Forensik Medikoetikolegal
Visum et Repertum Surat Kematian
Tanatologi
Informed Consent
Traumatologi Forensik
Biomedical Ethics
Asfiksia
Drowning
Medical Record
• Jika orang yang meninggal berada dalam •Dokter menerima laporan kematian
perawatan seorang dokter, diagnosis Pemeriksaan luar terhadap mayat (tanpa
penyakitnya telah diketahui, dan surat permintaan visum et repertum dari
kematiannya diduga karena polisi) dan verbal autopsy pada keluarga
penyakitnya tersebut Tidak ada tanda kekerasan atau
keracunan serta kecurigaan lain
Memutuskan kematian adalah wajar
Menyerahkan jenazah pada keluarga
Membuat serta menandatangani surat
keterangan kematian (Formulir A)
Cara kematian pada kematian tidak wajar meliputi
Kematian Tidak Wajar pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan
Kategori kasus yang harus dilaporkan kepada
penyidik (Pasal 108 KUHAP) Alur Tatalaksana
• Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau • Dokter menerima laporan kematian
penjara Pemeriksaan awal dan verbal autopsy pada orang
• Kematian terjadi bukan karena penyakit dan di sekitar lokasi Mencurigai bahwa kematian
bukan karena hukuman mati terjadi secara tidak wajar Melaporkan kepada
• Adanya penemuan mayat di mana penyebab dan penyidik berdasarkan pasal 108 KUHAP
informasi mengenai kematiannya tidak ada Penyidik membuat surat permintaan visum et
• Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa repertum jenazah Meminta izin keluarga
kemungkinan kematian akibat perbuatan untuk dilakukan autopsy dalam 2x24 jam (jika
melanggar hukum lebih dari waktu ini keluarga btlum
menyampaikan persetujuan, dokter dapat
• Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi langsung memeriksa tanpa “izin” Dokter
kematiannya mengindikasikan akibat bunuh diri melakukan pemeriksaan jenazah dan autopsy
• Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter Dokter yang melakukan pemeriksaan membuat
• Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak VeR dan menandatangani surat keterangan
dapat memastikan penyebab kematiannya kematian (Formulir A) Menyerahkan jenazah
kepada keluarga setelah pemeriksaan selesai
PELAPORAN KEMATIAN
Pelapor kematian mengisi dan menyerahkan formulir
Setiap kematian wajib dilaporkan oleh pelaporan kematian dengan melampirkan persyaratan
keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada petugas
Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana paling registrasi di kantor desa/kelurahan untuk diteruskan
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kepada instansi pelaksana .
kematian.
Kepala desa/lurah menerbitkan surat keterangan
Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud kematian dan disampaikan kepada yang bersangkutan
pada ayat (1) harus melampirkan persyaratan:
a.surat pengantar dari RT dan RW untuk Pejabat pencatatan sipil pada instansi pelaksana
mendapatkan surat keterangan kepala mencatat pada register akta kematian dan menerbitkan
desa/lurah; dan/atau kutipan akta kematian
b. KK dan/atau KTP yang bersangkutan; Instansi pelaksana memberitahukan data hasil
c.Surat keterangan kematian dari dokter yang pencatatan kematian kepada instansi pelaksana tempat
berwenang dari fasilitas pelayanan kesehatan domisili yang bersangkutan;
terdekat. instansi pelaksana tempat domisili mencatat dan
merekam dalam database kependudukan.
• Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yang berwenang, mengenai hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia
berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan
Definisi Visum
et Repertum
• Staatsblad (Lembaran Negara) No 350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang menyatakan VeR adalah “Suatu Keterangan
tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksanya yang
mempunyai daya bukti dalam perkara pidana”
• Pasal 133 KUHAP: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan,
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”
Dasar Hukum • PP No 27 tahun 1983: “Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, kepangkatan penyidik
pembantu adalah bintara serendah-rendahnya adalah Sersan Dua”
Nilai Visum et KUHAP pasal
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
Repertum ->
sebagai alat 184: Alat bukti 3. Surat
Visum et Repertum
terbatas pada “apa yang
dilihat dan ditemukan
oleh si pembuat”,
sehingga dimasukkan ke
dalam alat bukti surat
Visum et Repertum (VeR) dibuat atas permintaan dari penyidik Polri melalui surat resmi.
Surat permintaan VeR tersebut harus diantar oleh petugas kepolisian dan hasilnya diserahkan langsung kepada
penyidik.
Salinan VeR tidak boleh diserahkan kepada siapapun. Selain penyidik POLRI, Instansi lain yang berwenang meminta
VeR adalah Polisi Militer, hakim, jaksa penyidik dan jaksa penuntut umum.
Sebelum tindakan pemeriksaan untuk pembuatan VeR, perlu dibuatkan informed consent. Apabila korban/keluarga
menolak untuk diperiksa maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis secara singkat penolakan tersebut dari
korban/keluarga disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan, agar mencatatnya didalam rekam medis.
Pantas tidaknya
2 VeR kejahatan
susila
Bukti
persetubuhan Bukti kekerasan Perkiraan umur korban untuk
dikawin
Visum
hidup
Kejahatan
Psikodinamik
3 VeR psikiatrik Penyakit jiwa sebagai produk
penyakit jiwa
kejahatan
Waktu
Sebab Mekanisme
perkiraan
Visum
4 VeR jenazah kematian kematian Cara kematian
kematian mati
1, 2, 4: mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai korban
3: mengenai mental atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana
Bentuk dan Susunan Visum et Repertum
VeR definitif: dibuat seketika, korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga
dapat dibuat kesimpulan.
VeR sementara: VeR yang dibuat untuk sementara waktu karena korban memerlukan perawatan &
pemeriksaan lanjutan sehingga derajat perlukaan belum dapat ditentukan. VeR ini tidak ditulis
kesimpulan tapi hanya keterangan bahwa saat VeR dibuat korban masih dalam perawatan.
VeR lanjutan: VeR yang dibuat setelah luka korban telah dinyatakan sembuh atau pindah rumah sakit
atau pindah dokter atau pulang paksa. Pada VeR ini sudah dapat dibuat kesimpulan.
KMK 1226/2009
PMK 68/2013 PEDOMAN PENATALAKSANAAN PELAYANAN TERPADU
KEWAJIBAN PEMBERI LAYANAN KESEHATAN UNTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI
MEMBERIKAN INFORMASI ATAS ADANYA DUGAAN
KEKERASAN TERHADAP ANAK
RUMAH SAKIT
KMK 1226/2009
Selain itu visum ini juga menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi
fisik atau raga manusia
VeR Jenazah
• Pasal 134
• (1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian
bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
• (2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut.
• (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik
segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
133 ayat (3) undang-undang ini.
• Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat
keterangan kematian.
Kerahasiaan dalam Hasil Pemeriksaan Forensik
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN Penggunaan keterangan ahli, atau VeR hanya
juga berlaku untuk bidang kedokteran forensik untuk keperluan peradilan
• Pasal 4
• (1) Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau
menggunakan data dan informasi tentang pasien wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
Berkas VeR hanya boleh diserahkan kepada
• (2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• a. dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memiliki akses penyidik yang memintanya
terhadap data dan informasi kesehatan pasien;
• b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;
• c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;
Untuk mengetahui isi VeR, pihak lain harus
• d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan; melalui aparat peradilan, termasuk keluarga
• e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan; korban
• f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan,
perawatan, dan/atau manajemen informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
• (3) Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran berlaku selamanya, walaupun
pasien telah meninggal dunia. Hak Menolak Membuka Rahasia Kedokteran
• Walaupun pengadilan meminta seorang dokter untuk membuka
rahasia kedokteran, dokter memiliki hak tolak
(verschoningsrecht) (Pasal 170 KUHAP) → Hakim menentukan sah
atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut
Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan
aparatur penegak hukum (PERMENKES 36/2012)
Pembukaan rahasia
Dalam hal pembukaan
kedokteran sebagaimana Permohonan untuk
rahasia kedokteran
dimaksud dapat melalui pembukaan rahasia
Dilakukan pada proses dilakukan atas dasar
pemberian data dan kedokteran sebagaimana
penyelidikan, perintah pengadilan atau
informasi berupa visum dimaksud harus
penyidikan, penuntutan, dalam sidang
et repertum, keterangan dilakukan secara tertulis
dan sidang pengadilan. pengadilan, maka rekam
ahli, keterangan saksi, dari pihak yang
medis seluruhnya dapat
dan/atau ringkasan berwenang.
diberikan.
medis.
• To help identify three elements of the crime:
Forensic • the cause of death,
• the mechanism of death
Autopsy • the manner of death
Bila penyidik dalam rangka penyidikannya memerlukan bantuan dokter, maka dokter
wajib untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
Prosedur ekshumasi diatur oleh KUHAP, perlu peermintaan pemeriksaan dari penyidik.
Perlu koordinasi baik dengan pemerintah daerah setempat (dinas pemakaman).
Pemeriksaan bisa langsung dilakukan di tempat. Bila curiga ada riwayat keracunan
logam berat, sampel tanah diambil untuk pemeriksaan toksikologi.
Tanatologi
Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut
• Terhentinya ketiga sistem kehidupan yang ditentukan dengan Mati otak (mati batang otak)
alat sederhana, namun dengan alat yang lebih canggih masih • Kerusakan seluruh otak secara ireversibel, termasuk
dapat dibuktikan bahwa ketiga system tersebut masih
berfungsi batang otak dan serebelum
• Seseorang secara keseluruhan tidak dapat
Mati seluler (mati molekuler) dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat
dihentikan
• Kematian organ atau jaringan yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis
Tanda Kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Pasti Kematian
Livor mortis
• Accumulation of red cell by
gravity
• The dependent and
compression-free part of the
body
• Thumb pressure (+/-)
• Flat
Rigor Mortis
• Temperature-dependent physicochemical change that occurs within muscle cells as a result of lack of oxygen
• Periode Relaksasi Primer
• Terjadi segera setelah kematian, berlangsung selama 2-3 jam, seluruh otot mengalami relaksasi dan dapat
digerakkan ke segala arah
• Kaku Mayat (Rigor Mortis)
• Setelah terjadi kematian tingkat seluler, karena ketiadaan oksigen, maka asam laktat akan terbentuk dan
ATP tidak dihasilkan lagi
• Dalam keadaan ATP rendah dan tingkat keasaman yang tinggi, maka serabut aktin dan myosin akan
berikatan dan menimbulkan kekakuan
• Kekakuan dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal) dan menjalar
kraniokaudal
• Periode Relaksasi Sekunder
• Terjadi relaksasi kembali karena telah terjadi dekomposisi dari serabut aktin dan myosin
• Keadaan lingkungan Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab
• Usia Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama
• Cara kematian Pada pasien dengan penyakit kronis dan sangat kurus, kaku mayat
cepat terjadi dan berlangsung tidak lama
• Kondisi otot Semakin berat massa otot (atletis), kaku mayat semakin lambat terjadi
• Aktivitas premortal Aktivitas tinggi sebelum kematian, kaku mayat lebih cepat terjadi
• Penyakit Wasting disease or any condition that lead to extreme exhaustion – rapid
onset of rigor mortis, laaasting for a short duration.
Rigor Mortis pada Organ Lain
• Terpengaruh oleh rigor mortis juga, dan tidak sama pada kedua mata,
Iris: sehingga ukuran kedua pupil tidak sama. Iris pada pemeriksaan post
mortem tidak bisa jadi acuan untuk penyebab kematian (keracunan atau
keadaan neurologis).
Erector pili: • terpengaruh oleh rigor, sehingga rambut terkesan lebih panjang
(goose flesh appearance).
Diagnosis Banding Kaku Mayat
Kekakuan karena panas (Heat Kekakuan karena dingin (Cold Spasme cadaver (Cadaveric
stiffening) stiffening) spasm, instantaneous rigor)
• Terjadi jika mayat terpapar pada • Pada suhu yang sangat dingin, • Keadaan ini terjadi jika sebelum
suhu yang lebih tinggi dari 75oC, terjadi pembekuan jaringan meninggal, korban melakukan
atau jika mayat terkena arus lemak dan otot aktivitias tinggi, sehingga lebih
listrik tegangan tinggi terjadi • Bila sendi ditekuk akan terdengar cepat mengalami kekakuan
koagulasi protein sehingga otot bunyi pecahnya es dalam rongga setelah meninggal
menjadi kaku sendi • Pada kekakuan ini tidak
• Pada kasus terbakar, keadaan • Bila mayat dipindahkan ke mengalami tahapan relaksasi
mayat menunjukan postur tempat dengan suhu lingkungan primer dan bentuk kekakuan
tertentu yang disebut dengan yang lebih tinggi maka kekakuan menunjukkan aktivitas terakhir
pugilistic attitude, yaitu suatu akan hilang korban
posisi di mana semua sendi
berada dalam keadaan fleksi dan
tangan terkepal
• Perbedaan antara kaku mayat
dan kaku karena panas adalah
adanya tanda bekas terbakar,
otot akan mengalami laserasi bila
dipakasa untuk diregangkan, dan
tidak terjadi relaksasi primer
maupun sekunder
Parameter Kaku Mayat Spasme Kadaver
Mulai timbul 1-2 jam setelah meninggal Segera setelah meninggal
Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga
dengan sedikit tenaga kuat untuk melawan
Dekomposisi organ
Dekomposisi organ
24 jam pasca mati yang lambat
36 jam pasca mati yang cepat membusuk
Munculnya belatung membusuk
Pembusukan mulai (laring, trakea, otak, GI
Kulit melepuh (blister) (uterus non-gravid,
terjadi tract
prostat)
External Phenomenon
• Perubahan warna:
• Timbul komponen gas berbau:
• warna kehijauan pada perut kanan bawah
(dalam 18-36 jam) – Distensi abdomen (dalam 12-18 jam)
• marbling (dalam 36-48 jam) – Blister (dalam 36 jam)
• hitam (dalam 3-4 hari) – Bloating wajah (dalam 2-3 hari)
– Perdarahan dari orifisium / luka
– Aspirasi makanan
• Perubahan lain:
– Ekspulsi urine dan feses (dalam 2-3 hari)
• Kornea putih dan datar (dalam 12-18 jam)
• Sidik jari mengeru dan terkelupas ( dalam – Kulit mengelupas
36-48 jam) – Seluruh tubuh membengkak
• Pencairan lemak
• Pengenduran ikatan: rambut, kuku, gigi • Muncul larva dalam 1-2 hari
Internal Phenomenon
• Pertimbangan kecepatan organ yang • Urutan pembusukan:
mengalami pembusukan: 1. Larynx dan trakea (12-24 jam)
• Lembut >> padat 2. Otak anak-anak
3. Gastrointestinal (24-36 jam)
• Banyak aliran darah >>sedikit aliran
4. Limpa (1-3 hari)
darah 5. Omentum dan mesenteri (1-3 hari)
• Banyak bakteri >> sedikit bakteri 6. Hepar ( 12-36 jam)
• Banyak jaringan otot dan fibrous tissue 7. Otak dewasa
8. Jantung
akan lebih lama
9. Paru-paru
10. Ginjal
11. Adrenal
12. Vesica urinaria (2 hari)
13. Esophagus
14. Pancreas
15. Diafragma
16. Pembuluh darah
17. Vesica felea
18. Kulit, otot, tendon
19. Prostat dan uterus (non-gravid) soft organ terakhir yang
terdekomposisi
20. Tulang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan
Uji Reinsch Arsen 10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan hingga terbentuk AsCl3.
Celupkan batang tembaga ke dalam larutan
HASIL: akan terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada
permukaan batang tembaga tersebut
Uji Dilusi Alkali CO •Siapkan 2 tabung reaksi. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam
tabung pertama dan 1-2 tetes darah normal ke dalam tabung kedua
(sebagai kontrol negatif).
•Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna
merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung
CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah
keruh.
•Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung
kemudian dikocok.
HASIL: Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah
hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali.
Nama Tes Senyawa Cara & hasil
Uji kertas Sianida Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab.
saring Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering,
kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes
HASIL: positif bila warna berubah menjadi ungu
Uji guajacol Sianida Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring (panjang 3-4
(Schonbein- cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu
Pagenstecher) celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas
jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan,
agar KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan
HASIL positif akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring.
Traumatologi Forensik
Lecet gores
Lecet serut
Vulnus
excoriatum/lecet
Lecet tekan
Tumpul Contusio/memar
Trauma
Stab/tusuk
Vulnus
Tajam incisum/iris
Compression and
Brush (luka lecet serut) sliding (luka lecet geser)
Antemortem Abrasions
• Reddish-brown color
• Margins are blurred due to
vital reactions
Lecet geser
Postmortem Abrasions
• Yellowish in color
• Translucent area
• Margins are sharply defined
• Absence of vital reactions
Lecet tekan
Ex. tyre marks
Contusio Infiltration or extravasation of blood into the tissue due to
luka memar rupture of vessels by the application of blunt force
Luka tusuk pisau mata satu Luka tusuk pisau mata dua
Vulnus incisum (luka iris) Chop (luka bacok)
Produced by sharp cutting instruments A chop wound is produced by an heavy
(knife, razor, blade) instrument with a cutting edge (for
The sharp edge of the instrument is example ‘axe’)
pressed into and drawn along the surface It is an incised-like wound but it’s depth is
of the skin, producing a wound whose almost same great as its length
length is greater than its depth
Edges are regular, clear cut, retracted and
averted, except in neck and scrotum,
edges are inverted
Luka iris:
jembatan Luka bacok:
jaringan (-), tepi luka rata,
tepi luka rata panjang=dalam
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada
Derajat Perlukaan
Luka Ringan Luka Sedang Luka Berat
• Tidak menimbulkan penyakit • Di antara luka ringan dan luka • Jatuh sakit atau mendapat
atau halangan untuk berat luka yang tidak memberi
menjalankan jabatan atau • Mengakibatkan korban tidak harapan akan sembuh sama
pekerjaan (KUHP 352) dapat melakukan pekerjaannya sekali atau menimbulkan
• Umumnya tanpa luka, atau karena sakit (pijn/pain) yang bahaya maut (KUHP 90)
dengan luka lecet atau memar dialami, tetapi tidak sampai • Tidak mampu terus menerus
kecil di lokasi yang tidak mengakibatkan luka berat untuk menjalankan tugas
berbahaya/tidak menurunkan • Dapat merupakan hasil dari jabatan atau pekerjaan
fungsi alat tubuh tindak penganiayaan (KUHP • Kehilangan salah satu panca
pasal 351 (1) atau 353 (3)) indra
• Cacat berat
• Sakit lumpuh
• Terganggu daya pikir selama
empat minggu lebih
• Gugur atau matinya
kandungan seorang
perempuan
Asfiksia
Definisi
• Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan
oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea)
Etiologi
• Penyebab alamiah penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri atau
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
• Trauma mekanik trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau halangan pada
saluran napas
• Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
Hipoksik-hipoksia Di Anemik-hipoksia Darah Stagnan-hipoksia Di mana Histotoksik-hipoksia Di
mana oksigen gagal untuk yang tersedia tidak dapat oleh karena sesuatu terjadi mana oksigen yang terdapat
masuk ke dalam sirkulasi membawa oksigen yang kegagalan sirkulasi di dalam darah, oleh karena
darah cukup untuk metabolism sesuatu hal, tidak dapat
dalam jaringan dipergunakan oleh jaringan
Fase Asfiksia
Fase Dispnea
• Penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida merangsang respiratory center di medulla
oblongata amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat sebagai kompensasi terjadi dyspnea
Fase Konvulsi
• Peningkatan karbon dioksida lebih lanjut merangsang susunan saraf pusat terjadi konvulsi (kejang)
kejang klonik kejang tonik spasme opistotonik
Fase Apnea
• Depresi respiratory center pernapasan melemah kesadaran menurun dan relaksassi sfingter
Fase Akhir
• Paralisis pusat pernapasan lengkap
Pemeriksaan Jenazah
Penyumbatan Pencekikan
Pembekapan Penjeratan Gantung Tenggelam
(Gagging dan (Manual
(Smothering) (Strangulation) (Hanging) (Drowning)
Choking) Strangulation)
Pembekapan (Smothering) Penyumbatan (Gagging dan Choking)
• Penutupan lubang hidung dan mulut yang • Gagging sumbatan jalan napas pada orofaring
menghambat pemasukan udara ke paru-paru • Choking sumbatan jalan napas pada laringofaring
• Bunuh diri (suicidal smothering) misal pada • Bunuh diri (suicidal choking) jarang terjadi karena
penderita penyakit jiwa menggunakan bantal untuk ada reflex batuk dan muntah
menutupi hidung dan mulut • Pembunuhan (homicidal choking) umumnya
• Pembunuhan (homicidal smothering) misal pada korban adalah bayi atau orang dengan fisik yang
kasus pembunuhan anak sendiri lemah
• Kecelakaan (accidental smothering) missal pada • Kecelakaan (accidental choking) tersedak
bayi bulan-bulan pertama kehidupannya makanan saat berbicara atau tertawa (bolus death)
• Pemeriksaan luar luka lecet tekan atau geser pada • Pemeriksaan luar terdapat benda asing pada
hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan gigi mulut, orofaring, atau laringofaring
Pencekikan (Manual Strangulation) Penjeratan (Strangulation)
• Penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan • Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai,
dinding saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi kawat dan sebagainya melingkari atau mengikat leher
penyempitan saluran napas sehingga udara pernapasan hingga saluran pernapasan tertutup
tidak dapat lewat • Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban
• Pemeriksaan luar sendiri dengan simpul hidup dengan jumlah lilitan lebih dari
• Pembendungan muka dan kepala akibat tertekannya satu
pembuluh vena dan arteri superfisial • Pembunuhan pengikatan biasanya dengan simpul mati
• Luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan sabit akibat • Kecelakaan misalnya pekerja yang bekerja dengan tali
penekanan kuku jari kemudian terjatuh dan terlilit
• Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior kartilago • Pemeriksaan luar
thyroid unilateral • Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat
pada kasus gantung
• Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent
scotch tape, kemudian dilihat di bawah mikroskop
• Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
Gantung (Hanging)
• Kasus gantung hamper sama dengan kasus penjeratan, namun asal tenaga jerat berasal dari tubuh korban sendiri
• Berdasarkan posisi korban
• Complete hanging kedua kaki tidak menyentuh lantai
• Partial hanging kedua kaki masih menyentuh lantai
• Berdasarkan posisi titik gantung
• Typical hanging titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis paling besar
• Atypical hanging titik gantung terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral)
• Asfiksia seksual (Auto-erotic hanging)
• Deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan kepuasan terlambat
mengendurkan tali atau melepaskan diri setelah kehilangan kesadaran
Parameter Pembunuhan Bunuh Diri
Alat penjerat: Simpul mati Simpul hidup
• Simpul
• Jumlah lilitan Hanya satu Satu atau lebih
• Arah Mendatar Serong ke atas
• Jarak titik tumpu-simpul Dekat Jauh
Korban: Mendatar Meninggi ke arah simpul
• Jejas jerat
• Luka perlawanan (+) (-)
• Luka lain Ada, sering di daerah leher Biasa tidak ada, luka percobaan (+)
• Jarak dari lantai Jauh Dekat
TKP: Bervariasi Tersembunyi
• Lokasi
• Kondisi Tidak teratur Teratur
• Pakaian Tak teratur, robek Rapi dan baik
Alat Dari si pembunuh Dari barang di TKP
Surat peninggalan (-) (+)
Ruangan Tak teratur, terkunci dari luar Terkunci dari dalam
Drowning
Definisi Klasifikasi Vicious Cycle of Drowning
Air Asin: Konsentrasi elektrolit lebih tinggi → air akan ditarik dari
sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru → oedem
Mekanisme Spasme Laring (Dry pulmonal hemokonsentrasi, hipovolemi syok hipovolemik
Kematian Drowning) dan henti jantung
Refleks Vagal
(Immersion Drowning Types
Syndrome)
• I Dry Drowning or Immersion Syndrome
• IIa Fresh water
• IIb Salt water
Pemeriksaan Jenazah pada Kasus Drowning
Pemeriksaan Diatom
• Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat
• Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
• Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram tambahkan asam sulfat pekat diamkan selama kurang
lebih setengah hari agar jaringan hancur dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat
sampai terbentuk cairan yang jernih dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga terbentuk sedimen lihat
di bawah mikroskop
• Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
• Pemeriksaan Getah Paru
• Paru disiram air bersih iris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer taruh pada
gelas objek amati di bawah mikroskop
SMOKE
GUNPOWDER
BULLET
FLAME
BARREL
Luka Tembak Masuk Luka Tembak Keluar
• Laceration Like
Bullet Hole
• No Abrasion Zone
Abrasion Zone
A Bullet Hits the Target
Perpendicularly
Abrasion
Zone
FAT ZONE A Greasy Bullet Hits The Target Obliquely
• Because the inside of the barrel of a well-
maintained gun is always greased, it cause Bullet Hole
the outside of the bullet become greasy
after passing it
Blackish-dirty
• This greasy bullet gives a blackish dirty
Abrasion Zone
abrasion zone called fat zone (Fat Zone)
Bullet Hole
Soot
Dirty Bullet Hole
Gunpowder
Particles
The abrasion ring, and a very clear This is a soft contact range gunshot entrance
muzzle imprint, are seen in this hard wound with grey-black discoloration from
contact range gunshot wound the burned powder
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK JARAK
SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA TEMBAK
JARAK SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “ berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH“, ini mengandung arti:
• 1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang
tidak terbakar atau sebagian terbakar.
• 2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata ada
penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Trauma Panas, Dingin, dan Listrik
Burns are caused by the transfer of energy from a physical or chemical source into living
Trauma tissues, which causes disruption of their normal metabolic processes and commonly leads to
irreversible changes that end in tissue death
Panas Complete epidermal necrosis can occur at 44°C if exposed for 6 hours, while such necrosis
occurs within 5 seconds at 60°C and less than 1 second at 70°C
Scalding where the heat source is wet with moist heat from hot water, steam and other hot
liquids
Hyperthermia – a condition where the core body temperature is greater than 40°C (100°F) –
occurs when heat is no longer effectively dissipated, leading to excessive heat retention
©Bimbel
Delayed
• Indistinct red or purple skin discoloration “frost erythema” over large joints, such as the elbows, hips or knees (and
in areas of skin in which such discoloration cannot be hypostasis)
• Haemorrhagic gastric lesions “Wischnewsky spots”
• Tissue injury that varies in severity from erythema to infarction and necrosis following microvascular injury and
thrombosis “frostbite”
• Paradoxical undressing is a phenomenon that describes the finding of partially clothed – or naked – individuals in a
setting of lethal hypothermia confusion and abnormal processing of peripheral cutaneous stimuli in a cold
environment, leading the individual to perceive warmth and thus to shed clothing
• The phenomenon of ‘hide and die syndrome’ describes the finding of a body that appears to be hidden terminal
primitive ‘self-protective’ behavior and may be more commonly
Trauma Listrik
• The essential factor in causing harm is the current (i.e. an electron flow) which is measured in
milliamperes (mA). This in turn is determined by the resistance of the tissues in ohms and the
voltage of the power supply in volts (V).
• Usually, the entry point is a hand that touches an electrical appliance or live conductor, and the
exit is to earth (or ‘ground’), often via the other hand or the feet. In either case, the current will
cross the thorax, which is the most dangerous area for a shock because of the risks of cardiac arrest
or respiratory paralysis.
Pengertian Pembuktian
• Perkosaan Kekerasan atau ancaman kekerasan menyetubuhi seorang wanita di luar perkawinan, termasuk
dengan sengaja membuat orang pingsan atau tidak berdaya (pasal 89 KUHP)
• Persetubuhan di luar perkawinan
• Bila wanita berusia >15 tahun tidak dapat dihukum kecuali jika perbuatan dilakukan dalam keadaan wanita
pingsan atau tidak berdaya
• Bila wanita berusia 12-15 tahun dihukum karena wanita belum waktunya untuk dikawin, akan tetapi harus ada
pengaduan dari korban atau keluarganya (delik aduan)
• Bila wanita berusia <12 tahun dihukum karena wanita belum waktunya untuk dikawin dan tidak diperlukan
adanya pengaduan dari korban (delik temuan)
• Perzinahan Persetubuhan antara pria dan wanita di luar perkawinan, di mana salah satu diantaranya telah kawin
dan pasal 27 BW berlaku baginya. Pasal 27 BW adalah mengenai asas monogamy, di mana dalam waktu yang
bersamaan seorang laki-laki hanya boleh dengan satu istri, dan seorang perempun hanya noleh dengan satu suami.
• Perbuatan cabul Kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan
perbuatan cabul
• Pada kasus homoseksual atau lesbian dimasukkan sebagai kejahatan seksual bila partnernya belum dewasa,
dikatakan dewasa bila secara yuridis berumur di atas 21 tahun atau dibawahnya tapi sudah pernah kawin
DEFINISI PERBUATAN CABUL
• Penetrasi Penis • Luka lecet bekas kuku, gigitan • Pemeriksaan identitas diri (KTP,
• Robekan pada selaput dara (bitemark), serta luka memar SIM, dll)
pada tubuh • Pemeriksaan erupsi gigi molar II
• Luka-luka pada bibir kemaluan
dan dinding vagina • Pemeriksaan toksikologi obat dan III
• Pancaran Air Mani/Sperma atau racun yang dapat • Erupsi molar II 12 tahun
membuat pingsan • Mineralisasi mahkota molar III
(tanda pasti)
• Sperma di dalam vagina tanpa pembentukan akar gigi
12-15 tahun
• Asam Fosfatase, Spermin,
Kholin (Air Mani) • Erupsi molar III 17-21 tahun
• Kehamilan • Pernah atau belumnya
menstruasi, bila belum pernah
• Penyakit Kelamin
menstruasi diobservasi
• GO selama 8 minggu di rumah sakit
• Sifilis
Robekan Selaput Dara
Menentukan adanya Cairan vagina Pewarnaan Malachite- Bagian basis kepala sperma
sperma green pada apusan di gelas berwarna ungu, bagian hidung
objek merah muda
Menentukan adanya Bercak Pakaian Pewarnaan BAECCHI Kepala sperma merah, bagian
sperma bagian tengah ekor biru muda, kepala sperma
tampak menempel pada serabut
Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Dr. Abdul Mun’im Idries benang
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menentukan adanya air Cairan vagina Asam fosfatase Warna ungu timbul dalam waktu
mani kurang dari 30 detik, berarti
as.fosfatase berasal dari prostat;
warna ungu ≤65 detik, indikasi
sedang
Menentukan adanya air Cairan vagina Kristal Kolin Kristal kholin-periodida tampak
mani bentuk jarum-jarum berwarna
coklat
Menentukan adanya air Cairan vagina Kristal spermin/Berberio Kristal spermin pikrat berbentuk
mani rombik/jarum kompas warna
kuning kehijauan
Menentukan adanya air Pakaian 1. Inhibisi as.fosfatase 1. Warna ungu timbul di kerats
mani dengan L(+)as.tartrat saring pertama, dan tidak di
2. Reaksi dengan as.fosfatase kertas saring kedua
3. Sinar UV;visual;taktil dan 2. Warna ungu pada pakaian
penciuman 3. 3. Fluoresensi pada pakaian
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menemukan kuman Sekret uretra dan Pewarnaan Gram Kuman
N.Gonorrhea sekret serviks uteri
Menentukan golongan Cairan vagina yang Serologi ABO Gol.darah dari air mani berbeda
darah berisis air mani dan dengan gol.darah korban (hanya
darah pada tersangka dengan
golongan sekretor)
Sediaan basah Sperma Malachite-green BAECCHI
Kristal kolin warna coklat Kristal spermin seperti jarum Penentuan gol.darah
kompas kuning kehijauan
Pemeriksaan Laboratorium Pelaku Kejahatan Seksual
Menentukan adanya Cairan yang masih Menempelkan gelas objek Epitel dinding vagina berbentuk
sel epithel vagina, melekat di korona mengelilingi korona glandis heksagonal warna coklat/coklat
pada penis glandis lalu ditetesi lugol kekuningan
• Tes Teichmann
Tes Penentuan • Tes Takayama
• Tes Presipitin
Tes Penentuan spesies
Melihat bercak Bercak darah kering Tes luminol Bercak darah bersinar
bersinar (Luminescence) tes paling
sensitif
Melihat kristal Bercak darah kering Tes Teichmann Kristal hemin-HCL bentuk batang
coklat (lebih spesifik tapi kurang
sensitif dibanding benzidin)
Melihat kristal Bercak darah kering Tes Takayama Kristal piridin hemokromogen
bentuk bulu warna jingga (lebih
spesifik tapi kurang sensitif
dibanding benzidin)
Pemeriksaan Bercak Darah
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menentukan bercak Bercak darah kering Tes Presipitin Terbentuk cincin keruh
darah manusia (presipitat)
Penyebab tersering :
Dapat menyebabkan
Kekerasan fatal pada anak 1. cedera kepala,
permasalahan kepribadian
tertinggi saat umur 0-4
dan sikap anak saat 2. cedera abdomen
tahun
beranjak dewasa
3. pembekapan
• Anak mengatakan dirinya dianiaya • Banyak memar dan memar jauh dari • Manajemen tergantung tipe
• Membalik/menyangkal cerita yang penonjolan tulang. (pada kasus non kekerasan yang dialami anak
diungkapkan sebelumnya kekerasan memar sering di • Kerjasama dari berbagai pihak :
• Takut berlebih terhadap ortu penonjolan tulang) Paling sering di Dokter, RS, polisi, psikolog
kepala dan leher • Untuk prevensi : Pelatihan dalam
• Agresif/menarik diri berlebih
• Memar besar, multiple, dan muncul menjadi ortu yang baik dan
• Sulit berhubungan dengan teman
berkelompok pengenalan tentang tumbuh
• Terlalu penurut,pasif
• Memar karena kekerasan pada anak kembang anak, home visit
• Mencederai diri yang immobile biasanya pada dokter/pelayan kesehaatan lain,
• Kabur dari rumah jaringan lunak, multiple, berbentuk program yang meningkatkan
• Menghindari kontak mata sama satu dengan yang lainnya. kerjasama antar anggota keluarga
• Gangguan tidur • Kasus tenggelam ada jejak ikatan
• Kenakalan remaja yang jelas batasnya dan simetris
• Tanda penelantaran : Malnutrisi, • Kasus luka bakar luka bakar yang
dehidrasi, lusuh, gangguan tumbuh simetris dan jelas batasnya
• Fraktur tanpa trauma yang jelas,
biasanya multiple dengan derajat
penyembuhan yang berbeda
• Shaken baby syndrome
• Kerusakan organ abdomen
Abortus
Pengguguran kandungan menurut hukum
• Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa
melihat usia kandungannya
• Tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati
• Yang dianggap penting adalah kandungan masih hidup sewaktu pengguguran dilakukan
Abortus
spontan Indikasi ibu
Abortus Terapeutikus
Abortus
Indikasi anak
Provokatus
Kriminalis
Pelaku abortus yang terkena pidana Abortus yang dilegalkan (PP 61/2014)
Faktor Penting
dilakukan oleh seorang ibu sengaja merampas nyawa sendiri yang dapat dihukum,
atas anaknya pada saat anaknya karena takut apabila orang lain turut
dilahirkan atau tidak berapa ketahuan diancam karena membantu maka orang lain
lama setelah dilahirkan, pembunuhan anak sendiri tersebut diancam sebagai
karena takut ketahuan dengan pidana penjara 7 tindak pembunuhan biasa
bahwa ia melahirkan anak tahun Waktu Tidak disebutkan
Pasal 342 Apabila batasan waktu, hanya
didahului oleh niat atau dinyatakan “pada saat
rencana membunuh dilahirkan atau tidak lama
sebelumnya, diancam karena kemudian” belum timbul
melakukan pembunuhan rasa kasih sayang seorang
anak sendiri dengan rencana ibu
dengan pidana penjara 9 Psikis Terdorong oleh rasa
tahun ketakutan akan diketahu
orang telah melahirkan anak
DDx INFANTICIDE
1. Korban pembunuhan, anak 1. KUHP 341, 342.
sendiri.
2. KUHP 338, 339, 340, 343.
2. Pembunuhan.
3. Lahir mati kemudian dibuang. 3. KUHP 181: menyembunyikan
kelahiran/kematian, (9 bulan).
4. Penelantaran bayi hingga
mati. 4. KUHP 305, 306, 307, 308.
• Lahir hidup. • Maturitas & perkiraan usia dalam • Harus dibuktikan bahwa perempuan
• Sebab kematian akibat kekerasan. kandungan. tersangka merupakan ibu yang
• Perkiraan usia di luar kandungan. melahirkan bayi tersebut.
• Asupan laik hidup (viable).
• Tanda perawatan.
Lahir Mati (stillbirth) Lahir Hidup (livebirth)
Kematian hasil konsepsi sebelum Keluar atau dikeluarkannya produk
keluar atau dikeluarkan dari ibunya, konsepsi yang lengkap, tanpa
tanpa mempersoalkan usia mempersoalkan usia gestasi dan
kehamilan kondisi tali pusat, dan telah
Janin tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan
menunjukkan tanda kehidupan lain
Problems CLOSE
in Mass • The probable names of all the victims are known, as
Disasters the number of individuals belonging to a fixed
identifiable group.
Need
Difficult
coordination
transportation
inter-
department
to the area MIXED
Steps in Investigating
Mass Disasters
Disaster
Victim Initial Action at the Disaster
Investigations Site
Prosedur standar yang dikembangkan
oleh Interpol (International Criminal Collecting Post Mortem Data
Police Organization) untuk
mengidentifikasi korban yang
Collecting Ante Mortem Data
meninggal akibat bencana massal
Classifications
• Loops (65%) radial or ulnar, depending on the side of the hand the tail points towards
• Whorl (25%)
• Arch (7%) plain arches or tented arches
• Composite/mixed (3%) central pocket loop, double loop, accidentals
Points for comparison
• Presence of center (core) and 16 -20 points of fine
triangle (delta) in the print comparison are
• Presence of pores
(poroscopy)
accepted as proof of
• Minutae of ridges ridge identity
ending, bifurcation, spur
formation, dots, lakes, broken
ridge, short ridge etc
DNA Fingerprinting
The Cell
Smallest unit of life Chromosomes
The “nucleus” (one of
many organelles) contains Our body’s way of Genes
genetic information the organizing all the
cell needs to exist and information that our Each chromosome DNA
reproduce genetic material contains contains 100s to 1000s of
23 pairs in humans information blocks called Each chromosome and
Most cells organize
genes every gene is made of
genetic information into Each pair contains one
chromosomes from mother and one Each gene is the blueprint deoxyribonucleic acid
from father for a specific protein in (DNA)
the body DNA is normally double
stranded
Types of DNA
• Nuclear or chromosomal DNA (inherited from mother and father)
• Mitochondrial DNA (inherited from mother only)
Mitochondrial DNA
• Genetic material from the mitochondria (cellular organelle
where energy is produced)
• Inherited from the mother only
• Advantages more sensitive (less DNA needed), degrades
slower than nuclear DNA; can be used in cases where
nuclear DNA cannot (hair without root, skeletal remains)
• Disadvantages all people of same maternal line will be
indistinguishable (less discriminatory); more work, more
time consuming, more costly
Kapan Memakai DNA Mitokondria?
Burns,2007
Kerangka Manusia
Pembeda jenis kelamin
Burns,2007
Kerangka Manusia
Menentukan umur pada laki-laki berdasar perubahan pada simphisis pubis
Kerangka Manusia
Penentu Umur Basic age fusion
• Head Female (F) 12-16 years, Male
(M) 14-19 years
• Greater trochanter F 14-16 years, M
16-18 years
• Lesser trochanter16-17 years
• Distal epiphysis F 14-18 years, M 16-
20 years
Note
• Epifisis distal femur muncul saat
umur akhir gestasi, karenanya dapat
menentukan bahwa fetus telah
Burns,2007
aterm
Kerangka Manusia
Penentu Umur
Burns,2007 Basic age fusion
• Proximal epiphysis Female (F) 11-15
years, Male (M) 12-17 years
• Medial epicondyle F 13-15 years, M
12-17 years
• Distal epiphysis F 11-15 years, M 12-
17 years
A. Palatum Asia (dan Amerika asli)
• Palatum lebar
Kerangka Manusia • Incisors berbentuk sekop
• Sutura palatum lurus
Pembeda Ras • Kurva barisan gigi berbentuk elips yang
sederhana
B. Palatum Eropa
• Palatum lebih sempit
• Kurva barisan gigi berbentuk
parabola
• Tidak ada incisors yang berbentuk
sekop
• Sutura palatina berbentuk sudut atau
bergerigi, tapi tidak lurus
C. Palatum Afrika
• Ketebalan Palatum sedang
• Tidak ada Incisors berbentuk sekop
• Sutura palatum tidak lurus
• Kurva barisan gigi berbentuk
hiperbola dan lebih berbentuk U dari
Burns,2007
ras lain
Caucasian vs Negroid vs Mongoloid
Feature Caucasian Negroid Mongoloid
Height of Skull High Low Medium
Length of Skull Long Long Long
Breadth of Skull Narrow Narrow Broad
Breadth of Face Narrow Narrow Wide
Height of Face High Low High
Sagittal Contour Rounded Flat Arches
Nasal Opening Narrow Wide Narrow
Orbital Opening Angular Rectangular Rounded
Lower Nasal Margin Sharp Troughed Sharp
Nasal Profile Straight Slanted Down Straight
Palatal Shape Narrow Wide Medium
BIOETIK MEDIKOLEGAL
Principles of Biomedical Ethics
Justice
Concerns the
Non-maleficence distribution of scarce
health resources, and
“first, do no harm” the decision of who gets
(primum non nocere) what treatment
(fairness and equality)
(lustitia)
The Principle of Respect for Autonomy
Obtain consent for When asked, help
Respect the privacy Protect confidential
Tell the truth interventions with others make
of others information
patients important decisions
Threshold • Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis
• Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa, sadar
Element dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan
• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
Information understanding (pemahaman)
• Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi
Element kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa
sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat
• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
Consent dan authorization (persetujuan)
• Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Element Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang bersikap
seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya
Bentuk Persetujuan Tindakan Kedokteran
Persetujuan Tindakan Kedokteran dalam Keadaan Gawat
Darurat
Informasi Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pemberi Informasi Persetujuan Tindakan Kedokteran
Orang yang Berhak Memberikan Persetujuan Tindakan Kedokteran
Persetujuan pada Individu yang Tidak Kompeten
Proxy Consent
Proxy Consent: Consent yang diberikan buka oleh orang itu sendiri, dengan syarat pasien
tidak dapat memberikan konsennya secara pribadi , dan consent tersebut harus mendekati
sekiranya apa yang akan diberikan oleh pasen, bukan kepentingan orang banyak.
Urutan Proxy Consent: suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.
Proxy consent harus diberikan dengan pertimbangan yang matang dan ketat.
Bentuk Penyampaian Persetujuan Tindakan Kedokteran
Persetujuan Tindakan Kedokteran dalam Penelitian
Aspek Medikolegal Persetujuan Tindakan Kedokteran
Rekam Medis
Permenkes No. 269 Tahun 2008
Jenis dan Isi Rekam Medis
Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin
sebagaimana dimaksud diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik
Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
Pemanfaatan Rekam Medis
Manfaat Rekam Medis Permenkes no 269 Tahun 2008
• Pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan pasien Penelitian Keperluan pendidikan dan penelitian
• Alat bukti dalam proses
penegakkan hukum, Administrasi Dasar pembayaran biaya pelayanan
Pasal 13, disiplin kedokteran dan kesehatan
Pemanfaatan kedokteran gigi
Alat bukti Alat bukti dalam proses penegakkan
Rekam Medis • Keperluan pendidikan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi
dan penelitian
dapat dipakai • Dasar pembayaran biaya
Statistik Medis Data statistik kesehatan
sebagai pelayanan kesehatan
berikut: • Data statistik kesehatan
Dokumentasi Pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan pasien
Aspek Hukum, Disiplin, dan Etik Rekam Medis
Praktik kedokteran
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dokter wajib
berpedoman pada 3
oleh dokter dan dokter gigi nilai, yaitu:
Surat Tanda
Disiplin
Sertifikat Surat Izin
Ijazah Registrasi
Kompetensi (STR) Praktik (SIP)
Hukum
Risiko Medis
Medical Adverse
Error Event
Potential
Adverse
Events
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
Malpractice
Ethical Juridical
Malpractice Malpractice
Klasifikasi Juridical Malpractice
Kesengajaan/Intentional/dolus
Abortus Criminalis ( Pasal 338 KUHP, Pasal 344
Euthanasia (Pasal 338 KUHP, Pasal 344 KUHP, Pasal
KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 348 Keterangan palsu (Pasal 267-268 KUHP)
345 KUHP)
KUHP , Pasal 349 KUHP )
Kealpaan/Kelalaian/Negligence/culpa
Kematian (Pasal 359 KUHP) Luka Berat (Pasal 360 KUHP, Pasal 90 KUHP)
2. Civil Malpractice (Malpraktik Perdata)
• Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat
dikategorikan civil malpractice antara lain:
• a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
• b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya
• c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
• d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
• Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat
atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
Disiplin
Aturan Penerapan
Keilmuan
Kedokteran
Etika
Aturan Hukum
Penerapan Etika Aturan Hukum
Kedokteran Kedokteran
(KODEKI)
ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
ETIK DISIPLIN HUKUM
1. Dibuat dan disepakati oleh 1. Organisasi Profesi. 1. Dibuat oleh Pemerintah dan Dewan
organisasi profesi (IDI) 2. Standar Profesi Perwakilan Rakyat
2. Kode Etik 3. Diatur, Norma Prilaku 2. UU, PP, Keppres, dsb
3. Diatur, norma prilaku pelaksanaan pelaksana profesi 3. Diatur, norma prilaku manusia pada
profesi 4. Sanksi moral psikologis dan umumnya
4. Sanksi, yaitu moral psikologis teguran / pencabutan 4. Untuk pidana: mati/ kunjungan,
5. Yang mengadili : Ikatan/ organisasi 5. Yang mengadili : Badan yang penjara, denda Untuk Perdata: ganti
profesi terkait; Majelis Kehormatan dibentuk:Majelis Kehormatan rugi Adm : teguran/ pencabutan
Etik Kedokteran (MKEK), Panitia Disiplin Kedokteran Provinsi 5. Pengadilan :
Pertimbangan dan Pembinaan Etik dan Majelis Kehormatan Perdata : gugatan ke pengadilan
Kedokteran (P3EK) Disiplin Kedokteran Pusat Pidana : laporan/ tuntutan
Adm : gugatan ke pengadilan
Norma Etika Kedokteran
Kewajiban
Umum
Diatur dalam
Kewajiban Kewajiban
Kode Etik
Dokter Dokter
Kedokteran
terhadap Diri terhadap
Indonesia
Sendiri Pasien
(KODEKI)
Kewajiban
Dokter
terhadap
Teman
Sejawat
Kewajiban Umum
©Bimbel UKDI
Kewajiban Dokter terhadap Pasien
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat
Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan
anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau
perorangan sebagai penuntut
4.Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang
sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga
tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6.Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8.Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien atau
keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9.Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau
pengampunya.
10.Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau etika profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum diterima
atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14.Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, tanpa
memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah.
15.Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
16.Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut
19.Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati.
20.Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21.Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di tempat
praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat
kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik lisan
ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26.Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah
28.Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
Alur Penanganan Pelanggaran Norma Disiplin Profesi Kedokteran
MKDKI
(MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA)
Tugas KKI
Wewenang KKI
Divisi KKI
REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI
HAK
• Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan
dilakukan dokter.
• Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
• Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
• Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
• Bisa mendapat informasi rekam medis.
KEWAJIBAN
• Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya.
• Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
• Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
• Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Hak dan Kewajiban Dokter (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 50 dan 51)
HAK
• Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur.
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.
• Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
• Menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
• Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
• Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia.
• Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang mampu melakukannya.
• Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Do Not Resucitate (DNR)
DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang
memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. Hal ini
berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis tidak akan
melakukan usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung
pasien berhenti.
Perintah DNR hanyalah sebuah keputusan mengenai CPR dan tidak terkait dengan usaha
pengobatan lainnya.
YANG MEMBERIKAN PERINTAH DNR:
Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil keputusan, telah mendapat
penjelasan dari dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten, keputusan dapat diambil oleh
keluarga terdekat, atau wali yang sah yang ditunjuk oleh pengadilan, atau oleh surrogate decision-maker.
Anggota keluarga wali dapat memberikan persetujuan atau consent untuk DNR hanya jika pasien tidak mampu
memutuskan bagi dirinya sendiri dan pasien belum memutuskan/memilih orang lain untuk mengambil
keputusan tersebut. Contohnya, dalam keadaan:
• Pasien dalam kondisi sakit terminal
• Pasien yang tidak sadar secara permanen
• CPR tidak akan berhasil (medical futility)
• CPR akan menyebabkan kondisi akan menjadi lebih buruk
Definisi
• Secara harafiah Mati secara baik
dan mudah
• Secara medis Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya
Aspek Hukum Euthanasia di Indonesia
Lex Generalis/umum
• Undang-undang no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP (Pasal 120, 133, 180)
• Undang-undang tentang KUH Pidana (KUHP) (Pasal 338, 340, 344, 345,
359)
• Undang-undang tentang KUH Perdata
Lex Spesialis/khusus
• Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 338 KUHP
• “Barang siapa dgn sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dgn hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun.”
• “Barangsiapa dgn sengaja & rencana terlebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan
pembunuhan berencana, dipidana dgn pidana mati atau penjara seumur hidup atau dipenjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun.
• “Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dgn nyata &
sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.”
• “Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi
sarana kepadanya untuk itu, diancam pidana penjara paling lama 4 tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.”
• “Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
lima tahun atau pidana kurungan selama satu tahun.”
Pasal 45 (1) Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• (1) “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yg menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yg diterimanya.”
• (2) “Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tdk berlaku bagi tenaga kesehatan yg
melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.”
• (1) “Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yg melakukan praktik atau
pekerjaan pd fasilitas pelayanan kesehatan yg dgn sengaja tdk memberikan pertolongan pertama
thd pasien yg dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (2) atau
pasal 85 ayat (2) dipidana dgn pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak dua
ratus jt rupiah.”
• (2) “Dalam hal perbuatan sebagaimana ayat 1 mengakibabkan terjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dgn pidana
penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.”
Klasifikasi Euthanasia