Anda di halaman 1dari 27

BERTENGKAR TAK MESTI KELAR

Penulis @SENYUMSYUKUR
Desain Sampul @elis_rpsn

Terbit Februari 2024

Ini ebook gratis. Boleh dishare seluas-luasnya.

Kunjungi IG penulis @senyumsyukur untuk info

ebook gratis atau berbayar lainnya.

Yang butuh jasa desain grafis bisa ke IG :

@elis_rpsn
Bismillahirrahmanirrahim..
Begitulah, karena yang sejati bukan
tidak pernah bertengkar, tapi sehebat
apapun pertengkaran yang terjadi, tidak
akan membuat hubungan menjadi kelar.

Bukan juga tidak pernah berkelahi. Tapi


sejauh apapun kaki pergi, hati memilih
untuk tetap kembali.
BERTENGKAR TAK MESTI
KELAR
Kira-kira itu pukul tujuh pagi. Ruko yang aku
tinggali diketuk dengan kencang. Membuatku
sedikit berlari untuk membukakan pintu.

“Waalaikumussalam. Cari siapa ya?”

“Ahmad ada?” tanyanya dalam bahasa Arab.


Sosok di depanku memang terlihat dari Timur
Tengah. Wajah, pakaian, postur tubuhnya sama
dengan temanku yang asli Mesir. Saat itu aku
memang tinggal bersamanya. Kami sekelas dan
satu kontrakan.

“Ada. Dia di dalam.” Jawabku singkat sekaligus


mempersilakannya masuk.

Dia masuk lebih dulu. Aku mengikuti dari


belakang karena harus menutup pintu. Tamu
seperti ini sudah biasa. Jadi aku tidak curiga
sedikitpun.

Tapi tidak ada semenit, tiba-tiba terdengar suara


orang yang beradu. Nadanya meninggi. Emosi
mulai tak terkendali. Aku segera menghampiri.

Ternyata temanku dan tamu yang baru saja


datang sedang berkelahi. Saling tinju, saling
piting, hingga keduanya jatuh berguling-guling di
lantai.
Tentu saja aku tidak bisa berbuat banyak. Tubuh
mereka jauh lebih besar. Kekuatannya juga. Jika
melerai, pasti aku yang babak belur.

Mereka terus bergumul dan berbalas tinju. Ada


darah di bibir masing-masing. Sambil
membicarakan masalah yang terjadi dengan
bahasa Arab kampung yang tidak kupelajari di
kampus.

Aku hanya mematung. Tidak tahu harus berbuat


apa. Terpikir turun meminta bantuan tetangga.
Tapi urung karena sepertinya mereka akan
berhenti. Nada bicaranya mulai terkendali.

Dan benar. Seperti kawan lama yang baru


bertemu, mereka akhirnya berpelukan, bertanya
kabar, dan meminta maaf. Wajah yang bonyok,
bibir berdarah, seakan bukan masalah. Mungkin
begitulah cara mereka menyelesaikan masalah
dan kesalahpahaman.

“Ya akhi, ta’al!” Ahmad menyuruhku mendekat.


Kemudian mengenalkan tamu tadi. Namanya
Muhammad asli Suriah. Mereka teman lama. Juga
punya bisnis bersama.

Setelah itu kami berkenalan. Bertanya kabar.


Kemudian makan bersama. Seakan tak pernah
terjadi apa-apa.

***
Begitulah, yang sejati bukan tidak pernah
bertengkar. Tapi sehebat apapun pertengkaran
yang terjadi, tidak akan membuat hubungan
menjadi kelar. Juga bukan tidak pernah berkelahi.
Namun sejauh apapun kaki pergi, hati memilih
untuk tetap kembali.

Kata temanku, perkelahian yang berdarah-darah


barusan adalah cara mereka mempertahankan
hubungan. Menurutnya itu lebih baik daripada
terlihat seperti tidak ada apa-apa, namun
menyimpan dendam dan rasa tidak suka dalam
hati.

Tentu kita boleh setuju atau pun tidak dengan


cara mereka itu. Di sini aku hanya ingin
menekankan bahwa terkadang kita hanya fokus
pada pertengkaran yang terjadi, kemudian abai
kenapa pertengkaran itu bisa terjadi. Padahal itu
lebih penting. Karena pada dasarnya hampir
semua pertengkaran berasal dari kepedulian.
Karena peduli maka kita bisa bertengkar.

Balajar dari kasus tadi, jika mau aman mereka bisa


memilih untuk tidak bertemu lagi. Secara fisik
pasti tidak akan berdarah-darah. Tapi dengan itu
hati mereka tetap terbakar oleh amarah. Maka
mereka memilih bertemu, berkelahi, kemudian
membangun hubungan dari awal lagi. Mereka
sangat paham dan sepakat bahwa pertengkaran
tidak mesti membuat hubungan menjadi kelar.
Hanya orang dekat yang bisa melukai
kita. Semakin dekat hubungannya,
semakin dalam lukanya.
KENAPA ADA
PERTENGKARAN?
Kita hanya akan bertengkar dengan seseorang
yang dekat dengan kita. Yang punya hubungan
dengan kita.

Dengan orang tua, dengan anak, pasangan,


teman, kerabat, atau rekan kerja.

Karena hanya bambu berdekatan yang akan saling


gesek. Tidak mungkin dengan bambu yang
berjauhan.

Dan fitrahnya lagi, semakin dekat posisinya,


gesekannya semakin kuat. Semakin dekat
hubungannya, tikamannya semakin dalam.

Lihatlah siapapun saat ini yang membuat luka di


diri kita, dulunya pasti pernah punya tempat yang
spesial di hati kita.

Betul bukan?

Nah, sekarang kita bisa memilih untuk fokus


melihat luka yang tercipta atau pada kedekatan
hubungan yang pernah terjalin. Terlebih
hubungan itu tidak akan pernah bisa diputus.
Seperti orang tua dan anak.

Karena dalam banyak kasus, luka itu kadang tidak


disengaja. Akibat berbeda pandang, salah paham,
atau kekhawatiran yang berlebih. Ya, akibat rasa
cinta yang begitu besar, kadang bisa salah dalam
mengekspresikannya.

Tentu ini bukan paksaan agar hati mau berdamai


atau memaafkan. Tapi hanya ingatan agar kita
paham bahwa hanya orang terdekat kita yang bisa
melukai kita.

Agar kita selalu berhati-hati bukan saja agar tidak


terluka. Tapi lebih dari itu. Agar kita juga tidak
melukai orang terdekat kita. Karena kita adalah
manusia biasa. Tentunya bisa lupa dan berbuat
salah.
Dia tak sempurna, tapi pasangannyalah
yang pandai menyembunyikan aib-aib-nya.
RUMAH TANGGA YANG
SEMPURNA
Rumah tangga kita akan senantiasa baik-baik saja
sampai kita mulai membandingkannya dengan
rumah tangga orang lain. Apesnya lagi yang dipilih
adalah rumah tangga yang terlihat lebih baik.
Padahal kita semua tahu bahwa setiap keluarga
punya ujian masing-masing.

Pasangan kita juga begitu. Dia akan terlihat baik


dan sempurna sampai kita membanding-
bandingkannya dengan pasangan orang lain.
Padahal setiap orang punya kelebihan dan
kekurangan.

Ketahuilah siapapun yang terlihat sempurna di


luar sana, itu tanda meraka bisa menyembunyikan
aibnya. Jika ada suami yang terlihat sempurna,
berarti istrinya pandai menjaga rahasia. Bila ada
istri yang terlihat sempurna, itu pertanda sang
suami hebat menutupi kelemahannya.

Untuk itu jangan sampai tertipu. Fokuslah pada


hidup masing-masing, pada rumah tangga
masing-masing.
Seumur hidup tidaklah lama meski
dihabiskan dengan orang yang salah.
SEUMUR HIDUP TIDAKLAH
LAMA
Seumur hidup tidaklah lama. Siapa bilang dia
orang yang salah?

Sesempurna apa diri kita hingga berani


menyimpulkan dia orang yang salah? Selevel apa
diri kita hingga sombong mengatakan dia tak
layak?

Selama itu bukan KDRT, zina (selingkuh), judi, atau


maksiat besar lainnya maka selalu terbuka ruang
diskusi. Ada kesempatan untuk memulai dari awal
bersama. Lebih-lebih jika sudah punya anak.
Sungguh mereka juga bagian keluarga.

Kita semua paham bahwa bertahan karena anak


bukanlah solusi. Namun bukanlah sebuah
kesalahan jika anak bisa membuat hati tetap
bertahan.

Sungguh seumur hidup itu tidaklah lama. Karena


kita hanya diperintahkan untuk bersabar sehari
saja. Jika hari ini bisa maka tambahkan besoknya
lagi. Begitu seterusnya.

Karena kesabaran adalah kunci untuk bertahan.


Tanpa rasa sabar maka sehari akan terasa lama.
Tanpa kesabaran perkara-perkara kecil bisa
merusak hal yang besar.
Tulisan ini dibuat karena melihat begitu banyak
orang berpisah hanya karena hal-hal sepele.
Hilang cinta, hilang rasa, tidak bahagia, begini dan
begitu. Padahal cinta dan rasa adalah sesuatu
yang naik turun. Hari ini bisa cinta, besoknya
boleh jadi hilang. Jika hanya berdasarkan cinta,
tidak akan ada pernikahan yang bertahan hingga
tutup usia.

Tanyakan pada kakek nenek yang pernikahan


mereka bertahan hingga saat ini. Pasti mereka
pernah bertengkar (hebat). Mungkin juga pernah
hampir berpisah. Bisa jadi sudah hilang rasa.
Bahkan jika ditanya, mereka tidak tahu lagi apa
maknanya cinta.

Lantas kenapa mereka bertahan?

Karena seumur hidup tidaklah lama. Bersabarlah


sehari saja. Bertahanlah sedikit lagi. Begitu
seterusnya. Hingga tutup usia.
Jika ada pasangan yang memilih
berpisah secara baik-baik, biasanya
salah satu atau keduanya sudah punya
pilihan hati yang lain.
JANGAN BERPISAH
BAIK-BAIK
Jangan berpisah secara baik-baik. Karena itu
adalah bentuk keegoisan. Lebih-lebih jika rumah
tangga sudah dihadiahi keturunan. Logikanya jika
urusan perpisahan masih bisa dibicarakan baik-
baik, seharusnya urusan untuk bertahan juga pasti
bisa. Jika masih bisa baik-baik, kenapa harus
berpisah?

Maka berpisahlah jika memang sudah tidak ada


kebaikan di dalamnya. Tapi harus diingat bila
akhirnya adalah perceraian maka baik-baiklah
setelah berpisah. Karena itu adalah bentuk
kedewasaan. Lebih-lebih jika pernikahan sudah
diberikan buah hati.

Paham maksudnya kan?


BILA MEMANG HARUS
BERPISAH
Sebagaimana kamu menikah karena Allah maka
bertahanlah karena Allah. Sungguh jika niatmu
tulus, Allah akan beri jalan. Allah akan bantu
kamu bertahan.

Selama pasanganmu tidak KDRT, tidak selingkuh,


tidak judi, atau melakukan maksiat-maksiat besar,
maka bertahanlah karena Allah.

Selama pasanganmu masih bisa diajak diskusi,


tidak mengumbar aib, pilihan bertahan adalah
yang terbaik.

Pun, jika harus berpisah maka berpisahlah karena


Allah. Karena kamu tidak bisa menjalankan
perintah-perintah-Nya dalam rumah tangga.

Sebab jika hanya marah, ingatlah kamarahan


sifatnya sebentar. Sisanya adalah penyesalan. Dan
bisa jadi lama. Sepanjang usia.

Jika hanya perkara-perkara dunia, ingatlah hidup


ini sementara. Sedang pertanggungjawabannya
selamanya. Berpisah tanpa alasan yang
dibenarkan ada ancamannya. Ada hukumannya.
Silakan cari sendiri.
Berpisah hukumnya halal dan legal. Tapi jalan
paling akhir. Juga dibenci. Bukan masyarakat. Tapi
dibenci Pencipta.

Jadi kalau mau bertahan, bertahanlah karena


Allah. Kalaupun harus berpisah, berpisahlah
karena Allah. Semoga dengan begitu, kamu akan
dibantu. Dibukakan jalan keluar.

(Dikutip dari buku Jerit Hati Anak Gadis yang


Terluka)
Begitulah rumus langit. Tuhan tidak
akan mengubah satu kaum sampai
mereka mengubah diri mereka sendiri.
Kamu memang terluka, hatimu menjerit,
tapi tidak akan ada yang berubah
sampai kamu mulai dari diri sendiri.
RACUN TANPA RASA
Seorang wanita telah melakukan berbagai macam
cara untuk mengubah suaminya. Tapi suaminya
tetap sama. Malah tambah menyebalkan dan
menyakitkan hati.

Di puncak putus asa, dia pergi ke tetua kampung


yang terkenal sangat pintar dan bijaksana. Dia
menceritakan semuanya, meminta saran,
berharap dapat jalan keluar. Namun tak diduga,
bukan saran yang didapat melainkan sebuah
ramuan.

"Suami seperti itu tidak layak hidup lagi. Berikan


racun ini setiap makan pagi dan malamnya.
Setetes saja. Agar dia mati perlahan." Sambil
menyerahkan botol berisi cairan bening.

Sebenarnya dia tidak setuju. Tapi rasa marah yang


meledak, kesal yang dipelihara, serta putus asa
yang panjang, membuatnya buta. Mengangguk.
Menyetujui saran tetua. Kemudian pamit undur
diri.

Namun sebelum kembali, dia menyadari sesuatu.


"Maaf tetua, tapi bagaimana jika orang-orang tau
aku meracuninya? Aku bisa masuk penjara?"

"Tenang saja. Itu racun tanpa rasa, tanpa warna.


Sudah banyak orang yang memakainya. Tidak ada
bekas. Tak terdeteksi." Tetua mengambil napas.
"Yang paling penting, selama kamu memberinya
racun ini, berperilakulah yang baik. Jangan sampai
bertengkar. Agar saat suamimu mati, tidak akan
ada yang curiga."

Wanita itu mengangguk paham. Pamit undur diri.


Masih tidak menyangka dapat solusi seperti ini.
Meski dihatinya ada rasa takut, tapi kebencian
telah merasuk dalam. Membuatnya gelap mata.

Singkat cerita, wanita itu kembali dan langsung


memulai aksinya. Setiap hari dia teteskan ramuan
itu pada makanan suami. Hari pertama dan kedua
dia ragu bercampur takut. Tapi melihat suami
tidak curiga, tidak bereaksi, dia menjadi tenang.

Tidak lupa dia mengerjakan dengan sungguh-


sungguh bagian terpenting rencana ini, yaitu
berperilaku sebaik mungkin terhadap sang suami.
Dia tak mau ada orang curiga. Takut nantinya
masuk penjara.

Jika dulunya sering menolak diajak berhubungan


badan karena capek dan lain-lain, kini dia yang
mengajak dan merayu.

Bila dulu tak mau mengalah, memaksakan


pendapat, kini dia jadi penurut. Mengikuti apa
kata suami. Bahkan dia mulai mengerjakan hal-hal
kecil yang dulu diabaikan. Wanita itu berubah 180
derajat. Menjadi istri yang sangat lembut dan
menyenangkan.
Di satu sisi, melihat perilaku istri yang menjadi
sopan, penurut, dan melayani sepenuh hati,
membuat sang suami tersentuh. Dia menyadari
kesalahannya selama ini. Kemudian berketad
untuk berubah jadi lebih baik lagi.

Nada bicaranya tak lagi tinggi, marahnya jauh


terkendali, dan suatu malam setelah pulang kerja
dia membeli setangkai bunga untuk sang istri.
Sesuatu yang dulu tak pernah dilakukan. Sebagai
hadiah sekaligus kejutan.

Di malam itu, sang istri terkejut bukan main. Tidak


menyangka suaminya jadi baik. Semua bencinya
hilang. Segala kesalnya lenyap. Berganti cinta yang
tumbuh berlipat-lipat. Mekar seperti bunga
hadiah sang suami.

Sungguh dia tak pernah mengira akan jadi seperti


ini. Kepura-puraannya melayani sepenuh hati,
malah menjadikan sang suami berubah jadi baik.
Sandiwaranya selama ini malah membuat rumah
tangganya rukun kembali. Tidak ada
pertengkaran. Tidak ada sakit hati.

Perlahan rasa sesal menyelimuti hati. Air matanya


menetes. Takut suaminya tiba-tiba mati. Takut
semua kebahagiaan yang baru saja menyelimuti
kembali pergi. Sebab racun pemberian tetua sisa
beberapa tetes lagi.
Sang suami ikut menangis. Mengira wanitanya lagi
terharu. Meraihnya dalam dekapan yang hangat.
Melewati malam yang begitu panjang.

Paginya, setelah sang suami pergi dia langsung ke


tempat tetua. Dia panik. Ingin meminta penawar.
Barangkali tetua juga punya.

Tetua hanya tersenyum. Begitu juga istri di


sampingnya. Entah ini pasangan ke berapa yang
mereka tangani, tapi ramuan itu sangat terbukti.
Tidak pernah gagal.

"Nak, ketahuilah ramuan itu hanya air biasa.


Mohon maaf telah berbohong padamu." Tetua
mengambil botol yang baru saja dikembalikan.
Meminum semua sisanya.

"Ketahuilah Nak, begitulah rumus langit. Tuhan


tidak akan mengubah suatu kaum, sampai mereka
mengubah dirinya sendiri. Kamu memang terluka,
hatimu sedang menjerit, tapi semua itu tidak akan
berubah jika tidak dimulai dari diri sendiri."

Wanita itu tersenyum. Paham dengan maksud


tetua. Berterima kasih. Kemudian undur diri.

(Dikutip dari buku Jerit Hati Anak Gadis yang


Terluka)
Alhamdulillah. Selesai.

Terima kasih sudah mengapresiasi!


KASIHAN SEKALI GADIS ITU!
Saat kecil orang tuanya berpisah, setelah menikah
malah dikhianati kekasihnya.

Waktu kecil dibuli kerena broken home, ketika dewasa


dirundung bersebab janda.

Seakan bahagia tak berpihak padanya. Seperti tuhan


tak adil untuknya.

Tapi lihatlah gadis itu..

Semua luka dipeluknya dengan erat.

Segala sendu dirangkulnya dengan hangat.

Sungguh aku tahu dia kuat.

Namun sesekali mata itu boleh menangis.

Tak mengapa, sungguh tak mengapa.

Mohon maaf kali ini aku tak bisa lagi memeluk. Tapi
semoga buku ini jadi teman yang baik untuk hati yang
terluka.
Spesial yang sudah baca ebook ini, boleh
dapatkan dua buku di atas dengan harga 37K
saja. Normalnya Cinta dan Kehilangan 70K (156
halaman), Jerit Hati Anak Gadis yang Terluka
42K (72 halaman). Hanya tersedia buku fisik.
Ebook tidak ada.

Tawaran ini berlaku selama stok promo masih


ada. Untuk info dan pemesanan bisa langsung
hubungi WA 0821 2574 0597

Anda mungkin juga menyukai