KODIFIKASI
BAB I
PENDAHULUAN
Mepelajari sejarah perkembangan dan pertumbuhan hadis di harapkan
mengetahui terhadap sikap dan tindakan umat Islam terhadap hadis serta usaha
pembinaan dan pemeliharaan pada setiap periode hadis sehinggal pada ahirnya
menghasilkan kitab-kitab dari pembukuan secara sempurna yang dalam islam dikenal
dengan tadwin.1 Studi tentang keberadaan hadis semakin menarik untuk dikaji seiring
Studi hadis tidak hanya dilakukan oleh kalangan muslim melainkan juga
dilakukan oleh kaum orentalis. Bahkan kajian hadis di Dunia Islma semakin menguat
yang dilatar belakangi umat islam untuk menyanggah terhadap kaum orentalis tentang
ketidak aslian hadis2. Misalnya Goldzir, dia meragukan sebagian besar orsinilitas hadis
bahkan yang diriwayatkan ulama’ besar seprti Imam Bukhori hal ini dikarenakan
wafatnya Nabi Muhammad dengan upaya pembukuan hadis sangat jauh, menurutnya
Oleh karena itu mengkaji sejarah berarti mengupayakan mengungkap fakta yang
sebenarnya sehingga sulit untuk menolak keberadaanya. Perjalanan hadis pada setiap
periode mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang di hadapi, dari setiap periode
tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalnnya perlu diajukan ciri-ciri khusus dari
persoalan tersebu
1
Munzi suparta.Ilmu hadis (jakarta : Raja Wali Pers,2011), 69.
2
Ibd, 69
1
BAB II
PEMBAHASAN
menjdai tiga periode yaitu masa Rosululloh, masa Sahabat, dan masa Tabi’in
pada pada awal kemunculannya, uraian ini akan terkait langsung kepada
Hadis.4 Keadaan ini sangat menuntut dan keseriusan serta kehati – hatian para
perbuatan, dan pengakuan atau penetapan Rosululloh SAW. Sehingga apa yang
disampaikan oleh para sahabat dari apa-apa yang telah mereka dengar, lihat dan
3
Mangunsuito, kamus Besar Ilmiah Populer (Jakarta : Widyatama Perss indo, 2011), 298
4
Muhammad Ali Al-Shobuni, Al Tibyan Fi Ulumil Qur’an (Madinah : Daru Al-Shobuni 2003), 29
2
Ada suatu keistimewaan di masa Rosululloh yang membedakan dengan
masa lainnya. Umat islam pada masa ini dapat memperoleh hadis secara
utusan-Nya adalah sebuah paket yang tidak bisa dipisahkan, dan apa-apa yang
dalam Al-Qur’an.
sahabatnya yaitu :8
Melalui para jamaah pada pusat pembinaannya yang disebut majlis al-
ilmi. Melalui majlis ini para sahabat memperoleh banayak peluang untuk
5
Dr. H. Mundzir Suparta Ilmu Hadis ( Jakarta :Raja Wali Pers 2010), 71.
6
Al-Qur’an (Qs. Al-Najm (53):3-4)
7
Dr. H. Mundzir Suparta Ilmu Hadis ( Jakarta :Raja Wali Pers 2010), 72. yang mengutip dari
Dr.Musthafa Al-Saba’I Al-Sunnah Wamakanatuha (kairo Dar Al-Salam,1998), 64.
8
Ibd.72
3
menerima Hadis sehingga mereka berusaha mengkonsentrasikan diri
para sahabat tertentu yang kemudian disampaikan kepada orang lain. Hal
ini karena terkadang ketika beliau mewurudkan hadis para sahabat yang
hadir hanya beberapa saja baik karena disengaja oleh Rosululloh sendiri
atau secara kebetulan sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja,
bahkan hanay satu orang, seperti Hadis yng di tulis Abdulloh Ibn Amr
Ibn Al-Ash.
Cara lain yang dilakukan Rosululloh adalah melalui ceramah dan pidato
Pada masa Rosululloh sedikit sekali sahabat yng bis menulis sehingga
yang menjadi andalan paling ampuh mereka adalah hafalan. Menurut Abd Al-
Nashr, Alloh telah memberi keistimewaan kepada para sahabat dengan kekuatan
hadis, dan syair. Dengan baik seakan mereka membaca dari sebuah buku.10
majlis Nabi atau tempat untuk menyampaikan risalah Islamiyah seperti dimasjid,
9
Ibd.73. yang mengutip dari Ibnu Hjar AL-Asqolani Fath Al-Bari (Beirut : Dar Alfikr wa maktubah Al-
Salafiyyah),150
10
Idri Studi Hadis (Jakarta :Kencana 2013), 35.
4
halaqoh ilmu, dan diberbagai tempat yang dijanjikan Rosululloh . Rosululloh
menjadi pusat narasumber, refrensi, dan tumpuan pertanyaan ketika para sahabat
menghadapi masalah, baik secara langsung atau tidak langsung seperti melalui
adalh orng –orang yang paling mengetahi keadaan Rosululloh dalam masalah
keluarga.
Hadis pada waktu itu pada umumnya hanya diingat dan dihafal oleh para
sahabat dan tidak ditulis seperti Al-Qur’an Ketika disamapaikan oleh Nabi
karena situasi dan kondisi tdiak memungkinkan. 11 Memang Nabi melarang bagi
umum karena hawatir bercampur anatara Hadis dan Al-Qur’an. Banyak yang
melarang para sahabat untuk menulis hadis, diantara hadis yang melarang
hadis bercampur dengan Al-Qur’an yangs saat itu masih proses penurunan. Oleh
karena itu maka pada saat itu Nabi Melarang keras kepada sahabat untuk
menulis dan mencatat hadis agar tidak bercampur dengan Al-Qur’an Al-Karim.
11
Abd Majid Khon Ulumul Hadis (Jakarta : Amzah 2012) 49
12
Dr.H.Mundzir Ilmu Hadis ...77 yang mengutip dari Ibnu Hajar Al-Asqalani Fath Al-Bari (Beirut : Dar Al-
Fikr wamaktabah Al-Salafiyah).218
5
Larangan menulis hadis tidaklah umum kepada semua sahabat, ada
sahabat tertentu yang diperbolehkan menulis hadis. Nabi melarang menulis hadis
Umar, ia berkata “ aku pernah menulis segala sesuatu yang aku dengr dari
padahal Rosululloh bersabda dalam keadaan marah dan senang” kemudian aku
menahan diri (untuk tidak menulis hadis) hingga aku ceritakan kejadian itu
Adanya larangan tersebut berakibat banyak hadis yang tidak ditulis dan
seandainya Nabi tidak pernah melarang pun tidak mungkin hadis dapat ditulis
karena menurut M. Suyudi Ismail hal ini disebabkan oleh beberapa alasan
berikut :
pandai menulis.
13
Idri, Studi Hadis...36
6
Sanagat sulit seluruh pernyataan, perbuatan, ketetapan, dan hal-hal orang
masih hidup dapat lansung dicatat oleh orang lain, apalagi dengan alat
sederhana.14
2) Larangan menulis hadis itu ditujukan bagi orang yang kuat hafalnnya dn
pandai menulis dan tidak dikhawatirkan salah dan bercampur dengan Al-
Qur’an.
5) Larangan itu bersifat umum, sedangkan izin menulis hadis bersifat husus
kepada para sahabat yang dijamin tidak mencampurkan catatan hadis dan
Al-Qur’an.
14
Ibd,...37
7
7) Larangan berlaku ketika wahyu masih turun, belum dihafal dan dicatat.
Adapun ketika wahyu yang tururn sudah dihafal dan dicatat, maka
dua pegangan sebagai dasar pedoman hidupnya yitu Al-Qur’an dan Hadis yang
harus dipegangi bagi pengaturan aspek seluruh kehidupan ummat setelah Nabi
Sahabat Nabi yang pertama menerima kepemimpinan itu adalah Abubakar As-
Shiddiq (wafat pada tahun 13 H./634 M.) kemudian disusul oleh Umar Bin
Khattab (wafat pada tahun 23 H./644 M.) usman bin Affan (wafat 35 H./656
M.), Ali bin Abi Thalib (wafat pada tahun 40H./661 M.). Keempat khalifah ini
Sesudah Ali bin Abi Thalib wafat, maka berakhirlah era sahabat besar
dan menyusul era sahabat kecil. Dari pada itu muncullah para tabiin bsar yang
bekerja sama dalam perkembangan pengetahuan dengan para sahabat Nabi yang
masih hidup pada masa itu. Dianatara sahabat Nabi yang masih hidup setelah
periwayatan hadis Nabi ialah ‘A’isyah isteri Nabi ( wafat pada tahun 57 H./578
M.), Abu Khurairah (wafat pada tahun 58 H./678 M.), ‘Abdullah Bin Abbas
15
Ibd,...38
16
M. Syuhudi Ismail, kaedah-kaedah keshahehan sanad hadis (Jkarta : Buln Bintang 1995),41.
8
(wafat pada tahun 68 H./687 M.), Abdullah Bin Umar Bin Al-Khattab (wafat
pada tahun 73 H./692 M.), dan Jabir Bin Abdullah (wafat 78 H./697 M.)17
syari’ah pertama setelah Al-Qur’an Al-karim. Mereka tidak mau menyalahi as-
tidak mau berpaling sedikitpun dari as-Sunnah warisan beliau. Mereka berhati-
hati dalam meriwayatkan hadits dari Nabi saw. karena khawatir berbuat
kesalahan dan takut as-Sunnah yang suci tiu ternodai oleh kedustaan atau
pengubahan. Oleh karena itu mereka menempuh segala cara untuk memelihara
dari Rasulullah., bahkan sebagian dari mereka lebih memilih bersikap “sedikit
yakni:19
a. Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi
dengan lafazhnya karena tidak hafal lafazhnya asli dari Nabi saw.
hadits Nabi.
17
Ibd, 41.
18
Akrom Fahmi, Sunnah Qabla Tadwin (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 124.
19
H. Endang Soetari, Ilmu Hadits (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), 46.
9
Menurut Muhammad bin Ahmad al-Dzahabiy (wafat 748 H/1347
kasus waris untuk seorang nenek. Suatu ketika, ada seorang nenek
menghadap kepada Khalifah Abu Bakar, meminta hak waris dari harta
petunjuk al-Qur’an dan prektek Nabi yang memberikan bagian harta waris
kepada nenek. Abu Bakar lalu bertanya kepada para shahabat. Al-
Mughirah bin Syu’bah menyatakan kepada Abu Bakar, bahwa Nabi telah
nenek itu. Mendengar pernyatan tersebut, Abu Bakar meminta agar al-
seperenam bagian berdasarkan hadits Nabi saw yang disampaikan oleh al-
Mughirah tersebut.20
20
H. Endang Soetari, Ilmu Hadits (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), 42.
10
Umar dikenal sangat hati-hati dalam periwayatan hadits. Hal ini
Ubay bin Ka’ab. Umar barulah bersedia menerima riwayat hadits dari
Ubay, setelah para shahabat yang lain, diantaranya Abu Dzarr menyatakan
telah mendengar pula hadits Nabi tentang apa yang dikemukakan oleh
banyak.
memalingkan perhatian umat Islam dari al-Qur’an. Dalam hal ini, dia
11
Niatnya menghimpun hadits diurungkan bukan karena alas an
jauh berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khalifah
Ahmad bin Hambal meriwayatkan hadits nabi yang berasal dari riwayat
‘Usman sekitar empat puluh hadits saja. Itupun banyak matan hadits yang
terulang, karena perbedaan sanad. Matn hadits yang banyak terulang itu
Dari uraian diatas dapat dinyatakan, bahwa pada zaman ‘Usman bin
Affan, kegiatan umat Islam dalam periwayatan hadits tidak lebih banyak
21
H. Endang Soetari, Ilmu Hadits (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), 47.
12
‘Umar bin Khatthab. Usman melalui khutbahnya telah menyampaikan
seruan itu tidak begitu besar pengaruhnya terhadap para perawi tertentu
karena selain pribadi ‘Usman tidak sekeras pribadi ‘Umar, juga karena
ketat.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pun tidak jauh berbeda dengan sikap
bahwa fungsi sumpah dalam periwayatan hadits bagi ‘Ali tidaklah sebagai
periwayatan hadits
13
yang dinilai memiliki kredibilitas yang tinggi tidak dibebani kewajiabn
menjadi mush-haf.
menulis hadits.
periwayatan hadis . Hanya saja pada masa ini tidak terlalu berat seperti seperti
pada masa sahabat. Pada masa ini Al-Qur’an sudah terkumpul dalam satu
mushaf dan sudah tidak menghawatirkan lagi. Selain itu, pada akhir masa Al-
a. Madinah, dengan tokoh dari kalangan sahabat seperti ‘Aiyah dan Abu
Hurayrah.
c. Kufah, dengan tokoh dari kalangan sahabat seperti ‘Abd Allah Ibn Mas’ud
22
Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana, 2013), 44-45.
14
d. Basrah, dengan tokoh dari kalangan sahabat seperti ‘Utbah Ibn Gahzwan
e. Syam, dengan tokoh dari kalangan sahabat seperti Mu’ad Ibn Jabal
f. Mesir, dengan tokoh dari kalangan sahabat ‘Abd Allah Ibn Amr Ibn Al-Ash
Pada masa ini muncul kekeliruan dalam periwayatan hadis dan juga
muncul hadis palsu. Faktor terjadinya kekeliruan pada masa setelah sahabat itu
antara lain:23
a. Periwayat hadis adalah manusia maka tidak akan lepas dari kekeliruan
Pemalsuan hadis dimulai sejak masa ‘Ali Ibn Abi Thalib buukan karena
masalah politik tetapi masalah lain. Menghadapi terjadinya pemalsuan hadis dan
a. Melakukan seleksi dan koreksi oleh tentang nilai hadis atau para
periwayatnya
Pada masa ini terjadi kodifikasi hadis yang dimulai pada masa Umar bin
Abd Aziz yang mengintrupikan pada Muhammad bin syihab Al-zuhri karena dia
23
Ibid, 45-46.
24
Ibid, 46.
15
dinilai paling mampu dalam hadis. Sehingga pada masa lahir kodifikasi hadis
secara resmi.25
mudawwin hadis menyeleksi hadis secara ketat. Masa ini dimulai ketika
pemerintahan dipegang oleh dinasti bani ‘Abbasiyah khususnya pada masa Al-
Makmun.26
BAB III
KESIMPULAN
25
Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana, 2013), 46.
26
Ibid, 48.
16
1. Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepadaanya dijelaskannya melalui perkataan,
perbuatan, dan pengakuan atau penetepan Rasulullah SAW. Sehingga apa yang
disampaikan oleh para sahabat dari apa yang mereka dengar, lihat, dan saksikan
2. Nabi wafat pada tahun 11 H, kepada umatnya beliau meninggalkan dua pegangan
sebagai dasar pedoman hidupnya, yaitu al-Qur’an dan Hadits yang harus dipegangi
bagi pengaturan seluruh aspek kehidupan umat. Setelah Nabi saw wafat, kendali
kepemimpinan umat Islam berada di tangan shahabat Nabi. Shahabat Nabi yang
pertama menerima kepemimpinan itu adalah Abu Bakar as- Shiddiq ( wafat 13
H/634 M) kemudian disusul oleh Umar bin Khatthab (wafat 23 H/644 M), Utsman
bin Affan (wafat 35 H/656 M), dan Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H/661 M).
keempat khalifah ini dalam sejarah dikenal dengan sebutan al-khulafa al-Rasyidin
3. Sebagaimana para sahabat para tabiin juga cukup berhati-hati dalam periwayatan
hadis . Hanya saja pada masa ini tidak terlalu berat seperti seperti pada masa
sahabat. Pada masa ini Al-Qur’an sudah terkumpul dalam satu mushaf dan sudah
tidak menghawatirkan lagi. Selain itu, pada akhir masa Al-Khulafa Al-Rasyidun
4. Pada masa ini terjadi kodifikasi hadis yang dimulai pada masa Umar bin Abd Aziz
yang mengintrupikan pada Muhammad bin syihab Al-zuhri karena dia dinilai
paling mampu dalam hadis. Sehingga pada masa lahir kodifikasi hadis secara resmi.
17
a. Hadis Pada Masa Awal Sampai Akhir Abad III H
mudawwin hadis menyeleksi hadis secara ketat. Masa ini dimulai ketika
pemerintahan dipegang oleh dinasti bani ‘Abbasiyah khususnya pada masa Al-
Makmun.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan,
kami juga sebagai pemakalah dari tema ini sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca makalh ini, khususnya dosen pengampu Studi Hadis untuk memberikan
motivasi yang bisa membangun intelektual kami, agar makalah ini lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
18
Al-Shobuni,Muhammad Ali. 2003,Al-Tibyan Fi ‘Ulumil qur’an. Madinah: Daru Al-
Shobuni.
Bintang.
19