Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PERATURAN DAERAH

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


Nomor : 6 Tahun 2005
Judul : Usaha Perikanan dan Usaha Kelautan di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta

Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta


Nomor 188.34/3428/SJ tanggal 23 Agustus 2010 perihal Klarifikasi Peraturan Daerah
menyatakan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun
2005 perlu disempurnakan. Hal yang perlu disempurnakan adalah sebagai berikut.
1. Usaha kelautan pada prinsipnya tidak dikenal dalam peraturan perundang-
undangan di bidang perikanan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah hanya mengatur Retribusi Izin Usaha
Perikanan sebagai salah satu dari Retribusi Daerah.
2. Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Penangkapan Ikan, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2009,
menyatakan bahwa Gubernur berwenang menerbitkan SIUP, SIPI, SIKPI, bagi
kapal perikanan dengan ukuran 10 (sepuluh) GT sampai dengan 30 (tiga puluh)
GT. Dengan demikian, Gubernur tidak berwenang mengenakan Retribusi pada
kapal perikanan selain ukuran tersebut.
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 diubah dengan Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2005 tentang Usaha Perikanan dan Usaha
Kelautan. Beberapa ketentuan yang diubah adalah sebagai berikut.
1. Ketentuan Bab V tentang Usaha Kelautan dihapus.
2. Ketentuan Pasal 15 ayat (1) huruf b diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
b. Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan 1
(satu) buah kapal perikanan tidak bermotor atau bermotor luar atau bermotor
dalam berukuran kurang dari 10 Gross Tonnage (GT.10) dan lebih dari 30 (tiga
puluh) (GT.30) dan/atau yang mesinnya berkekuatan lebih dari 90 (sembilan
puluh) Daya Kuda (DK).
3. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
(1) Penyidikan terhadap tindak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 selain
dilakukan oleh pejabat penyidik POLRI dilakukan oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah berkoordinasi dengan
Penyidik Perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut
berdasarkan Prosedur Tetap Bersama.
Usaha Kelautan diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2005 Bab V. Pengaturan mengenai Usaha Kelautan
dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 dapat dijelaskan dalam diagram
sebagai berikut :
Orang dan/atau Badan
USAHA KELAUTAN Hukum wajib memiliki
SIUK (Pasal 8 ayat (1))

Harus dilengkapi SIEL bagi


satuan areal Eksploitasi laut
EKSPLOITASI LAUT EKSPLORASI KELAUTAN (Pasal 8 ayat (6)).

Pasal 8 ayat (2) huruf a Pasal 8 ayat (2) huruf b

Kegiatan usaha perikanan a. Benda Berharga Muatan


dan/atau kelautan yang Kapal Tenggelam (BMTK)
berkaitan dengan penelitian b. Pasir laut.
untuk pendidikan, olah raga, c. Garam laut.
pariwisata, kegiatan budaya d. Pipa dan Kabel bawah laut
wajib lapor kepada Dinas
Pasal 8 ayat (5)
Pasal 8 ayat (3)
Hasil Analisis :
1. Usaha Kelautan Tidak Dikenal dalam Peraturan Perundang-undangan
yang Lebih Tinggi

Analisis Yuridis :
Materi yang menjadi cakupan Usaha Kelautan sebagaimana yang termuat dalam
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 pada prinsipnya sudah diatur dalam
peraturan perundangan yang menjadi dasar hukumnya, yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif


Indonesia.
a. Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia, Republik Indonesia mempunyai hak berdaulat untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber
daya alam hayati dan non hayati.
b. Pasal 4 ayat (1) huruf b angka 1, terkait dengan yurisdiksi yang
berhubungan dengan pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan,
instalasi-instalasi dan bangunan lainnya.
c. Pasal 4 ayat (1) huruf b angka 2, terkait dengan yurisdiksi yang
berhubungan dengan penelitian ilmiah mengenai kelautan.

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, memuat beberapa


pasal yang dalam termasuk dalam kategori Eksplorasi Kelautan
a. Pasal 7 ayat (5) yang menyebutkan bahwa Menteri menetapkan jenis dan
kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman
nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan,
pariwisata, dan/atau kelestarian sumber daya ikan dan/atau
lingkungannya.
b. Pasal 52 yang menyebutkan bahwa pemerintah mengatur, mendorong,
dan/atau menyelenggarakan penelitian dan pengembangan perikanan
untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi.
c. Pasal 57 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan bahwa pemerintah
menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


memuat beberapa Pasal yang memuat secara jelas ketentuan mengenai
eksplorasi dan eksploitasi di wilayah laut.
a. Pasal 18 ayat (3) memuat tentang kewenangan daerah untuk mengelola
sumber daya di wilayah laut meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi,
dan pengelolaan kekayaan laut.

2. Gubernur berwenang menerbitkan SIUP, SIPI, SIKPI bagi kapal perikanan


dengan ukuran 10 (sepuluh) GT sampai dengan 30 (tiga puluh) GT.

Analisis Yuridis :
1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2008 tentang
Usaha Penangkapan Ikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2009, Pasal 21 ayat (1)
yang menyebutkan bahwa Gubernur diberikan kewenangan untuk
menerbitkan SIUP kepada orang atau badan hukum Indonesia yang
melakukan usaha perikanan, SIPI dan/atau SIKPI bagi kapal perikanan yang
berukuran di atas 10 (sepuluh) GT sampai dengan 30 (tiga puluh) GT kepada
orang atau badan hukum Indonesia yang berdomisili di wilayah
administrasinya dan berada di wilayah pengelolaan perikanan yang menjadi
kewenangannya, serta tidak menggunakan modal dan/atau tenaga kerja asing
Pelaksanaan ketentuan tersebut dalah Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang mengatur tentang Usaha Perikanan dan Usaha
Kelautan adalah sebagai berikut.

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun


2005 2010
Pasal 15 ayat (1) huruf b : Pasal 15 ayat (1) huruf b diubah, sehingga
Usaha penangkapan ikan yang dilakukan berbunyi :
oleh nelayan dengan menggunakan 1 Usaha penangkapan ikan yang dilakukan
(satu) buah kapal perikanan tidak oleh nelayan dengan menggunakan 1
bermotor atau bermotor luar atau (satu) buah kapal perikanan tidak
bermotor dalam berukuran tidak lebih bermotor atau bermotor luar atau
dari 5 (lima) Gross Tonnage (GT) dan bermotor dalam berukuran kurang dari 10
atau yang mesinnya berkekuatan tidak Gross Tonnage (GT.10) dan lebih dari 30
lebih dari 15 (lima belas) Daya Kuda (tiga puluh) (GT.30) dan/atau yang
mesinnya berkekuatan lebih dari 90
(sembilan puluh) Daya Kuda (DK).

Catatan :
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2010
merupakan tindak lanjut dari Surat Menteri Dalam Negeri Nomor
188.34/3428/SJ tanggal 23 Agustus 2010.

Kesimpulan :
1. Dalam Peraturan Perundangan yang lebih tinggi memang belum terdapat
pengaturan secara tegas mengenai Usaha Kelautan, namun secara terpisah
terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur beberapa
ketentuan mengenai hal-hal, yang dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005
termasuk dalam kategori Usaha Kelautan.
2. Sesuai dengan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Penangkapan Ikan, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.12/MEN/2009, Gubernur tidak memiliki kewenangan untuk memungut
retribusi kapal berkuran kurang dari 10 GT dan lebih dari 30 GT. Ketentuan
tersebut telah dilaksanakan dalam Perubahan Pasal 15 ayat (1) huruf b yang
termuat dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
11 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2005 tentang Usaha Perikanan dan Usaha
Kelautan.

Anda mungkin juga menyukai