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anakB
2.1.4 Kepesertaan
Peserta program keluarga berencana yaitu Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan
Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun, dan secara
operasional pula pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah
kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tapi belum menopause. Tingkat kesertaan ber-
KB diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB (BKKBN, 2013: 14).
2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau
melawan; konsepsi berarti pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel
sperma yang mengakibatkan terjadinya kehamilan. Kontrasepsi berarti menghindari/
mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma, sehingga
tidak terjadi kehamilan (BKKBN, 2015).
1. Cara tradisional meliputi pantang berkala, senggama terputus, dan lainnya seperti pijt
dan jamu.
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini
adalah susuk (implant) IUD, MOP dan MOW.
Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100 persen ideal. Suatu cara
kontrasepsi dapat dikatakan ideal apabila:
7. efek samping yang merugikan minimal. Berikut adalah beberapa alat dan obat
kontrasepsi cara modern dengan berbagai manfaat, efek samping, dan cara kerjanya
(Bappennas, 2010: 18).
Beberapa metode kontrasepsi modern MKJP seperti sterilisasi perempuan dan laki-
laki, IUD dan implant memiliki tingkat kegagalan 1% atau kurang, yang berarti bahwa
pasangan memiliki kesempatan 1% atau kurang dari kehamilan yang tidak diinginkan dalam
12 bulan pertama menggunakan MKJP. Tingkat kegagalan untuk kontrasepsi suntik dan oral
masing-masing 7% dan 9%, karena beberapa wanita lupa atau menunda suntikan atau pil.
Probabilitas kegagalan kondom agak lebih tinggi sebanyak 17%, terutama karena tidak
sempurna atau penggunaan yang tidak konsisten. Pasangan yang menggunakan metode
kesadaran kesuburan memiliki tingkat risiko kegagalan yang lebih tinggi dari 25%, meskipun
penggunaan metode tersebut masih jauh lebih efektif daripada tidak menggunakan metode
sama sekali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KB MJKP jauh lebih efektif dan
meminimalisasi kegagalan dalam penggunaan alat kontrasepsi (Megan L. Kavanaugh et al,
2013: 6).
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah metode kontrasepsi yang dapat digunakan
dalam waktu relatif lama. Metode kontrasepsi yang termasuk dalam MKJP adalah IUD,
implan, dan kontrasepsi mantap (BKKBN, 2010). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang sangat
membantu menurunkan angka kematian ibu dan kehamilan yang tidak diinginkan, serta
aborsi (BKKBN, 2010). Beberapa arahan kebijakan dalam rangka menciptakan pertumbuhan
penduduk yang terkendali dan keluarga kecil yang berkualitas sebagai sasaran program KB
yaitu peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif serta efisien untuk jangka waktu
panjang (BKKBN,2005). Kegiatan KB sementara ini masih kurang dalam pengggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang.
Alat ini disebut dengan spiral ataupun IUD ( Intra Uterine Device) atau dalam bahasa
terjemahannya disebut alat yang dimasukan ke dalam tubuh. Metode ini menggunakan alat
kontrasepsi yang ditanam di dalam rahim perempuan. Alat ini bekerja dengan 2 tujuan yakni
untuk mencegah terjadinya penempelan sel telur pada dinding rahim ataupun mencegah
terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma. Alat kontrasepsi ini paling umum terbuat dari
plastik maupun plastik bercampur tembaga. Alat kontrasepsi ini termasuk metode reversibel.
Generasi terbaru IUD memiliki efektifitas hingga 99% dalam mencegah kehamilan pada
pemakaian 1 tahun atau lebih. IUD bisa bertahan hingga sepuluh tahun di dalam rahim dan
kemudian harus dikeluarkan dan diganti. Masa panjang dan pendeknya IUD serta
penggantian IUD juga ditentukan oleh jenis IUD yang dipakai. Jadi, tidak semua IUD
memiliki masa efektif selama 10 tahun.
IUD jenis inert merupakan IUD tanpa penggunaan obat. Tipe ini kini tidak lagi
diproduksi karena kurang efektif. IUD yang mengandung tembaga hingga kini masih
diproduksi bahkan sangat dianjurkan karena keefektifitasannya mencegah kehamilan. IUD
yang mengandung tembaga biasanya dilisensi antara 5-10 tahun. Jenis Nova-T 380
dilisensikan untuk pemakaian 5 tahun dan Coper-T 380 untuk pemakaian kesinambungan di
Eropa barat. IUD yang mengandung tembaga ini terdiri dari rangka plastik dengan kawat
tembaga melingkari batang dan sebagian memiliki sarung tembaga di lengannya. Efektifitas
dan masa aktif alkon ini ditentuan oleh luas permukaan tembaga. Selain Nova-T juga terdapat
alkon spiral tanpa rangka, Gynefix. Alat ini memiliki dampak bagus untuk mengurangi efek
samping yang sering ditimbulkan tembaga yang memiliki rangka. IUD tanpa rangka ini
dilisensi untuk pemakaian 5 tahun.
IUD jenis ketiga adalah IUD yang melepaskan hormon. Sistem IUD penghasil
levonorgestrel dikembangkan oleh Population Council, dan beredar dengan merk dagang
Mirena (Levonova). LNG IUS terdiri dari sebuah rangka Nova-T dengan sebuah kolom
LNG
di dalam suatu membran (yang berfungsi membatasi pengekuaran zat) yang membungkus
batang vertikal alat. Alat ini mengandung 52 mg LNG yang dilepaskan dengan kecepatan
20ug/ hari.
Dalam kondisi apa adanya (tidak memakai IUD ataupun sedang hamil), rahim berada
dalam kondisi kosong kecuali adanya proses penebalan dinding dan luruhnya sel darah. Maka
ketika sebuah alat dimasukan ke dalam rahim, tentu akan menimbulkan reaksi benda asing di
endometrium. Hal ini disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit.
Menurut Meera Kishen (2002) dalam reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga yang
mempengaruhi enzim — enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan
estrogen, serta menghambat transportasi sperma. Pada pemakai IUD yang mengandung
tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genitalia atas berkurang. Perubahan
cairan tuba dan uterus mengganggu viabilitas gamet, baik sperma ataupun ovum yang
diambil dari pemakaian IUD yang mengandung tembaga memperlihatkan degenerasi
mencolok (WHO,1997).
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Kontraindikasi pemasangan IUD yaitu keadaan dimana seorang wanita tidak dapat
dilakukan pemasangan IUD dengan alasan :
4. Sedang atau sering mederita penyakit radang panggul atau abortus septik
selama 3 bulan terakhir.
5. Kelainan bawaan uterus atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi
kavum uteri.
Asalkan tidak ada indikasi kehamilan, IUD bisa dipasang setiap saat selama siklus
menstruasi. IUD bisa dipasang segera setelah 6 minggu persalinan, baik persalinan
pervaginam maupun secara sectio caesarea. Jika pun dipasang setelah 48 jam pasca
persalinan, sebenarnya cukup aman. Namun, yang perlu diingat pemasangan di masa ini
berpotensi sangat besar terjadi ekspulsi.
Tubuh secara wajar akan bereaksi terhadap pemasangan IUD. Akseptor akan
merasakan mual, nyeri di bagian bawah perut yang ringan hingga sedang, dan juga sinkop
walaupun jarang terjadi. Jika mengalami hal ini akseptor diharapkan beristirahat sejenak
sekitar 10-15 menit setelah pemasangan IUD.
Catatan yang perlu diberikan kepada akseptor yaitu tentang tanggal pemasangan IUD
dan jenis IUD yang dipasang. Akseptor juga diminta untuk memeriksa IUD secara berkala
benang IUD untuk memastikan posisi IUD berada dalam posisinya yang benar. Biasanya,
pada minggu — minggu pertama akseptor harus sering memeriksa benang IUD, dan setelah
itu sebulan sekali pada akhir menstruasi. dimaksudkan untuk antisipasi bahwa tidak ada
permasalahan permasalahan apa pun terkait dengan IUD yang dipasang.
2. Berjongkok. Masukan jari dalam vagina sejauh mungkin. Raba tali vagina yang
menjulur di sana. Namun, jangan menarik tali tersebut.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
IUD tidak dapat mencegah penularan IMS termasuk juga HIC/ AIDS. Perempuan
dengan IMS, sering berganti pasangan, maupun perempuan yang menderita radang panggul
tidak dianjurkan memakai IUD karena dapat memicu infertilitas.
2.2.2.2 Implan
Implan biasa dikenal sebagai susuk. Implan dimasukkan ke bawah permukaan kulit di
sebelah dalam lengan. Implan berupa tabung yang sangat kecil dan lunak berisi hormon
progestin. Cara pemasangan implan dengan membuat irisan kecil di lengan untuk jalan
masuk tabung implan. Sistem ini terbuat dari polimer yang tidak terurai secara hayati. Hat
progesteron aktif biasanya dikandung di tengah kapsul ataupun berada di sepanjang batang
polimer. Implan menghasikan kadar steroid kontrasepsi yang rendah dan konstan dalam
darah, melalui difusi dari batang atau kapsul secara terus menerus secara perlahan sepanjang
usia alat tersebut.
2) Jenis Implan
1. Norplant
Norplant terdiri dari enam batang silastik yang lembut berongga dan berisi 36 mg
Levonogestrel. Norplant mempunyai masa kerja 5 tahun.
2. Implanon
Impalnon terdiri dari satu batang putih dan lentur dan yang berisi 68 mg etonogestrel.
Implanon mempunyai masa kerja 3 tahun. Implanon melepaskan 60-70 Ig/ hari pada minggu
kelima sampai keenam, menurun menjadi 35-45 Ig/ hari pada akhir tahun pertama, dan 25-30
Ig/ hari pada akhir tahun ketiga.
Jedena atau indoplant terdiri dari dua batang implant yang berisi 75 mg
Levonogestrel. Indoplant mempunyai masa kerja 3 tahun.
4. Menekan ovulasi.
1. Efektifitas tinggi yaitu mempunyai angka kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan.
2. Nyeri kepala
4. Nyeri payudara
5. Perasaan mual
4. Mioma uteri
1. Pada hari kedua sampai ketujuh siklus haid tidak diperlukan metode
kontrasepsi tambahan.
2. Setiap saat dalam siklus haid dan dipastikan tidak dalam kondisi hamil. Bila
insersi dilakukan setelah hari ketujuh siklus haid, diperlukan menggunakan
kontrasepsi tambahan selama 7 hari.
3. Bila akseptor tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat dan dipastikan tidak
dalam keadaan hamil dengan disertai penggunaan kontrasepsi lain selama tujuh hari.
4. Ibu menyusui secara eksklusif dan belum haid, insersi dapat dilakukan setiap saat
dan dipastikan tidak dalam keadaan hamil lagi tanpa menggunakan kontrasepsi lain.
5. Ibu pasca salin yang telah haid kembali dapat dilakukan insersi kapan saja dengan
menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari.
2.2.2.3 Tubektomi
1. Pengertian Tubektomi
Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari
48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan
rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan
untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval.
2. Teknik Tubektomi
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii
terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi;
pembedahan transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan pembedahan
transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida, cara
Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping cara-cara
tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba
dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.
• Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan
terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat dan
selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak diserap. Tidak dilakukan
pemotongan tuba.
• Cara Pomeroy
• Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
• Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
• Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di
atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan
larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya, mesosalping di
daerah tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung
tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan
setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan
tertanam dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal
dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit dengan kantong tembakau.
Angka kegagalan cara ini adalah 0.
• Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini diikat
2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari
jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong.
Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat kecil
kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
1. Sangat efektif (angka kegagalan 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama satu
tahun pertama penggunaan)
7. Tidak ada perubahan fungsi seksual karena tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium
2.2.2.4 Vasektomi
1) Pengertian Vasektomi
5) Komplikasi Vasektomi
Komplikasi dapat terjadi saat prosedur maupun beberapa saat setelah tindakan.
Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang
disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman
pembuluh darah sekitar vas deferens.
Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi, atau abses pada
testis, atrofi testis, epididimis kongesif, atau peradangan kronik granuloma di tempat insisi.
BAB III
KESIMPULAN
.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik (2013). Survei Demografi dan Kesehatan 2012, Jakarta.
novembar 2018,
(http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2010/03/19/s/o/sosialisas
http://www i_
uu_52_tahun_2009.ppt)
8. Saifudin, AB, Affandi, B, Baharuddin, M, & Soekir, S, 2010. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
9. Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, 2014, Survey Pemantauan
Pasangan Usia Subur Peserta Aktif KB Indonesia 2014. Jakarta: BKKBN.