Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Penurunan Bilangan Asam dan Kepekatan Warna Minyak Jelantah

melalui Proses Adsorbsi


(Yustinah, Rosdiana)
PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP PENURUNAN BILANGAN
ASAM DAN KEPEKATAN WARNA MINYAK JELANTAH MELALUI PROSES ADSORPSI

Yustinah1), Rosdiana1)
1)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
yus_tin@yahoo.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi (persen berat
atau %w/w) asam sitrat yang dimanfaatkan sebagai adsorben terhadap penurunan bilangan
asam dan kepekatan warna pada minyak goreng bekas. Pada penelitian ini dilakukan
metode adsorbsi dengan tahapan tahapan proses yaitu proses despicing, netralisasi dan
bleaching, dengan variasi konsentrasi asam sitrat 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, 3% (w/w) serta
temperatur pemanasan 70 oC dan kecepatan pengadukan 500rpm selama 60 menit. Dari
hasil penelitian didapatkan penambahan asam sitrat yang paling baik adalah 2% (w/w).
Persamaan polinomial hubungan antara konsentrasi asam sitrat (x) dan bilangan asam (y)
adalah y = 0.1834x2 – 0.768x + 1.3591 dengan nilai R2 = 0.9367. Pada kondisi terbaik
besarnya bilangan asam adalah 0.5319 dan nilai kepekatan warna adalah 37/20.

Kata kunci: asam sitrat,minyak goreng bekas,adsorbsi.

27
KONVERSI Vol. 3 No. 1 April 2014 ISSN 2252-7311

PENDAHULUAN goreng tergantung pada kandungan asam


lemak dari minyak tersebut, yaitu asam
Minyak goreng adalah salah satu bahan lemak jenuh atau tidak jenuh, hal ini
pengolah bahan – bahan makanan baik di dapat dilihat pada Tabel 1.. Proses
industri makanan maupun dalam rumah menggoreng mengakibatkan minyak
tangga, sehingga bisa menghantarkan kontak dengan panas tinggi. Minyak
panas, menambah kegurihan dan kalor. goreng yang berkualitas akan stabil pada
Proses menggoreng dilakukan dengan keadaan panas tinggi.
merendam bahan dalam minyak panas.
Penggunaan minyak goreng baik di Tabel 1. Standar Mutu Minyak Goreng
industri maupun rumah tangga cukup No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
tinggi, hal ini mendorong penggunaan 1 Bau - Normal
minyak goreng berkali-kali dengan tujuan 2 Warna - Normal
penghematan dan menekan biaya Kadar Air
produksi. Minyak goreng turun mutunya, 3 danBahan % b/b Maks 0.15
jika dipanaskan berulang kali. Minyak Menguap
mg
akan mengalami kerusakan, diantaranya
KOH
karena proses oksidasi, hidrolisis, 4
Bilangan
atau Maks 0.6
polimerisasi dan reaksi dengan logam, Asam
NaOH/
sehingga mengakibatkan warna menjadi g
gelap, kental, timbul busa, berasap serta Bilangan meq
berbau. Metode sederhana, ekonomis 5 Maks 10
Peroksida O2/Kg
dan mudah untuk memperbaiki mutu Minyak
6 - Negatif
minyak goreng bekas adalah dengan Pelikan
adsorpsi. Proses adsorpsi akan berjalan Asam
baik tergantung pada jenis adsorben yang Linoleat
digunakan. Kriteria yang dibutuhkan Dalam
untuk pemilihan adsorben, diantaranya 7 Komposisi % Maks 2
Asam
mempunyai daya serap besar, luas Lemak
permukaan besar, tidak larut dalam zat Minyak
cair yang akan diadsorpsi, tidak beracun, Cemaran
mudah didapat, serta murah. Asam sitrat logam
adalah bahan organik yang aman untuk Kadmium
mg/Kg Maks 0.2
dikonsumsi, memiliki kemampuan (Cd)
mengikat ion-ion logam membentuk Timbal (Pb) mg/Kg Maks 0.1
senyawa kimia komplek yang tidak larut 8 Maks
Timah (Sn) mg/Kg
dalam minyak goreng, sehingga 40.0/250.0
memudahkan terpisahnya antara padatan Merkuri
mg/Kg Maks 0.05
hasil reaksi dengan minyak goreng dan (Hg)
dapat dilakukan dengan penyaringan. Cemaran
mg/Kg Maks 0.1
arsen (As)
Disamping itu asam sitrat merupakan
antioksidan, sehingga membuat minyak (Sumber : SNI 3741-2013 Standar Mutu
goreng tahan terhadap oksidasi Minyak Goreng)
(Hasibuan, 2010).
Menurut Winarno, 1997, kerusakan minyak
Tujuan penelitian ini adalah untuk goreng adalah terbentuknya akrolein pada
mengetahui pengaruh konsentrasi minyak. Akrolein ini menyebabkan rasa
adsorben (% w/w) pada proses gatal pada tenggorokan, akrolein terbentuk
pemurnian minyak goreng bekas dari hidrasi gliserol yang membentuk
terhadap penurunan bilangan asam dan aldehida tidak jenuh atau akrolein. Reaksi
kepekatan warna dengan menggunakan terbentuknya akrolein adalah sebagai
asam sitrat sebagai adsorben, berikut:
Mendapatkan konsentrasi adsorben (%
w/w) yang terbaik pada proses pemurnian
minyak goreng bekas dengan
menggunakan asam sitrat. Mutu minyak
28
Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Penurunan Bilangan Asam dan Kepekatan Warna Minyak Jelantah
melalui Proses Adsorbsi
(Yustinah, Rosdiana)

H H Warna dalam minyak yang timbul karena


‫׀‬ I adanya reaksi oksidasi dan degradasi,
H‒C‒OH C=O
H‒C‒OH ‫׀‬ + H2O
menurut Ketaren, 1986 adalah sebagai
H‒C‒OH C=O berikut: (1) Warna Gelap: Warna timbul
I I karena terjadi oksidasi pada tokoferol
H H (Vitamin E). Warna hijau dalam minyak
Gliserol Akrolein Air diakibatkan karena klorofil dari tanaman
hijau yang merupakan sumber minyak
Gambar 1. Reaksi Pembentukan Akrolein turut terekstrak, dan ini sulit dipisahkan
dari minyak. Warna gelap yang timbul
Macam-macam Kerusakan Minyak pada saat pengolahan dan penyimpanan,
 Penyerapan Bau diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu :
Lemak mudah menyerap bau. Jika bahan Suhu tinggi, Pengepresan, ekstraksi
pembungkus dapat menyerap lemak, maka pelarut organic, logam, dan oksidasi
lemak yang terserap mengalami oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan; (2)
oleh udara sehingga terjadi kerusakan dan Warna Coklat: Pigmen coklat terdapat
menimbulkan bau. pada minyak atau lemak dari bahan yang
telah busuk atau memar, reaksi molekul
 Hidrolisis karbohidrat dengan gugus pereduksi
Lemak akan mengalami reaksi hidrolisis seperti aldehid serta gugus amin dari
oleh adanya air membentuk gliserol dan molekul protein dan disebabkan oleh
asam lemak. Reaksi hidrolisis menjadi lebih karena aktivitas enzim-enzim seperti
cepat karena adanya basa, asam, dan phenol oksidase, poliphenol oksidase; (3)
enzim-enzim. Hidrolisis oleh enzim lipase Warna Kuning: Warna kuning bisa
mengakibatkan lemak terurai, sehingga diakibatkan karena kandungan bahan
kadar asam lemak bebas menjadi lebih dari alami karoten dan juga karena absorbsi
10% dan ini harus dimurnikan dan dalam minyak tidak jenuh (Pasaribu,
dideodorisasi untuk menghasilkan minyak 2004). Warna ini timbul selama
yang lebih baik. penyimpanan dan intensitas warna
bervariasi dari kuning sampai ungu
 Oksidasi dan Ketengikan kemerahan.
Munculnya aroma dan ketengikan dalam
minyak merupakan kerusakan yang Adsorpsi
diakibatkan karena proses otooksidasi Adsorpsi adalah peristiwa pengumpulan
radikal asam lemak tidak jenuh. molekul-molekul suatu zat pada
Otooksidasi diawali dengan adanya permukaan zat lain akibat adanya
penyebab terjadinya, seperti cahaya, ketidakseimbangan dan karena adanya
panas, peroksida, lemak atau gaya tarik antar atom atau molekul pada
hidroperoksida, logam berat dan enzim permukaan zat padat. Adsorbsi
lipoksidase. digolongkan menjadi adsorbsi kimia dan
 Polimerisasi adsorbsi fisika, keduanya dibedakan
Terbentuknya polimer pada saat berdasarkan homogenitas adsorben dan
digunakan untuk menggoreng, melalui adsorbat, energi adsorbsi, reversibilitas,
polimerisasi adisi dari asam lemak tidak dan ketebalan lapis adsorben. Beberapa
jenuh, sehingga terbentuk bahan yang faktor yang berpengaruh terhadap
menyerupai gum yang mengendap di adsorbsi adalah konsentrasi, luas
penggorengan. permukaan, suhu, ukuran partikel, pH dan
waktu kontak.(Abriagni. 2011). Adsorpsi
Zat warna yang ada dalam minyak, dapat bersifat selektif, karena yang diadsorpsi
digolongkan menjadi 2 (dua) : (1) Alamiah; hanya zat terlarut atau pelarut. Jumlah zat
(2) Akibat oksidasi dan degradasi yang diserap tegantung pada konsentrasi
komponen kimia yang terdapat dalam zat terlarut dan ketergantungan jumlah zat
minyak (Ketaren, 1986). yang diserap pada konsentrasi
29
KONVERSI Vol. 3 No. 1 April 2014 ISSN 2252-7311

kesetimbangan disebut isoterm adsorpsi


(Auliah.2009). Minyak Jelantah : Air (1:1)

METODOLOGI PENELITIAN
Pemanasan 110oC, 4 jam
Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: minyak goreng Pendinginan dan
bekas, asam sitrat, aquadest, NaOH 15%, pemisahan lapisan
etanol netral, NaOH 0.1 N, indikator pp. dalam labu kocok

Alat – alat yang digunakan dalam


penelitian ini adalah: neraca analitik,
Lovibond Tintometer Model F,labu kocok,
saringan vakum,kertas saring Whatman Minyak Hasil
42, statip.dan klem, hot plate stirrer, goreng Bawah
beaker glass, magnetic stirrer, timer, bekas (Air)
erlenmeyer 250 ml, labu ukur, pipet hasil
volum, buret basa, Lovibond Kolorimeter.

Metode Penelitian Gambar 2. Diagram Alir Proses


Dalam penelitian ini parameter yang Despicing.
digunakan adalah variasi konsentrasi pada
penambahan asam sitrat yang digunakan
sebagai adsorben. Proses pemurnian ini Netralisasi
dilakukan dengan 3 tahap yaitu: despicing,
netralisasi, dan adsopsi. Di dalam tahap a. Dibuat larutan NaOH 15% (15 g
adsorpsi ini dilakukan variasi konsentrasi NaOH dilarutkan dalam 100 ml
1%, 1.5%, 2%, 2.5%,3%, pada kecepatan aquades).
pengadukan 500 rpm, dan waktu b. Minyak goreng hasil penghilangan
pengadukan selama 1 jam. bumbu (despicing) dipanaskan pada
suhu ± 40oC.
Penghilangan Bumbu (Despicing) c. Ditambahkan larutan NaOH 15%,
a. Ditimbang minyak goreng bekas dan air dengan komposisi Minyak: NaOH =
1:1 dalam beaker glass. 100 g : 5 ml NaOH 15%.
b. Dipanaskan pada suhu 110oC, 4 jam. d. Campuran diaduk selama 10 menit
c. Campuran air dan minyak dimasukan dengan 500 rpm.
ke dalam labu kocok dan didiamkan e. Kemudian disaring secara vakum
sehingga terjadi 2 lapisan. Lapisan atas dengan kertas saring whatman 42.
(minyak) di tampung.

Pemucatan (Bleaching)
a. Dipanaskan minyak goreng hasil
netralisasi pada suhu 70 oC di setiap
variasi konsentrasi asam sitrat.
b. Ditambahkan asam sitrat dengan
variasi konsentrasi 1%, 1,5%, 2%,
2,5%, dan 3% sambil diaduk dengan
kecepatan 500 rpm selama 1 jam.
c. Kemudian disaring secara vakum
dengan kertas saring Whatman 42.
d. Minyak goreng hasil pemurnian
dianalisa bilangan asam dan bilangan
warnanya.

30
Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Penurunan Bilangan Asam dan Kepekatan Warna Minyak Jelantah
melalui Proses Adsorbsi
(Yustinah, Rosdiana)
ditarik pada angka 20 untuk
Metode Analisa Kualitas Minyak mempermudah pencarian skala merah.
Goreng
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Bilangan Asam
Analisa ini menyatakan jumlah milligram Dari sampel minyak goreng bekas yang
KOH / NaOH yang diperlukan untuk telah diambil kemudian dilakukan analisa
menetralkan asam lemak bebas yang dengan beberapa parameter yaitu sebagai
terdapat dalam 1 g minyak. Analisa berikut :
bilangan asam pada minyak
menggunakan metode titrasi asam basa 1. Bilangan Asam = 1.5547
dengan cara : NaOH/g
1. Ditimbang ± 10 g sampel minyak ke 2. Kepekatan Warna :
dalam Erlenmeyer 250 ml.  Merah = 55
2. Ditambahkan alkohol pa yang telah  Kuning = 35
dinetralkan dengan NaOH/KOH 0.1 N
dan indikator phenol phtalein (PP). Bilangan Asam
3. Dititrasi dengan NaOH/KOH 0.1 N Dari penelitian yang telah dilakukan dalam
menggunakan indikator PP sebagai meningkatkan kualitas minyak goreng
penunjuk titik akhir. bekas dengan penambahan asam sitrat
4. Kemudian diamati warna sampai merah pada proses bleaching menggunakan
jambu yang stabil selama 30 detik. variabel konsentrasi (% w/w) asam sitrat,
dihasilkan bilangan asam sebagai berikut :
Analisa Kepekatan Warna
Pengujian kepekatan warna menggunakan Tabel 2. Bilangan Asam
alat Lovibond Tintometer Model F, yaitu Variabel Bilangan
menentukan warna dengan Massa Asam
membandingkan cahaya yang (% w/w) (NaOH/g)
dipancarkan melalui kedalaman tertentu 1% 0.7596
lemak, minyak, atau asam lemak terhadap 1.5% 0.6558
warna cahaya asal dari sumber yang 2% 0.5319
sama. Pada metode ini konsentrasi larutan
2.5% 0.5792
standar dan sampel akan sama jika
3% 0.7108
warnanya sama.
Kepekatan Warna
Alat ini terdiri dari lighting cabinet, rak
Dari penelitian yang telah dilakukan dan
warna yang terdiri dari warna merah,
dianalisa kepekatan warnanya pada
kuning, biru dan netral dengan skala
berbeda- beda, Lovibond cell (cuvet) 3/8", instrumen Lovibond Tintometer maka
didapat hasil sebagai berikut :
1", dan 5.25". Prosedur penggunaan
instrument ini adalah sampel dicairkan
(maksimal 10°C di atas melting point), Tabel 3. Kepekatan warna pada Lovibond
aduk rata supaya homogen, disaring bila Konsentrasi Niai Nilai
perlu untuk menghilangkan kotoran padat, Asam Sitrat Warna Warna
sampel dituangkan ke dalam cell (cuvet) (% w/w) Merah Kuning
sesuai jenis minyak yang diuji, cell dan 1% 43 20
sampel dimasukkan ke dalam lovibond, 1.5% 39 20
pasang dan tutup lubang sampel, 2% 37 20
kemudian tekan tombol ON. Lihat melalui 2.5% 38 20
lubang pandang, samakan warna minyak 3% 40 20
di sebelah kiri dengan warna standar
Lovibond dengan menggeser kait filter. Penelitian ini dilakukan untuk
Catat hasil pengamatan dalam nilai meningkatkan kualitas minyak goreng
Merah, Kuning, Biru, Netral. Khusus bekas dengan metode adsorpsi dan
pemeriksaan RDPO, kait filter kuning mempelajari pengaruh massa adsorben
31
KONVERSI Vol. 3 No. 1 April 2014 ISSN 2252-7311

pada proses pemurnian terhadap kualitas menggunakan asam sitrat sebagai


minyak goreng bekas, sehingga dapat adsorben, selanjutnya pengaruh
diketahui konsentrasi adsorben yang konsentrasi asam sitrat (%w/w) terhadap
efektif dan terbaik untuk memperbaiki bilangan asam terdapat pada Gambar 3.
kualitas minyak goreng tersebut. Sehingga
minyak goreng bekas tersebut dapat
dimanfaatkan kembali dengan mengurangi
kadar pengotor dan bilangan asamnya.
Adsorben yang digunakan dalam
penelitian ini adalah asam sitrat, karena
dapat mengikat ion logam atau penyerap
zat pengotor yang ada pada minyak
goreng, dapat menghasilkan stabilitas
oksidasi dengan baik, banyak digunakan
di dunia industri, dan memiliki nilai
ekonomis.

Mutu minyak pangan ditentukan oleh


beberapa faktor antara lain bilangan asam
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi asam
dan kepekatan warna. (Ketaren, 1986).
sitrat (%w/w) terhadap bilangan asam
Oleh karena itu analisa yang dilakukan
adalah analisa bilangan asam dan Dari Gambar 3 di atas dapat dilihat hasil
kepekatan warna. analisa bilangan asam dan dibandingkan
dengan antara minyak goreng bekas
Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat (% sebelum dimurnikan dan yang telah
w/w) terhadap Bilangan Asam dimurnikan. Minyak goreng bekas yang
Asam lemak bebas merupakan dasar belum diproses memiliki bilangan asam
untuk mengetahui umur minyak, sebesar 1.5547. Sedangkan minyak
kemurnian minyak, dan tingkat hidrolisa. goreng bekas yang telah dimurnikan
Asam lemak bebas dengan kadar lebih bilangan asam dan kadar asam lemak
dari 0.2% dari berat minyak bebasnya menurun pada kisaran angka
mengakibatkan bau dan rasa yang tidak 0.7596-0.5319.
disukai, dapat menurunkan mutu dan nilai
gizi bahan pangan tersebut, dan meracuni Pada konsentrasi 1% (w/w) asam sitrat
tubuh. Tingginya kandungan asam lemak dalam proses bleaching minyak goreng
bebas pada minyak goreng dapat bekas, asam lemak bebas yang
disebabkan oleh tingginya tingkat teradsorbsi masih sedikit sehingga
kerusakan minyak yang telah terjadi bilangan asam 0.7596, tetapi dengan
selama penggunaan minyak. Hal ini terjadi adanya kenaikkan konsentrasi adsorben
karena adanya proses oksidasi dan (asam sitrat) menjadi 1.5%, maka
hidrolisis, yang dapat menyebabkan asam bilangan asam dan kadar semakin turun
lemak bebas di dalam menjadi meningkat. menjadi 0.6558, sampai mencapai 2%
Asam lemak bebas sendiri terbentuk pada bilangan asam menjadi 0.5319.
reaksi hidrolisa. Minyak akan dirubah Sedangkan pada konsentrasi 2.5%
menjadi asam-asam lemak bebas dan bilangan asam mengalami kenaikkan yaitu
gliserol. Reaksi hidrolisa dapat 0.5792 dan pada konsentrasi 3% semakin
menyebabkan terjadinya kerusakan tinggi bilangan asamnya yaitu 0.7108.
minyak karena adanya sejumlah air dalam Apabila konsentrasi terus dinaikan maka
minyak. adsorpsi pada minyak kurang efektif.
Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya
faktor-faktor panas, air, keasaman, enzim. Nilai efektivitas dari proses adsorbsi pada
Semakin lama reaksi ini berlangsung, minyak goreng bekas terhadap bilangan
maka semakin banyak kadar asam lemak asam dapat dilihat pada tabel 4. dengan
bebas yang terbentuk. Dari Tabel 2 nilai bilangan asam sebelum adsorbsi
disajikan bilangan asam dan kadar asam yaitu 1.5547.
lemak bebas yang diperoleh dengan
32
Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Penurunan Bilangan Asam dan Kepekatan Warna Minyak Jelantah
melalui Proses Adsorbsi
(Yustinah, Rosdiana)
Tabel 4. Efektifitas Konsentrasi Asam Adanya karotenoid menyebabkan warna
Sitrat (%w/w) Terhadap Bilangan kuning kemerahan. Karotenoid sangat larut
Asam dalam minyak dan merupakan hidrokarbon
Konsentrasi Bilangan dengan banyak ikatan jenuh. Bila minyak
Efektivitas dihidrogenasi maka akan terjadi hidrogenasi
Asam Sitrat Asam
(%) karotenoid dan warna merah akan
(% w/w) (mgNaOH/g)
1% 0.7596 51.14 berkurang. Selain itu, perlakuan
1.5% 0.6558 57.82 pemanasan juga akan mengurangi warna
pigmen, karena karotenoid tidak stabil pada
2% 0.5319 65.79
suhu tinggi. Pigmen ini mudah teroksidasi
2.5% 0.5792 62.75 sehingga minyak akan mudah tengik.
3% 0.7108 54.28
Tokoferol yang merupakan sumber vitamin
Dari tabel di atas dapat dilihat efektivitas E sangat aktif terhadap oksidasi, sehingga
asam sitrat sebagai adsorben dalam dapat digunakan sebagai antioksidan.
menurunkan bilangan asam sebelum Tokoferol yang teroksidasi akan
dilakukan proses pemurnian dan setelah menimbulkan warna coklat pada minyak.
dilakukan proses pemurnian. Warna coklat juga dapat disebabkan oleh
Dapat dilihat bahwa asam sitrat pada reaksi browning nonenzimatik, yaitu
metode pemurnian ini mampu menurunkan karbohidrat akan bereaksi dengan protein
bilangan asam minyak goreng bekas bila ada panas seperti pada kasus
hingga 51.14% - 65.79%. Akan tetapi, perubahan warna pada minyak goreng
semakin tinggi konsentrasi asam sitrat (% bekas.
w/w) yang dipakai, nilai efektifitasnya tidak
semakin meningkat melainkan fluktuasi. Hal a. Warna Kuning Cerah
ini dikarenakan variabel yang digunakan Peningkatan warna cerah tersebut terjadi
adalah konsentrasi asam sitrat (%w/w), karena kotoran berupa bumbu-bumbu
minyak jelantah selain sebagai produk yang yang terakumulasi dalam minyak akibat
akan diadsorpsi juga sebagai pelarut. penggorengan bahan pangan atau disebut
Sebagai contoh variabel asam sitrat 2.5% juga dengan komponen senyawa polar
(w/w) maka 2.5 g asam sitrat ditambah 97.5 (garam, gula, protein) sudah larut bersama
g minyak, maka semakin besar variabel air dan ikut mengendap di atas permukaan
konsentrasi, semakin sedikit minyak yang air. Komponen senyawa polar tersebut
diadsorpsi. Maka saat proses penetapan larut dalam air dikarenakan memiliki
kadar asam lemak bebas, asam (H+) yang polaritas yang hampir sama dengan air.
dititrasi atau diikat oleh basa (OH-) bukan Kondisi ini dilakukan dengan pemanasan
asam lemak bebas, melainkan asam yang pada suhu tinggi dan waktu yang relatif
berasal dari asam sitrat. lama sehingga kelarutan dalam air lebih
sempurna hal ini terjadi pada proses
Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat (% despicing.
w/w) terhadap Kepekatan Warna
Warna atau tingkat kejernihan pada minyak Tahap berikutnya Proses Netralisasi, saat
goreng merupakan faktor nilai jual minyak minyak goreng hasil despicing
goreng. Karena kejernihan minyak goreng dicampurkan dengan larutan NaOH 15%
merupakan nilai estetika dan tolok ukur yang dipercepat dengan pemanasan 40 oC
kemurnian minyak goreng tersebut. Minyak dan pengadukan. Campuran tersebut
yang jernih tidak selalu lebih baik membentuk suatu butiran kecil-kecil
dibandingkan dengan minyak yang berwarna coklat. Butiran tersebut
berwarna kuning pekat. Warna dipengaruhi merupakan sabun. Sabun yang terbentuk
oleh karotenoid dan komponen lain dalam dapat membantu pemisahan zat warna
minyak. Dalam beberapa hal, karotenoid dan kotoran seperti fosfatida dan protein
sangat menguntungkan bagi kesehatan. dengan cara membentuk emulsi dan sabun
ini akan tampak jelas pada saat
penyaringan dengan berbentuk busa dan
33
KONVERSI Vol. 3 No. 1 April 2014 ISSN 2252-7311

endapan. Minyak netral yang dihasilkan


berwarna orange coklat jernih. Pada proses despicing suhu pemanasan
terlalu tinggi sehingga zat warna alamiah
Tahapan terakhir pada proses pemurnian pada minyak (α-karoten, β-karoten,
adalah pemucatan (bleaching). Pada tahap xanthopil, klorofil, dan antosianin)
ini bilangan warna mengalami tingkat mengalami oksidasi dan degradasi yang
kecerahan yang signifikan karena adanya berakibat warna menjadi gelap kemerahan.
adsorben asam sitrat. Hal ini terjadi karena Kemudian tahap selanjutnya sama seperti
asam sitrat menyerap dan mengikat logam pembahasan sebelumnya, yaitu hasil
dan kotoran yang tersisa dari proses penurunan warna merah yang cukup
sebelumnya. Akan tetapi dalam proses ini signifikan terjadi pada proses pemucatan
perlu diperhatikan suhunya, karena warna dengan asam sitrat hal ini terjadi karena
tidak stabil pada suhu tinggi, maka pada asam sitrat menyerap dan mengikat logam
proses ini digunakan suhu 70 oC. Gambar 4 dan kotoran yang ada pada hasil proses
menunjukkan pengaruh konsentrasi Asam sebelumnya. Akan tetapi pada proses ini
sitrat terhadap warna kuning menunjukkan perlu diperhatikan suhunya, karena setiap
nilai konstan. kenaikkan suhu dapat menganggu
kestabilan warna, maka suhu yang dipakai
pada proses despicing yaitu 70oC.

Konsen Efektivi Efektivi


trasi tas tas
adsorb Merah Warna Kuning Warna
en (% Merah kuning
w/w) (%) (%)
1% 43 21.82 20 42.86
20 42.86 Gambar 5. Pengaruh Konsentrasi Asam
1.5% 39 29.09
Sitrat (%w/w) terhadap Warna Merah
2% 37 32.73 20 42.86
2.5% 38 30.91 20 42.86
3% 40 27.27 20 42.86 Pada Tabel 5 dapat dilihat Nilai
efektivitas dari proses adsorpsi pada
minyak goreng bekas terhadap
kepekatan warna.

Tabel 5. Efektifitas Konsentrasi Asam


Sitrat (%w/w) Terhadap Kepekatan
Warna

Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi Asam


Sitrat (%w/w) terhadap Warna Kuning Dapat dilihat bahwa asam sitrat pada
metode pemurnian ini cukup mampu
menurunkan kepekatan warna merah
b. Warna Merah Cerah 21.82% - 32.73%. Akan tetapi, semakin
Pada peningkatan kualitas warna minyak tinggi konsentrasi asam sitrat (% w/w)
goreng percobaan ini dilakukan tiga tahap yang dipakai, nilai efektifitasnya tidak
yang menghasilkan perubahan yang cukup semakin meningkat melainkan fluktuasi.
baik. Hal ini disebabkan karena terjadinya
34
Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Penurunan Bilangan Asam dan Kepekatan Warna Minyak Jelantah
melalui Proses Adsorbsi
(Yustinah, Rosdiana)
overheating pada beberapa titik variabel Jurusan Kimia, MIPA,
konsentrasi, sehingga warna minyak Universitas Negeri Semarang.
menjadi gelap. Pada percobaan ini AOCS. 1997. Official Methods and
didapatkan konsentrasi adsorben (% Recomenden Practices of The
w/w) terbaik mengadsorbsi adalah AOCS. Fifth Edition.
sebesar 2%. Champaign. Illinois.
Hasibuan, M., 2010.
KESIMPULAN http://repository.usu.ac.id/bitstre
am.
Dari hasil penelitian yang telah Ketaren, S. 1986. Pengantar
dilakukan, dapat diambil kesimpulan Teknologi Minyak dan Lemak
sebagai berikut Pangan. UI-Press. Jakarta.
Pasaribu, N. 2004. Minyak Kelapa
1. Konsentrasi adsorben asam sitrat Sawit.
mempengaruhi titik optimum hasil http://library.usu.ac.id/download/fmipa
adsorbsi minyak goreng bekas. Pada /kimia-nurhaida.pdf.
penelitian ini didapatkan konsentrasi SNI 3741-2013 Standar Nasional
adsorben yang maksimum adalah 2% Indonesia. 2013. Minyak
w/w (berarti 2 g asam sitrat yang Goreng. BSN . Jakarta.
dilarutkan dengan minyak hingga 100 Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan
g). dan Gizi. Gramedia Pustaka
2. Dari hasil analisa bilangan asam dan Utama. Jakarta.
kepekatan warna yang terbaik yaitu
0.5319 NaOH/g, warna merah 37 dan
kuning 20 pada konsentrasi adsorben
2% w/w dengan efektivitas hasil
sebagai berikut : bilangan asam
sebesar 65.79%, kepekatan warna
merah sebesar 32.73%, kuning
seebsar 42.86%.
3. Asam sitrat belum dapat dijadikan
absorben yang efektif, karena dari
hasil pengamatan hanya didapatkan
hasil yang terbaik pada konsentrasi
asam sitrat 2%, dimana seharusnya
semakin pekat adsorben yang
digunakan semakin banyak zat yang
teradsorpsi (semakin turun bilangan
asam dan warna minyak jelantah).

DAFTAR PUSTAKA
Auliah, A. 2009. Lempung Aktif
Sebagai Adsorben Ion Fosfat
Dalam Air Activated Clay as
Adsorber of Phosphate Ions in
Water. Jurnal Chemica. 10 (2) :
17.
Abriagni, D. 2011. Optimasi Adsorbsi
Krom (VI) dengan Ampas Daun
Teh (Camellia sinensis L)
menggunakan Metode
Spektrofotometri. Skripsi,

35
KONVERSI Vol. 3 No. 1 April 2014 ISSN 2252-7311

36

Anda mungkin juga menyukai