Anda di halaman 1dari 17

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR : 6 TAHUN 1991


TENTANG
IZIN USAHA PERIKANAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa sumber daya ikan sebagai bagian kekayaan


bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan secara optimal
untuk kemakmuran rakyat, dengan mengusahakannya
secara berdayaguna dan berhasilguna ;
b. bahwa untuk mencapai maksud tersebut di atas telah
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
1990 tentang Usaha Perikanan jo Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor : 815/Kpts/IK.120/11/90
tentang Perizinan Usaha Perikanan;
c. bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 40
Tahun 1951 tentang Pelaksanaan Penyerahan Sebagian
dari Urusan Pemerintah Pusat dalam Lapangan
Perikanan Darat kepada Daerah Istimewa Yogyakarta
jo Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang
Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat
Dilapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet
Rakyat kepada Daerah-daerah Swatantra Tingkat I,
telah diserahkan Urusan Perikanan Darat dan
Perikanan Laut kepada Daerah Istimewa Yogyakarta;
d. bahwa potensi ikan di pantai selatan dan di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta pengusahaannya semakin
meningkat sehingga perlu adanya pengaturan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat utamanya petani ikan dan nelayan.
e. bahwa berdasarkan Pasal 3 Undang-undang Nomor 12
Drt Tahun 1957 disebutkan untuk mengadakan,
merubah, meniadakan retribusi daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
f. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas perlu
menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tentang Izin Usaha Perikanan di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mengingat : 1. Undang undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-


pokok Pemerintahan di Daerah;
2. Undang undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah
diubah dan ditambah terakhir dengan Undang undang
Nomor 26 Tahun 1959;
3. Undang undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang
Peraturan Umum Retribusi Daerah jo Instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1969 tentang
Penertiban Pungutan pungutan Daerah.
4. Undang undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 tentang
Perairan Indonesia;
5. Undang undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup jo
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986;
6. Undang undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesi;
7. Undang undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1951 tentang
Pelaksanaan Penyerahan Sebagian dari Urusan
Pemerintah Pusat dalam Lapangan Perikanan Darat
kepada Daerah Istimewa Yogyakarta;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang
Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat
Dilapangan Perikanan laut, Kehutanan dan Karet
Rakyat Kepada Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang
Usaha Perikanan;
11. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 1963 tentang
Lingkungan Maritim;
12. Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri
kesehatan Republik Indonesia Nomor
31/Kpts/Um/1/1975
----------------- tentang Pembinaan Mutu Hasil
32/1/Kab/B.U/1975
Perikanan;
13. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
01/Kpts/Um/1/1975 tentang Pembinaan Kelestarian
kekayaan Yang Terdapat Dalam Sumber Perikanan
Indonesia;
14. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
607/Kpts/Um/9/1976 tentang Jalur-jalur Penangkapan
Ikan;
15. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
609/Kpts/IK.120/11/90 tentang Daerah Trawi Dasar;
16. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
815/Kpts/IK.120/11/90 tentang Perizinan Usaha
Perikanan;
17. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan tanggal
15 Mei 1978 Nomor H.II/2/4/1/78 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pengetrapan Sanksi;
18. Instruksi Bersama Direktur Jenderal Perikanan,
Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan Direktur
Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi daerah
tanggal 14 Maret 1978 Nomor H.I/4/1/10/1978
---------------

DKP.46/1/11
-----------
Ekon.1/5/9/1978
tentang Pendaftaran dan Penertiban Terhadap Kapal-
kapal Ikan yang tidak Memiliki Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Kapal Perikanan
(SIKP);
19. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintahan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DI PROPINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta;
c. Gubernur ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta;
d. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
e. Dinas Perikanan adalah Dinas Perikanan Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;
f. Kepala Dinas ialah Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;
g. Usaha Perikanan adalah semua usaha perorangan atau Badan
Hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk
kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk
tujuan komersial.
h. Perusahaan Perikanan adalah Perusahaan yang melakukan usaha
perikanan dan dilakukan oleh warga negara Republik Indonesia
atau Badan Hukum Indonesia;
i. Usaha Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan
di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan
alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
mengolah atau mengawetkannya untuk tujuan komersial;
j. Usaha Pembudidayaan Ikan adalah kegiatan untuk memelihara,
membesarkan dan atau membiakan ikan dan memanen hasilnya
dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan untuk tujuan komersial;
k. Perluasan Usaha Penangkapan Ikan adalah penambahan areal
lahan dan atau penambahan jenis kegiatan usaha diluar yang
tercantum dalam Izin Usaha Perikanan;
l. Perluasan Usaha Pembudidayaan Ikan adalah penambahan areal
lahan dan atau penambahan jenis kegiatan usaha di luar yang
tercantum dalam izin usaha perikanan;
m. Izin Usaha Perikanan (IUP) adalah izin tertulis yang harus
dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan
dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin
tersebut;
n. Surat Penangkapan Ikan (SPI) adalah surat yang harus dimiliki
setiap kapal perikanan berbendera Indonesia untuk melakukan
kegiatan penangkapan ikan di perairan Indonesia dan atau Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Izin Usaha Perikanan;
o. Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung
lainnya yang dipergunakan untuk melakukan survai atau
eksplorasi perikanan;
p. Nelayan ialah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan;
q. Petani Ikan ialah orang yang mata pencahariannya melakukan
pembudidayaan ikan;
r. Ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

Maksud dan tujuan dikeluarkannya Peraturan Daerah ini adalah :


a. Mengatur, membina, mengawasi dan mengendalikan usaha
perikanan di Daerah;
b. Meningkatkan lapangan usaha perikanan untuk kesejahteraan
petani ikan dan nelayan.

BAB III
PERIZINAN
Pasal 3

(1) Setiap usaha perikanan wajib memiliki Izin Usaha Perikanan.


(2) Izin usaha Perikanan diberikan kepada Warga Negara Republik
Indonesia atau Badan Hukum Indonesia.
(3) Izin sebagaimana tersebut dalam ayat (1) Pasal ini
dikeluarkan oleh Gubernur.

Pasal 4
Izin Usaha Perikanan diberikan untuk :
1. Usaha Penangkapan Ikan;
2. Usaha Pembudidayaan Ikan.

Pasal 5
(1) Setiap usaha penangkapan ikan menggunakan kapal, wajib
memiliki Surat Penangkapan Ikan.
(2) Surat Penangkapan Ikan sebagaimana tersebut dalam ayat (1)
Pasal ini dikeluarkan oleh Gubernur.

Pasal 6
(1) Pengiriman atas hasil perikanan keluar Daerah wajib memiliki
Surat Keterangan Pengiriman Hasil Perikanan.
(2) Pengiriman ikan hidup keluar daerah wajib memiliki Surat
Keterangan Pengiriman Ikan Hidup
(3) Surat Keterangan Pengiriman Hasil Perikanan maupun Surat
Keterangan Pengiriman Ikan Hidup dikeluarkan oleh Dinas
Perikanan atas nama Gubernur.

Pasal 7
(1) Persetujuan atau penolakan permohonan izin Usaha Perikanan
dikeluarkan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja setelah permohonan diterima.
(2) Gubernur dapat menyetujui atau menolak permohonan Izin Usaha
Perikanan.

BAB IV
SYARAT-SYARAT USAHA PERIKANAN
Pasal 8

Usaha Penangkapan Ikan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai


berikut :
1. Fasilitas dan sarana serta peralatan yang dipergunakan untuk
melakukan usaha pembudidayaan ikan didaftarkan kepada Dinas
Perikanan.
2. Penempatan dan penggunaan fasilitas peralatan serta tehnik
pembudidayaan ikan harus mengindahkan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Tidak boleh mengakibatkan pencemaran perairan yang
berakibat merusak sumber hayati.
b. Produk yang dihasilkan tidak membahayakan bagi
masyarakat.
c. Pihak yang melakukan usaha memiliki hak atas penggunaan
tanah, fasilitas dan sarana yang dipergunakan.
d. Tidak merugikan terhadap usaha perikanan yang lain dan
atau bertentangan dengan kepentingan umum.
e. Fasilitas yang menutupi sebagian permukaan laut hanya
diperbolehkan setelah mendapat pertimbangan-pertimbangan
dan atau persetujuan dari Angkatan Laut, Syah Bandar
atau Bupati Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan,
sedang yang dipasang diperairan umum dan saluran irigasi
setelah mendapatkan saran pertimbangan dari Dinas
Pekerjaan Umum setempat.

Pasal 10
Usaha Penangkapan Ikan dan Pembudidayaan Ikan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Mengindahkan petunjuk-petunjuk dan syarat-syarat yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi
setiap unit pengolahan ikan dan atau hasil perairan lainnya
termasuk pengemasan, distribusi, pengangkutan dan
pengujiannya.
2. Usaha pengolahan ikan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Gudang penyimpanan dan peralatan yang dipergunakan harus
terbuka bagi pemeriksaan oleh pejabat yang berwenang termasuk
pejabat yang ditunjuk memberi izin tanpa memandang kapasitas
usaha yang bersangkutan.
4. Ekspor hasil perikanan termasuk hasil olahannya harus
disertai Sertifikat Mutu Ekspor.
5. Sisa-sisa proses produksi tidak mengakibatkan pencemaran dan
mengganggu lingkungan.
6. Harus memperhatikan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).

BAB V
TATA CARA, SYARAT-SYARAT PERMOHONAN DAN
BERAKHIRNYA IZIN.
Pasal 11

Untuk memperoleh Izin Usaha Perikanan dan Surat Penangkapan Ikan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 Peraturan Daerah
ini, pemohon mengajukan permohonan tertulis disampaikan kepada
Gubernur melalui Dinas Perikanan dengan tembusan kepada Dinas
Pertanian Tingkat II tempat lokasi usaha.
Pasal 12
(1) Syarat-syarat permohonan Izin Usaha Perikanan, permohonan
diwajibkan melampirkan foto copy:
a. Rencana Usaha;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Akte Pendirian Perusahaan/Koperasi;
d. Dokumen Tehnis Kapal yang telah dimiliki;
e. Izin lokasi dari Pemerintah Daerah (bagi usaha
pembudidayaan ikan);
f. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) atau Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL) bagi usaha pembudidayaan ikan
sesuia dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Syarat-syarat permohonan Surat Penangkapan Ikan, pemohon
diwajibkan melampirkan foto copy :
a. Izin usaha Perikanan;
b. Tanda Pendaftaran Kapal;
c. Surat Ukur Kapal;
d. Sertifikat Kesempurnaan Kapal.

Pasal 13
Untuk Permohonan Surat Keterangan Pengiriman Hasil Perikanan atau
Surat Keterangan Pengiriman Ikan Hidup, Pemohon mengajukan secara
lisan atau tertulis dengan menunjukkan Izin Usaha Perikanan atau
foto copynya kepada Kepala Dinas.

Pasal 14
(1) Izin usaha Perikanan karena :
a. Diserahkan kembali kepada pemberi izin ; atau
b. Perusahaan perikanan jatuh pailit; atau
c. Perusahaan perikanan menghentikan usahanya;
atau
d. Dicabut oleh pemberi izin.
(2) Izin usaha Perikanan dapat dicabut oleh pemberi izin dalam
hal perusahaan perikanan.
a. Melakukan perluasan usaha tanpa persetujuan tertulis
dari pemberi izin; atau
b. Tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf c Peraturan Daerah ini 3
(tiga) kali berturut-turut atau dengan sengaja
menyampaikan laporan yang tidak benar; atau
c. Tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam izin
Usaha Perikanan; atau
d. Memindahtangankan Izin Usaha Perikanannya tanpa
persetujuan tertulis dari pemberi izin; atau
e. Selama 1 (satu) tahun berturut-turut sejak izin Usaha
Perikanan diberikan tidak melaksanakan kegiatan
usahanya.
Pasal 15

(1) Surat Penangkapan Ikan berakhir karena;


a. Jangka waktu berlakunya telah habis; atau
b. Diserahkan kembali kepada pemberi izin sebelum jangka
waktu berlakunya habis; atau
c. Dicabut oleh pemberi izin; atau
d. Izin usaha Perikanan dicabut oleh pemberi izin.
(2) Surat Penangkapan Ikan dapat dicabut oleh Pemberi izin
apabila :
a. Perusahaan perikanan tidak melakukan ketentuan yang
tercantum dalam izin Usaha Perikanan dan atau Surat
Penangkapan ikan; atau
b. Perusahaan perikanan menggunakan kapal perikanan di luar
kegiatan penangkapan ikan; atau
c. Perusahaan perikanan tidak lagi menggunakan kapal
perikanan yang dilengkapi dengan Surat Penangkapan Ikan
tersebut; atau
d. Izin usaha perikanan yang dimilki oleh perusahaan
perikanan dicabut oleh pemberi izin.

Pasal 16
(1) Izin usaha perikanan berlaku selama perusahaan perikanan
masih melakukan usaha perikanan dan didaftar ulang setiap 1
(satu) tahun sekali.
(2) Surat Penangkapan Ikan berlaku selama 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang selama 3 (tiga) tahun sepanjang kapal
dimaksud masih dipergunakan oleh perusahaan perikanan yang
bersangkutan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, 9 dan Pasal 10
Peraturan Daerah ini berlaku juga untuk pembaharuan izin dan
perluasan usaha.

Pasal 17

(1) Apabila pemegang Izin Usaha Perikanan meninggal dunia, ahli


waris dapat melanjutkan atau melakukan usaha perikanan
menurut ketentuan izin yang diberikan.
(2) Apabila tidak terdapat ahli waris atau mereka yang mendapat
hak dari pemegang izin yang meninggal dunia itu, maka surat
izin tersebut batal.
(3) Pemegang izin yang telah memperoleh izin langsung dari
DIrektorat Jenderal Perikanan untuk melakukan kegiatan usaha
perikanan di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelum
mulai atau mengakhiri usahanya diwajibkan melaporkan kepada
Gubernur melalui Dinas Perikanan disamping memberikan laporan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.

Pasal 18

(1) Apabila surat izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan


Pasal 15 Peraturan Daerah ini berakhir maka dalam waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan, pemegang izin harus sudah
selesai membongkar alat/peralatan penangkapan/budidaya yang
bersifat menetap yang dipasang olehnya.
(2) Apabila pemilik alat penangkapan/budidaya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini belum juga membongkarnya
maka Kepala Dinas melaksanakan pembongkaran tersebut atas
perintah Gubernur dengan biaya dibebankan pada pengusaha.

BAB VI
PENGECUALIAN
Pasal 19

(1) Usaha Penangkapan Ikan yang dilakukan oleh nelayan dengan


menggunakan sebuah perahu/kapal tidak bermotor atau bermotor
luar atau bermotor dalam berukuran tidak lebih dari 5 (lima)
GT dan atau mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 15 (lima
belas) PK tidak diwajibkan memiliki Izin Usaha Perikanan.
(2) Usaha Pembudidayaan Ikan yang tidak diwajibkan memiliki Izin
Usaha Perikanan adalah :
a. Kegiatan pembudidayaan ikan di air tawar yang dilakukan
oleh petani ikan di kolam air tenang dengan areal lahan
tidak lebih dari 2 (dua) Ha;
b. Kegiatan pembudidayaan ikan di air payau yang dilakukan
oleh petani ikan dengan areal lahan tidak lebih dari 4
(empat) Ha dan atau dengan padat penebaran kurang dari
50.000 (lima puluh ribu) ekor benur/Ha.
c. Kegiatan pembudidayaan ikan di laut yang dilakukan oleh
petani ikan dengan areal lahan tidak lebih dari 0,5
(setengah) Ha.

Pasal 20

(1) Nelayan dan Petani Ikan yang tidak diwajibkan memiliki Izin
Usaha Perikanan, setiap tahun wajib mencatatkan kegiatannya
kepada Dinas Perikanan.
(2) Nelayan dan Petani Ikan yang telah dicatat diberi tanda
pencatatan.
(3) Tanda pencatatan kegiatan Perikanan berkedudukan sederajat
dengan Izin Usaha Perikanan.

Pasal 21
Penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan yang dipergunakan untuk
keperluan sendiri dan tujuan olah raga tidak dikenakan Izin Usaha
Perikanan dan tidak wajib mencatatkan kegiatannya kepada Dinas
Perikanan.

BAB VII
BENTUK USAHA DAN PERMODALAN
Pasal 22

(1) Usaha Perikanan dilakukan oleh perorangan Warga Negara


Indonesia atau Badan Hukum Indonesia.
(2) Setiap usaha Perikanan dan Kapal Perikanan harus bermodal
Nasional dan menggunakan tenaga Indonesia.

BAB VIII
RETRIBUSI
Pasal 23

(1) Untuk memperoleh Izin Usaha Perikanan, Surat Penangkapan


Ikan, dan Pengiriman Hasil Produksi Perikanan ke luar Daerah
dikenakan retribusi.
(2) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal
ini adalah sebagai berikut :
a. Izin Usaha Perikanan :
1. Untuk usaha Penangkapan Ikan :
a. Perahu Motor Tempel tidak lebih dari 15 PK
dan Kapal Motor (inbord) tidak lebih dari 5
GT sebanyak lebih dari satu buah, untuk
setiap buahnya Rp. 5.000,-
b. Perahu Motor Tempel lebih dari 15 PK dan atau
Kapal Motor (inboard) lebih dari 5 - 30 GT,
sebanyak 1 - 2 buah Rp. 25.000,-
c. Perahu Motor Tempel lebih dari 15 PK dan atau
Kapal Motor (inboard) lebih dari 5 - 30 GT,
sebanyak 3 - 5 buah Rp. 50.000,-
d. Perahu Motor Tempel lebih dari 15 PK dan atau
Kapal Motor (inboard) lebih dari 5 - 30 GT,
sebanyak 6 - 8 buah Rp. 100.000,-
Selebihnya tiap penambahan 1 buah Perahu
Motor Tempel/Kapal Motor Rp. 15.000,-
2. Untuk Usaha Pembudidayaan Ikan :
a. Budidaya air tawar (di kolam air tenang)
1) luas lebih dari 2 - 2,5 Ha Rp. 15.000,
2) luas lebih dari 2,5 - 3 Ha Rp. 25.000,
3) luas lebih dari 3 - 4 Ha Rp. 40.000,
selebihnya setiap 1 Ha Rp. 15.000,-
b. Budidaya air tawar (di air deras)
1) 1 - 2 unit Rp. 10.000,-
2) 3 - 5 unit Rp. 20.000,-
3) 6 - 7 unit Rp. 25.000,-
selebihnya setiap unit Rp. 5.000,-
( 1 unit = 15 meter persegi)
c. Budidaya aiar payau
1) luas lebih dari 4 - 6 Ha Rp. 15.000,-
2) luas lebih dari 6 - 8 Ha Rp. 25.000,-
3) luas lebih dari 8 - 10 Ha Rp. 45.000,-
selebihnya tiap 1 Ha Rp. 10.000,-
4) Padat penebaran benur 50.000,-
60.000 ekor/ Ha Rp. 30.000,-
Selebihnya tiap 10.000 ekor/Ha
Rp. 10.000,-
d. Budidaya air laut (bukan jala apung)
1) luas lebih dari 0,5 - 1 Ha Rp. 15.000,-
2) luas lebih dari 1 - 2 Ha Rp. 25.000,-
selebihnya tiap 1 Ha Rp. 10.000,-
e. Budidaya jala apung dan sejenisnya (di laut
maupun di air tawar) setiap 1 m2 Rp. 200,-

b. Surat Penangkapan Ikan :


1. Untuk perahu penangkapan ikan :
a) Perahu Motor Tempel tidak lebih dari 15 PK
Rp. 15.000,-/buah
b) Perahu Motor Tempel lebih dari 15 - 25 PK
Rp. 20.000,-/buah
c) Perahu Motor Tempel lebih dari 25 PK
Rp. 30.000,-/buah
2. Untuk kapal bermesin dalam (inboard) :
a) Ukuran tidak lebih dari 5 GT
Rp. 20.000,-/buah
b) Ukuran tidak lebih dari 5 - 10 GT
Rp. 25.000,-/buah
c) Ukuran tidak lebih dari 10 - 20 GT
Rp. 40.000,-/buah
d) Ukuran tidak lebih dari 20 - 30 GT
Rp. 60.000,-/buah
3. Alat-alat penagkapan yang digunakan :
a) krendet Rp. 2.000,-/unit
b) Rawai/tonda Rp. 2.500,-/unit
c) Jaring Insang Benang Tunggal (Gill Net
Monofilament Rp. 2.500,-/unit
d) Jaring Ganda (Trammel Net)
Rp. 2.500,-/unit
e) Dogol Rp. 5.000,-/unit
f) Jaring klitik Rp. 5.000,-/unit
g) Pancing Huhate (Pole and line)
Rp. 10.000,-/unit
h) Jaring Insang Benang Ganda (Gill Net
Multifilament) Rp. 15.000,-/unit
i) Payang/lampara Rp. 15.000,-/unit
j) Krakat/pukat pantai Rp. 15.000,-/unit
k) Pukat Cincin Rp. 25.000,-/unit
l) Rawai Tuna (long line)Rp. 25.000,-/unit
c. Retribusi pengiriman hasil produksi perikanan keluar
daerah dikenakan 2,5% (dua setengah perseratus) dari
nilai total menurut harga pasar.
(3) Retribusi untuk daftar ulang sebagaimana dimaksud Pasal 16
ayat (1) Peraturan daerah ini sebesar 50 % (lima puluh
perseratus) dari besarnya retribusi sebagaimana tersebut
dalam ayat (2) huruf a Pasal ini.
(4) Retribusi untuk perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1)Peraturan Daerah ini sebesar 50 % (lima puluh
persen) dari besarnya retribusi sebagaimana tersebut dalam
ayat (2) huruf a Pasal ini.

Pasal 24
Ratribusi perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Peraturan
Daerah ini disetor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku ke Kas Daerah dalam hal ini Bank Pembangunan Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IX
KEWAJIBAN
Pasal 25

Pemegang Izin usaha Perikanan dan Surat Penangkapan Ikan


berkewajiban :
a. Melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam izin Usaha
Perikanan dan Surat Penangkapan Ikan;
b. Mengajukan permohonan tertulis kepada Pemberi izin dalam hal
perluasan usaha atau memindah tangankan Izin Usaha Perikanan;
c. Menyampaikan laporan kegiatan usaha setiap 3 (tiga) bulan
sekali kepada Dinas Perikanan dengan tembusan Dinas Pertanian
daerah Tingkat II tempat lokasi usaha.

BAB X
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 26

(1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha


perikanan dilakukan oleh Dinas Perikanan dengan Instansi
terkait secara koordinasi.
(2) Kepala Dinas atas nama Gubernur dapat meminta laporan yang
dianggap perlu kepada Pimpinan perusahaan perikanan.
(3) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan usaha perikanan,
sewaktu-waktu Dinas Perikanan dapat melakukan pemeriksaan di
tempat kegiatan usaha perikanan.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 27
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, 5, 16 ayat (1) dan Pasal 18 Peraturan daerah ini
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
(2) Disamping ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini, kepada yang bersangkutan tetap diwajibkan membayar
retribusi sebagaimana ditur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini
adalah pelanggaran.

BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 28
Selain oleh Pejabat Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Peraturan Daerah ini dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah
yang angakatannya ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 Peraturan daerah ini berwenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana.
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian
dan melakukan pemeriksaan.
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka.
d. melakukan penyitaan benda atau surat.
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara.
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk
dari Penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui Penyidik POLRI memberitahukan hal
tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya.
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30

Selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan terhitung mulai


berlakunya Peraturan Daerah ini semua usaha perikanan diwajibkan
memenuhi semua ketentuan atau kewajiban sebagaimana tercantum
dalam Peraturan daerah ini.

BAB XIV
PENUTUP
Pasal 31

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang


mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Gubernur.

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta, 5 September 1991
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PENJABAT GUBERNUR
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPALA DAERAH ISTIMEWA
KETUA YOGYAKARTA

TTD TTD

PARWOTO PAKU ALAM VIII

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Disahkan oleh Menteri Dalam


Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Negeri dengan Keputusan
Nomor : 1 Nomor: 523.34-326
Seri : B Tanggal :16 Maret 1993
Tanggal : 23 Maret 1993
SEKRETARIS WILAYAH DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TTD

DRS. SUPRASTOWO
NIP.490008854
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR : 6 TAHUN 1991

TENTANG

IZIN USAHA PERIKANAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENJELASAN UMUM.

Dalam usaha pemerataan hasil pembangunan yang bertujuan untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memperbaiki mutu
makanan rakyat khususnya dalam rangka meningkatkan persediaan
protein hewani, perlu diadakan peningkatan usaha dari berbagai
sumber antar lain ikan.

Ikan merupakan salah satu sumber protein bermutu tinggi, disamping


merupakan sumber pendapatan para petani ikan termasuk nelayan oleh
karena itu perlu adanya pengembangan usaha-usaha dalam
meningkatkan produksi ikan baik di darat maupun di laut.

Perlu diketahui bahwa sampai dengantahun terakhir PELITA IV


potensi di sepanjang pantai Daerah Istimewa Yogyakarta belum
tertangani secara optimal. Sesuai dengan rencana yang tertuang
dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah serta REPELITA V Daerah
Istimewa Yogyakarta bahwa dalam rintisan dan dorongan untuk ikut
serta meningkatkan ekspor non migas, salah satu upaya pada sub
sektor perikanan di dalam mengembangkan potensi perikanan di
sepanjang pantai selatan adalah membangun Pangkalan pendaratan
Ikan dan Tempat Pelelnagan Ikan termasuk prasarananya.

Setelah dibangunnya Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat


Pelelangan Ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup nelayan serta
meningkatkan Pendapatan Daerah perlu diusahakan terjaminnya
kelancaran dan ketertiban dalam pelaksanaan Usaha Penangkapan Ikan
dan Pemasaran Ikan di Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.

Bahwa untuk menjamin kelancaran dan ketertiban dalam pelaksanaan


Usah Perikanan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta perlu diatur
tatacara pemberian izin usaha perikanan.

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka perlu segera ditetapkan


Peraturan daerah tentang izin Usaha Perikanan di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.

II.PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1 huruf a s.d n : Cukup jelas


huruf o : Yang dimaksud dengan alat
apung lainnya antara lain
rakit, bagan rakit, bagan
perahu, jukung.
huruf p s.d q : Cukup jelas
huruf r : Yang dimaksud dengan semua
jenis ikan termasuk biota
perairan lainnya adalah :
1. Pisces (ikan bersirip).
2. Crustaceae (udang,
rajungan, kepiting dan
sebangsanya).
3. Mollusca (kerang, tiram,
cumi-cumi dan
sebagainya).
4. Colenterata ( ubur-ubur,
dan sebangsanya).
5. Echinodermata (tripang,
bulu babi dan sebagainya)
6. Amphibia (kodok dan
sebangsanya).
7. Reptilia (buaya, penyu,
kura-kura dan
sebangsanya).
8. Mammalia (paus, lumba-
lumba, pesut dan
sebangsanya).
9. Algae ( rumput laut,
tumbuhan air dan
sebangsanya).
10. Jenis-jenis lainnya yang
ada kaitannya dengan
jenis-jenis tersebut di
atas.
Pasal 2 s.d 5 : Cukup jelas.
Pasal 6 ayat (1) : Hasil perikanan adalah ikan
mati segar, ikan olahan dan
ikan awetan lainnya.
ayat (2) dan ayat (3) : Cukup jelas
Pasal 7 s.d 9 : Cukup jelas
Pasal 10 butir 1 s.d 3 : Cukup jelas.
butir 4 : Yang dimaksud dengan
Sertifikat Mutu Ekspor adalah
Sertifikat Mutu Ekspor hasil
perikanan yang dikeluarkan
oleh Dinas Perikanan atas nama
Dirjen Perikanan.
butir 5 dan 6 : Cukup jelas.
Pasal 11 s.d 15 : Cukup jelas.
Pasal 16 ayat (1) : Cukup jelas.
ayat (2) : Surat Penangkapan Ikan hanya
dapat diperpanjang satu kali
dan untuk penangkapan ikan
selanjutnya wajib mengajukan
permohonan Izin baru.
ayat (3) : Cukup jelas
Pasal 17 s.d 25 : Cukup jelas
Pasal 26 ayat (1) : Yang dimaksud dengan Instansi
terkait antara lain POLRI,
Biro Bina Pengembangan
Produksi Daerah Setwilda
Propinsi DIY, Kanwil
Departemen Koperasi.
ayat (2) : Cukup jelas
ayat (3) : Dalam rangka pembinaan dan
pengawasan Usaha Perikanan,
maka sebelum dilaksanakan
pencabutan izin atau ketentuan
pidana sebagaimana tersebut
pada Pasal 27 Peraturan Daerah
ini oleh Gubernur dalam hal
ini Kepala Dinas Perikanan
dilaksanakan langkah-langkah
pembinaan dalam bentuk
peringatan baik secara lisan
maupun tertulis.
Pasal 27 s.d 32 : Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai