A. Latar Belakang
Sekarang kita berada pada milenium ke-3 dari proses kehidupan manusia,
tepatnya berada pada abad ke-21, yang bukan saja merupakan abad baru, melainkan
juga peradaban baru. Hal ini dikarenakan betapa pun bangsa kita mengalami krisis
moneter, ketidakstabilan politik, bangsa Indonesia tengah mengalami restrukturisasi
global dunia yang sedang berjalan yang ditandai dengan berbagai perubahan dalam
semua aspek kehidupan, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Bahkan, yang lebih parah lagi adalah akibat krisis ini muncul krisis moral di
masyarakat kita, pembantaian, pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan perampasan
hak milik orang lain terjadi di mana-mana. Dari sudut pendidikan, tampaknya ada
indikasi bahwa krisis moral yang dikemukakan di atas, menandakan belum berhasilnya
lembaga pendidikan membentuk pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi yang
bermartabat.
B. Tujuan Penulisan
a. Pendidikan Kepribadian
Untuk misi pendidikan kepribadian ini sekolah membantu dan bekerja
sama dengan keluarga dan lembaga agama.
b. Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam hal pendidikan kewarganegaraan, sekolah bekerja sama dengan
lembaga- lembaga pemerintahan dan masyarakat.
c. Pendidikan Intelektual
Dalam hal pendidikan intelektual, sekolah melakukan sendiri walaupun
memperoleh bantuan dari lembaga lain sebab misi pendidikan intelektual
adalah kekhususan sekolah, misi pendidikan intelektual tersebut dilakukan
secara berangkai sejak pembelajar memasuki Taman Kanak-Kanak sampai
Pendidikan Tinggi.
Untuk tercapainya misi pendidikan tersebut, tentu saja kaum terpelajarlah
yang harus berperan aktif, baik itu mahasiswa maupun guru. Karena secara tidak
langsung kaum terpelajar itu harus mengetahui atau memahami prilaku manusia
dalam masyarakat dan ikut serta memperbaiki prilaku warga masyarakat. Dengan
demikian barulah masyarakat bisa menilai tentang bagaimana peran sekolah dalam
membentuk pribadi kaum terpelajar.
Untuk menciptakan kepribadian anak menjadi kaum terpelajar, itu bukanlah
hal yang mudah karena kegiatan yang seperti itu harus memiliki landasan. karena
kegiatan pendidikan ini merupakan peristiwa sosial, gejala rohani, dan tindakan
manusiawi dalam hubungannya dengan alam, manusia, dan sistem nilai.
Unsur material pendidikan pada umumnya terhimpun dalam satuan tindak
mendidik yang secara mikro dikenal sebagai situasi pendidikan, atau secara makro
dikenal sebagai kegiatan pendidikan terprogram. Analisis keilmuan tentang kegiatan
pendidikan di sekolah secara makro itu harus memiliki landasan interdisiplinier,
karena kegiatan pendidikan sebagai objek ilmiah merupakan gejala rohani, peristiwa
sosial dan hubungan nilai norma.
Sedangkan muatan pendidikan yang diberikan di sekolah dapat di
akumulasikan dalam enam materi keilmuan, yaitu:
1. Ide abstrak
2. Benda fisik
3. Jasad hidup
4. Gejala rohani
5. Peristiwa sosial
6. Dunia tanda
1. Pengaruh Internal
Yang dimaksud dengan pengaruh internal adalah pengaruh kebudayaan dan
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.
2. Pengaruh eksternal
Pengaruh eksternal yaitu pengaruh akibat adanya perkembangan dunia yang
mengglobal yang berlaku dalam dasawarsa ini.
Akibat adanya pengaruh tersebut, secara tidak langsung memberikan kontribusi
terhadap pembentukan watak dan kreatifitas anak bangsa. Untuk menghadapi kondisi
seperti itu, Ki Hajar Dewantara mengingatkan agar menerapkan strategi “Trikon”
dalam pengelolaan pendidikan. Adapun strategi Trikon itu sebagai berikut:
a. Konvergen, maksudnya agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dengan
baik, artinya dapat seibang dengan kualitas pendidikan negara-negara maju. Maka
sebaiknya adanya adopsi nilai yang di pinjam dari budaya barat, meskipun harus
diadakan filter dalam penggunaannya.
b. Konsentris, maksudnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia
haruslah bertolak dari kebudayaan yang meng-Indonesia, sehingga nilai-nilai luhur
bangsa tetap tertanam dalam generasi bangsa.
c. Kontinuitas, maksudnya bahwa pendidikan di Indonesia haruslah dilakukan secara
terus-menerus.
B. Saran
Demi mewujudkan Indonesia yang pragmatis dan ideologis maka tentunya
tersedia SDA dan SDM yang baik dan berkualitas. Untuk itu memulai menanamkan
pendidikan yang berkarakter mulai dini sangat akan membantu mewujudkan Indonesia
yang merdeka dalam segala bidangnya.