DKP.46/1/11
-----------
Ekon.1/5/9/1978
tentang Pendaftaran dan Penertiban Terhadap Kapal-
kapal Ikan yang tidak Memiliki Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Kapal Perikanan
(SIKP);
19. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintahan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
BAB III
PERIZINAN
Pasal 3
Pasal 4
Izin Usaha Perikanan diberikan untuk :
1. Usaha Penangkapan Ikan;
2. Usaha Pembudidayaan Ikan.
Pasal 5
(1) Setiap usaha penangkapan ikan menggunakan kapal, wajib
memiliki Surat Penangkapan Ikan.
(2) Surat Penangkapan Ikan sebagaimana tersebut dalam ayat (1)
Pasal ini dikeluarkan oleh Gubernur.
Pasal 6
(1) Pengiriman atas hasil perikanan keluar Daerah wajib memiliki
Surat Keterangan Pengiriman Hasil Perikanan.
(2) Pengiriman ikan hidup keluar daerah wajib memiliki Surat
Keterangan Pengiriman Ikan Hidup
(3) Surat Keterangan Pengiriman Hasil Perikanan maupun Surat
Keterangan Pengiriman Ikan Hidup dikeluarkan oleh Dinas
Perikanan atas nama Gubernur.
Pasal 7
(1) Persetujuan atau penolakan permohonan izin Usaha Perikanan
dikeluarkan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja setelah permohonan diterima.
(2) Gubernur dapat menyetujui atau menolak permohonan Izin Usaha
Perikanan.
BAB IV
SYARAT-SYARAT USAHA PERIKANAN
Pasal 8
Pasal 10
Usaha Penangkapan Ikan dan Pembudidayaan Ikan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Mengindahkan petunjuk-petunjuk dan syarat-syarat yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi
setiap unit pengolahan ikan dan atau hasil perairan lainnya
termasuk pengemasan, distribusi, pengangkutan dan
pengujiannya.
2. Usaha pengolahan ikan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Gudang penyimpanan dan peralatan yang dipergunakan harus
terbuka bagi pemeriksaan oleh pejabat yang berwenang termasuk
pejabat yang ditunjuk memberi izin tanpa memandang kapasitas
usaha yang bersangkutan.
4. Ekspor hasil perikanan termasuk hasil olahannya harus
disertai Sertifikat Mutu Ekspor.
5. Sisa-sisa proses produksi tidak mengakibatkan pencemaran dan
mengganggu lingkungan.
6. Harus memperhatikan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
BAB V
TATA CARA, SYARAT-SYARAT PERMOHONAN DAN
BERAKHIRNYA IZIN.
Pasal 11
Pasal 13
Untuk Permohonan Surat Keterangan Pengiriman Hasil Perikanan atau
Surat Keterangan Pengiriman Ikan Hidup, Pemohon mengajukan secara
lisan atau tertulis dengan menunjukkan Izin Usaha Perikanan atau
foto copynya kepada Kepala Dinas.
Pasal 14
(1) Izin usaha Perikanan karena :
a. Diserahkan kembali kepada pemberi izin ; atau
b. Perusahaan perikanan jatuh pailit; atau
c. Perusahaan perikanan menghentikan usahanya;
atau
d. Dicabut oleh pemberi izin.
(2) Izin usaha Perikanan dapat dicabut oleh pemberi izin dalam
hal perusahaan perikanan.
a. Melakukan perluasan usaha tanpa persetujuan tertulis
dari pemberi izin; atau
b. Tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf c Peraturan Daerah ini 3
(tiga) kali berturut-turut atau dengan sengaja
menyampaikan laporan yang tidak benar; atau
c. Tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam izin
Usaha Perikanan; atau
d. Memindahtangankan Izin Usaha Perikanannya tanpa
persetujuan tertulis dari pemberi izin; atau
e. Selama 1 (satu) tahun berturut-turut sejak izin Usaha
Perikanan diberikan tidak melaksanakan kegiatan
usahanya.
Pasal 15
Pasal 16
(1) Izin usaha perikanan berlaku selama perusahaan perikanan
masih melakukan usaha perikanan dan didaftar ulang setiap 1
(satu) tahun sekali.
(2) Surat Penangkapan Ikan berlaku selama 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang selama 3 (tiga) tahun sepanjang kapal
dimaksud masih dipergunakan oleh perusahaan perikanan yang
bersangkutan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, 9 dan Pasal 10
Peraturan Daerah ini berlaku juga untuk pembaharuan izin dan
perluasan usaha.
Pasal 17
Pasal 18
BAB VI
PENGECUALIAN
Pasal 19
Pasal 20
(1) Nelayan dan Petani Ikan yang tidak diwajibkan memiliki Izin
Usaha Perikanan, setiap tahun wajib mencatatkan kegiatannya
kepada Dinas Perikanan.
(2) Nelayan dan Petani Ikan yang telah dicatat diberi tanda
pencatatan.
(3) Tanda pencatatan kegiatan Perikanan berkedudukan sederajat
dengan Izin Usaha Perikanan.
Pasal 21
Penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan yang dipergunakan untuk
keperluan sendiri dan tujuan olah raga tidak dikenakan Izin Usaha
Perikanan dan tidak wajib mencatatkan kegiatannya kepada Dinas
Perikanan.
BAB VII
BENTUK USAHA DAN PERMODALAN
Pasal 22
BAB VIII
RETRIBUSI
Pasal 23
Pasal 24
Ratribusi perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Peraturan
Daerah ini disetor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku ke Kas Daerah dalam hal ini Bank Pembangunan Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB IX
KEWAJIBAN
Pasal 25
BAB X
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 26
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 27
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, 5, 16 ayat (1) dan Pasal 18 Peraturan daerah ini
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
(2) Disamping ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini, kepada yang bersangkutan tetap diwajibkan membayar
retribusi sebagaimana ditur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini
adalah pelanggaran.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 28
Selain oleh Pejabat Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Peraturan Daerah ini dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah
yang angakatannya ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 Peraturan daerah ini berwenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana.
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian
dan melakukan pemeriksaan.
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka.
d. melakukan penyitaan benda atau surat.
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara.
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk
dari Penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui Penyidik POLRI memberitahukan hal
tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya.
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 31
Pasal 32
TTD TTD
TTD
DRS. SUPRASTOWO
NIP.490008854
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR : 6 TAHUN 1991
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM.