Anda di halaman 1dari 3

Kepatuhan atau aderen terhadap terapi antiretroviral ( ART )

adalah kunci keberhasilan pengobatan infeksi HIV, karena ART


berkelanjutan mampu menekan HIV hingga tak terdeteksi,
mengurangi risiko resistensi obat, meningkatkan kualitas dan
kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan serta mengurangi risiko penularan HIV.
Sebaliknya, ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan
penyebab utama kegagalan terapi .
Mencapai kepatuhan terhadap ARTadalah penentu penting dari
hasil jangka panjang pada pasien yang terinfeksi HIV.Untuk
beberapa penyakit kronis, seperti diabetes atau hipertensi ,
regimen obat tetap efektif meskipun pengobatan sempat
dihentikan dan dilanjutkan kembali; namun dalam kasus infeksi
HIV , ketidakpatuhan terhadap ART dapat menyebabkan
kehilangan kontrol virologi, munculnya resistensi obat dan
kehilangan pilihan pengobatan lanjutan dan memerlukan biaya
yang tidak sedikit karena keterbatasan ARV lini kedua dan
ketiga.
The U.S. Centers for Disease Control and
Prevention memperkirakan bahwa hanya 36 % dari orang yang
hidup dengan HIV di Amerika Serikat mengakses ART dan di
antara orang-orang ini,hanya 76 % yang berhasil mengalami
penekanan jumlah virus. Di Indonesia, hingga September 2014,
jumlah pasien HIV yang lost of follow up dari terapi ARV
sebanyak 15.046 (17,91%) dari jumlah total pasien yang
pernah menerima ARV sebanyak 84.030; dan dari jumlah total
yang masih aderen tidak diketahui berapa yang berhasil
mengalami penekanan jumlah virus karena pemeriksaan viral
load jarang dilakukan karena keterbatasan sarana dan biaya.
Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
serta mengatur strategi untuk meningkatkan kepatuhan
merupakan tantangan bagi semua anggota tim perawatan (tim
CST). Data terbaru menggaris bawahi pentingnya
konseptualisasi kepatuhan pengobatan secara luas termasuk
awal keterlibatan dalam perawatan  berkelanjutan. Konsep
“kaskade pengobatan HIV" telah digunakan untuk
menggambarkan proses tes HIV, linkage to care, inisiasi ART
yang efektif, kepatuhan terhadap pengobatan, dan retensi
dalam perawatan.Dengan demikian, untuk mencapai hasil klinis
yang optimal dan untuk mewujudkan kesehatan masyarakat
dengan pengobatan sebagai pencegahan, sangat penting
memperhatikan setiap langkah dalam kaskade pengobatan.
Oleh karena itu, diperlukan keterampilan penyedia layanan dan
keterlibatannya untuk mempertahankan pasien dalam
perawatan dan membantu mereka mencapai tingkat kepatuhan
pengobatan.
Aderen terhadap ART dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
termasuk kondisi sosial pasien, kondisi klinis, jenis obat yang
dikonsumsi, dan hubungan pasien dengan penyedia layanan.
Sebelum dimulainya terapi ARV, setiap pasien diharapkan 
menerima dan mengetahui informasi tentang penyakit HIV
termasuk tujuan terapi (menekan jumlah virus, menurunkan
morbiditas dan mortalitas, mencegah penularan HIV melalui
kontak seks), jenis obat yg diberikan (termasuk dosis dan efek
sampingnya), pentingnya patuh minum obat, serta risiko
resistensi obat jika tidak patuh; tetapi informasi saja tidak cukup
untuk menjamin tingginya tingkat aderen. Pasien juga harus
memiliki motivasi positif untuk memulai dan mempertahankan
terapi.
Dari perspektif pasien, ketidak patuhan kadang diakibatkan
karena salah satu atau lebih dari beberapa barier psikososial,
seperti depresi dan gangguan mental, gangguan neurokognitif,
rendahnya pengetahuan tentang kesehatan,
rendahnya support social, hidup penuh stres, konsumsi alkohol
berlebihan, pengguna napsa aktif, tunawisma, kemiskinan,
menjaga rahasia status HIV, penolakan, stigma. Selain itu,
umur pasien juga mempengaruhi aderen. khususnya, beberapa
remaja dan pasien HIV dewasa muda merupakan kelompok
yang  memiliki tantangan yang cukup besar dalam mencapai
tingkat kepatuhan. Di samping itu , kegagalan untuk
mengadopsi praktek-praktek yang memfasilitasi kepatuhan,
seperti kegiatan ambil obat untuk sehari-hari atau
menggunakan sistem pengingat obat atau organizer pil, juga
terkait dengan kegagalan pengobatan.
Karakteristik satu atau beberapa obat juga mempengaruhi
aderen. Contoh sederhana, regimen dosis tunggal,
penggunaan tanpa dipengaruhi makanan, dan efek samping yg
rendah, juga mempengaruhi tingkat aderen. Beberapa regimen
ARV baru cukup mudah dan dapat ditoleransi dibanding
regimen lama. Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang
mengkonsumsi obat dosis sekali sehari memiliki tingkat aderen
yg  lebih tinggi dibanding dosis dua kali sehari. Tetapi, data
yang mendukung superioritas produk fixed-dose combination 1-
tablet dibanding 3-tablet, dosis sekali sehari  masih sangat
sedikit.
Seting klinik juga berperan penting dalam keberhasilan atau
kegagalan aderen pengobatan. Seting dalam bentuk perawatan
multidisiplin komprehensif (seperti manajer kasus, apoteker,
pekerja sosial, psikiater, dokter) akan meningkatkan
keberhasilan dalam mensuport kebutuhan pasien.yg sangat
komplek, termasuk kebutuhan untuk kepatuhan berobat.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah, hubungan pasien
dan penyedia layanan yang baik dengan meningkatkan
kepercayaan pasien melalui cara-cara yang tidak menghakimi
dan mendukungperawatan dan penggunaan strategi motivasi
positif dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai