Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MEREKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN MELALUI


PERUBAHAN SISTEM PENDIDIKAN DIPER-SEKOLAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas MK. Tela’ah Kurikulum Dosen Pengampu
Muslehudin, S,Pd, M,Pd

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. TINA JULIAWATI
2. RINI FITRIANI
3. FINA ANDRIANI
4. MERIANA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AMIN GERSIK KEDIRI BARAT
Tahun 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang kita berada pada milenium ke-3 dari proses kehidupan manusia,
tepatnya berada pada abad ke-21, yang bukan saja merupakan abad baru, melainkan
juga peradaban baru. Hal ini dikarenakan betapa pun bangsa kita mengalami krisis
moneter, ketidakstabilan politik, bangsa Indonesia tengah mengalami restrukturisasi
global dunia yang sedang berjalan yang ditandai dengan berbagai perubahan dalam
semua aspek kehidupan, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Bahkan, yang lebih parah lagi adalah akibat krisis ini muncul krisis moral di
masyarakat kita, pembantaian, pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan perampasan
hak milik orang lain terjadi di mana-mana. Dari sudut pendidikan, tampaknya ada
indikasi bahwa krisis moral yang dikemukakan di atas, menandakan belum berhasilnya
lembaga pendidikan membentuk pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi yang
bermartabat.

B. Tujuan Penulisan

1. Melengkapi tugas kuliah yang diberikan oleh dosen pengampu.


2. Menjelaskan tentang merekonstruksi masyarakat dan kebudayaan melalui perubahan
sistem pendidikan diper-sekolahan.
3. Memberikan pemahaman tentang fungsi dan keadaan suatu lembaga pendidikan
yang sebenarnya.
BAB II
RUMUSAN MASALAH

Adapan rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. Apa misi dari pendidikan persekolahan?

2. Bagaimana kedudukan sekolah sebagai sarana dan rekontruksi masyarakat?

3. Bagaimana pengaruh eksternal dan internal dalam pengelolaan pendidikan?

4. Bagaimana perbandingan pendidikan di sekolah dengan system desentralisasi?

5. Apa saja program kegiatan yang perlu dikedepankan?


BAB III
PEMBAHASAN

A. Misi Pendidikan Persekolahan


Kita ketahui bahwa setiap sekolah memiliki misi pendidikan yang berbeda,
namun dari misi setiap sekolah tersebut tujuannya hanya satu yaitu, menjadikan anak
bangsa ini agar memiliki kepribadian yang bermartabat.
Dimana kita ketahui misi pendidikan lembaga sekolah itu ada tiga macam, yaitu
sebagai berikut:

a. Pendidikan Kepribadian
Untuk misi pendidikan kepribadian ini sekolah membantu dan bekerja
sama dengan keluarga dan lembaga agama.

b. Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam hal pendidikan kewarganegaraan, sekolah bekerja sama dengan
lembaga- lembaga pemerintahan dan masyarakat.

c. Pendidikan Intelektual
Dalam hal pendidikan intelektual, sekolah melakukan sendiri walaupun
memperoleh bantuan dari lembaga lain sebab misi pendidikan intelektual
adalah kekhususan sekolah, misi pendidikan intelektual tersebut dilakukan
secara berangkai sejak pembelajar memasuki Taman Kanak-Kanak sampai
Pendidikan Tinggi.
Untuk tercapainya misi pendidikan tersebut, tentu saja kaum terpelajarlah
yang harus berperan aktif, baik itu mahasiswa maupun guru. Karena secara tidak
langsung kaum terpelajar itu harus mengetahui atau memahami prilaku manusia
dalam masyarakat dan ikut serta memperbaiki prilaku warga masyarakat. Dengan
demikian barulah masyarakat bisa menilai tentang bagaimana peran sekolah dalam
membentuk pribadi kaum terpelajar.
Untuk menciptakan kepribadian anak menjadi kaum terpelajar, itu bukanlah
hal yang mudah karena kegiatan yang seperti itu harus memiliki landasan. karena
kegiatan pendidikan ini merupakan peristiwa sosial, gejala rohani, dan tindakan
manusiawi dalam hubungannya dengan alam, manusia, dan sistem nilai.
Unsur material pendidikan pada umumnya terhimpun dalam satuan tindak
mendidik yang secara mikro dikenal sebagai situasi pendidikan, atau secara makro
dikenal sebagai kegiatan pendidikan terprogram. Analisis keilmuan tentang kegiatan
pendidikan di sekolah secara makro itu harus memiliki landasan interdisiplinier,
karena kegiatan pendidikan sebagai objek ilmiah merupakan gejala rohani, peristiwa
sosial dan hubungan nilai norma.
Sedangkan muatan pendidikan yang diberikan di sekolah dapat di
akumulasikan dalam enam materi keilmuan, yaitu:
1. Ide abstrak
2. Benda fisik
3. Jasad hidup
4. Gejala rohani
5. Peristiwa sosial
6. Dunia tanda

B. Sekolah Sebagai Sarana Rekonstruksi Masyarakat


Sekolah akan berhasil apabila ada kerjasama dengan masyarakat, karena sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah yang mana sebagai satu
kesatuan dari masyarakat dan keluarga yang saling berinteraksi, sehingga terbentuklah
suatu sistem sekolah. Sistem sekolah ini bisa terwujud jika adanya cara interaksi sosial
yang khas.
Adapun analisis perwujudan sistem sekolah sebagai organisasi sosial dicirikan
sebagai berikut:
a. Memiliki suatu penghuni yang tetap
b. Memiliki struktur politik atau kebijakan umum tentang kehidupan sekolah
c. Memiliki inti jaringan hubungan sosial
d. Mengembangkan perasaan atau semangat kebersamaan sekolah
e. Memiliki suatu jenis kebudayaan atau subkebudayaan tersendiri
Menurut Malindoski ada tujuh sistem nilai atau kebudayaan yang secara
universal dikembangkan, yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem teknologi
3. Sistem mata pencaharian hidup dan ekonomi
4. Organisasional
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian

C. Pengaruh Eksternal dan Internal dalam Pengelolaan Pendidikan


Penyelenggaraan Pendidikan Nasional yang dilaksanakan secara terus-menerus
dan berkelanjutan, tentu saja ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya:

1. Pengaruh Internal
Yang dimaksud dengan pengaruh internal adalah pengaruh kebudayaan dan
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.

2. Pengaruh eksternal
Pengaruh eksternal yaitu pengaruh akibat adanya perkembangan dunia yang
mengglobal yang berlaku dalam dasawarsa ini.
Akibat adanya pengaruh tersebut, secara tidak langsung memberikan kontribusi
terhadap pembentukan watak dan kreatifitas anak bangsa. Untuk menghadapi kondisi
seperti itu, Ki Hajar Dewantara mengingatkan agar menerapkan strategi “Trikon”
dalam pengelolaan pendidikan. Adapun strategi Trikon itu sebagai berikut:
a. Konvergen, maksudnya agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dengan
baik, artinya dapat seibang dengan kualitas pendidikan negara-negara maju. Maka
sebaiknya adanya adopsi nilai yang di pinjam dari budaya barat, meskipun harus
diadakan filter dalam penggunaannya.
b. Konsentris, maksudnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia
haruslah bertolak dari kebudayaan yang meng-Indonesia, sehingga nilai-nilai luhur
bangsa tetap tertanam dalam generasi bangsa.
c. Kontinuitas, maksudnya bahwa pendidikan di Indonesia haruslah dilakukan secara
terus-menerus.

D. Pendidikan di Sekolah dengan Sistem Desentralisasi


Desentralisasi pendidikan merupakan upaya untuk mendelegasikan sebagian
atau seluruh wewenang di bidang pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh unit atau
pejabat pusat kepada unit atau pejabat dibawahnya, atau dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, atau dari pemerintah ke masyarakat. Kewenangan di bidang
pendidikan bisa dirinci mulai dan kewenangan merumuskan atau membuat
kebijaksanaan nasional di bidang pendidikan, melaksanakan kebijaksanaan nasional,
dan mengevaluasi atau memonitor kebijaksanaan nasional tersebut.
Namun tidak semua kewenangan itu disentralisasikan. oleh karena itu,
desentralisasi pendidikan berusaha untuk mengurangi campur tangan atau intervensi
pejabat atau unit pusat terhadap persoalan-persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa
diputus dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah atau pemerintah daerah, atau
masyarakat.
Adapun upaya disentralisasi pandidikan salah satunya yaitu pemberian otonomi
kepada perguruan tinggi.

E. Program Kegiatan yang Perlu Dikedepankan


Setelah terjadinya orde baru, ternyata sektor pendidikan turut tereformasi.
Reformasi pendidikan adalah sebuah rekayasa besar, yang tidak mungkin dikerjakan
setengah- setengah, juga tidak cukup dengan terpenggal-penggal, dan melimpahkan
kesalahan pada berbagai faktor yang menjadi objek kritikan.
Adapun jalan yang harus dilakukan untuk meniti jalan reformasi pendidikan
adalah sebagai berikut
a. Membongkar berbagai tabu
b. Meluruskan jalan dan praktik yang serong
c. Mengikis habis mitos yang mengesalkan.
Selain itu ada 13 hal yang harus diperhatikan untuk pertimbangan bagi reformasi
pendidikan, yaitu:
1. Perlu disadari bahwa setiap orang adalah pribadi yang unik, dan mempunyai bakat
yang berbeda-beda.
2. Pendidikan tidak dimulai selepas sekolah menengah, yaitu pada tingkat universitas.
3. Perlunya sebuah sistem penilaian yang mencerminkan prestasi murid dengan
melihat berbagai kelebihan dan kekurangannya.
4. Perlu disadari bahwa (sistem) pendidikan tidak bebas nilai.
5. Sekolah bukalah suatu tempat semacam “bengket reparasi” bagi semua kerusakan
masyarakat.
6. Perlu dikoreksi keyakinan bahwa isi pendidikan bisa diatur lewat birokrasi, dan
sedapat mungkin harus diseragamkan.
7. Tidak tepat bahwa lembaga pendidikan yang baik, selalu pendidikan milik negara.
8. Sistem pendidikan, sebaiknya berorientasi pada nilai (wert orientied).
9. Sistem pendidikan sebaiknya terkait dengan dunia praksis (praxisbezogen).
10. sistem pendidik sebaiknya tetap beragam.
11. Diperlukan sebuah sistem pendidik yang memberikan ruang bagi anak didik untuk
bersaing dan berkreasi secara fair.
12. Dibutuhkan sebuah sistem yang efisien dalam pengelolaan waktu.
13. Sistem pendidikan sebaiknya bersifat internasional.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa:
1. Misi pendidikan sekolah terhimpun dalam Pendidikan kepribadian, Pendidikan
kewarganegaraan, dan Pendidikan intelektual.
2. Peranan sekolah dalam merekonstruksi masyarakat berarti sekolah merekonstruksi
berbagai tata nilai yang telah ada dalam masyarakat, yang oleh Malindoski
disebutkan sebagai upaya mengembangkan kebudayaan.
3. Pengaruh eksternal dalam hal pendidikan adalah adanya perkembangan dunia yang
mengglobal yang berlaku dalam dasawarsa ini dalam lingkungan pendidikan.
Sedangkan pengaruh internalnya adalah pengaruh kebudayaan dan kehidupan
masyarakat bangsa Indonesia di bidang pendidikan.
4. Desentralisasi pendidikan berusaha untuk mengurangi campur tangan atau
intervensi pejabat atau unit pusat terhadap persoalan-persoalan pendidikan yang
sepatutnya bisa diputus dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah atau pemerintah
daerah, atau masyarakat. Kebijaksanaan yang berdimensi lokal adalah semua hal
yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah.
5. Program pendidikan yang harus dikedepankan ialah dalam kategori Sistem
pendidikannya, yakni sebaiknya berorientasi pada nilai serta Sistem pendidikan
sebaiknya terkait dengan dunia praksis.

B. Saran
Demi mewujudkan Indonesia yang pragmatis dan ideologis maka tentunya
tersedia SDA dan SDM yang baik dan berkualitas. Untuk itu memulai menanamkan
pendidikan yang berkarakter mulai dini sangat akan membantu mewujudkan Indonesia
yang merdeka dalam segala bidangnya.

Anda mungkin juga menyukai