FTS Steril
NAMA :
NIM :
KELAS :
KELOMPOK :
KARTU KONTROL PRAKTIKUM TEKNOLOGI
FORMULASI SEDIAAN STERIL
NAMA MAHASISWA :
KELAS/KELOMPOK :
Unsur Penilaian
No Hari/Tgl Judul Percobaan Paraf Ket
Respon Keterampilan Laporan Ujian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ii
iii
TATA TERTIB UMUM PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL
iv
3. Praktikan memasukkan barang-barang milik kelompoknya ke
dalam meja yang telah di tentukan
4. Praktikan membuang sampah/sisa praktikum/limbah ke tempat
yang telah di sediakan
5. Kursi tempat duduk praktikum di kembalikan ke tempat
semula
v
EVALUASI PRAKTIKUM
1. Responsi : 15%
2. Keterampilan : 20%
3. Laporan : 25%
4. Ujian Praktikum : 40 %
vi
PENDAHULUAN
1
Kelas bersih, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
daerah putih (white area) atau kelas A, B, C dan D; daerah abu (grey
area) atau kelas E; dan daerah hitam (black area) atau kelas F. Semakin
ke arah daerah putih, maka daerah tersebut semakin terkontrol atau
semakin tinggi tingkat kebersihannya. Produksi sediaan obat steril
dilakukan pada white area, sementara grey area digunakan untuk
perlakuan terhadap sediaan yang telah berada dalam wadah primer
sehingga tidak ada kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar.
Black area adalah area yang tidak terkontrol kebersihannya artinya tidak
ditetapkan jumlah minimal partikel viable maupun non viable yang ada
pada ruangan tersebut. Dengan demikian, memiliki resiko kontaminasi
yang cukup tinggi, dan tidak digunakan untuk proses pembuatan obat,
melainkan sebagai area ganti personel saja.
Untuk memasuki white area, personel harus melalui black area dan
grey area terlebih dahulu, skematik alur ruang ganti baju kerja untuk
menuju ruang pembuatan sediaan obat steril dapat dilihat pada gambar
berikut.
2
Grey area digunakan untuk memproses sediaan yang sudah tertutup
rapat, misalnya untuk kegiatan:
Sterilisasi akhir (proses sterilisasi ketika sediaan obat sudah di-
capping /sudah dalam keadaan tertutup rapat).
Pengemasan sediaan dalam kemasan primer ke kemasan sekunder.
Metode sterilisasi
Sterilisasi fisika :
Pemanasan Pemanasan Kering Oven
3
Minyak dan Penangas
lain
Pemijaran langsung
Sterilisasi Mekanik
: Filter Seitz
Filter Swinny
Filter Fritted-Glass
Filter Berkefeld n
Mandley Selas Filter
Filter Chamberland Pasteur
4
yang tidak tahan panas, misalnya tutup pipet, wadah sediaan yang
terbuat dari plastik tidak tahan panas, dapat disterilkan dengan
menggunakan cara dingin, misalnya dengan dialiri gas etilen oksida atau
disterilkan dengan cara radiasi. Apabila tidak memungkinkan dilakukan
sterilisasi dengan cara tersebut, maka dilakukan desinfeksi dengan cara
merendam alat tersebut dalam alkohol 70% selama 24 jam (hal ini belum
menjamin sterilitas alat).
Untuk sterilisasi bahan, selain memperhatikan stabilitas bahan
terhadap panas, perlu kita perhatikan bentuk bahan. Untuk bahan
dengan bentuk serbuk, semisolida, liquid berbasis non air (misalnya
cairan berminyak) yang stabil terhadap pemanasan, maka pilihan metode
utama untuk sterilisasi adalah menggunakan panas kering (oven). Bila
bentuk bahan yang akan disterilisasi adalah likuida berbasis air, maka
pilihan utama sterilisasinya adalah menggunakan panas basah
(autoklaf). Terdapat pohon keputusan untuk mempermudah pengambilan
keputusan terkait metode sterilisasi yang sesuai untuk bahan Anda,
dapat dilihat pada gambar berikut.
5
Pohon Keputusan Menentukan Metode Sterilisasi yang Tepat
PERHITUNGAN TONISITAS
1. Rumus Catelyn
2. Rumus PTB (Penurunan Titik Beku)
3. Rumus Farmakope Belanda
6
4. Grafik
5. Equivalen NaCl
W = 0,52 – a.c
b
W = 0,52 – a.c
b
= 0,52-(0,04 x 0,2 + 0,06 x 0,07 + 0,09 x 0,05 + 0,09 x 0,01+0,13 x 0,1 + 0,26 x 0,28 + 0,24 x 0,21)
0,576
= 0,52 – 0,1538
0,576
= 0,64 g/100 ml (hipotonis)
Dapar atau larutan penyangga adalah suatu larutan yang terdiri dari
asam lemah dengan garamnya (basa konjugasinya) atau suatu basa lemah
dengan asam konjugasinya, yang dapat mncegah terjadinya perubahan pH
yang besar yang dihasilkan dari penambahan sejumlah kecil asam atau basa
dalam larutan atau sediaan.
7
mencegah perubahan pH ke satu unit pH terhadap 1 liter laruta dapar.
8
Contoh perhitungan dapar
pH = 6,5
NaH2PO4 = 0,56 %b/v BM = 120,01
Na2HPO4 = 0,284%b/v BM = 142,14
gr 0,56
M NaH2PO4 = = = 0,047 M
BM x L 120,01 x 0,1
gr 0,284
M Na2HPO4= = = 0,02 M
BM x L 142,14 x 0,1
Ka = - antilog pKa
= 6,3 x 10-8
[H+] = - antilog pH
= 3,16 x 10-7
C = NaH2PO4 + Na2HPO4
= 0,047 + 0,02
= 0,067 M
Kapasitas dapar β = 2,3 x C x [H+] Ka
{[H+] + Ka}2
[H+] = - antilog pH
= 10-7
9
C = 0,0385
[garam] = 0,63
[asam]
= 0,0236x0,63
= 0,0148 M
g = M x BM x L
= 0,0236 x 120,01 x 1
= 2,832 g
= 0,28 g/100 ml
= 0,28 %
g = M x BM x
10
L
11
= 0,0148 x 142,14 x 1
= 2,1036 g
= 0,21 g/100 ml
= 0,21 %
12
PERCOBAAN 1
FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME BESAR :
INFUS IV
TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan parenteral volume besar, mengetahui faktor faktor
yang harus dipertimbangan dalam pemilihan pembawa, memahami
hubungan indikasi bahan dengan pemilihan wadah dan jalur pemberian
sediaan.
TEORI SINGKAT
Larutan intravena volume besar mengarah pada injeksi yang di
maksudkan untuk penggunaan intravena, dan di kemas dalam wadah
kapasitas 100 ml atau lebih. Larutan volume besar steril lain termasuk
digunakan untuk irigasi atau dialysis. Dapat di kemas dalam wadah di
tandai kosong dan dapat mengandung volume besar lebih dari 1000 ml. Di
kemas dalam unit dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas yang
cocok, penambahan penandaan steril bebas pirogen dan bebas bahan
partikulat karena diberikan dalam jumlah besar, bahan bakteriostatik tidak
pernah di masukkan untuk mengurangi keracunan yang di hasilkan dari
jumlah bahan bakteriostatik yang di berikan.
Infus merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi
dengan air sebagai fase kontinu dan biasanya dibuat isotonis dengan
darah. Prinsipnya infus dimaksudkan untuk pemberian dalam volume
yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet
antimikroba. Larutan untuk infus diperiksa secara visibel pada kondisi
yang sesuai adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel.
1) Persyaratan Infus Intravena
2) Sediaan (dapat berupa larutan/emulsi) harus steril (FI IV, hlm. 855)
13
3) Injeksi harus memenuhi syarat Uji Sterilitas yang tertera pada Uji
Keamanan Hayati.
4) Bebas pirogen (FI IV, hlm.908)
5) Untuk sediaan lebih dari 10 ml, memenuhi syarat Uji Pirogenitas
yang tertera pada Uji Keamanan Hayati.
6) Isotonis (sebisa mungkin).
7) Isohidris.
8) Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
9) Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat
dapar. 10)Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal.
11)Volume netto / volume terukur tidak kurang dari nilai nominal
12)Penandaan : (FI Ed. IV hlm. 1020)
Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena untuk
melengkapi cairan, makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol
sebagai diuretika osmotik, disyaratkan untuk mencantumkan kadar
osmolarnya. Jika keterangan mengenai osmolalitas diperlukan dalam
monografi masing-masing, pada etiket hendaknya disebutkan kadar
osmolar total dalam miliosmol per liter.
Tujuan:
a. Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien yang
menderita dehidrasi, schock, atau terluka
b. Memberikan nutrisi dalam keadaan dimana pasien tidak dapat
menerima nutrisi secara oral
c. Beraksi sebagai pembawa beberapa bahan
obat Cara Pemberian Infus
a. Terapi Berkelanjutan
- Infus Intravena
- Hook-Ups
b. Terapi Antara
- Metode Piggyback
- Pemberian Intravena Langsung (Bolus)
14
- Metode Pengontrolan Voume
FORMULA-FORMULA
TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan tentang perbedaan injeksi tipe bolus dan injeksi tipe infus!
2. Jelaskan tentang jenis-jenis terapi infus!
3. Jelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi saat pemberian
intravena!
4. Jelaskan tentang intraveus admixture!
5. Jika suatu infus diberikan secara piggyback, jelaskan jenis sediaan apa
yang umumnya diberikan dengan metode tersebut! Jelaskan pula jenis
larutan infus apa saja yang dapat digunakan sebagai pengencernya!
6. Mengapa sediaan parenteral volume besar tidak diberikan dalam
bentuk dosis ganda?
7. Jika Dextrosa 10% akan diformulasi menjadi suatu sediaan IV infus,
jelaskan tentang :
a. Laju pemberian infusnya, jelaskan hubungannya dengan tonisitas
cairan infus tersebut!
b. Metode sterilisasi yang dapat ditempuh!
c. Pada pH berapa larutan diformulasikan? Bagaimana pendapat
anda tentang penggunaan dapar pada sediaan IV tipe infus!
MATERI PENDUKUNG
Sebelum menyusun formula parenteral volume kecil besar, sebaiknya
anda memperdalam untuk mempelajari materi yang berhubungan infus
intravena. Hal-hal yang penting dipelajari mencakup:
15
3. Definisi infus
4. Jenis-jenis sediaaj infus
5. Tujuan pemberian infus
6. Metode-metode pemberian infus
7. Masalah-masalah dalam pemberian infus dan injeksi IV lainnya
8. Infusion set
9. Perhitungan laju infus
10. Pirogen
16
PERCOBAAN 2
FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME KECIL :
AMPUL
TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan parenteral volume kecil dalam wadah ampul,
mengetahui faktor faktor yang harus dipertimbangan dalam pemilihihan
pembawa, memahami hubungan indikasi bahan dengan pemilihan wadah
dan jalur pemberian sediaan.
TEORI SINGKAT
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk
halus yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalaui kulit atau selaput lendir.
Semua bentuk sediaan yang diberikan secara parenteral, larutan oftalmik
dan beberapa sediaan lain disyaratkan steril karena jalur pemberiannya.
Karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke
dalam tubuh, sediaan ini tidak melalui garis pertama pertahanan tubuh
sehingga sediaan nonsteril yang langsung diinjeksikan sangat berbahaya.
Selai itu dalam formulasi sediaan parenteral, tonisitas sangat diperhatikan
karena bahaya hemolisis atau krenasi eritrosit.
Ampul adalah wadah gelas silindir berdinding tipis yang memiliki leher
jepit yang rusak sekali pakai dan digunakan untuk dosis tunggal dengan
volume berkisar antara 0,5-100 ml pada keadaan tertentu yang kedap
udara dan tertutup rapat sehingga mengurangi kontaminasi lingkungan
dengan isi ampul.
FORMULA-FORMULA
17
1. Injeksi IV dosis tunggal
Misalnya: Furosemid, Teofilin, Metampiron, Vitamin B, dll
2. Injeksi rute lain untuk dosis tunggal
Misalnya: Estradiol dan hormon-hormon kortikosteroid lainnya
3. Injeksi untuk tujuan lain,
Misalnya: MgSO4
TUGAS PENDAHULUAN
18
MATERI PENDUKUNG
19
PERCOBAAN 3
FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME KECIL : VIAL
TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan parenteral volume kecil dalam wadah vial,
mengetahui faktor faktor yang harus dipertimbangan dalam pemilihihan
pembawa, memahami hubungan indikasi bahan dengan pemilihan wadah
dan jalur pemberian sediaan.
TEORI SINGKAT
Vial adalah wadah dosis ganda, disegel dengan karet atau tutup plastik
yang kecil, daerah tipis (diafragma) di tengah. Isinya didesain supaya
jarum suntik jarum suntik mudah dimasukkan tanpa pelepasan fragmen
dan akan tertutup setelah penarikan jarum. Ketersediaan wadah dosis
ganda yang bersegel dengan penutup karet memberikan dosis yang
fleksibel dan mengurangi unit biaya per satuan dosis. Dibandingkan
dengan ampul, tidak akan ada masalah gelas partikel yang dapat masuk
dalam produk ketika penggunaannya.
Tetapi jenis wadah ini memberikan masalah sendiri dengan adanya tutup
karet. Beberapa masalah dapat timbul akibat interaksi cairan obat dengan
penutup karet, sehingga perlu ada pertimbangan lain dalam formulasi
untuk mengatasi masalah tersebut
FORMULA-FORMULA
20
TUGAS PENDAHULUAN
MATERI PENDUKUNG
21
PERCOBAAN 4
FORMULASI SEDIAAN SALEP MATA
TUJUAN PERCOBAAN
TEORI SINGKAT
Mata manusia adalah organ yang paling sensitif. Maka bereaksi dengan
cepat. Sampai mendekati perubahan apapun dalam lingkungannya.
Meskipun mata memiliki kemampuan pertahanan melalui cairan lakrimal
dan enzim lisosim, namun perlu dpertmbangkan adanya ketkmampuan
mata terhadap beberapa jenis mikroba seperti P. aeruginosa.
Salep mata adalah sediaan steril yang mengandung bahan kimia yang
terbagi halus dalam basis, yang digunakan pada mata dimana obat dapat
kontak dengan mata dan jaringan tanpa tercuci oleh air mata dan
memerlukan perhatian khusus dalam pembuatannya.
a. Steril.
b. Dibuat dari bahan-bahan yang disterilkan di bawah kondisi aseptik.
c. Sterilitas akhir dari salep dalam tube dengan radiasi gamma.
d. Mengandung bahan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
berbahaya.
e. Bebas dari partikel besar.
Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, mampu mempertahankan
aktivitas obat pada jangka waktu tertentu selama penyimpanan.
22
FORMULA-FORMULA
TUGAS PENDAHULUAN
23
MATERI PENDUKUNG
24
PERCOBAAN 5
FORMULASI SEDIAAN TETES MATA
TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasi sediaan tetes mata, mengetahui faktor faktor yang harus
dipertimbangan dalam pemilihihan pembawa, serta aksi terapetik dari
bahan aktif
TEORI SINGKAT
Mata manusia adalah organ yang paling sensitif. Maka bereaksi dengan
cepat. Sampai mendekati perubahan apapun dalam lingkungannya.
Meskipun mata memiliki kemampuan pertahanan melalui cairan lakrimal
dan enzim lisosim, namun perlu dpertmbangkan adanya ketidakmampuan
mata terhadap beberapa jenis mikroba seperti P. aeruginosa.
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi atau
larutan berminyak yang dimasukkan ke dalam mata atau succus
konjungtiva dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir, sekitar
kelopak mata dan bola mata yang terluka dalam beberapa bentuk dosis
yang diberikan dengan volume atau berat dosis yang tepat.
a. Harus steril.
b. Mengandung bahan pengawet (jika dosis ganda).
c. Tonisitas sediaan atau larutan mata dipertimbangkan bersifat isotonis
atau tonisitas sama dengan cairan fisiologi tubuh atau dengan 0,9%
larutan NaCl.
d. Bebas dari partikel-partikel asingdan untuk suspensi mata ukuran
partikel yang diisyaratkan ≥10 µm tidak lebih dari 50 ml, ≥25 µm tidak
lebih dari 5 ml, dan untuk >50 µm tidak diizinkan kehadirannya.
25
e. Stabil secara terapetis membutuhkan kemurnian bahan yang tinggi
juga bebas dari kontaminan kimia, fisika, dan kontaminan mikroba.
f. Buffer dan pH idealnya seperti nilai pH cairan mata yaitu 7,4.
g. Tidak perlu bebas pirogen
h. Bebas dari efek mengiritasi
i. Dibuat pada kondisi yang aseptis dan/atau melalui cara sterilisasi akhir
dengan autoklaf serta pensterilan dengan pemanasan dengan
bakterisid atau penyaringan larutan.
j. Pengemasan dilakukan pada wadah yang steril, kecil, dan praktis
k. Viskositas yang diisyaratkan 15-25 cps dan untuk larutan mata secara
normal harus jernih yang dicapai dengan filtrasi.
FORMULA-FORMULA
TUGAS PENDAHULUAN
26
3. Berikan pendapat anda yang didukung oleh pustaka tentang
pendaparan sediaan tetes mata! Apakah suatu sediaan tetes mata
harus di dapar? Jenis dapar apa yang umum dipilih? Apakah dapar
dengan kapasitas dapar besar atau kecil? Jelaskan dengan alasan
dan pustaka yang mendukung!
4. Carilah prosedur yang benar tentang cara penggunaan tetes mata
yang benar! Buatlah contoh brosur obat dengan formula standar tetes
mata pilokarpin yang anda ketahui!
5. Jika Pilokarpin akan diformulasi menjadi suatu sediaan mata,
jelaskan tentang :
a. Pada pH berapa sebaiknya formula di buat, pH kestabilan
bahan paling baik atau pH fisiologis cairan lakrimal? Yang mana
yang paling efektif?
b. Jenis dapar yang anda pilih!
c. Apa yang harus diperhatikan pada pengawetan sediaan?
Jelaskan bahan pengawet yang anda pilih dan alasan yang jelas
mengenai pemilihannya!
d. Apakah formula diatas membutuhkan tambahan pengisotonis?
Buatlah contoh perhitungan tonisitas menggunakan bahan-bahan
yang anda pilih dalam formula tetes mata pilokarpin tersebut!
MATERI PENDUKUNG
27
6. Keuntungan sediaan tetes mata dibanding sediaan mata yang lain
7. Kekurangan sediaan tetes mata dibanding sediaan mata yang lain
8. Sistem pewadahan salep mata
28
PERCOBAAN 6
FORMULASI SEDIAAN TETES HIDUNG
TUJUAN PERCOBAAN
TEORI SINGKAT
Tetes hidung yang biasa juga disebut spray atau collunaria didefenisikan
sebagai cairan atau larutan berminyak yang dimaksudkan untuk
penggunaan topikal pada daerah nasofaring, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet. Mengandung zat adrenergik yang
digunakan untuk aktivitas pemampatan pada mukosa hidung, obat yang
biasanya digunakan termasuk vasokonstriktor, antibiotik, kortikosteroid,
antiseptik dan anastetik lokal, diantaranya ada dalam bentuk suspensi
yang mengandung bahan tidak larut air serta gel dan salep nasal
semipadat untuk penggunaan hidung secara lokal atau sistemik
29
h. Mengandung pengawet untuk menekan pertumbuhan bakteri yang
mungkin ada melalui penetes.
FORMULA-FORMULA
TUGAS PENDAHULUAN
30
a. Pada pH berapa sebaiknya formula di buat, pH kestabilan bahan
paling baik atau pH fisiologis cairan hidung? Bagaimana pengaruh
pH sediaan pada fisiologi normal hidung?
b. Apa bentuk obat yang anda gunakan? Basa bebas atau garamnya?
Jelaskan alasannya!
c. Apakah formula diatas membutuhkan tambahan pendapar? Buatlah
contoh perhitungan dapar menggunakan bahan-bahan yang anda
pilih dalam formula tetes mata pilokarpin tersebut!
MATERI PENDUKUNG
31
PERCOBAAN 7
UJI STERILITAS
Untuk sediaan yang disterilkan dalam otoklaf pada suhu di atas 100
o
C, jumlah percontoh yang digunakan dapat dikurangi, menjadi 10. Jika isi
tiap wadah 250 ml atau lebih, jumlah percontoh yang digunakan dapat
dikurangi menjadi 3. Jika isi tiap wadah kurang 1 ml cairan atau kurang
dari 50 mg zat padat, maka jumlah percontoh yang digunakan adalah 3
kali jumlah yang tertera pada Daftar I.
Daftar II
Jumlah zat uji dalam Jumlah zat yang diperlukan untuk
wadah Uji kuman Uji jamur dan ragi
Cairan Semua isi
Semua isi
Kurang dari 1ml
Tidak kurang dari 1 ml
Separuh isi Separuh isi
Tidak kurang dari 4 ml
32
Tidak kurang dari 4 ml
Tidak kurang dari 20 2 ml 2 ml
ml
Lebih dari 20 ml 10% dari isi 10% dari isi
Padat
Semua isi Semua isi
Kurang dari 50 mg
Tidak kurang dari 50
mg
Separuh isi Separuh isi
Tidak lebih dari 200
mg
Lebih dari 200 mg 100 mg 100 mg
Menurut FI IV : 858
33
Prosedur Uji Inokulasi Ke Dalam Media Uji
CAIRAN
Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum
suntik steril. Secara aseptik diinokulasikan sejumlah tertentu bahan dari
tiap wadah uji ke dalam tabung media. Campur media dengan cairan
tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media tertentu seperti yang
tertera pada Prosedur Umum, selama tidak kurang dari 14 hari. Amati
pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya
pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada
haru terakhir dari masa uji.
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau
tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara
visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi
media yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3 atau ke-7 sejak
pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama
total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi awal.
34
media dan lakukan penetapan seperti yang tertera pada cairan, mulai dari
"inkubasi dalam media tertentu seperti….".
ZAT PADAT
Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau
yang terlebih dahulu dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer
steril) sesuai dengan tidak kurang dari 300 mg tiap wadah atau seluruh isi
wadah jika tiap isi kurang dari 300 mg. Inokulasikan ke dalam masing-
masing tidak kurang dari 40 ml media Tioglikolat cair dan Soybean-Casein
Digest Medium. Jumlah wadah dan kondisi inkubasi sama seperti yang
tertera pada Cairan, mulai dari "Amati pertumbuhan pada media… ".
35
dan lumen yang sangat kecil sehingga media Tioglikolat Cair tidak
mengalir, gunakan media Tioglikolat alternatif, tetapi inkubasi dilakukan
secara anaerob.
Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara
pencelupan, keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000 ml media, uji
bagian alat yang paling sulit disterilisasi, jika mungkin lepaskan 2 atau
lebih bagian yang paling dalam dari alat. Secara aseptik pindahkan bagian
tersebut ke dalam sejumlah tertentu tabung berisi tidak kurang dari 1000
ml media yang sesuai. Inkubasi seperti yang tertera pada prosedur umum,
lakukan penetapan seperti yang tertera pada cairan, mulai dari "Amati
pertumbuhan pada media…….".
Jika spesimen uji dalam media mempengaruhi uji karena
bakteriostatik atau fungistatik, bilas seksama alat dengan cairan pembilas
sesedikit mungkin seperti yang tertera pada cairan pengencer dan
pembilas. Peroleh kembali cairan bilasan dan uji seperti yang tertera pada
Alat kesehatan dalam prosedur uji menggunakan penyaringan membran.
36
Jumlah untuk bahan cair
Volume minimum tiap media
Isi wadah Volume Digunakan Digunakan untuk Jumlah
(ml) minimum untuk membran atau wadah per
diambil dari inokulasi setengah bagian media
tiap wadah langsung membran yang
untuk tiap volume yang mewakili volume
media diambil tiap total dari wadah
wadah (ml) yang sesuai (ml)
20(40) jika
1 ml atau volume tiap
Kurang dari seluruh isi wadah tidak
15 100
10 jika kurang 1 cukup untuk
ml kedua
medium
10 sampai
5 ml 40 100 20
kurang 50
50 sampai
10 ml 80 100 20
kurang 100
50 sampai
kurang 100
dimaksudka
Seluruh isi - 100 10
n untuk
pemberian
i.v
100-500 Seluruh isi - 100 10
Di atas 500 500 ml - 100 10
37
Prosedur Uji Menggunakan Penyaringan Membran
39
Jika bahan uji berupa cairan kental atau suspensi dan tidak sesuai
untuk penyaringan cepat, secara aseptik tambahkan cairan pengencer
secukupnya ke dalam kumpulan spesimen yang akan disaring untuk
menambah kecepatan aliran.
Jika produk yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik atau yang
mengandung pengawet, bilas membran satu sampai tiga kali, tiap kali
dengan 100 ml cairan A. Jika bahan uji mengandung lesitin atau minyak,
gunakan cairan D sebagai pengganti cairan A.
Setelah penyaringan dan pencucian, perlakukan membran seperti
yang tertera pada cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air,
mulai dari "pindahkan membran secara aseptik dari alat pemegang…….".
40
SALEP DAN MINYAK YANG LARUT DALAM ISOPROPIL MIRISTAT
Larutkan tidak kurang dari 100 mg dari tiap isi wadah, tidak kurang
dari 20 wadah (40 wadah jika masing-masing mengandung volume tidak
mencukupi untuk kedua media) dalam tidak kurang dari 100 ml isopropil
miristat dengan pH ekstrak air tidak kurang dari 6,5 seperti yang tertera
pada spesifikasi pereaksi dalam pereaksi, indikator dan larutan yang lebih
dulu telah disterilkan dengan penyaringan melalui penyaring membran
0,22 μm. Goyang labu untuk mendapatkan permukaan bahan yang lebar
terhadap pelarut. Saring segera salep yang telah dilarutkan. Secara
aseptik pindahkan campuran ke dalam 1 corong atau 2 corong penyaring
dengan bantuan pompa vakum atau tekanan. Jaga seluruh penyaring
membran ditutupi cairan untuk mendapatkan efesiensi maksimum
penyaring.
ALAT KESEHATAN
Alat yang mempunyai saluran kecil steril dapat diuji sterilitas
dengan teknik penyaringan membran sebagai berikut :
Secara aseptik alirkan sejumlah volume tertentu cairan D melalui
tiap lumen tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh tidak kurang dari 100
ml dari tiap alat. Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring
seluruh volume melalui penyaring membran seperti yang tertera pada
Cairan yang dapat bercampur dengan Pembawa air, mulai dari "Secara
aseptik pindahkan membran dari alat pemegang….".
Jika volume alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah
unit yang sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam alat
kesehatan, pada prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji.
41
PENAFSIRAN HASIL UJI STERILITAS
Tahap Pertama
Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati
isi semua wadah akan adanya pertumbuhan mikroorganisme seperti
kekeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi
pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat.
Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam
pemantauan fasilitas pengujian sterilitas, bahan yang digunakan, prosedur
pengujian dan kontrol negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik
aseptik yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan
tidak abash dan dapat diulang.
Jika pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti uji tahap
pertama tidak absah, lakukan tahap kedua.
Tahap Kedua
Jumlah spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah tahap
pertama. Volume minimum tiap spesimen yang diuji dan media dan
periode inkubasi sama dengan tertera pada tahap pertama. Jika tidak
ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika
ditemukan pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahan
uji tidak memenuhi syarat. Jika dapat dibuktikan bahwa uji pada tahap
kedua tidak absah karena kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai,
maka tahap kedua diulang.
42
PERCOBAAN 8
PIROGEN
Pengertian Pirogen:
Pirogen adalah bakteri endotoksin yang merupakan produk
metabolit dari pertumbuhan mikroorganisme dengan sifat larut air,
lipopolisakarida tahan panas, yang menimbulkan demam ketika
diinjeksikan secara intravena, serta tidak dapat dihancurkan melalui
sterilisasi uap dan filtrasi, tetapi dapat dirusak dengan sterilisasi
pemanasan kering.
Macam-Macam Pirogen:
a. Pirogen Eksogen
b. Pirogen Endogen
Sumber-sumber Pirogen:
a. Air
b. Wadah
c. Bahan Obat
d. Bahan Tambahan
e. Alat-alat yang digunakan, lingkungan, dan
personil Cara Mencegah Pirogen:
Uji Pirogenitas:
a. Uji Kelinci
b. Uji Limulus
44
LAMPIRAN
FORMAT JURNAL
THREEGESIC® INJEKSI
45
Dst,,,,
B. URAIAN ZAT AKTIF
1. INDIKASI
2. FARMAKOLOGI
3. DOSIS
4. EFEK SAMPING
5. KONTRA INDIKASI
6. INTERAKSI OBAT
C. URAIAN BAHAN TAMBAHAN
1. KEUNGGULAN-KEUNGGULAN
2. KONSENTRASI DALAM FORMULASI
3. KEKURANGAN DAN CARA MENGATASINYA
III. KARAKTER FISIKO KIMIA BAHAN
1. METAMPIRON
NAMA RESMI
NAMA LAIN
NAMA KIMIA
RUMUS MOLEKUL/BOBOT MOLEKUL
RUMUS BANGUN
PEMERIAN
INTERAKSI
STABILITAS
METODE STERILIASI
PENYIMPANAN
2. WATER FOR INJECTION
NAMA RESMI
NAMA LAIN
NAMA KIMIA
RUMUS MOLEKUL/BOBOT MOLEKUL
RUMUS BANGUN
PEMERIAN
46
INTERAKSI
STABILITAS
METODE STERILIASI
PENYIMPANAN
KATEGORI FUNGSIONAL
KARAKTER FISIK BAHAN (kelaarutan, keasaman, viskositas, BJ,
higroskopisitas, titik lebur, konstanyta disosiasi, densistas, dll)
PENANGANAN
IV.PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
PERHITUNGAN DOSIS
PERHITUNGAN TONISITAS
PERHITUNGAN DAPAR
PERHITUNGAN BAHAN
V. PROSES KERJA
Ruang Prosedur
VI.DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN (FOLDING BOX, ETIKET, BROSUR)
47
LAMPIRAN II
FORMAT BPR
(BPR)
SHAVING CREAM:
Comfortshave® Cream
Team 1:
NURUL MUHLISA
NANA JUNIARTI
SRI ASTUTI
Makassar-Indonesia
48
Product Identity
Batch Number : ….
Sterilization :
: 22 Feb 2012
Formula
49
UTILITIES CHECK LIST
6. Pippete 5 psc
12. Autoclave 20 L 1 pc
Dst,
Assistant :
50
MATERIAL CHECK LIST
1. MTMPY METHAMPYRON 10 g
Assistant :
51
PROCESSING CHECK LIST
Assistant :
52
UTILITIES CHECK LIST
6. Pippete 5 psc
12. Autoclave 20 L 1 pc
Dst,
Assistant :
53
54
LAMPIRAN IV CONTOH KEMASAN
55
LAMPIRAN V CONTOH BROSUR
56
LAMPIRAN VI CONTOH ETIKET
57
67