Anda di halaman 1dari 64

Petunjuk Praktikum

FTS Steril

NAMA :
NIM :
KELAS :
KELOMPOK :
KARTU KONTROL PRAKTIKUM TEKNOLOGI
FORMULASI SEDIAAN STERIL

NAMA MAHASISWA :

KELAS/KELOMPOK :

Unsur Penilaian
No Hari/Tgl Judul Percobaan Paraf Ket
Respon Keterampilan Laporan Ujian

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Nilai Rata- Rata

ii
iii
TATA TERTIB UMUM PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

A. Prosedur Masuk Laboratorium


1. Praktikan harus telah memakai jas lab (dikancing lengkap) dan
name tag warna biru
2. Praktikan duduk di tempat yang disediakan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.
3. Simpan tas pada tempat yang telah di sediakan
4. Barang-barang yang boleh dibawa ke dalam laboatorium hanya
alat tulis, logbook, kalkulator, dan perlengkapan praktikum

B. Prosedur Kegiatan Praktikum


1. Praktikan harus hadir di laboratorium 15 menit sebelum
praktikum di mulai (menunggu di luar laboratorium)
2. Praktikan harus berpakaian sopan dan rapih
3. Bagi praktikan wanita yang berambut panjang, harus diikat
rapih, sedangkan pria tidak boleh berambut panjang.

4. Praktikan tidak boleh makan dan atau minum selama berada di


laboratorium.
5. Praktikan harus menjaga kebersihan dan ketertiban, baik dalam
penggunaan alat maupun kerja kelompok masing-masing
C. Prosedur Keluar Laboratorium
1. Praktikan mencuci dan membersihkan alat-alat yang telah
digunakan selama praktikum
2. Praktikan merapihkan barang-barang yang ada di sekitar meja
kerja

iv
3. Praktikan memasukkan barang-barang milik kelompoknya ke
dalam meja yang telah di tentukan
4. Praktikan membuang sampah/sisa praktikum/limbah ke tempat
yang telah di sediakan
5. Kursi tempat duduk praktikum di kembalikan ke tempat
semula

v
EVALUASI PRAKTIKUM

Evaluasi praktikum berdasaran Komponen yang mendapat penilaian


yaitu:

1. Responsi : 15%

2. Keterampilan : 20%

3. Laporan : 25%

4. Ujian Praktikum : 40 %

Responsi : Metode yang digunakan dalam respon adalah metode tulisan


dengan standar nilai kelulusan ≥ 60. Apabila tidak memenuhi nilai
standar kelulusan maka akan dilakukan pengulangan respon dengan
menggunakan metode lisan sampai nilai memenuhi stansar kelulusan
respon.

vi
PENDAHULUAN

SPESIFIKASI RUANG BERSIH


Ruang bersih adalah ruangan dengan keadaan terkontrol yang
diperbolehkan untuk digunakan sebagai ruang pembuatan sediaan obat
steril (Badan POM RI, 2013). Untuk pembuatan sediaan steril, dilakukan
pada ruang kelas A, B, C, dan D (white area). Untuk pembuatan
sediaan obat non steril dilakukan pada kelas E (grey area) yang
spesifikasi kebersihan ruangannya tidak seketat ruang bersih untuk
pembuatan sediaan obat steril.

Kriteria penggunaan ruang bersih berdasarkan CPOB 2012 dapat Anda


pelajari pada tabel berikut ini:

Paparan pada Tabel berikut akan membantu meningkatkan pemahaman


Anda mengenai ruang bersih untuk tiap proses pembuatan obat steril

1
Kelas bersih, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
daerah putih (white area) atau kelas A, B, C dan D; daerah abu (grey
area) atau kelas E; dan daerah hitam (black area) atau kelas F. Semakin
ke arah daerah putih, maka daerah tersebut semakin terkontrol atau
semakin tinggi tingkat kebersihannya. Produksi sediaan obat steril
dilakukan pada white area, sementara grey area digunakan untuk
perlakuan terhadap sediaan yang telah berada dalam wadah primer
sehingga tidak ada kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar.
Black area adalah area yang tidak terkontrol kebersihannya artinya tidak
ditetapkan jumlah minimal partikel viable maupun non viable yang ada
pada ruangan tersebut. Dengan demikian, memiliki resiko kontaminasi
yang cukup tinggi, dan tidak digunakan untuk proses pembuatan obat,
melainkan sebagai area ganti personel saja.
Untuk memasuki white area, personel harus melalui black area dan
grey area terlebih dahulu, skematik alur ruang ganti baju kerja untuk
menuju ruang pembuatan sediaan obat steril dapat dilihat pada gambar
berikut.

2
Grey area digunakan untuk memproses sediaan yang sudah tertutup
rapat, misalnya untuk kegiatan:
 Sterilisasi akhir (proses sterilisasi ketika sediaan obat sudah di-
capping /sudah dalam keadaan tertutup rapat).
 Pengemasan sediaan dalam kemasan primer ke kemasan sekunder.

METODE METODE STERILISASI

Steril, Sterilitas dan Sterilisasi

 Steril adalah suatu kondisi absolut di mana bebas dari mikroorganisme


hidup yang dapat muncul dari metode, wadah dan rute pemberian
dengan suatu pembatasan, kemungkinan tersebut tidak lebih 1 bagian
non-steril dalam sejuta bagian steril.
 Sterilitas adalah karakteristik yang diisyaratkan untuk sediaan
farmasetik bebas dari mikroorganisme hidup meliputi metode, wadah
atau rute pemakaian.
Sterilisasi adalah suatu proses mengurangi, menghilangkan,
menghancurkan, membunuh mikroorganisme dan spora yang hidup dari
sediaan, bahan atau material untuk menghasilkan keadaan yang steril.

Metode sterilisasi

 Sterilisasi fisika :
Pemanasan Pemanasan Kering Oven

3
Minyak dan Penangas
lain
Pemijaran langsung

Pemanasan Basah Uap bertekanan


Uap panas 1000 C,
Air mendidih,
Pemanasan dengan bakterisid

Non pemanasan Sinar


UV Radiasi
Pengion
Gamma
 Sterilisasi Kimia
: Uap / gas

 Sterilisasi Mekanik
: Filter Seitz
Filter Swinny
Filter Fritted-Glass
Filter Berkefeld n
Mandley Selas Filter
Filter Chamberland Pasteur

Metode dan Kondisi Sterilisasi

Titik kritis sterilisasi, selain melakukan prosedur sterilisasi dengan benar,


juga memilih metode sterilisasi yang tepat berdasarkan sifat fisika kimia
bahan aktif, terutama stabilitas alat/bahan terhadap panas. Alat yang
tahan akan pemanasan, misalnya: beaker glass, gelas kimia, erlenmeyer,
batang pengaduk, batang pipet, dapat dilakuakn sterilisasi menggunakan
cara panas, baik panas basah (autoklaf) ataupun panas kering (oven). Alat

4
yang tidak tahan panas, misalnya tutup pipet, wadah sediaan yang
terbuat dari plastik tidak tahan panas, dapat disterilkan dengan
menggunakan cara dingin, misalnya dengan dialiri gas etilen oksida atau
disterilkan dengan cara radiasi. Apabila tidak memungkinkan dilakukan
sterilisasi dengan cara tersebut, maka dilakukan desinfeksi dengan cara
merendam alat tersebut dalam alkohol 70% selama 24 jam (hal ini belum
menjamin sterilitas alat).
Untuk sterilisasi bahan, selain memperhatikan stabilitas bahan
terhadap panas, perlu kita perhatikan bentuk bahan. Untuk bahan
dengan bentuk serbuk, semisolida, liquid berbasis non air (misalnya
cairan berminyak) yang stabil terhadap pemanasan, maka pilihan metode
utama untuk sterilisasi adalah menggunakan panas kering (oven). Bila
bentuk bahan yang akan disterilisasi adalah likuida berbasis air, maka
pilihan utama sterilisasinya adalah menggunakan panas basah
(autoklaf). Terdapat pohon keputusan untuk mempermudah pengambilan
keputusan terkait metode sterilisasi yang sesuai untuk bahan Anda,
dapat dilihat pada gambar berikut.

Pohon keputusan untuk pemilihan sterilisasi sediaan cair berbasis air


(aqueous) (dari CPMP/QWP/054/98)

5
Pohon Keputusan Menentukan Metode Sterilisasi yang Tepat

PERHITUNGAN TONISITAS

Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh zat-zat dalam


larutan berair yang dipisahkan oleh suatu membran semipermeabel.
Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik yang
hampi sama dengan garam fisiologis atau NaCl 0,9%.

Beberapa rumus perhitungan tonisitas

1. Rumus Catelyn
2. Rumus PTB (Penurunan Titik Beku)
3. Rumus Farmakope Belanda

6
4. Grafik
5. Equivalen NaCl

Contoh Perhitungan tonisitas menggunakan Rumus PTB (Penurunan Titik Beku)

W = 0,52 – a.c
b

PTB polimiksin B-sulfat = 0,04 a1 = 0,2%


PTB neomicin sulfat = 0,06 a2 = 0,07%
PTB dexametason Na-fosfat = 0,09 a3 =
0,05%
PTB Benzalkonium Cl = 0,09 a2 =
0,01%
PTB Na2EDTA = 0,13 a3 = 0,1%
PTB Na2HPO4 = 0,24 a4 =
0,21%
PTB NaH2PO4 = 0,26 a5 =
0,28%
PTB NaCl = 0,576

W = 0,52 – a.c
b

= 0,52-(0,04 x 0,2 + 0,06 x 0,07 + 0,09 x 0,05 + 0,09 x 0,01+0,13 x 0,1 + 0,26 x 0,28 + 0,24 x 0,21)
0,576

= 0,52 – 0,1538
0,576
= 0,64 g/100 ml (hipotonis)

Untuk 10 ml diperlukan 0,064 g

NaCl DAPAR DAN PERHITUNGANNYA

Dapar atau larutan penyangga adalah suatu larutan yang terdiri dari
asam lemah dengan garamnya (basa konjugasinya) atau suatu basa lemah
dengan asam konjugasinya, yang dapat mncegah terjadinya perubahan pH
yang besar yang dihasilkan dari penambahan sejumlah kecil asam atau basa
dalam larutan atau sediaan.

Kapasitas dapar adalah keefektifan suatu sistem dapar untuk

7
mencegah perubahan pH ke satu unit pH terhadap 1 liter laruta dapar.

8
Contoh perhitungan dapar

Perhitungan Kapasitas dapar

pH = 6,5
NaH2PO4 = 0,56 %b/v BM = 120,01
Na2HPO4 = 0,284%b/v BM = 142,14
gr 0,56
M NaH2PO4 = = = 0,047 M
BM x L 120,01 x 0,1

gr 0,284
M Na2HPO4= = = 0,02 M
BM x L 142,14 x 0,1

pKa dapar fosfat = 7,2

Ka = - antilog pKa
= 6,3 x 10-8

pH dapar fosfat = 6,5

[H+] = - antilog pH
= 3,16 x 10-7

C = NaH2PO4 + Na2HPO4
= 0,047 + 0,02
= 0,067 M
Kapasitas dapar β = 2,3 x C x [H+] Ka
{[H+] + Ka}2

= 2,3 x 0,067 x (3,16 x 10-7. 6,3 x 10-8)


(3,16 x 10-7+ 6,3 x 10-8)2
= 0,021
Untuk pH = 7

[H+] = - antilog pH
= 10-7

0,021 = 2,3 x C x [H+] Ka


{[H+] + Ka}2

0,021 = 2,3 x C x (10-7. 6,3 x 10-8)


(10-7+ 6,3 x 10-8)2

9
C = 0,0385

pH = pKa + log [garam]


[asam]

7 = 7,2 + log [garam]


[asam]

log [garam] = -0,2


[asam]

[garam] = 0,63
[asam]

C = [asam fosfat] + [garam fosfat]

0,0385 = [asam fosfat] + 0,63[asam fosfat]

0,0385 = (1 + 0,63)[asam fosfat]

[asam fosfat] = 0,0236 M

[garam fosfat] = [asam fosfat]0,63

= 0,0236x0,63

= 0,0148 M

[asam fosfat] = 0,0236 M

g = M x BM x L

= 0,0236 x 120,01 x 1

= 2,832 g

%b/v = 2,832 g/L

= 0,28 g/100 ml

= 0,28 %

[garam fosfat] = 0,0148 M

g = M x BM x

10
L

11
= 0,0148 x 142,14 x 1

= 2,1036 g

%b/v = 2,1036 g/L

= 0,21 g/100 ml

= 0,21 %

12
PERCOBAAN 1
FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME BESAR :
INFUS IV

TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan parenteral volume besar, mengetahui faktor faktor
yang harus dipertimbangan dalam pemilihan pembawa, memahami
hubungan indikasi bahan dengan pemilihan wadah dan jalur pemberian
sediaan.

TEORI SINGKAT
Larutan intravena volume besar mengarah pada injeksi yang di
maksudkan untuk penggunaan intravena, dan di kemas dalam wadah
kapasitas 100 ml atau lebih. Larutan volume besar steril lain termasuk
digunakan untuk irigasi atau dialysis. Dapat di kemas dalam wadah di
tandai kosong dan dapat mengandung volume besar lebih dari 1000 ml. Di
kemas dalam unit dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas yang
cocok, penambahan penandaan steril bebas pirogen dan bebas bahan
partikulat karena diberikan dalam jumlah besar, bahan bakteriostatik tidak
pernah di masukkan untuk mengurangi keracunan yang di hasilkan dari
jumlah bahan bakteriostatik yang di berikan.
Infus merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi
dengan air sebagai fase kontinu dan biasanya dibuat isotonis dengan
darah. Prinsipnya infus dimaksudkan untuk pemberian dalam volume
yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet
antimikroba. Larutan untuk infus diperiksa secara visibel pada kondisi
yang sesuai adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel.
1) Persyaratan Infus Intravena
2) Sediaan (dapat berupa larutan/emulsi) harus steril (FI IV, hlm. 855)

13
3) Injeksi harus memenuhi syarat Uji Sterilitas yang tertera pada Uji
Keamanan Hayati.
4) Bebas pirogen (FI IV, hlm.908)
5) Untuk sediaan lebih dari 10 ml, memenuhi syarat Uji Pirogenitas
yang tertera pada Uji Keamanan Hayati.
6) Isotonis (sebisa mungkin).
7) Isohidris.
8) Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
9) Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat
dapar. 10)Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal.
11)Volume netto / volume terukur tidak kurang dari nilai nominal
12)Penandaan : (FI Ed. IV hlm. 1020)
Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena untuk
melengkapi cairan, makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol
sebagai diuretika osmotik, disyaratkan untuk mencantumkan kadar
osmolarnya. Jika keterangan mengenai osmolalitas diperlukan dalam
monografi masing-masing, pada etiket hendaknya disebutkan kadar
osmolar total dalam miliosmol per liter.
Tujuan:
a. Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien yang
menderita dehidrasi, schock, atau terluka
b. Memberikan nutrisi dalam keadaan dimana pasien tidak dapat
menerima nutrisi secara oral
c. Beraksi sebagai pembawa beberapa bahan
obat Cara Pemberian Infus
a. Terapi Berkelanjutan
- Infus Intravena
- Hook-Ups
b. Terapi Antara
- Metode Piggyback
- Pemberian Intravena Langsung (Bolus)

14
- Metode Pengontrolan Voume

FORMULA-FORMULA

Berikut adalah beberapa jenis formula yang kita akan pelajari:

1. Infus IV sebagai nutrisi dasar dan elekrtrolit


Misalnya: NaCl fisiologis, Ringer’s, Dextrosa
2. Infus IV yang mengandung bahan aktif
terapetik Misalnya: Metronidazol, NH4Cl,
NaHCO3
3. Infus IV sebagai plasma ekspander dan indikasi lainnya
Misalnya : Hestarch, Dextran, Manitol

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan tentang perbedaan injeksi tipe bolus dan injeksi tipe infus!
2. Jelaskan tentang jenis-jenis terapi infus!
3. Jelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi saat pemberian
intravena!
4. Jelaskan tentang intraveus admixture!
5. Jika suatu infus diberikan secara piggyback, jelaskan jenis sediaan apa
yang umumnya diberikan dengan metode tersebut! Jelaskan pula jenis
larutan infus apa saja yang dapat digunakan sebagai pengencernya!
6. Mengapa sediaan parenteral volume besar tidak diberikan dalam
bentuk dosis ganda?
7. Jika Dextrosa 10% akan diformulasi menjadi suatu sediaan IV infus,
jelaskan tentang :
a. Laju pemberian infusnya, jelaskan hubungannya dengan tonisitas
cairan infus tersebut!
b. Metode sterilisasi yang dapat ditempuh!
c. Pada pH berapa larutan diformulasikan? Bagaimana pendapat
anda tentang penggunaan dapar pada sediaan IV tipe infus!

MATERI PENDUKUNG
Sebelum menyusun formula parenteral volume kecil besar, sebaiknya
anda memperdalam untuk mempelajari materi yang berhubungan infus
intravena. Hal-hal yang penting dipelajari mencakup:

1. Teori awal mengenai sterilitas, tonisitas, osmolaritas dan lainnya.


2. Teori-teori tentang injeksi yang dipelajari sebelumnya

15
3. Definisi infus
4. Jenis-jenis sediaaj infus
5. Tujuan pemberian infus
6. Metode-metode pemberian infus
7. Masalah-masalah dalam pemberian infus dan injeksi IV lainnya
8. Infusion set
9. Perhitungan laju infus
10. Pirogen

16
PERCOBAAN 2
FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME KECIL :
AMPUL

TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan parenteral volume kecil dalam wadah ampul,
mengetahui faktor faktor yang harus dipertimbangan dalam pemilihihan
pembawa, memahami hubungan indikasi bahan dengan pemilihan wadah
dan jalur pemberian sediaan.

TEORI SINGKAT
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk
halus yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalaui kulit atau selaput lendir.
Semua bentuk sediaan yang diberikan secara parenteral, larutan oftalmik
dan beberapa sediaan lain disyaratkan steril karena jalur pemberiannya.
Karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke
dalam tubuh, sediaan ini tidak melalui garis pertama pertahanan tubuh
sehingga sediaan nonsteril yang langsung diinjeksikan sangat berbahaya.
Selai itu dalam formulasi sediaan parenteral, tonisitas sangat diperhatikan
karena bahaya hemolisis atau krenasi eritrosit.

Ampul adalah wadah gelas silindir berdinding tipis yang memiliki leher
jepit yang rusak sekali pakai dan digunakan untuk dosis tunggal dengan
volume berkisar antara 0,5-100 ml pada keadaan tertentu yang kedap
udara dan tertutup rapat sehingga mengurangi kontaminasi lingkungan
dengan isi ampul.

FORMULA-FORMULA

Berikut adalah beberapa jenis formula yang kita akan pelajari:

17
1. Injeksi IV dosis tunggal
Misalnya: Furosemid, Teofilin, Metampiron, Vitamin B, dll
2. Injeksi rute lain untuk dosis tunggal
Misalnya: Estradiol dan hormon-hormon kortikosteroid lainnya
3. Injeksi untuk tujuan lain,
Misalnya: MgSO4

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan tentang pemberian intravena! Jelaskan lebih banyak lagi


tentang rute-rute pemberian yang membutuhkan perhatian khusus pada
formulasinya, misalnya intramuskular, intraspinal, subkutan, dll.
2. Jelaskan tentang pemilihan bahan dalam formulasi sediaan parenteral
dosis tunggal! Apakah sediaan perlu pendaparan atau tidak, jelaskan
alasannya!
3. Apa yang anda pahami tentang tonisitas dan osmolaritas? Apakah
kaitan keduanya? Mengapa larutan asam borat 1,9% dikatakan isotonis
terhadap eritrosit tetapi tidak iso-osmotik dengan eritrosit?
4. Bagaimana cara pemberian obat yang tonisitas dan osmolaritasnya
sangat menyimpang dari tonisitas dan osmolaritas darah pada
pemberian injeksi IV bolus?
5. Jika Dekstrosa 40% akan diformulasi menjadi suatu sediaan IV dosis
tunggal bolus, jelaskan tentang :
a. Cara pemberian yang dapat ditempuh untuk mengatasi
penyimpangan besar dari tonisitas dan osmolaritasnya!
b. Proses sterilisasi dan wadah gelas tipe apa yang akan digunakan?

18
MATERI PENDUKUNG

Sebelum menyusun formula sediaan parenteral volume kecil dalam wadah


ampul, sebaiknya anda memperdalam untuk mempelajari materi yang
berhubungan dengan injeksi. Hal-hal yang penting dipelajari mencakup:

1. Teori awal mengenai sterilitas, tonisitas, osmolaritas dan lainnya.


2. Definisi injeksi
3. Definisi ampul
4. Rute-rute injeksi
5. Keuntungan sediaan injeksi
6. Kekurangan sediaan injeksi
7. Komposisi injeksi
8. Syarat-syarat injeksi
9. Bahaya sediaan nonsteril pada pemberian intravena
10. Cara pengisian ampul
11. Cara penyegelan ampul
12. Tipe-tipe gelas dan pewadahan ampul
13. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi obat yang diinjeksikan
secara subQ atau i.m. ke dalam sirkulasi

19
PERCOBAAN 3
FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME KECIL : VIAL

TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan parenteral volume kecil dalam wadah vial,
mengetahui faktor faktor yang harus dipertimbangan dalam pemilihihan
pembawa, memahami hubungan indikasi bahan dengan pemilihan wadah
dan jalur pemberian sediaan.

TEORI SINGKAT
Vial adalah wadah dosis ganda, disegel dengan karet atau tutup plastik
yang kecil, daerah tipis (diafragma) di tengah. Isinya didesain supaya
jarum suntik jarum suntik mudah dimasukkan tanpa pelepasan fragmen
dan akan tertutup setelah penarikan jarum. Ketersediaan wadah dosis
ganda yang bersegel dengan penutup karet memberikan dosis yang
fleksibel dan mengurangi unit biaya per satuan dosis. Dibandingkan
dengan ampul, tidak akan ada masalah gelas partikel yang dapat masuk
dalam produk ketika penggunaannya.
Tetapi jenis wadah ini memberikan masalah sendiri dengan adanya tutup
karet. Beberapa masalah dapat timbul akibat interaksi cairan obat dengan
penutup karet, sehingga perlu ada pertimbangan lain dalam formulasi
untuk mengatasi masalah tersebut

FORMULA-FORMULA

Berikut adalah beberapa jenis formula yang kita akan pelajari:


1. Injeksi IV dosis ganda
Misalnya: Fenobarbital
2. Injeksi rute lain untuk dosis ganda
Misalnya: Prokain
3. Injeksi dosis tunggal dalam wadah vial
Misalnya: Iopamidol, Amoxicillin

20
TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan pendapat anda tentang masalah yang ditimbulkan oleh


penutup karet! Faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan
dalam formulasi yang berhubungan dengan masalah yang ditimbulkan
oleh penutup karet
2. Jelaskan tentang pewadahan sediaan dosis tunggal dalam vial!
Bagaimana pendapat anda? Bandingkan dengan pewadahan dosis
tunggal dalam ampul!
3. Jelaskan tentang coring dan leaching!
4. Jika Ampisilin akan diformulasi menjadi suatu sediaan IV dosis tunggal
bolus, jelaskan tentang :
a. Mengapa sediaan ini dikemas dalam wadah vial?
b. Jelaskan tentang pemilihan bentuk zat aktifnya!

MATERI PENDUKUNG

Sebelum menyusun formula parenteral volume kecil dalam wadah vial,


sebaiknya anda memperdalam untuk mempelajari materi yang
berhubungan dengan tetes hidung. Hal-hal yang penting dipelajari
mencakup:

1. Teori awal mengenai sterilitas, tonisitas, osmolaritas dan lainnya.


2. Teori-teori tentang injeksi yang dipelajari sebelumnya
3. Definisi vial
4. Keuntungan sediaan injeksi bentuk vial
5. Kekurangan sediaan injeksi bentuk vial
6. Cara penyegelan vial
7. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penutup karet

21
PERCOBAAN 4
FORMULASI SEDIAAN SALEP MATA

TUJUAN PERCOBAAN

Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara


memformulasi sediaan salep mata, mengetahui faktor faktor yang harus
dipertimbangan dalam pemilihihan basis, serta aksi terapetik dari bahan
aktif

TEORI SINGKAT
Mata manusia adalah organ yang paling sensitif. Maka bereaksi dengan
cepat. Sampai mendekati perubahan apapun dalam lingkungannya.
Meskipun mata memiliki kemampuan pertahanan melalui cairan lakrimal
dan enzim lisosim, namun perlu dpertmbangkan adanya ketkmampuan
mata terhadap beberapa jenis mikroba seperti P. aeruginosa.

Salep mata adalah sediaan steril yang mengandung bahan kimia yang
terbagi halus dalam basis, yang digunakan pada mata dimana obat dapat
kontak dengan mata dan jaringan tanpa tercuci oleh air mata dan
memerlukan perhatian khusus dalam pembuatannya.

Syarat-syarat Salep mata

a. Steril.
b. Dibuat dari bahan-bahan yang disterilkan di bawah kondisi aseptik.
c. Sterilitas akhir dari salep dalam tube dengan radiasi gamma.
d. Mengandung bahan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
berbahaya.
e. Bebas dari partikel besar.
Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, mampu mempertahankan
aktivitas obat pada jangka waktu tertentu selama penyimpanan.

22
FORMULA-FORMULA

Berikut adalah beberapa jenis formula yang kita akan pelajari:

1. Salep mata dengan zat aktif anti-infeksi


Misalnya: Asiklovir, Kloramfenikol, Mikonazol, dll
2. Lubricating eye ointment
3. Salep mata anti-inflamasi
Misalnya: Dexametason, Diklofenak, Betametason, dll.
4. Salep mata untuk penyakit mata lainnya
Misalnya : Atropin Sulfat, Asam Fusidat, Timolo, NaCl, dll.

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan keunggulan bentuk sediaan salep mata dari bentuk


sediaan mata yang lain?
2. Jelaskan dengan gambar, anatomi mata dan jalur-jalur penetrasi obat
pada mata
3. Mengapa salep mata tidak diikutkan pada terminal sterilization, tetapi
dikerjakan secara aseptis
4. Carilah prosedur yang benar tentang cara penggunaan salep mata
yang benar! Buatlah contoh brosur obat dengan formula standar
salep mata asiklovir yang anda ketahui!
5. Jika Atropin akan diformulasi menjadi suatu sediaan mata,
jelaskan tentang :
a. Pemilihan bentuk zat aktif, apakah anda menggunakan bentuk
basa bebas atau bentuk garamnya?
b. Sifat basis apa yang anda inginkan untuk formulasi ini?
c. Urgensi penambahan antioksidan, jenis antioksidan apa yang
anda gunakan? Jelaskan proses oksidasi dan mekanisme oksidasi
seperti apa yang anda khawatirkan terjadi pada sediaan anda!

23
MATERI PENDUKUNG

Sebelum menyusun formula salep mata, sebaiknya anda memperdalam


untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan salep mata. Hal-hal
yang penting dipelajari mencakup:

1. Teori awal mengenai sterilitas, tonisitas, osmolaritas dan lainnya.


2. Definisi tetes salep
3. Syarat-syarat sediaan salep mata
4. Anatomi dan fisiologi mata
5. Alasan dipersyaratkannya sterilitas pada sediaan salep mata
6. Keuntungan sediaan salep mata dibanding sediaan mata yang lain
7. Kekurangan sediaan salep mata dibanding sediaan mata yang lain
8. Cara pembuatan salep mata
9. Sistem pewadahan salep mata
10. Evaluasi sediaan salep mata

24
PERCOBAAN 5
FORMULASI SEDIAAN TETES MATA

TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan tetes mata, mengetahui faktor faktor yang harus
dipertimbangan dalam pemilihihan pembawa, serta aksi terapetik dari
bahan aktif

TEORI SINGKAT
Mata manusia adalah organ yang paling sensitif. Maka bereaksi dengan
cepat. Sampai mendekati perubahan apapun dalam lingkungannya.
Meskipun mata memiliki kemampuan pertahanan melalui cairan lakrimal
dan enzim lisosim, namun perlu dpertmbangkan adanya ketidakmampuan
mata terhadap beberapa jenis mikroba seperti P. aeruginosa.
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi atau
larutan berminyak yang dimasukkan ke dalam mata atau succus
konjungtiva dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir, sekitar
kelopak mata dan bola mata yang terluka dalam beberapa bentuk dosis
yang diberikan dengan volume atau berat dosis yang tepat.

Syarat-syarat tetes mata :

a. Harus steril.
b. Mengandung bahan pengawet (jika dosis ganda).
c. Tonisitas sediaan atau larutan mata dipertimbangkan bersifat isotonis
atau tonisitas sama dengan cairan fisiologi tubuh atau dengan 0,9%
larutan NaCl.
d. Bebas dari partikel-partikel asingdan untuk suspensi mata ukuran
partikel yang diisyaratkan ≥10 µm tidak lebih dari 50 ml, ≥25 µm tidak
lebih dari 5 ml, dan untuk >50 µm tidak diizinkan kehadirannya.

25
e. Stabil secara terapetis membutuhkan kemurnian bahan yang tinggi
juga bebas dari kontaminan kimia, fisika, dan kontaminan mikroba.
f. Buffer dan pH idealnya seperti nilai pH cairan mata yaitu 7,4.
g. Tidak perlu bebas pirogen
h. Bebas dari efek mengiritasi
i. Dibuat pada kondisi yang aseptis dan/atau melalui cara sterilisasi akhir
dengan autoklaf serta pensterilan dengan pemanasan dengan
bakterisid atau penyaringan larutan.
j. Pengemasan dilakukan pada wadah yang steril, kecil, dan praktis
k. Viskositas yang diisyaratkan 15-25 cps dan untuk larutan mata secara
normal harus jernih yang dicapai dengan filtrasi.

FORMULA-FORMULA

Berikut adalah beberapa jenis formula yang kita akan pelajari:

1. Tetes mata dengan zat aktif anti-infeksi


Misalnya: Na Sulfasetamid, Polimixin B Sulfat, Neomisin Sulfat,
Kloramfenikol, dll.
2. Artificial tears dan tetes mata lubrikasi
3. Tetes mata anti-inflamasi
Misalnya: Dexametason, Diklofenak, Betametason, dll
4. Tetes mata untuk indikasi lain
Misalnya: Pilokarpin, Atropin, dll.
5. Tetes mata dengan zat aktif kombinasi

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan keunggulan bentuk sediaan tetes mata dari bentuk


sediaan mata yang lain?
2. Jelaskan pentingnya disolusi obat pada cairan lakrimal, hubungkan
dengan teori yang dikemukakan oleh Kinsey! Proses apa yang
terjadi?

26
3. Berikan pendapat anda yang didukung oleh pustaka tentang
pendaparan sediaan tetes mata! Apakah suatu sediaan tetes mata
harus di dapar? Jenis dapar apa yang umum dipilih? Apakah dapar
dengan kapasitas dapar besar atau kecil? Jelaskan dengan alasan
dan pustaka yang mendukung!
4. Carilah prosedur yang benar tentang cara penggunaan tetes mata
yang benar! Buatlah contoh brosur obat dengan formula standar tetes
mata pilokarpin yang anda ketahui!
5. Jika Pilokarpin akan diformulasi menjadi suatu sediaan mata,
jelaskan tentang :
a. Pada pH berapa sebaiknya formula di buat, pH kestabilan
bahan paling baik atau pH fisiologis cairan lakrimal? Yang mana
yang paling efektif?
b. Jenis dapar yang anda pilih!
c. Apa yang harus diperhatikan pada pengawetan sediaan?
Jelaskan bahan pengawet yang anda pilih dan alasan yang jelas
mengenai pemilihannya!
d. Apakah formula diatas membutuhkan tambahan pengisotonis?
Buatlah contoh perhitungan tonisitas menggunakan bahan-bahan
yang anda pilih dalam formula tetes mata pilokarpin tersebut!

MATERI PENDUKUNG

Sebelum menyusun formula tetes mata, sebaiknya anda memperdalam


untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan tetes mata. Hal-hal
yang penting dipelajari mencakup:

1. Teori awal mengenai sterilitas, tonisitas, osmolaritas dan lainnya.


2. Definisi tetes mata
3. Syarat-syarat sediaan tetes mata
4. Komposisi tetes mata
5. Alasan dipersyaratkannya sterilitas pada sediaan tetes mata

27
6. Keuntungan sediaan tetes mata dibanding sediaan mata yang lain
7. Kekurangan sediaan tetes mata dibanding sediaan mata yang lain
8. Sistem pewadahan salep mata

28
PERCOBAAN 6
FORMULASI SEDIAAN TETES HIDUNG

TUJUAN PERCOBAAN

Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara


memformulasi sediaan tetes hidung, mengetahui faktor faktor yang harus
dipertimbangan dalam pemilihihan pembawa, serta aksi terapetik dari
bahan aktif

TEORI SINGKAT

Tetes hidung yang biasa juga disebut spray atau collunaria didefenisikan
sebagai cairan atau larutan berminyak yang dimaksudkan untuk
penggunaan topikal pada daerah nasofaring, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet. Mengandung zat adrenergik yang
digunakan untuk aktivitas pemampatan pada mukosa hidung, obat yang
biasanya digunakan termasuk vasokonstriktor, antibiotik, kortikosteroid,
antiseptik dan anastetik lokal, diantaranya ada dalam bentuk suspensi
yang mengandung bahan tidak larut air serta gel dan salep nasal
semipadat untuk penggunaan hidung secara lokal atau sistemik

Syarat-syarat pembawa untuk sediaan hidung:

a. Mempunyai pH dalam rentang 5,5-7,5, lebih dipilih kurang dari 7.


b. Mempunyai kapasitas buffer yang baik.
c. Isotonik atau mendekati isotonik.
d. Tidak mengubah viskositas normal mukus.
e. Dapat bercampur dengan gerakan silia normal dan bahan ionik sekresi
nasal.
f. Dapat bercampur dengan bahan aktif.
g. Cukup stabil untuk menyimpan aktivitas diperpanjang, sepanjang
penggunaan pasien sendiri.

29
h. Mengandung pengawet untuk menekan pertumbuhan bakteri yang
mungkin ada melalui penetes.

FORMULA-FORMULA

Berikut adalah beberapa jenis formula yang kita akan pelajari:

1. Tetes hidung dengan zat aktif dekongestan


Misalnya: Efedrin, Loratadin
2. Tetes hidung anti-inflamasi dan kombinasinya
Misalnya: Dexametason, Diklofenak, Betametason,
dll
3. Tetes hidung untuk indikasi lain
Misalnya: Zink Sulfat

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan tentang penghantaran obat nasal? Jelaskan pula bentuk-


bentuk sediaannya dan keunggulan bentuk sediaan tetes hidung!
2. Jelaskan tentang anatomi hidung dan faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi obat-obat topikal nasal! Apakah ada kemungkinan obat yang
diberikan secara topikal memberikan efek sistemik pada tubuh?
Bagaimana pula hubungannya dengan teori yang dikemukakan oleh
Tandorf?
3. Jelaskan tentang fisiologi hidung, dan bagaimana silia hidung
merespon terhadap obat-obat yang diberikan kepadanya!
4. Bagaimana pendapat anda dengan penggunaan pembawa non-air
pada sediaan tetes hidung? Jelaskan dengan pustaka yang
mendukung!
5. Carilah prosedur yang benar tentang cara penggunaan tetes hidung
yang benar! Buatlah contoh brosur obat dengan formula standar tetes
hidung zink sulfat yang anda ketahui!
6. Jika Efedrin akan diformulasi menjadi suatu sediaan tetes hidung,
jelaskan tentang :

30
a. Pada pH berapa sebaiknya formula di buat, pH kestabilan bahan
paling baik atau pH fisiologis cairan hidung? Bagaimana pengaruh
pH sediaan pada fisiologi normal hidung?
b. Apa bentuk obat yang anda gunakan? Basa bebas atau garamnya?
Jelaskan alasannya!
c. Apakah formula diatas membutuhkan tambahan pendapar? Buatlah
contoh perhitungan dapar menggunakan bahan-bahan yang anda
pilih dalam formula tetes mata pilokarpin tersebut!

MATERI PENDUKUNG

Sebelum menyusun formula tetes hidung, sebaiknya anda memperdalam


untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan tetes hidung. Hal-hal
yang penting dipelajari mencakup:

1. Teori awal mengenai sterilitas, tonisitas, osmolaritas dan lainnya.


2. Anatomi dan fisiologi hidung
3. Definisi tetes hidung
4. Syarat-syarat sediaan tetes hidung
5. Komposisi tetes hidung
6. Respon silia terhadap obat
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat pada hidung dan teori
yang dikemukakan oleh Tondorf
8. Keuntungan sediaan tetes hidung
9. Kekurangan sediaan tetes hidung
10. Bentuk sediaan nasal yang lain
11. Pewadahan tetes hidung

31
PERCOBAAN 7
UJI STERILITAS

Menurut FI III : 889

Pengujian dilakukan dengan teknik aseptis yang cocok.


Percontoh : Kecuali dinyatakan lain, digunakan jumlah bagian percontoh
seperti tertera pada Daftar I, tidak termasuk bahan percontoh yang
digunakan untuk menetapkan efektivitas pemberian.
Daftar I
Jumlah wadah dalam bets Jumlah bagian sampel

10% atau 4, diambil yang lebih


Kurang dari 100
besar

Tidak kurang dari 100, tidak lebih


10
dari 500

Lebih dari 500 2% atau 20%, diambil yang kecil

Untuk sediaan yang disterilkan dalam otoklaf pada suhu di atas 100
o
C, jumlah percontoh yang digunakan dapat dikurangi, menjadi 10. Jika isi
tiap wadah 250 ml atau lebih, jumlah percontoh yang digunakan dapat
dikurangi menjadi 3. Jika isi tiap wadah kurang 1 ml cairan atau kurang
dari 50 mg zat padat, maka jumlah percontoh yang digunakan adalah 3
kali jumlah yang tertera pada Daftar I.
Daftar II
Jumlah zat uji dalam Jumlah zat yang diperlukan untuk
wadah Uji kuman Uji jamur dan ragi
Cairan Semua isi
Semua isi
Kurang dari 1ml
Tidak kurang dari 1 ml
Separuh isi Separuh isi
Tidak kurang dari 4 ml

32
Tidak kurang dari 4 ml
Tidak kurang dari 20 2 ml 2 ml
ml
Lebih dari 20 ml 10% dari isi 10% dari isi
Padat
Semua isi Semua isi
Kurang dari 50 mg
Tidak kurang dari 50
mg
Separuh isi Separuh isi
Tidak lebih dari 200
mg
Lebih dari 200 mg 100 mg 100 mg

Menurut FI IV : 858

Prosedur pengujian terdiri dari (1) inokulasi langsung ke dalam


media uji dan (2) teknik penyaringan membran. Uji sterilitas untuk bahan
Farmakope, jika mungkin menggunakan penyaringan membran,
merupakan metode pilihan. Prosedur ini terutama berguna untuk cairan
dan serbuk yang dapat larut yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik,
untuk memisahkan mikroba kontaminan dari penghambat pertumbuhan.
Prosedur harus divalidasi untuk penggunaan tersebut. Dengan alasan
yang sama, cara ini sangat berguna untuk bahan seperti minyak, salep,
atau krem yang dapat melarut ke dalam cairan pengencer bukan
bakteriostatik atau bukan fungistatik. Penggunaannya juga untuk uji
sterilitas permukaan atau lumen kritis alat-alat kesehatan.
Karena sifat bahan yang akan diuji bervariasi dan faktor lain yang
mempengaruhi pada waktu melakukan uji sterilitas, maka perlu
diperhatikan ketentuan berikut dalam melakukan uji sterilitas.

33
Prosedur Uji Inokulasi Ke Dalam Media Uji

CAIRAN
Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum
suntik steril. Secara aseptik diinokulasikan sejumlah tertentu bahan dari
tiap wadah uji ke dalam tabung media. Campur media dengan cairan
tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media tertentu seperti yang
tertera pada Prosedur Umum, selama tidak kurang dari 14 hari. Amati
pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya
pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada
haru terakhir dari masa uji.
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau
tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara
visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi
media yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3 atau ke-7 sejak
pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama
total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi awal.

SALEP DAN MINYAK YANG TIDAK LARUT DALAM ISOPROPIL


MIRISTAT
Pilih 20 wadah yang mewakili, dibagi atas 2 kelompok terdiri dari 10
wadah dan diperlakukan tiap kelompok sebagai berikut: Secara aseptik
pindahkan 100 mg dari tiap wadah dari 10 wadah ke dalam labu berisi 100
ml pembawa air steril yang dapat mendispersi homogen bahan uji dalam
seluruh campuran cairan. [catatan pemilihan bahan pendispersi yang
bercampur dengan pembawa air, dapat berbeda sesuai dengan sifat salep
atau minyak. Sebelum digunakan secara rutin, uji bahan pendispersi untuk
memastikan bahwa kadar yang digunakan tidak mempunyai efek
antimikroba yang bermakna selama selang waktu inkubasi menggunakan
prosedur uji seperti yang tertera pada bakteriostatik dan fungistatik].
Campur 10 ml alikot dari campuran cairan yang diperoleh dengan 80 ml
tiap

34
media dan lakukan penetapan seperti yang tertera pada cairan, mulai dari
"inkubasi dalam media tertentu seperti….".

ZAT PADAT
Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau
yang terlebih dahulu dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer
steril) sesuai dengan tidak kurang dari 300 mg tiap wadah atau seluruh isi
wadah jika tiap isi kurang dari 300 mg. Inokulasikan ke dalam masing-
masing tidak kurang dari 40 ml media Tioglikolat cair dan Soybean-Casein
Digest Medium. Jumlah wadah dan kondisi inkubasi sama seperti yang
tertera pada Cairan, mulai dari "Amati pertumbuhan pada media… ".

ALAT KESEHATAN STERIL


Ketentuan umum digunakan untuk alat kesehatan steril yang
diproduksi dalam lot, masing-masing terdiri dari sejumlah unit. Ketentuan
khusus digunakan untuk alat kesehatan steril yang diproduksi dalam
jumlah kecil atau dalam unit individu yang akan mengalami kerusakan bila
dilakukan uji sterilitas biasa. Untuk alat seperti itu, harus dilakukan
modifikasi yang sesuai dan dapat diterima pada uji sterilitas.
Untuk alat yang bentuk fdan ukurannya memungkinkan dicelupkan
keseluruhan ke dalam tidak lebih dari 1000 ml media, uji alat utuh
menggunakan media yang sesuai, inkubasi seperti yang tertera pada
prosedur umum. Lakukan seperti yang tertera pada cairan, mulai dari
"Amati pertumbuhan pada media… ".
Untuk alat yang mempunyai pipa atau saluran seperti alat transfusi
atau infus atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tidak dapat
dilakukan dan hanya saluran cairannya yang harus steril, bilas lumen
masing-masing dari 20 unit dengan sejumlah secukupnya media
Tioglikolat Cair dan Soybean-Casein Digest Medium hingga diperoleh
kembali tidak kurang dari 15 ml tiap media, dan inkubasi dengan tidak
lebih dari 100 ml masing-masing media seperti yang tertera pada prosedur
umum. Untuk alat

35
dan lumen yang sangat kecil sehingga media Tioglikolat Cair tidak
mengalir, gunakan media Tioglikolat alternatif, tetapi inkubasi dilakukan
secara anaerob.
Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara
pencelupan, keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000 ml media, uji
bagian alat yang paling sulit disterilisasi, jika mungkin lepaskan 2 atau
lebih bagian yang paling dalam dari alat. Secara aseptik pindahkan bagian
tersebut ke dalam sejumlah tertentu tabung berisi tidak kurang dari 1000
ml media yang sesuai. Inkubasi seperti yang tertera pada prosedur umum,
lakukan penetapan seperti yang tertera pada cairan, mulai dari "Amati
pertumbuhan pada media…….".
Jika spesimen uji dalam media mempengaruhi uji karena
bakteriostatik atau fungistatik, bilas seksama alat dengan cairan pembilas
sesedikit mungkin seperti yang tertera pada cairan pengencer dan
pembilas. Peroleh kembali cairan bilasan dan uji seperti yang tertera pada
Alat kesehatan dalam prosedur uji menggunakan penyaringan membran.

ALAT SUNTIK KOSONG ATAU TERISI STERIL


Uji sterilitas alat suntik terisi steril dilakukan sama seperti uji pada
produk steril dalam ampul dan vial. Cara inokulasi langsung dapat
digunakan jika penetapan bakteriostatik dan fungistatik telah menunjukkan
aktivitas yang tidak merugikan dalam kondisi pengujian untuk alat suntim
terisi yang dilengkapi jarum steril, keluarkan isi produk melalui lumen.
Untuk alat suntik yang dikemas dalam jarum terpisah, secara aseptik
pasang jarum dan pindahkan produk ke dalam media yang sesuai. Beri
perhatian khusus yang menunjukkan bahwa bagian jarum yang disertakan
(bagian yang akan masuk ke jaringan tubuh) adalah steril. Untuk alat
suntik kosong steril, masukkan media atau pengencer steril ke dalam alat
suntik melalui jarum yang disertakan, atau jika tidak disertakan melalui
jarum steril yang dipasang untuk tujuan pengujian dan pindahkan isi
dengan cepat ke dalam media yang sesuai.

36
Jumlah untuk bahan cair
Volume minimum tiap media
Isi wadah Volume Digunakan Digunakan untuk Jumlah
(ml) minimum untuk membran atau wadah per
diambil dari inokulasi setengah bagian media
tiap wadah langsung membran yang
untuk tiap volume yang mewakili volume
media diambil tiap total dari wadah
wadah (ml) yang sesuai (ml)
20(40) jika
1 ml atau volume tiap
Kurang dari seluruh isi wadah tidak
15 100
10 jika kurang 1 cukup untuk
ml kedua
medium
10 sampai
5 ml 40 100 20
kurang 50
50 sampai
10 ml 80 100 20
kurang 100
50 sampai
kurang 100
dimaksudka
Seluruh isi - 100 10
n untuk
pemberian
i.v
100-500 Seluruh isi - 100 10
Di atas 500 500 ml - 100 10

37
Prosedur Uji Menggunakan Penyaringan Membran

Jika teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang


dapat diuji dengan cara inokulasi langsung ke dalam media uji, uji tidak
kurang dari volume dari jumlah seperti yang tertera pada pemilihan
spesimen uji dan masa inkubasi.
Peralatan: unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu
perangkat yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptik
dan membran yang telah diproses dapat dipindahkan secara aseptik untuk
inokulasi ke dalam media steril ke dalam penyaringnya dan membran
diinkubasi in situ. Membran yang sesuai umumnya mempunyai porositas
0,45 μm, dengan diameter lebih kurang 47 mm, dan kecepatan
penyaringan air 55 ml sampai 75 ml permenit pada tekanan 70 cm Hg.
Unit keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membran
sebelum digunakan atau membran dapat disterilkan terpisah dengan cara
apa saja yang dapat mempertahankan karakteristik penyaring dan
menjamin sterilitas penyaring dan perangkatnya.

CAIRAN YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR


Secara aseptik pindahkan sejumlah volume tertentu yang
dibuuhkan untuk kedua media seperti yang tertera pada tabel Jumlah
untuk bahan cair dalam pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi,
langsung ke dalam satu atau dua corong penyaring membran terpisah
atau ke dalam tabung penampung steril terpisah sebelum dipindahkan.
Jika volume cairan dalam wadah kurang dari 50 ml atau 50 ml sampai
kurang 100 ml dan tidak kurang dari 20 wadah diwakili satu membran,
atau setengan bagian membran dipindahkan ke dalam tiap media. Jika
volume cairan 50 ml sampai kurang dari 100 ml perwadah dan
dimaksudkan untuk pemberian intravena, atau 100 ml sampai 500 ml,
secara aseptik pindahkan seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui
tiap penyaring dari dua rakitan penyaring atau tidak kurang dari 20 wadah
jika hanya digunakan satu rakitan penyaring. Jika volume cairan lebih dari
500 ml, secara aseptik pindahkan tidak kurang dari
38
500 ml dan tiap isi wadah tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap
penyaring dari dua rakitan penyaring atau isi tidak kurang dari 20 wadah
jika hanya satu rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui
penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
Jika cairan sangat kental dan tidak mudah disaring melalui 1
membran atau 2 membran maka diperlukan lebih dari dua rakitan
penyaring. Dalam hal ini, setengah jumlah membran yang digunakan
diinkubasi dalam masing-masing media, asalkan volume dan jumlah
wadah per media yang disyaratkan dipenuhi. Jika produk bersifat
bakteriostatik atau fungistatik, bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100
ml cairan A.
Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan satu), celupkan
membran atau setengah bagian membran ke dalam medium SCDM dan
inkubasi pada suhu 200 hingga 25 0C selama tidak kurang darti 7 hari.
Dengan cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian
membran lainnnya ke dalam 100 ml media FTM dan inkubasi pada 30 0C
hingga 35 0C selama tidak kurang dari 7 hari.

CAIRAN YANG TIDAK BERCAMPUR DENGAN PEMBAWA AIR


(KURANG DARI 100 mL PERWADAH)
Menggunakan isi tidak kurang dari 20 wadah (40 wadah jika
masing- masing mengandung volume tidak mencukupi untuk kedua
media), pindahkan volume yang diinginkan untuk kedua media, seperti
yang tertera pada tabel Jumlah untuk Bahan Cair dalam Pemilihan
Spesimen Uji dan Masa Inkubasi, langsung dalam satu atau dua corong
penyaring membran terpisah atau ke dalam tabung penampung steril
terpisah sebelum dipindahkan. Diperlukan volume tidak kurang dari 20
wadah untuk satu membran atau setengah bagian membran yang
dipindahkan ke dalam tiap media. Lewatkan segera tiap spesimen melalui
penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.

39
Jika bahan uji berupa cairan kental atau suspensi dan tidak sesuai
untuk penyaringan cepat, secara aseptik tambahkan cairan pengencer
secukupnya ke dalam kumpulan spesimen yang akan disaring untuk
menambah kecepatan aliran.
Jika produk yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik atau yang
mengandung pengawet, bilas membran satu sampai tiga kali, tiap kali
dengan 100 ml cairan A. Jika bahan uji mengandung lesitin atau minyak,
gunakan cairan D sebagai pengganti cairan A.
Setelah penyaringan dan pencucian, perlakukan membran seperti
yang tertera pada cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air,
mulai dari "pindahkan membran secara aseptik dari alat pemegang…….".

ZAT PADAT YANG DAPAT DISARING


Amati lebih kurang 6 g produk dalam bentuk padat kering (atau
sejumlah larutan atau suspensi produk, yang dibuat dengan
menambahkan pengencer steril ke dalam wadah, sebanding dengan 6 g
bahan padat), atau tidak kurang dari 300 mg tiap wadah yang diuji, atau
seluruh isi wadah jika isi tiap wadah kurang dari 300 mg bahan padat
kecuali dinyatakan lain pada monografi jumlah wadah sama seperti yang
tertera pada cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air. Secara
aseptik masukkan spesimen ke dalam tabung berisi 200 ml cairan A dan
aduk hingga larut. Jika spesimen tidak larut sempurna, gunakan 400 ml
cairan A, atau secara aseptik bagi spesimen dalam 2 bagian dari uji tiap
bagian dengan 200 ml cairan A. Pindahkan larutan ke dalam satu atau
dua corong penyaring membran, dan segera saring dengan bantuan
pompa vakum atau tekanan. Jika contoh uji bersifat bakteriostatik atau
fungistatik, bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100 ml cairan A. setelah
selesai penyaringan dan pembilasan, perlakukan membran seperti yang
tertera pada cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air, mulai
dari "secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang…..".

40
SALEP DAN MINYAK YANG LARUT DALAM ISOPROPIL MIRISTAT
Larutkan tidak kurang dari 100 mg dari tiap isi wadah, tidak kurang
dari 20 wadah (40 wadah jika masing-masing mengandung volume tidak
mencukupi untuk kedua media) dalam tidak kurang dari 100 ml isopropil
miristat dengan pH ekstrak air tidak kurang dari 6,5 seperti yang tertera
pada spesifikasi pereaksi dalam pereaksi, indikator dan larutan yang lebih
dulu telah disterilkan dengan penyaringan melalui penyaring membran
0,22 μm. Goyang labu untuk mendapatkan permukaan bahan yang lebar
terhadap pelarut. Saring segera salep yang telah dilarutkan. Secara
aseptik pindahkan campuran ke dalam 1 corong atau 2 corong penyaring
dengan bantuan pompa vakum atau tekanan. Jaga seluruh penyaring
membran ditutupi cairan untuk mendapatkan efesiensi maksimum
penyaring.

ZAT PADAT YANG TIDAK DAPAT DISARING


Uji sterilitas untuk bahan ini dengan cara penyaringan membran
tidak dianjurkan, kecuali jika dapat ditunjukkan bahwa tidak terjadi
penyumbatan pada filter.lakukan seperti yang tertera pada zat padat pada
prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji.

ALAT KESEHATAN
Alat yang mempunyai saluran kecil steril dapat diuji sterilitas
dengan teknik penyaringan membran sebagai berikut :
Secara aseptik alirkan sejumlah volume tertentu cairan D melalui
tiap lumen tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh tidak kurang dari 100
ml dari tiap alat. Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring
seluruh volume melalui penyaring membran seperti yang tertera pada
Cairan yang dapat bercampur dengan Pembawa air, mulai dari "Secara
aseptik pindahkan membran dari alat pemegang….".
Jika volume alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah
unit yang sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam alat
kesehatan, pada prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji.

41
PENAFSIRAN HASIL UJI STERILITAS

Tahap Pertama
Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati
isi semua wadah akan adanya pertumbuhan mikroorganisme seperti
kekeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi
pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat.
Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam
pemantauan fasilitas pengujian sterilitas, bahan yang digunakan, prosedur
pengujian dan kontrol negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik
aseptik yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan
tidak abash dan dapat diulang.
Jika pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti uji tahap
pertama tidak absah, lakukan tahap kedua.

Tahap Kedua
Jumlah spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah tahap
pertama. Volume minimum tiap spesimen yang diuji dan media dan
periode inkubasi sama dengan tertera pada tahap pertama. Jika tidak
ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika
ditemukan pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahan
uji tidak memenuhi syarat. Jika dapat dibuktikan bahwa uji pada tahap
kedua tidak absah karena kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai,
maka tahap kedua diulang.

42
PERCOBAAN 8
PIROGEN

Pengertian Pirogen:
Pirogen adalah bakteri endotoksin yang merupakan produk
metabolit dari pertumbuhan mikroorganisme dengan sifat larut air,
lipopolisakarida tahan panas, yang menimbulkan demam ketika
diinjeksikan secara intravena, serta tidak dapat dihancurkan melalui
sterilisasi uap dan filtrasi, tetapi dapat dirusak dengan sterilisasi
pemanasan kering.
Macam-Macam Pirogen:

a. Pirogen Eksogen
b. Pirogen Endogen
Sumber-sumber Pirogen:

a. Air
b. Wadah
c. Bahan Obat
d. Bahan Tambahan
e. Alat-alat yang digunakan, lingkungan, dan
personil Cara Mencegah Pirogen:

a. Penggunaan air destilasi yang dirancang dapat mencegah


masuknya pirogen
b. Air destilasi harus dijaga jangan sampai terkontaminasi bakteri
udara saat ditampung, dan harus digunakan segera setelah di
destilasi
c. Bahan obat yang digunakan harus memenuhi derajat mutu yang
tinggi dan murni kimiawi
d. Wadah disterikan dengan udara panas 180C selama 3 atau 4
jam; atau 200C selama 45 menit
e. Larutan sebaiknya disaring, diwadahi, ditutup, dan segera
disterilkan
43
Cara Menghilangkan Pirogen:

a. Hidrolisis asam basa


b. Oksidasi
c. Alkilasi
d. Pemanasan Kering
e. Pemanasan dengan Uap Air
f. Pembilasan
g. Destilasi
h. Ultrafiltrasi
i. Osmosa bolak-balik
j. Karbon Aktif
k. Penarikan Elektrolit menyangkut Modifikasi Media
l. Penarikan Hidrophobic ke media hydrophobic

Uji Pirogenitas:

a. Uji Kelinci
b. Uji Limulus

44
LAMPIRAN

FORMAT JURNAL

I. TABEL MASTER FORMULA


NAMA PRODUK : THREEGESIC
JUMLAH PRODUK : 100 ampul
NO. REGISTRASI :
THREEMORFREE PHARM, LTD NO BETS : 111111

THREEGESIC® INJEKSI

No. Kode Nama Bahan Fungsi Jumlah


Bahan Bahan
Per Per
Dosis Bets

1. MTMPY METHAMPYRON ZAT AKTFIF 0,5 50

2. WAFIN WATER FOR PEMBAWA Ad 2 ml Ad 200


INJ. l

PRODUKSI TANGGAL : 29 SEPTEMBER 2017

II. DASAR FORMULASI


A. URAIAN FORMULASI
RASA SAKIT ADALAH RESPON TUBUH …. Dst
METAMPIRON ADALAH ANAGETIK YANG DIPILIH DAN
DIFORMULASIKAN KE DALAM BENTUK INJEKSI DOSIS
TUNGGAL VOLUME KECIL YANG DIWADAHKAN DALAM AMPUL
KARENAA….
JENIS WADAH AMPUL YANG DIPILIH ADALAH GELAS AMBER
TIPE I KARENA…

45
Dst,,,,
B. URAIAN ZAT AKTIF
1. INDIKASI
2. FARMAKOLOGI
3. DOSIS
4. EFEK SAMPING
5. KONTRA INDIKASI
6. INTERAKSI OBAT
C. URAIAN BAHAN TAMBAHAN
1. KEUNGGULAN-KEUNGGULAN
2. KONSENTRASI DALAM FORMULASI
3. KEKURANGAN DAN CARA MENGATASINYA
III. KARAKTER FISIKO KIMIA BAHAN
1. METAMPIRON
NAMA RESMI
NAMA LAIN
NAMA KIMIA
RUMUS MOLEKUL/BOBOT MOLEKUL
RUMUS BANGUN
PEMERIAN
INTERAKSI
STABILITAS
METODE STERILIASI
PENYIMPANAN
2. WATER FOR INJECTION
NAMA RESMI
NAMA LAIN
NAMA KIMIA
RUMUS MOLEKUL/BOBOT MOLEKUL
RUMUS BANGUN
PEMERIAN

46
INTERAKSI
STABILITAS
METODE STERILIASI
PENYIMPANAN
KATEGORI FUNGSIONAL
KARAKTER FISIK BAHAN (kelaarutan, keasaman, viskositas, BJ,
higroskopisitas, titik lebur, konstanyta disosiasi, densistas, dll)
PENANGANAN
IV.PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
PERHITUNGAN DOSIS
PERHITUNGAN TONISITAS
PERHITUNGAN DAPAR
PERHITUNGAN BAHAN
V. PROSES KERJA
Ruang Prosedur

VI.DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN (FOLDING BOX, ETIKET, BROSUR)

47
LAMPIRAN II

FORMAT BPR

BATCH PROCESSING RECORD

(BPR)

SHAVING CREAM:

Comfortshave® Cream

Team 1:

NURUL MUHLISA

NANA JUNIARTI

SRI ASTUTI

LIE, YUSAK P. LESARIO

ThreeMorFree Pharm, Ltd

Makassar-Indonesia

48
Product Identity

Product Name : Threegesic®

Product Form : Single Dose Injection (ampoule) -

Solution Reg. Number : ….

Batch Number : ….

Quantity : 2 ml per pack

Packaging : Amber glass ampoule

Sterilization :

Heat/Filter/Aseptic Date of Manufactur

: 22 Feb 2012

Assistant : Andi Arjuna, S.Si., Apt.

Formula

No. Code Material Function Concentration (%)

1. MTMPY METHAMPYRON ACTIVE INGREDIENTS

2. WTFIN WATER FOR INJ. VEHICLE

HYCHL CHLORIDE ACID ACID ADJUSTMENT q.s.

NAHYD SODIUM HYDROXYDE BASE ADJUSTMENT q.s

49
UTILITIES CHECK LIST

Before Manufacturing Process

No. Utilities Specification Merek Qty Sign

1. Digital Weight Up to Sartorius 1 pc


2kg,
0.1
2. Manual Weight Miligram - 1 pc

3. Erlenmeyer Flask 50 ml Pyrex 1 pc

4. Beaker Glass 100 ml Pyrex 1 pc

5. Porselain Cup - - 2 pcs

6. Pippete 5 psc

7. Spatel Plastic/Metal - 2 pcd

8. Spoon Plastic/Metal - 7 pcs

9. Weighing paper - - 1 pack

10. Glass Stirer - - 2 pcs

11. Glass Ampoule Amber - 20 pcs

12. Autoclave 20 L 1 pc

13. Oven Mammert 1 pc

Dst,

Accepted For Weighing

Assistant :

50
MATERIAL CHECK LIST

Number of Packaging : 7 Pack

Batch Qty : 385 g

No. Code Material Quantity (g) Sign

1. MTMPY METHAMPYRON 10 g

2. WTFIN WATER FOR INJ. Ad volume 40 ml

3. CHLODIRE ACID q.s

4. SODIUM HYDROXYDE q.s

Accepted For Processing

Assistant :

51
PROCESSING CHECK LIST

No. Processing Step Sign Note

1. Mix methampyron with WFI till it soluble


and ad to approx. 80% volume

2. Adjust to desire pH with HCl/NaCl

3. Add with WFI to desire volume

3. Transfer to pack, and seal

4. Put Etiquete and arrange it in folding box

Accepted For Packaging & Finishing

Assistant :

52
UTILITIES CHECK LIST

After Manufacturing Process

No. Utilities Specification Merek Qty Sign

1. Digital Weight Up to 2kg, 0.1 Sartorius 1 pc

2. Manual Weight Miligram - 1 pc

3. Erlenmeyer Flask 50 ml Pyrex 1 pc

4. Beaker Glass 100 ml Pyrex 1 pc

5. Porselain Cup - - 2 pcs

6. Pippete 5 psc

7. Spatel Plastic/Metal - 2 pcd

8. Spoon Plastic/Metal - 7 pcs

9. Weighing paper - - 1 pack

10. Glass Stirer - - 2 pcs

11. Glass Ampoule Amber - 20 pcs

12. Autoclave 20 L 1 pc

13. Oven Mammert 1 pc

Dst,

Accepted For Evaluating

Assistant :

53
54
LAMPIRAN IV CONTOH KEMASAN

55
LAMPIRAN V CONTOH BROSUR

56
LAMPIRAN VI CONTOH ETIKET

57
67

Anda mungkin juga menyukai