Anda di halaman 1dari 4

Eskapisme Penulis dalam Karya Sastra

Oleh: Indah Wulandari Pulungan

Karya sastra merupakan gambaran, cerminan atau refleksi dari kehidupan masyarakat.
Melalui karya sastra penulis berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang
mereka rasakan atau mereka alami. Selain itu karya sastra menyuguhkan potret kehidupan
yang menyangkut persoalan sosial di dalam masyarakat. Setelah mengalami pengendapan
secara intensif dalam imajinasi penulis, maka lahirlah pengalaman kehidupan sosial tersebut
dalam bentuk karya sastra.

Dalam menulis sebuah karya, penulis memiliki nuansa tersendiri dalam menciptakan
jalan cerita dan tokoh-tokohnya. Nuansa tersebut terbentuk dari aktivitas sehari-hari yang
dijalani oleh penulis dan direfleksikan dalam karya yang ia lahirkan.

Penulis mempunyai konsep yang berbeda-beda dalam melahirkan karyanya.


Perbedaan konsep ini dapat disebabkan oleh latar belakang sosial kultural yang berbeda atau
adanya rasa individualis dan gejolak jiwanya. Hal ini menyebabkan tokoh yang ditampilkan
dalam karya sastra merupakan tokoh yang memiliki jiwa dan gejolak dalam dirinya.
Kehidupan yang dijalaninya akan membentuk jiwa tokoh menjadi kuat, menyesuaikan diri,
atau mengantisipasi jalan hidupnya.

Kebanyakan tokoh yang ditampilkan penulis dalam sebuah karya sastra adalah tokoh
yang memiliki semangat dalam menghadapi masalah di kehidupannya. Tokoh dengan konflik
batin merupakan terjemahan perjalanan manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan
kenyataan, peristiwa-peristiwa yang dihadapi merupakan masalah yang menyangkut seluk
beluk nilai kehidupan personal. Citra, cita-cita, dan perasaan batin yang diungkapkan
pengarang melalui tokoh-tokohnya sering mewakili keinginan manusia akan kebenaran,
nilai-nilai keagungan dan kritik terhadap kehidupan.

Terkait dengan eskapisme, di dalam KBBI pengertian eskapisme adalah kehendak


atau kecenderungan menghindar dari kenyataan dengan mencari hiburan dan ketenteraman di
dalam dunia khayal maupun situasi rekaan.

Kecenderungan penulis untuk mencari ketenteraman dalam dunia khayal merupakan


salah satu cara bagi penulis menemukan ide-ide yang dapat dimasukkan ke dalam dunia baru
yang akan ia ciptakan. Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan keadaan psikologis dari
penulis tersebut. Melalui karya yang penulis hasilkan, pembaca akan mampu membaca
keadaan psikologis penulis maupun kondisi mental dari penulis saat menulis karyanya itu.

Untuk melakukan hal tersebut digunakan pendekatan Psikologi Sastra. Pendekatan ini
memandang bahwa karya sastra berisikan peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh
tokoh imajiner di dalamnya (Sangidu, 2005: 30) sehingga membutuhkan penjelajahan ke
dalam batin atau kejiwaan tokoh dalam karya untuk mengetahui seluk-beluk kehidupan
manusia (Semi, 1993: 76). Artinya, untuk memahami makna yang dihadirkan penulis, akan
dipusatkan pada ranah psikologis tokoh utama pada cerita tersebut.

Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra karena
adanya beberapa kelebihan seperti: pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji
lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi umpan-
balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir,
penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan
masalah-masalah psikologis (Endraswara, 2008:12).

Dalam kaitannya dengan sastra, psikologi merupakan ilmu bantu yang relevan karena
dari proses pemahaman terhadap karya sastra dapat diambil ajaran dan kaidah psikologi. Hal
ini didukung oleh pendapat Atmaja (1986: 63) yang mengemukakan bahwa hubungan
psikologi dan sastra adalah, pada satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan
ekspresi manusia, di lain pihak psikologi dapat membantu seorang penulis dalam
memantulkan kepekaannya pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan dan
memberi kesempatan untuk menjajaki pola yang belum terjamah.

Psikologi sastra sebagai disiplin ilmu ditopang oleh tiga pendekatan studi. Menurut
Roekhan (dalam Endraswara, 2003: 9), pendekatan tersebut antara lain: (1) pendekatan
tekstual yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra; (2)
pendekatan reseptif pragmatik yaitu mengkaji aspek psikologi pembaca sebagai penikmat
karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang dibacanya, serta proses resepsi
pembaca dalam menikmati karya sastra; (3) pendekatan ekspresif yaitu aspek psikologi sang
penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis
sebagai pribadi maupun wali masyarakat.

Jika ditilik melalui novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, dapat dibuktikan
bahwa kemampuan penulis dalam memasukkan berbagai macam ide ke dalam karyanya
dipengaruhi oleh kebiasaan maupun hal-hal yang sangat lazim ia lihat di lingkungan
sekitarnya.

Merari Siregar menulis novel Azab dan Sengsara berdasarkan pengamatannya


terhadap kehidupan masyarakat Sipirok, Tapanuli, Sumatera Utara. Di tempat itulah ia
dilahirkan dan dibesarkan sehingga terbiasa dengan adat masyarakatnya. Namun, ketika ia
telah memperoleh pendidikan, ia mulai kritis terhadap adat masyarakat Sipirok yang
dinilainya tak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Hal inilah yang menggugah dirinya
untuk menulis sebuah karya sastra.

Azab dan Sengsara mengetengahkan kisah cinta antara Aminuddin dan Mariamin.
Novel ini dibuka dengan tradisi martandang, yaitu kunjungan pemuda ke rumah pemudi, baik
sebagai teman biasa, maupun telah menjadi kekasih. Hal ini termasuk adat pergaulan muda-
mudi yang berlaku di Batak Angkola.

Hal-hal dan kejadian yang tersebut dalam buku ini, meskipun seakan-akan tiada
mungkin dalam pikiran pembaca, adalah benar belaka. Cuma waktunya terjadi kuatur-
artinya dibuat berturut-turut supaya cerita ini lebih nyata dan terang (Merari Siregar).

Berdasarkan pernyataan tersurat yang disampaikan oleh Merari Siregar di dalam


novel Azab dan Sengsara membuktikan bahwa eskapisme penulis dalam karya sastra
cenderung diproyeksikan melalui kejadian-kejadian yang secara langsung dilihat oleh penulis
dan diolah dengan menambahkan bumbu-bumbu imajinasi yang menarik ke dalam karya
sastra tersebut.
Biodata penulis:

Indah Wulandari Pulungan, mahasiswi aktif Sastra Indonesia Universitas Andalas. Aktif
berkegiatan di komunitas literasi Lapak Baca Pojok Harapan.

Anda mungkin juga menyukai