Anda di halaman 1dari 9

Kata Ibu, Sekolah Itu 

Menyenangkan
Abinaya Ghina Jamela
Aku sudah katakan, aku tidak ingin sekolah.
Tapi ibu berkata, itu menyenangkan.
Aku akan bertemu banyak teman, banyak permainan seru.
Di sana, ada bapak dan ibu guru. Mereka hebat berpetualang.
Aku pasti suka.

Aku tidak sepakat dengannya.


Ibu berkata lagi, ada perpustakaan sekolah.
Saat aku bosan, aku boleh membaca semua koleksi di sana
dan memiliki kartu seperti punya ibu.

Itu bukanlah mauku.


Aku ingin di rumah, tetap bersama ibu,
menemaninya mengerjakan apa saja.

Aku katakan padanya, aku tidak mau sekolah,


tidak mau mengabaikan buku-bukuku,
tidak mau membiarkan alat lukisku,
tidak mau mainan-mainanku kesepian.

Tapi ibu katakan, aku mesti sekolah.


Ibu dulu punya banyak teman sekolah,
memainkan permainan-permainan baru,
mendengar gurunya yang suka bercerita
atau memberi teka-teki yang tak diduga.

Sebaiknya aku sekolah, kata ibu.


Meski teman-teman lain menjahilinya, ia tidak diam.
Ia balik membalas. Berkelahi di sekolah, itu biasa,
mendapat sangsi juga biasa.
Semua itu menyenangkan.
Dan aku akan mempertimbangkannya.

2019
PAGI DI SEKOLAH

Abinaya Ghina Jamela

Pagi cerah, bel berbunyi

anak-anak masuk lapangan.

Teman-temanku, berjalan pelan

anak-anak lain berjalan di belakang.

Aku bosan berdiri terus.

Aku bosan, bosan sekali.

Aku seperti antara manusia

dan hewan di kebun binatang.

Tapi ada beberapa

momen kusuka.

Bercerita dengan teman

atau memikirkan hal-hal

seru saat istirahat nanti.

Kami masuk ke dalam kelas


duduk menunggu guru.

Itu kesempatan untuk berisik

buat kelas nampak seperti pasar

yang ramai. Tapi saat guru datang

semua menarik suara. Keadaan sunyi

senyap seperti saat subuh.

Aku tidak suka berpura-pura begitu.

2017
SAAT DITINGGAL IBU

Abinaya Ghina Jamela

Ibu bicara, aku dengarkan.

Kabar sedih memenuhi kepalaku.

Ibu pergi, air mata memenuhi

pipiku, tumpah dari wadahnya.

Terdengar suara kereta bergerak

cepat seperti ular lapar. Ibu pergi,

bukan untuk bermain-main, bukan

untuk berlibur. Ibu pergi belajar.

Jika tidak lulus, ibu harus bayar

uang pada negara. Jika tidak, ibu

bisa dipenjara. Aku ingin ibu cepat

lulus dan ibu pasti lulus. Jika tak

ada ibu, aku sedih tak terhingga.

Anak-anak gembira tak ditinggal orang tua.

Jika yang kuberi ini buat ia gembira

aku akan berterimakasih sebanyaknya


seperti radio yang tak mau diam.

Jangan menangis, kata ibu.

Aku tetap menangis.

Tak tahu mengapa, aku mengkhawatirkannya.

2017
Repotnya Ibuku
Abinaya Ghina Jamela

Ibu selalu terlihat sibuk.


Membangunkan aku, berbenah dalam rumah,
menghidang sarapan, hingga urusan yang belum aku mengerti.
Kalau sudah begitu, Ibu akan berkata,
Tunggu sebentar, Nak.
Aku akan ambil sikap diam
Mengerjakan kesenanganku di kamar;
menunggunya bersama buku,
Atau melukis, bahkan mungkin
ngomong-ngomong konyol.
Ibu begitu repot,

bukan cuma mengatasi rumah,


urusan sekolah juga menghabiskan waktunya.

Aku bingung oleh perkataan ibu;


sekolah itu menyenangkan.
Tapi, belum bertemu harinya,
sudah  bikin aku luntur perhatian.

Aku tidak ingin ibu repot.


Aku tidak sanggup mendengar keluhannya.

 
Cerita tentang Sekolah
Abinaya Ghina Jamela

Pagi cerah bel berbunyi

anak-anak masuk lapangan

Devi temanku, berjalan pelan

anak-anak lain berjalan di belakangnya.

Aku bosan terus berdiri.

Aku bosan, bosan sekali

Tapi ada beberapa momen kusuka.

Aku juga seperti berada di antara

manusia dan hewan di kebun binatang.

Kenapa? Aku tak pandai menjawabnya

aku pun tak pandai bercerita

meski aku sedang bercerita.

Kami masuk ke dalam kelas

duduk menunggu pak Ngatijo

itu kesempatan untuk berisik

buat kelas nampak seperti pasar


yang ramai. Tapi saat guru datang

semua menarik suara. Keadaan sunyi

senyap seperti saat subuh.

Aku tidak suka berpura-pura begitu.


2017

Anda mungkin juga menyukai