Anda di halaman 1dari 3

RESUME KEGIATAN

“DIKLAT BEDAH KURIKULUM PROTOTIPE SEBAGAI PILUHAN KURIKULUM


DALAM RANGKA PEMULIHAN PEMBELAJARAN”

Tanggal 21 s/d 24 Januari 2022

Diselenggarakan oleh

E-Guru.id Semarang

URAIAN MATERI
Mengacu pada sebuah hasil riset yang dilaksanakan Kemdikbudristek, tergambarkan dengan
jelas bahwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan kehilangan pembelajaran (learning loss)
literasi dan numerasi secara signifikan. Riset dilakukan pada Januari 2020 s/d April 2021,
dengan sampel..

Dalam riset tersebut diketahui sejumlah fakta terjadinya learning loss, yaitu sebelum pandemi,
kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78
poin untuk numerasi. Setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara
signifikan (learning loss). Untuk literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar.
Sementara untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar.

Menghadapi situasi demikian diperlukan upaya strategis guna menyelamatkan ruh dan
semangat pendidikan yang hilang tergerus oleh dampak pandemi tersebut. Diperlukan strategi
taktis yang bernama migitasi learning loss. Migitasi learning loss diartikan sebagai serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko akibat kehilangan pembelajaran dampak pandemi Covid-19
yang berkepanjangan.

Dalam rangka menghadapi kondisi tersebut, sekolah diberikan tiga opsi untuk menggunakan
kurikulum yang disederhanakan agar dapat berfokus pada penguatan karakter dan kompetensi
mendasar. Ketiga pilihan ini mengacu pada dasar hukum Kepmendikbud Nomor 719/P/2020.
Hasilnya ada sebanyak 59,2% yang menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh, 31,5%
menggunakan "Kurikulum Darurat" (Kurikulum 2013 yang disederhanakan Kemendikbudristek),
dan sisanya 8,9% yang memilih melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.

Setelah melalui serangkaian evaluasi dapat disimpulkan pemilihan opsi penggunaan kurikulum
darurat waktu itu menunjukkan hasil yang lebih baik dari 2 opsi pilihan lainnya. Hal ini
tergambarkan dari beberapa temuan. Pertama, siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat
capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari
Kedua, secara numerasi manfaat penggunaan Kurikulum Darurat lebih besar pada siswa dari
kelompok rentan. Ketiga, secara lierasi manfaat penggunaan Kurikulum Darurat lebih besar
pada siswa dari kelompok rentan (slide Kebijakan Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran
Setelah pandemic.

Selain itu, kurikulum darurat ini juga dianggap cukup efektif dalam memitigasi learning loss.
Mengapa demikian? Karena kurikulum darurat ini mampu membantu guru untuk fokus pada
materi esensial dan menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam untuk mengembangkan
karakter dan kompetensi dasar. Jadi kurikulum darurat yang telah diterapkan dapat dikatakan
mampu memberi banyak manfaat baik kepada peserta didik maupun para pendidiknya.

Saat ini dunia pendidikan Indonesia tengah berada pada masa pemulihan setelah masa kritis
pembelajaran akibat pandemik Covid-19 berangsur mulai terlewati. Oleh sebab itu pada masa
pemulihan ini pun diperlukan satu model kurikulum yang mampu memitigasi learning loss
secara lebih efektif dan efisien. Model kurikulum inilah yang kemudian disebut kurikulum
prototipe.

Kurikulum prototipe sendiri diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk
melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan kurikulum nasional akan
dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran dilakukan.
Pemulihan pendidikan nasional melalui penerapan kurikulum prototipe membawa optimisme
bagi banyak kalangan. Optimisme terbangun atas dasar sejumlah keunggulan yang menyertai
keberadaan kurikulum tersebut. Setidaknya ada tiga keunggulan yang cukup tampak dari
kurikulum prototipe yang akan diterapkan pada awal tahun ajaran baru 2022 ini, yaitu
keunggulan.

Keunggulan substansi. Substansi atau karakteristik dari kurikulum prototipe ini memang
menunjukkan unifikasi dan memiliki perbedaan dengan kurikulum yang diterapkan sebelumnya.
Beberapa keunggulan yang identik dengan kurikulum ini adalah mampu mendorong
pembelajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang yang lebih
luas.

Selain soal keunggulan, kurikulum prototipe ini juga memiliki beberapa karakteristik utama yang
mendukung pemulihan pembelajaran, antara lain; pertama, adanya pengembangan soft skills
dan karakter (akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan, kemandirian, nalar kritis, kreativitas)
mendapat.

Kedua, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Ketiga, adanya fleksibilitas bagi
guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right
level).

Proses implementasi. Seiring dengan penerapan kurikulum prototipe pemerintah gencar


menerapkan program merdeka belajar. Guna mengimplementasikan program merdeka belajar
ini, Kemdikbud gencar pula merekrut dan menyiapkan sekolah penggerak, kepala sekolah
penggerak dan guru penggerak. Mereka-mereka inilah yang secara langsung nantinya akan
menjadi subjek terdepan dalam pelaksanaan program merdeka belajar termasuk di dalamnya

.Implikasi. Implikasi yang ditimbulkan dari penerapan kurikulum prototipe ini cukup positif dan
relatif tidak menimbulkan gejolak. Sebelumnya penerapan kurikulum baru seringkali disertai
dengan resistensi karena ada pihak yang merasa dirugikan. Pihak yang dimaksud khususnya
adalahguru.

Guru dalam sejumlah penerapan kurikulum baru merasa terganggu atau dirugikan karena
jumlah jam mengajarnya yang hilang atau berkurang. Nah, kurikulum prototipe tidak
berimplikasi pada jam mengajar guru. Dalam hal ini perubahan struktur mata pelajaran pada
kurikulum prototipe tidak merugikan guru akibat berkurangnya jam mengajar misalnya.
Selanjutnya semua guru yang berhak mendapatkan tunjangan profesi ketika menggunakan
Kurikulum 2013 akan tetap mendapatkan hak tersebut sebagaimana biasanya. Inilah salah satu
hal positif dan keunggulan.

Terlepas dari ketiga keunggulan kurikulum prototipe ini, sebenarnya tetap terdapat tantangan
yang menyertai dalam penerapan kurikulum tersebut. Tantangan tersebut menyasar pada tiga
pihak yang sangat berkepentingan terutama sekali pada guru, siswa, dan orangtua siswa.

Pada penerapan kurikulum prototipe ini karena yang dituntut adalah pada penekanan materi
esensial, maka guru dituntut untuk lebih rendah hati menanggalkan konsep transfer ilmu.
Apabila sebelumnya mengejar materi secara kuantitas, maka pada kurikulum nanti yang dikejar
adalah kualitas materi. Proses KBM tidak lagi berorientasi pada hasil melainkan sangat
memperhatikan proses sehingga tumbuh pribadi siswa yang mampu belajar mandiri, serta tinggi
rasa kepenasaran.

Itulah sebagian kecil yang akan menjadi tantangan pada sosok guru. Demikian pula pada diri
siswa. Karena berorientasi pada materi esensial, maka jumlah pekerjaan rumah (PR) akan
banyak berkurang. Pembelajaran akan berorientasi pada discovery, inquiry, problem base
learning dan project base learning, dan semua akan tertuju pada implementasi proyek profil
pelajar Pancasila. Oleh karenanya siswa dituntut menjadi pembelajar sejati dan berorientasi
pada kecakapan abad 21 dengan 4C-nya (creative, critical thinking, communicative,
collaborative).

Untuk orangtua siswa tantangan juga tidak kalah sederhana. Orangtua diminta jauh lebih
bijaksana. Jangan menuntut anaknya supaya menjadi anak yang serba tahu mengenai banyak
hal. Karena di sekolah materi pelajaran akan bergeser dari kuantitas materi ke kualitas materi,
yang diajarkan adalah materi-materi esensial saja. Orangtua diharapkan lebih mendorong dan
memfasiltasi anaknya untuk fokus pada minat, bakat, kemampuan, dan potensi pada dirinya

Akhirnya kita semua berharap tantangan ini dapat direspons secara positif oleh semua
kalangan. Sejumlah keunggulan dari kurikulum prototipe sudah seharusnya dapat
dimaksimalkan dan pada gilirannya dapat diarahkan untuk mampu mengejar ketertinggalan
pendidikan yang sudah kita alami selama ini. Kata kuncinya adalah pada niat baik, komitmen,
dan kerja keras semua pihak. Mudah-mudahan penerapan kurikulum prototipe menjadi jawaban
atas sebagai kecil persoalan pendidikan nasional kita pada saat ini dan masa yang akan
datang.

Dibuat Oleh

Prastyo Budiningsih, S.Pd.SD


NIP. 198211082010012023

Anda mungkin juga menyukai