Anda di halaman 1dari 4

Kata Ganti yang Sering Dipisah atau Terpisahkan Secara Sengaja

Oleh: Indah Wulandari Pulungan

Berpisah memang suatu hal yang sangat menyakitkan, apalagi berpisah pas lagi
sayang-sayangnya. Kerap kali ajang perpisahan menjadi pentas tangis bagi kaum muda yang
tengah dimabuk cinta. Entah itu sudah menjadi tren masa kini, yang mungkin harus
diberantas secepatnya. Jika tidak diberantas, “bucin” atau budak cinta bisa jadi akan menjadi
pekerjaan yang laris manis di masa depan.

Ya tidak apa-apa juga sih kalau pekerjaan itu bisa membawa kemajuan bagi negara
berkembang kita ini. Siapa tahu di masa depan Indonesia jadi negara maju berkat proyek
besar perbucinan, yang menjadi mata pencaharian terbesar bagi rakyatnya. Kita mengkhayal
saja dulu.

Eh, kok jadi bahas dunia perbucinan sih. Padahal judulnya tadi membahas kata ganti.
Jadi begini, teruntuk kalian yang baru saja patah hati karena berpisah sama doi. Kalian tidak
usah khawatir, nasib kalian sama kok dengan kata ganti yang akan kita bahas ini. Hmm,
mungkin kalian lebih beruntung sih.

Beruntung? Ha, kok bisa

Ya beruntunglah pokoknya, tidak usah banyak tanya, ha-ha. Ya sudah, biar saya
jelaskan kenapa kalian para buciners ini bisa dikatakan lebih beruntung daripada si kata ganti
yang akan kita bahas sebentar lagi ini. Jadi, kalian harus ingat bahwa sebuah perpisahan tidak
hanya membawa luka dan tangis saja. Ingatlah, akan ada pelangi nan indah setelah hujan
turun menghunjam bumi. Maka, akan ada pula kebahagiaan yang menghampiri setelah
perpisahan yang kalian alami.

Beda halnya dengan kata ganti yang secara sengaja dipisahkan dari kata sebelumnya
atau sesudah kata ganti tersebut. Ibarat manusia tanpa kepala, ya begitulah jadinya nasib yang
dialami oleh si kata ganti ini. Begitu mengenaskan, bukan?

Oalah, begitu toh. Jadi makin penasaran sama si kata ganti ini. Yuk kita lanjut lagi.

Kata ganti yang tidak dapat dipisahkan dari kata yang mendahului atau menyudahinya
ini adalah ku-, kau-, -ku, mu-, dan -nya. Berdosa besar para umat yang dengan sengaja
memisahkan kata ganti ini dengan pasangannya.
Kita sangat sering melihat kesalahan-kesalahan yang memisahkan si kata ganti ini
dengan kata yang mendahului atau yang menyudahinya. Kesalahan ini memang sangat fatal.
Apalagi si pembuat kesalahan ini justru berasal dari negara di mana kaidah ini terbentuk.

Sebagai warga Indonesia yang baik dan mematuhi segala aturan yang ada, kita tidak
bisa menganggap acara pisah-memisahkan ini sebagai hal yang wajar dan bisa dimaklumi.
Kita harus peka dengan bahasa dan penulisan yang baik dan benar di negara kita ini, tentunya
sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

Tidak hanya dunia perpolitikan saja yang harus disorot sepanjang masa dan membuat
negeri ini menjadi panas. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga patut
disorot dan dijadikan headline news. Bagaimana tidak, penduduknya sendiri saja tidak dapat
menguasai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, lalu dengan cara apa mereka bisa
mengurus negaranya sendiri.

Sudah terlalu panjang kita bercerita. Langsung saja saya akan memberikan contoh-
contoh kesalahan yang sering kali terjadi di muka bumi Indonesia ini. Kesalahan terkait
dengan perpisahan kata ganti yang tak bersalah itu.

o Hati ini ku berikan kepada mu.


o Kau boleh mencintai nya dengan sederhana.
o Ku mau dia yang menjadi pendamping hidup ku.
o Kau baca saja buku nya yang ku pinjam ini.

Keempat contoh tersebut menjelaskan kesalahan yang sering kita lakukan dengan
memisahkan makhluk kata ganti yang tak bersalah itu dengan kekasihnya. Oh, iya baru sadar
nih, ternyata kata ganti itu tukang selingkuh ya. Pasangannya tidak hanya satu. Masih banyak
kata yang dapat disandingkan dengannya. He-he-he, walaupun kita sudah tahu dia selingkuh,
kita harus tetap menyandingkannya dengan selingkuhannya ya. Tidak apa-apalah. Toh, kita
tidak tahu pasangan sahnya yang mana.

Tidak sedap rasanya, jika tidak menampilkan contoh yang benar dari penyandingan
kata ganti ini. Jadi, mari kita telusuri kembali penulisan yang benarnya itu seperti apa.

o Hati ini kuberikan kepadamu.


o Kauboleh mencintainya dengan sederhana.
o Kumau dia yang menjadi pendamping hidupku.
o Kaubaca saja bukunya yang kupinjam ini.

Akhirnya, gulai telah diberi garam. Sekarang tinggal kita santap saja. Semoga saja
tulisan ini tidak jadi gulai basi yang belum sempat untuk disantap. Jadi, selagi masih hangat,
mari kita terapkan penggunaan kata ganti ini. Inti yang harus dipahami adalah, kata ganti
tidak dapat dipisahkan dengan kata yang mendahului atau menyudahinya.

-ku dan ku- wajib dilekatkan dengan kata yang mendahului atau menyudahinya.

kau- hanya dapat dilekatkan dengan kata yang menyudahinya.

Sedangkan -mu dan -nya hanya dapat dilekatkan dengan kata yang mendahuluinya.

Anda mungkin juga menyukai