Anda di halaman 1dari 285

EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN

TANGERANG TAHUN 2016

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

YUNI FIRA

LARASATY

1112101000087

PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H / 2017
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, Juni 2017

Yuni Fira Larasaty

i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Juni 2017

YUNI FIRA LARASATY, NIM: 1112101000087


Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
xix + 204 halaman, 24 tabel, 10 gambar, 9 bagan, 23 lampiran
ABSTRAK
Masalah kurang gizi pada balita masih menjadi masalah di Indonesia.
Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi, maka Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang membentuk Pos Gizi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan Positive Deviance (PD). Puskesmas Cisauk telah
membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010 hingga 2016. Masih terdapatnya kasus
kurang gizi pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Cisauk, sehingga
kegiatan Pos Gizi masih dilakukan di ketiga desa binaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang
tahun 2016 untuk melihat tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu
memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat
dengan cepat. Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis dengan
metode kualitatif. Informan utama penelitian adalah kader dan ibu balita,
sedangkan informan pendukung adalah Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas
Cisauk, dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah
dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih belum tercapainya tujuan
pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi. Hal ini disebabkan
karena ada masalah pada bagian input dan proses pelaksanaan. Masalah pada
input meliputi rendahnya kemampuan kader terlatih dalam hal penimbangan,
penyuluhan kesehatan, alat dan fasilitas tidak memadai seperti tempat cuci tangan
dan penimbangan, tidak ada kontribusi bahan makanan, dan tidak ada alat ukur
kunjungan rumah. Permasalahan pada input mempengaruhi proses pelaksanaan
meliputi belum diterapkannya pendekatan Positive Deviance (PD).
Saran untuk pengambil kebijakan adalah meningkatkan kemampuan kader
dengan memberian pelatihan tentang Positive Deviance (PD) dan melakukan
pemantauan rutin. Saran untuk kader adalah mengganti dan memperbaiki
peralatan yang sudah rusak, memotivasi ibu balita untuk terlibat dalam memasak
dan membawa kontribusi bahan makanan, memberikan penyuluhan pesan
kesehatan dan meningkatkan kunjungan rumah secara aktif.
Kata Kunci: Evaluasi, Pos Gizi, Balita
Daftar Bacaan: 61 (1971-2016)

ii
FACULTY OF MEDICINE AND PUBLIC HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, June 2017

YUNI FIRA LARASATY, NIM: 1112101000087


Evaluation of Nutrition Post Activity to Children Under Five Years in the
Working Area of Cisauk Public Health Center, Cisauk Sub-District, Tangerang
District in 2016
xix + 204 pages, 24 tables, 10 pictures, 9 charts, 23 attachments

ABSTRACT
The problem of undernutrition in children under five years is still a
problem in Indonesia. To reduce the prevalence of undernutrition, Tangerang
District Health Office established a Nutrition Post through community
empowerment using Positive Deviance (PD) approach. Cisauk Public Health
Center has established the Nutrition Post since 2010 until 2016. There are still
cases of undernutrition in 2016 in the working area of Cisauk Public Health
Center, so activities of nutrition post are still conducted in all three villages.
This study aims to evaluate the Nutrition Post activities of children under
five years in the working area of Cisauk Public Health Center, Cisauk Sub-
District, Tangerang District in 2016 to see the achievement of the first goal of
Nutrition Post, which is to recover the undernutrition children identified in the
community quickly. This research uses model evaluation system analysis with
qualitative method. The main informants were cadres and mothers of children
under five years, while supporting informants were Nutrition Staff (TPG) of
Cisauk Public Health Center, and nutrition section officer of Tangerang District
Health Office. Data collection is condected through in-depth interviews,
observation, and document review.
The research results show the first goal of Nutrition Post has not been
achieved in the recovery of undernutrition children. This is because there are
problems in the input and implementation process. Problems with inputs include
the low ability of trained cadres in terms of weighing, health counseling,
inadequate tools and facilities such as hand washing and weighing, no food
contribution, and no home visit measurements. Problems on the input affect the
implementation process include not applied Positive Deviance (PD) approach.
Suggestion for policy makers is to improve cadres ability by providing
training on Positive Deviance (PD) and doing routine monitoring. Suggestions
for cadres are replacing and repairing damaged equipment, motivating mothers
of children under five years to cooking and contributing foodstuffs, providing
health message counseling and actively improving home visits.

Keywords: Evaluation, Nutrition Post, Children Under Five Years


Biblioraphy: 61 (1971-2016)

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN

TANGERANG TAHUN 2016

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Juni 2017

Oleh
Yuni Fira Larasaty
1112101000087
Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing I

Catur Rosidati, M.K.M Dudung Angkasa, M.Gz

NIP. 19750210 200801 2 018 NIP. –

PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H / 2017

iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Juni 2017

Penguji I,

Ratri Ciptaningtyas, MHS

NIP. 19840404 200912 2 007

Penguji II,

Dela Aristi, M.K.M

NIP. –

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Yuni Fira Larasaty

Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 05 Juni

1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Ciputat Baru Jalan Nusa Indah Blok C A

No. 19 Ciputat Baru-Tangerang Selatan

No. HP/Telepon : 083870804743 / 021-7422336

Email : yunifiralarasaty@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

1998-2000 : TK Crescendo Perumahan Ciputat Baru

2000-2006 : SD Negeri Ciputat 1

2006-2009 : SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

2009-2012 : SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan

2012-sekarang : S1-Peminatan Gizi Masyarakat, Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN KERJA

2013-2014 : Mengajar les privat SD dan SMP

vi
2015 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas

Paku Alam Kota Tangerang Selatan periode Januari s/d

Maret 2015

2016 : Magang di Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk

Kabupaten Tangerang periode Februari s/d Maret 2016

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ―Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016‖

dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih keapada:

1. Kedua Orang Tua tercinta, Papa H. Sarwono Saridjan dan Mama Dra. Erfi

Ramli serta adikku Afrizal Dwi Prasetyo yang selalu mendoakan, mendukung,

dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi

ini.

2. Keluarga Besar Salsa tercinta dan tersayang baik Pakde, Bude, Om, Tante,

Kakak dan Adik Sepupu, serta keponakanku yang selalu mendoakan,

mendukung, dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti, S.K.M, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

viii
5. Ibu Catur Rosidati, M.K.M dan Bapak Dudung Angkasa, M.Gz, selaku dosen

pembimbing skripsi yang sudah banyak sekali memberikan waktu, arahan,

ilmu, kesabaran, dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Ibu Dela Aristi, M.K.M, selaku penguji

sidang ujian skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah

memberikan wawasan berkenaan dengan tema yang diambil.

8. Pihak Puskesmas Cisauk yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan

penelitian di Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk di kedua desa

binaannya yaitu Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk serta para kader Pos Gizi yang banyak membantu dan

memberikan semangat kepada penulis selama proses penelitian.

9. Ibu-ibu balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk yang telah berpartisipasi dan bekerjasama selama proses

penelitian ini.

10. Kakak, sahabat tersayang, Alen Donitama Putra, S. Si yang selalu mendoakan,

mendukung, menemani dan memberikan semangat kepada penulis hingga

laporan skripsi ini selesai.

11. Sahabat dan kakak terbaik, Kak Hesty, Kak Bachrudin, Mega Nuriza F.P,

Fitri, dan Nuzula Evana yang telah memberikan doa, dukungan dan

semangatnya kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

ix
12. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2012, Peminatan Gizi 2012 serta adik

kelas Gizi 2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu

saat proses penelitian, memberikan dukungan dan semangatnya kepada

penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal

perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan balasan berupa kebaikan yang berlipat

ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses maupun penulisan

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap,

semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Jakarta, Juni 2017

Yuni Fira Larasaty

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................i

ABSTRAK...............................................................................................................ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI.....................................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL..................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvii

DAFTAR BAGAN.............................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................10

1.3 Pertanyaan Penelitian......................................................................................11

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................12

1.4.1 Tujuan Umum........................................................................................12

1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................................................12

1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................13

1.5.1 Bagi Peneliti...........................................................................................13

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta..............................................................................13

1.5.3 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk dan Dinas Kesehatan


Kabupaten Tangerang) serta Kader Pos Gizi.........................................13

xi
1.5.4 Bagi Peneliti Lain..................................................................................13

1.6 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................15

2.1 Balita...............................................................................................................15

2.2 Masalah Gizi...................................................................................................15

2.2.1 Kurang Gizi pada Balita........................................................................15

2.2.2 Status Gizi pada Balita...........................................................................23

2.3 Program Gizi untuk Menanggulangi Kurang Gizi pada Balita......................30

2.4 Pos Gizi...........................................................................................................31

2.4.1 Definisi Pos Gizi....................................................................................31

2.4.2 Tujuan Pos Gizi.....................................................................................33

2.4.3 Indikator Pos Gizi..................................................................................33

2.4.4 Kegiatan Pos Gizi..................................................................................37

2.4.5 Pendekatan Pos Gizi..............................................................................41

2.4.6 Langkah-Langkah Utama dalam Pendekatan Pos Gizi..........................41

2.4.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi..........................................................43

2.4.8 Monitoring dan Evaluasi........................................................................45

2.5 Pengaruh Pendekatan Positive Deviance pada Kegiatan Pos Gizi.................46

2.6 Evaluasi Program............................................................................................49

2.6.1 Pengertian Evaluasi................................................................................49

2.6.2 Pengertian Evaluasi Program.................................................................65

2.8 Pengumpulan Data..........................................................................................67

2.9 Validitas Data Kualitatif.................................................................................68

2.10 Analisis Data...................................................................................................69

2.11 Kerangka Teori...............................................................................................69

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH....................................72

xii
3.1 Kerangka Pikir................................................................................................72

3.2 Definisi Istilah.................................................................................................73

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................74

4.1 Desain Penelitian Evaluasi..............................................................................74

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................74

4.3 Informan Penelitian.........................................................................................74

4.3.1 Informan Utama.....................................................................................75

4.3.2 Informan Pendukung..............................................................................76

4.4 Pengumpulan Data..........................................................................................76

4.4.1 Instrumen Penelitian..............................................................................76

4.4.2 Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data............................................77

4.5 Pengolahan Data.............................................................................................80

4.6 Validitas Data.................................................................................................81

4.7 Analisis Data...................................................................................................82

BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................................85

5.1 Gambaran Penelitian.......................................................................................85

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Cisauk....................................................85

5.1.2 Kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk Tahun 2016...........................87

5.1.3 Karakteristik Informan...........................................................................90

5.2 Hasil Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016..................................94

5.2.1 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Input pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016..........................................................................95

5.2.2 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Proses pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten

xiii
Tangerang Tahun 2016........................................................................124

5.2.3 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Output pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016........................................................................168

5.2.4 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat
dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari
Kegiatan Pos Gizi................................................................................174

BAB VI PEMBAHASAN....................................................................................180

6.1 Keterbatasan Penelitian.................................................................................180

6.2 Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk


Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016................................181

6.2.1 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat
dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari
Kegiatan Pos Gizi................................................................................181

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.................................................................198

7.1 SIMPULAN..................................................................................................198

7.2 SARAN.........................................................................................................198

7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk


dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang)......................................198

7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi............................................................................199

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................201

LAMPIRAN.........................................................................................................205

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
BB/U...............................................................................................................25
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
TB/U...............................................................................................................26
Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
BB/TB..................................................................................................................27
Tabel 2.4 Status Gizi Anak Berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS)......................30
Tabel 2.5 Indikator Kegiatan Pos Gizi........................................................................34
Tabel 3.6 Definisi Istilah............................................................................................73
Tabel 4.7 Pengumpulan Data......................................................................................79
Tabel 4.8 Triangulasi Sumber dan Triangulasi Metode.............................................82
Tabel 5.9 Karakteristik Kader Pos Gizi yang Terlibat Langsung dalam Kegiatan
Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
Kabupaten Tangerang Tahun 2016.................................................................91
Tabel 5.10 Karakteristik Ibu Balita Peserta Pos Gizi yang Hadir dalam Kegiatan
Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
Kabupaten Tangerang Tahun 2016.................................................................92
Tabel 5.11 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan Mengikuti Kegiatan
Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016................................100
Tabel 5.12 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan Mengikuti Kegiatan
Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk di Wilayah Kerja Puskesmas
Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016....................102
Tabel 5.13 Karakteristik Kader dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja
Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016.109
Tabel 5.14 Rincian Dana Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016................................115

xv
Tabel 5.15 Rincian Sarana dan Prasarana dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah
Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun
2016..............................................................................................................118
Tabel 5.16 Jumlah Sasaran Peserta Pos Gizi Tahun 2016........................................130
Tabel 5.17 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo Tahun 2016......................................................................................152
Tabel 5.18 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk Tahun 2016.....................................................................152
Tabel 5.19 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
Tahun 2016...................................................................................................153
Tabel 5.20 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk Tahun 2016.......................................................................................154
Tabel 5.21 Contoh Pencatatan Porsi Makan yang Dihabiskan oleh Balita..............158
Tabel 5.22 Kelulusan Peserta Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo Tahun 2016 dilihat
dari Kenaikan Berat Badan...........................................................................170
Tabel 5.23 Kelulusan Peserta Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk Tahun 2016
dilihat dari Kenaikan Berat Badan................................................................170
Tabel 5.24 Kehadiran Ibu Balita/Pengasuh dalam Kegiatan Pos Gizi Tahun 2016 .174

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Balita Marasmus..................................................................................105


Gambar 2 Kondisi Timbangan Dacin Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo..............119
Gambar 3 Praktek Memasak yang Dilakukan oleh Ibu blaita di Pos Gizi Bintang
di Kelurahan Cisauk...............................................................................144
Gambar 4 Indikator BB/U menurut WHO, 2006.................................................245
Gambar 5 Materi Penyuluhan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo (a), Pos Gizi Bintang
Kelurahan Cisauk (b).............................................................................246
Gambar 6 KMS laki-laki dan perempuan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo............246
Gambar 7 Timbangan Dacin Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk......................246
Gambar 8 Kondisi Dapur dan Peralatan Memasak Pos Gizi Mekar Desa Cibogo
(a), Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk (b)..........................................247
Gambar 9 Permainan Anak Pos Gizi Mekar Desa Cibogo..................................247
Gambar 10 Kehadiran Balita Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk.....................247

xvii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.....................................................................................71


Bagan 3.2 Kerangka Pikir......................................................................................72
Bagan 3 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi.....................................................133
Bagan 4 Alur Kegiatan Pos Gizi yang dikembangkan berdasarkan Panduan Pos
Gizi dari CORE (2003)..........................................................................135
Bagan 5 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo................136
Bagan 6 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk 137
Bagan 7 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi.....................................................162
Bagan 8 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari
Pos Gizi yang dilihat dari Komponen Output terhadap Komponen Input
dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo....................176
Bagan 9 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari
Pos Gizi yang dilihat dari Komponen Output terhadap Komponen Input
dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
177

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1..........................................................................................................206
Lampiran 2..........................................................................................................207
Lampiran 3..........................................................................................................208
Lampiran 4...........................................................................................................209
Lampiran 5..........................................................................................................213
Lampiran 6..........................................................................................................218
Lampiran 7..........................................................................................................222
Lampiran 8..........................................................................................................224
Lampiran 9..........................................................................................................226
Lampiran 10........................................................................................................227
Lampiran 11........................................................................................................228
Lampiran 12........................................................................................................229
Lampiran 13........................................................................................................230
Lampiran 14........................................................................................................231
Lampiran 15........................................................................................................236
Lampiran 16........................................................................................................237
Lampiran 17........................................................................................................238
Lampiran 18........................................................................................................240
Lampiran 19........................................................................................................242
Lampiran 20........................................................................................................245
Lampiran 21........................................................................................................248
Lampiran 22........................................................................................................250
Lampiran 23........................................................................................................263

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kekurangan gizi (undernutrition) di Indonesia masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang serius. Kekurangan gizi diakibatkan oleh

ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat

mengganggu kesehatan fisik maupun mental (CORE, 2003). Salah satu masalah

kekurangan gizi yang masih terjadi di Indonesia adalah masalah gizi kurang

(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight) yang

berhubungan dengan Kurang Energi Protein (KEP). Masalah kurang gizi sering

terjadi pada anak balita atau anak usia dibawah lima tahun yang merupakan

kelompok umur paling sering menderita rawan gizi dan penyakit (Dahlia, 2012).

Usia balita dianggap sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan

terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh

kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015a).

Dalam mengidentifikasi kekurangan gizi pada usia balita dapat digunakan

indikator standar berat badan menurut umur (BB/U) untuk mengetahui klasifikasi

status gizinya. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai z-score yang

menggunakan nilai baku antropometri anak balita dari WHO 2005 (Kemenkes RI,

2013a). Kurang gizi pada balita akan terjadi jika kebutuhan tubuh untuk energi,

protein atau keduanya tidak tercukupi dengan baik (Black, et al., 2008 dalam

Rahmadini, dkk, 2013). Menurut UNICEF (1998), faktor yang menyebabkan

1
kurang gizi terdiri dari penyebab langsung, yaitu konsumsi makanan anak dan

penyakit infeksi yang mungkin diderita anak, sedangkan penyebab tidak

langsungnya, yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta

pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Kurang gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik maupun

mental, terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,

menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi, timbulnya

kecacatan dan tingginya angka kesakitan, serta kematian (Ali, 2006; Mamhidira,

2006; dalam Rahim, 2014 dan Pahlevi, 2014). Selain itu, jika terjadi gangguan

asupan gizi yang bersifat akut akan menyebabkan anak kurus kering (wasting),

dan jika terjadi gangguan asupan gizi yang bersifat menahun akan menyebabkan

anak pendek (stunting), serta apabila kekurangan asupan protein dalam waktu

yang lama dapat menyebabkan terjadinya anemia gizi besi (Andarina dan Sri,

2006, dan Proverawati dan Siti, 2009).

Prevalensi gizi kurang (underweight) di dunia tahun 2006-2012 sebesar

15,1% dan prevalensi tertinggi secara regional tahun 2006-2012 adalah Asia

Tenggara sebesar 26,6% (WHO Health Organization, 2014). Pada tahun 2007-

2014, prevalensi gizi kurang (underweight) di dunia masih tidak berubah (15,0%)

dan prevalensi tertinggi secara regional masih berada di Asia Tenggara sebesar

26,4%, kemudian disusul oleh Afrika sebesar 26,9% (WHO Health Organization,

2015).

Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013, prevalensi status gizi balita

(BB/U) untuk gizi kurang (underweight) sebesar 13,9% dan berat badan sangat

2
kurang (severely underweight) sebesar 5,7% (Kemenkes RI, 2013a). Jika

dibandingkan dengan prevalence cut-off values for public health significant,

prevalensi gizi kurang (underweight) dianggap masalah serius jika prevalensinya

antara 20-29% dan prevalesi dianggap sangat tinggi jika prevalensinya ≥ 30%,

sedangkan prevalensi gizi kurang (underweight) di Indonesia masih berada dalam

medium prevalence sebesar 13, 9% yang artinya masih berada diantara 10-19%

(WHO, 1995 dalam WHO, 2010).

Prevalensi status gizi balita (BB/U) yang mengalami gizi kurang

(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight) di Provinsi

Banten sebesar 12,9% dan 4,3% (Kemenkes RI, 2013a). Berdasarkan laporan

Riskesdas Provinsi Banten dalam angka tahun 2013, prevalensi gizi kurang

(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight) di

Kabupaten Tangerang sebesar 14,7% dan 2,9%. Prevalensi gizi kurang

(underweight) di Kabupaten Tangerang menepati urutan ketiga di Provinsi Banten

(Kemenkes RI, 2013b). Jika dibandingkan dengan prevalence cut-off values for

public health significant, prevalensi gizi kurang (underweight) di Kabupaten

Tangerang masih berada dalam medium prevalence sebesar 14,7% yang artinya

masih berada diantara 10-19% (WHO, 1995 dalam WHO, 2010).

Prevalensi gizi kurang (underweight) di Kabupaten Tangerang dari tahun

2008 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan pada

tahun 2010 yang kemudian terjadi kenaikan kembali pada tahun 2011 dan

mengalami penurunan kembali pada tahun 2012 sampai tahun 2013, sedangkan

untuk prevalensi berat badan sangat kurang (severely underweight) dari tahun

3
2008 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan pada

tahun 2010 hingga tahun 2013 (Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2013).

Kecamatan Cisauk merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten

Tangerang yang masih terdapat kasus gizi kurang (underweight) dan berat badan

sangat kurang (severely underweight). Salah satu Puskesmas di Kecamatan Cisauk

adalah Puskesmas Cisauk. Prevalensi balita yang gizi kurang (underweight) di

Puskesmas Cisauk tahun 2014 sebesar 5,77% dan balita berat badan sangat kurang

(severely underweight) sebesar 0,80% (BPS Kabupaten Tangerang, 2014),

sedangkan prevalensi balita yang berat badan dibawah garis merah (BGM) di

Puskesmas Cisauk pada tahun 2015 sebesar 1,90% dan prevalensi berat badan

sangat kurang (severely underweight) sebesar 0,94% (BPS Kabupaten Tangerang,

2015).

Jika dibandingkan dengan prevalence cut-off values for public health

significant, prevalensi gizi kurang (underweight) di Puskesmas Cisauk masih

berada dalam low prevalence sebesar 5,77% yang artinya masih berada kurang

dari 10% (WHO, 1995 dalam WHO, 2010). Walaupun prevalensi gizi kurang

(underweight) berada pada prevalensi yang rendah di wilayah kerja Puskesmas

Cisauk, namun masalah gizi kurang (underweight) ini harus tetap diatasi oleh

Puskesmas Cisauk.

Berdasarkan laporan bulan penimbangan balita pada bulan Agustus dari

tahun 2011 sampai tahun 2016 yang diperoleh dari Puskesmas Cisauk didapatkan

bahwa kasus balita yang mengalami gizi kurang (underweight) dari tahun 2011

sebanyak 92 balita, tahun 2012 sebanyak 97 balita, tahun 2013 sebanyak 137

4
balita, tahun 2014 sebanyak 112 balita, tahun 2015 sebanyak 126 balita dan tahun

2016 sebanyak 182 balita. Kasus balita yang mengalami berat badan sangat

kurang (severely underweight) dari tahun 2011-2012 sebanyak 20 balita, tahun

2013 sebanyak 19 balita, tahun 2014 sebanyak 17 balita, tahun 2015 sebanyak 20

balita dan tahun 2016 sebanyak 28 balita.

Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita, Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang melakukan upaya melalui pemberdayaan masyarakat yaitu

dengan membentuk Pos Gizi yang dimulai dari tahun 2008 hingga sekarang di

wilayah Kabupaten Tangerang dengan pemilihan lokasi berdasarkan jumlah kasus

berat badan sangat kurang (severely underweight) terbanyak. Salah satu daerah di

Kabupaten Tangerang yang sudah menerapkan Pos Gizi adalah Kecamatan

Cisauk. Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas di Kecamatan Cisauk yang

telah membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010 (PDRC, 2016).

Pos Gizi di Puskesmas Cisauk dibentuk sebagai salah satu intervensi gizi

yang bertujuan untuk menurunkan kasus kurang gizi secara bertahap di wilayah

kerja Puskesmas Cisauk. Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk berjumlah

tiga Pos Gizi yang terletak di ketiga desa binaan yaitu Desa Sampora, Kelurahan

Cisauk, dan Desa Cibogo. Dibentuknya Pos Gizi di Puskesmas Cisauk karena

masih terdapat kasus balita yang mengalami kurang gizi dari tahun 2010 hingga

tahun 2016. Karena masih terdapatnya kasus balita yang mengalami kurang gizi

pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Cisauk, maka Puskesmas Cisauk

tetap melakukan kegiatan Pos Gizi untuk menurunkan kasus kurang gizi.

5
Pos Gizi merupakan inovasi terbaru yang dilakukan oleh pemerintah

dalam menanggulangi kasus kurang gizi pada balita dan termasuk program gizi

berbasis keluarga dan masyarakat bagi anak yang berisiko kurang energi protein

di negara sedang berkembang. Pos Gizi dilakukan untuk mengurangi angka

kekurangan gizi di suatu wilayah (CORE, 2003). Pos Gizi atau Pos Pemulihan

Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu plus)

(Bina Gizi dan KIA Kemenkes, 2011).

Pembentukan Pos Gizi diinisiasi oleh pendekatan Positive Deviance (PD),

dimana Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan untuk melaksanakan kegiatan

pemulihan dan pendidikan gizi dengan memberdayakan ibu balita/pengasuh agar

dapat terjadinya perubahan perilaku pada ibu balita/pengasuh dalam pemberian

makan, pengasuhan, kebersihan diri, dan pemberian perawatan kesehatan. Adanya

Pos Gizi ini diharapkan dapat berbagi pengalaman antara ibu balita/pengasuh

yang mampu secara ekonomi dengan ibu balita/pengasuh yang kurang mampu

secara ekonomi dan sebaliknya dalam hal memberikan makanan yang bergizi,

cara mengolah makanan, variasi makanan, cara mengatasi anak yang tidak mau

makan dan lain-lain (CORE, 2003).

Di berbagai daerah yang telah mengadakan Pos Gizi menunjukkan hasil

yang baik yaitu kegiatan Pos Gizi dapat meningkatkan status gizi balita yang

ditandai dengan bertambahnya berat badan. Berdasarkan penelitian Aryastami

(2006), pendekatan Positive Deviance yang digunakan pada kegiatan Pos Gizi

dapat meningkatkan status gizi balita. Hal ini didukung pula oleh penelitian

Ayubi, dkk (2013), diketahui bahwa terjadi peningkatan status gizi balita yaitu

6
sebelum intervensi Pos Gizi ditemukan 55,5% balita dengan status gizi kurang

(underweight) dan 27,8% balita dengan status berat badan sangat kurang (severely

underweight), kemudian setelah intervensi Pos Gizi terdapat 38,9% balita dengan

status gizi kurang (underweight) dan 11,1% balita dengan status berat badan

sangat kurang (severely underweight).

Berdasarkan penelitian Normalita (2011) diketahui bahwa sebanyak 8

balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi mengalami perubahan berat badan

menjadi lebih baik yaitu sebanyak 3 balita dengan kenaikan berat badan ≥ 400

gram dan sebanyak 5 balita dengan kenaikan berat badan < 400 gram setelah

kegiatan Pos Gizi berakhir.

Keberhasilan kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari tujuan Pos Gizi. Tujuan

dari Pos Gizi adalah memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di

dalam masyarakat dengan cepat, memungkinkan keluarga untuk dapat

mempertahankan status gizi anak di rumah masing-masing secara mandiri, dan

mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir dengan merubah

norma-norma masyarakat mengenai perilaku pengasuhan anak, pemberian makan,

dan mencari pelayanan kesehatan (CORE, 2003). Selain itu, tujuan Pos Gizi dapat

dilihat juga berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi yaitu status kesehatan dilihat

dari kenaikan berat badan, penggunaan pelayanan utama Pos Gizi, ketersediaan

pelayanan Pos Gizi, dan kualitas pelayanan Pos Gizi.

Terkait dengan tujuan pertama Pos Gizi diketahui bahwa terjadi perubahan

status gizi balita dari status berat badan sangat kurang (severely underweight)

menjadi status gizi kurang (underweight) yang dapat dilihat dari kehadiran peserta

7
dan peserta yang lulus. Berdasarkan data Pos Gizi tahun 2015, dari 52 balita yang

menjadi sasaran kegiatan Pos Gizi hanya 28 balita (53,85%) yang hadir dalam

kegiatan Pos Gizi. Dari 28 balita tersebut, sebanyak 16 balita (57,14%) yang lulus

dari status berat badan sangat kurang (severely underweight) menjadi status gizi

kurang (underweight) dan sebanyak 12 balita (42,86%) yang tidak lulus yang

tetap berstatus berat badan sangat kurang (severely underweight) dan gizi kurang

(underweight) (Data Puskesmas Cisauk, 2015).

Terkait dengan tujuan kedua Pos Gizi diketahui berdasarkan hasil protokol

Pos Gizi yang dilakukan bersama dengan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG), kader

dan ibu balita peserta Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk tahun 2016

didapatkan bahwa balita yang akan mengikuti kegiatan Pos Gizi pada tahun 2016

sebanyak 25 balita peserta baru (80,65%) dan sebanyak 6 balita peserta lama

(19,35%) (Data Puskesmas Cisauk, 2016).

Terkait dengan tujuan ketiga Pos Gizi, berdasarkan hasil wawancara

dengan kader dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) pada saat studi pendahuluan,

didapatkan bahwa sebelum kegiatan Pos Gizi diketahui perilaku ibu masih kurang

dalam pola pengasuhan anak seperti ibu kurang memperhatikan anak dan

membiarkan anak makan seadanya jika anak tersebut tidak mau makan, serta ibu

juga mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu salah seperti membiarkan anak

makan-makanan cepat saji namun ibu tetap melakukan dan memberikan makanan

cepat saji kepada anak. Namun setelah mengikuti kegiatan Pos Gizi, perilaku ibu

berubah terutama dalam pola pengasuhan anak seperti ibu menjadi lebih sabar

8
dalam merawat anak, dan pengetahuan ibu juga bertambah tentang makanan

bergizi, cara merawat anak, dan kebersihan anak.

Untuk mengetahui perubahan perilaku ibu, kader melakukan pemantauan

selama kegiatan Pos Gizi berlangsung dan melakukan kunjungan rumah setelah

kegiatan Pos Gizi selesai untuk mengetahui apakah ibu mempraktekkan perilaku

yang telah diajarkan di rumah masing-masing. Perubahan perilaku dapat

dikatakan berhasil, jika anak yang mengalami kurang gizi, mengalami kenaikan

berat badan sehingga anak tidak mengikuti kegiatan Pos Gizi untuk sesi

selanjutnya. Namun, jika anak mengikuti kembali kegiatan Pos Gizi, maka harus

dilihat apakah anak mengalami penyakit infeksi sehingga tidak mengalami

kenaikan berat badan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu balita pada saat studi

pendahuluan, diketahui bahwa pengetahuan ibu sebelum mengikuti kegiatan Pos

Gizi masih kurang yang ditandai dengan ketika diberikan pertanyaan mengenai

gizi, ibu balita tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan bertanya

kembali pertanyaan yang ditanyakan. Selain itu, tidak dilakukan evaluasi pada

peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi karena tidak ada alat evaluasi. Oleh

karena itu, dibutuhkan suatu evaluasi untuk melihat keberhasilan kegiatan Pos

Gizi yang dilakukan oleh Puskesmas Cisauk.

Menurut Wirawan (2011), jenis evaluasi dibedakan menurut objeknya dan

menurut fokusnya. Evaluasi program merupakan jenis evaluasi menurut objeknya.

Jenis model evaluasi dibedakan menjadi beberapa model, diantaranya model

evaluasi formatif dan sumatif, model evaluasi CIPP, model evaluasi sistem

9
analisis, dan theory-driven evaluation model. Evaluasi program kesehatan dapat

dilakukan dengan melihat empat hal dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input,

proses pelaksanaan program, hasil program, dan dampak program (Notoadmodjo,

2011). Menurut Gage, et al (2005), konseptual framework untuk monitoring dan

evaluasi kesehatan anak dapat dilihat dari input, proses, output, outcome, dan

dampak yang diadaptasi dari Bertrand and Amy (1995). Oleh karena itu, peneliti

ingin mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016 pada komponen

input, proses, dan output.

1.2 Rumusan Masalah

Pembentukan Pos Gizi diinisiasi oleh pendekatan Positive Deviance (PD),

dimana Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan untuk melaksanakan kegiatan

pemulihan dan pendidikan gizi yang melibatkan masyarakat serta dapat berbagi

pengalaman antara ibu balita/pengasuh yang mampu secara ekonomi dengan ibu

balita/pengasuh yang kurang mampu secara ekonomi dan sebaliknya dalam hal

memberikan makanan yang bergizi, cara mengolah makanan, variasi makanan,

cara mengatasi anak yang tidak mau makan, dan lain-lain.

Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas yang telah membentuk Pos Gizi

sejak tahun 2010 hingga tahun 2016. Pos Gizi ini dibentuk sebagai salah satu

intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan kasus kurang gizi di wilayah

kerja Puskesmas Cisauk. Masih terdapatnya kasus kurang gizi pada tahun 2016 di

wilayah kerja Puskesmas Cisauk, sehingga Puskesmas Cisauk masih melakukan

kegiatan Pos Gizi hingga saat ini. Keberhasilan kegiatan Pos Gizi dapat dilihat

10
dari tujuan Pos Gizi dan tujuan Pos Gizi dapat dilihat juga berdasarkan indikator

kegiatan Pos Gizi.

Jika dilihat dari tujuan Pos Gizi dan indikator output kegiatan Pos Gizi,

terdapat masalah pada ketiga tujuan tersebut, diantaranya kehadiran peserta yang

kurang mencapai target, masih terdapat balita peserta lama kegiatan Pos Gizi dan

balita peserta baru, serta perilaku ibu masih kurang dalam pola pengasuhan anak.

Selain itu, tidak dilakukan evaluasi pada peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi

karena tidak ada alat evaluasi. Dari masalah tersebut, dibutuhkan suatu evaluasi

untuk melihat keberhasilan dari kegiatan Pos Gizi. Oleh karena itu, penulis ingin

mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk

Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari input (man, money,

material dan machine, method, dan market) pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016?

b. Bagaimana gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari proses kegiatan Pos Gizi

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang tahun 2016?

c. Bagaimana gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari output kegiatan Pos Gizi

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang tahun 2016?

11
d. Bagaimana keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari Pos Gizi dilihat

dari komponen output terhadap komponen input dan proses dari kegiatan Pos

Gizi?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari input (man,

money, material dan machine, method, dan market) pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang tahun 2016.

b. Diketahuinya gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari proses kegiatan

Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan

Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.

c. Diketahuinya gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari output kegiatan

Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan

Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.

d. Diketahuinya keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari Pos

Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan

proses dari kegiatan Pos Gizi.

12
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan mengenai kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja

Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang serta sebagai

media pembelajaran dan pengembangan kompetensi diri serta

pengembangan ilmu pengetahuan.

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan referensi ilmu

yang berguna sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan.

1.5.3 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang) serta Kader Pos Gizi

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk penanggung jawab

kegiatan Pos Gizi mengenai evaluasi kegiatan Pos Gizi dalam mengatasi

masalah kurang gizi sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan terhadap

masalah gizi.

1.5.4 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pustaka untuk

menambah pengetahuan dan media pembelajaran mengenai evaluasi

kegiatan Pos Gizi untuk mengatasi masalah gizi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Gizi Kesehatan

Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKIK UIN Syarif

13
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan Pos

Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang pada bulan Oktober s/d Desember 2016 di dua Pos Gizi yaitu Pos Gizi

Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, untuk melihat

tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi

yang diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat.

Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis dengan

metode kualitatif. Informan utama dalam penelitian ini adalah kader Pos Gizi dan

ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi, sedangkan

informan pendukungnya adalah Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk,

dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Balita

Anak balita atau anak bawah lima tahun adalah anak yang telah menginjak

usia diatas satu tahun atau yang biasa disebut dengan anak usia di bawah lima

tahun atau bisa juga digunakan dengan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan

(Kemenkes RI, 2015a). Usia balita merupakan kelompok umur yang paling sering

menderita rawan gizi dan penyakit (Dahlia, 2012). Selain itu, pada usia ini

dianggap sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap

berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015a). Hal ini

dikarenakan adanya anggapan bahwa pada masa balita merupakan masa transisi

dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sehingga anak balita belum dapat

mengurus dirinya sendiri termasuk dalam memilih makanan dan memiliki

perhatian yang berkurang jika mempunyai adik atau ibunya sudah bekerja (Dahlia,

2012).

2.2 Masalah Gizi

2.2.1 Kurang Gizi pada Balita

Kekurangan gizi adalah ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi sehingga dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental

(CORE, 2003). Gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang

(severely underweight) merupakan salah satu masalah dari kekurangan gizi.

15
Menurut UNICEF (1998), faktor yang menyebabkan kurang gizi

terdiri dari beberapa tahap yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung,

dan akar masalah. Penyebab langsung dari kurang gizi yaitu konsumsi

makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita. Penyebab kurang gizi

tidak hanya disebabkan oleh asupan makanan yang kurang, tetapi juga

disebabkan karena penyakit infeksi. Salah satu contohnya adalah anak yang

mendapatkan makanan yang cukup baik tetapi sering sakit seperti diare atau

demam dapat menderita kurang gizi, sedangkan anak yang mendapatkan

makanan tidak cukup baik dapat menyebabkan daya tahan tubuhnya

(imunitas) dapat melemah sehingga mudah terserang penyakit infeksi yang

dapat mengurangi nafsu makan yang akhirnya dapat menyebabkan kurang

gizi.

Adapun penyebab tidak langsung dari kurang gizi yaitu ketahanan

pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan. Faktor penyebab tidak langsung ini sangat berkaitan

dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Akar

masalah dari penyebab kurang gizi pada balita, yaitu faktor ekonomi

(Adisasmito, 2007, dan Rahim, 2014).

Kurang gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik

maupun mental, gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,

menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi,

menghambat prestasi belajar, timbulnya kecacatan dan tingginya angka

kesakitan, serta kematian (Ali, 2006; Mamhidira, 2006; dalam Rahim, 2014,

16
Pahlevi, 2014, dan Adisasmito, 2007). Kurang gizi juga menyebabkan balita

akan bertumbuh pendek dan mengalami pertumbuhan dan perkembangan otak

yang akan berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan (Adisasmito,

2007).

2.2.1.1 Gizi Kurang (Underweight) pada Balita

Gizi kurang (underweight) pada balita atau sering disebut dengan

Gizi kurang Tenaga dan Protein (GTP) atau disebut Kurang Kalori Protein

(KKP) atau Kurang Energi Protein (KEP). Gizi kurang (underweight) pada

balita akan menyebabkan pertumbuhan terhambat karena kurangnya zat

sumber tenaga dan kurang protein (zat pembangun) yang diperoleh dari

makanan anak. Tenaga dan zat pembangun diperlukan oleh tubuh untuk

membangun pertumbuhan badan (Adisasmito, 2007).

Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi kurang

(underweight) yang berdasarkan indikator BB/U dengan nilai z-score -2

SD sampai dengan <-3 SD (Kemenkes RI, 2011b). Status gizi kurang

(underweight) balita merupakan keadaan gizi pada balita dimana jumlah

energi yang masuk lebih sedikit daripada energi yang dikeluarkan. Hal ini

dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit daripada

anjuran kebutuhan individu dan bisa terjadi karena balita mengalami

kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh (Almatsier, 2010).

Berdasarkan penelitian Rahim (2014), faktor-faktor yang

berhubungan dengan status berat badan sangat kurang

(severely underweight) pada balita umur 7-59 bulan yaitu

pola asuh pemberian

17
makan anak, serta tingkat konsumsi energi dan protein. Hubungan pola

asuh dengan status gizi setelah diuji statistik Chi Square menunjukan ada

hubungan yang signifikan antara pola asuh gizi dan status gizi, sedangkan

hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi juga

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Kurang Energi

Protein (KEP).

Variabel asupan energi dan protein memiliki pengaruh yang besar

terhadap status gizi balita. Hal ini dikarenakan asupan energi yang kurang

mempunyai risiko 2,9 kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang

(underweight) dibandingkan dengan anak yang asupan energinya cukup,

sedangkan anak dengan asupan protein yang kurang mempunyai risiko 3,1

kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang (underweight)

dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup (Rahim, 2014).

Tingkat konsumsi energi dan protein merupakan faktor langsung

yang mempengaruhi status gizi pada balita. Kekurangan energi dan protein

secara progresif dapat menyebabkan kerusakan mukosa, menurunnya daya

tahan tubuh (imunitas) terhadap kuman. Menurunnya imunitas dan

kerusakan mukosa memegang peranan utama dalam mekanisme

pertahanan tubuh, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kejadian

penyakit (Rahim, 2014).

2.2.1.2 Berat Badan Sangat Kurang (severely underweight) pada Balita

Berat badan sangat kurang (severely underweight) adalah bentuk

terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi yang merupakan

18
keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang terjadi

dalam waktu yang cukup lama (Adisasmito, 2007). Berat badan sangat

kurang (severely underweight) juga dikenal sebagai Kurang Energi Protein

(KEP) berat. Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah

gizi kurang (underweight) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang

tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena adanya gangguan

kesehatan (Ferawati, 2014 dan Ulfani, dkk 2011). Menurut Andarina and

Sri (2006), Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kurangnya

masukan energi dan protein dalam waktu yang cukup lama.

Penyebab berat badan sangat kurang (severely underweight) pada

balita adalah tidak cukup mendapatkan makanan yang bergizi seimbang,

tidak mendapatkan asuhan gizi yang memadai, dan anak mungkin

menderita penyakit infeksi. Anak yang mengalami berat badan sangat

kurang (severely underweight) akan mengalami penurunan daya tahan

tubuh sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi (Adisasmito, 2007).

Dampak yang ditimbulkan dari ketidakseimbangan asupan zat gizi

pada balita adalah Kurang Energi Protein (KEP) yang mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan dan perkembangan balita, rentan terhadap

penyakit infeksi, rendahnya tingkat kecerdasan anak (Proverawati dan Siti,

2009, dan Pahlevi, 2014).

Gangguan asupan gizi yang bersifat akut akan menyebabkan anak

kurus kering (wasting). Wasting adalah berat badan anak yang tidak

19
sebanding dengan tinggi badannya. Namun, jika gangguan asupan gizi

yang dialami bersifat menahun (kronik) akan menyebabkan anak pendek

(stunting). Stunting adalah keadaan anak menjadi pendek dan tinggi

badannya tidak sesuai dengan usia walaupun sekilas anak tidak kurus

(Proverawati dan Siti, 2009). Childhood stunting atau tubuh pendek pada

masa anak merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan

pertumbuhan di masa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang

untuk gizi kurang (underweight) pada anak (Kemenkes RI, 2015b).

Selain itu, apabila kekurangan asupan protein dalam waktu yang

lama akan menyebabkan terjadinya anemia gizi besi dimana kandungan

zat besi dalam makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.

Untuk memenuhi kandungan zat besi, sebaiknya mengkonsumsi makanan

yang bersumber dari pangan hewani (Andarina dan Sri, 2006). Pengaruh

dari masalah Kurang Energi Protein (KEP) dengan anemia gizi besi pada

balita adalah penurunan respon imunologis, terganggunya perkembangan

psikomotor, menurunnya daya konsentrasi yang akan mengurangi

penampilan dalam kemampuan berbahasa, dan terjadinya penurunan IQ-

point (Sri Sumarmi, 2000 dalam Andarina dan Sri, 2006).

Berikut ini jenis-jenis berat badan sangat kurang (severely

underweight)/Kurang Energi Protein (KEP) berat yang dilihat dari gejala

klinisnya.

20
a) Marasmus

Marasmus adalah suatu keadaan dimana kekurangan energi

yang kronis yang terjadi pada anak usia 0-2 tahun yang tidak

mendapatkan cukup Air Susu Ibu (ASI) dan makanan jenis pangan

lain, baik protein maupun zat pemberi tenaga. Penyebab terjadinya

marasmus adalah karena masukan makanan yang sangat kurang,

adanya infeksi, bawaan dari lahir, prematuritas, penyakit pada masa

neonatus serta lingkungan yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2015a, dan

Adisasmito, 2007).

Balita yang mengalami marasmus akan memiliki berat badan

sangat rendah kurang dari 60% berat badan dengan usianya atau

tampak sangat kurus; ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran

badan; mudah terkena penyakit infeksi; rambut tipis dan mudah

rontok; wajah lonjong dan tampak lebih tua (old man face); kulit

kering dan berlipat bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan;

tingkat kesadaran menurun; bentuk perut cekung sering disertai dengan

diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil; tekanan darah,

detak jantung, dan pernafasan berkurang; serta cengeng dan rewel

(Supariasa, 2001 dan Kemenkes RI, 2015a).

b) Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah suatu keadaan dimana kekurangan protein

yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun yang dikarenakan anak tersebut

21
tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sesudah berumur satu tahun

(Kemenkes RI, 2015a).

Balita yang mengalami kwashiorkor sering mengalami

pembengkakan (edema) di seluruh tubuh sehingga tampak gemuk;

wajah membulat dan sembab (moon face); bengkak pada bagian

punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti

lubang; otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga

ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 14 cm; munculnya

ruam berwarna merah muda pada kulit yang kemudian berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan mengelupas; tidak nafsu makan; rambut

menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut

tanpa menimbulkan rasa sakit; sering disertai infeksi seperti anemia

dan diare; menjadi rewel dan apatis perut yang membesar serta sering

ditemukan adanya timbunan cairan pada rongga perut sebagai salah

satu gejala dari busung lapar; pandangan mata menjadi sayu;

pembesaran hati; sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)

(Supariasa, 2001 dan Kemenkes RI, 2015a).

c) Marasmus-Kwashiorkor

Penyebab terjadinya marasmus-kwasiorkor adalah tidak cukup

mendapat makanan bergizi terutama tidak mengandung cukup energi

dan protein, tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai dan

menderita penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2015a). Tanda klinis dari

22
marasmus-kwasiorkor merupakan gabungan dari tanda-tanda yang ada

marasmus dan kwashiorkor (Supariasa, 2001).

2.2.2 Status Gizi pada Balita

Status gizi pada balita dapat dibedakan menjadi empat, yaitu gizi lebih

(overweight) termasuk kegemukan dan obesitas; gizi baik (well nourished);

gizi kurang (underweight) yang mencakup Kurang Energi Protein (KEP)

ringan dan sedang; dan berat badan sangat kurang (severely underweight)

untuk Kurang Energi Protein (KEP) berat termasuk marasmus, kwashiorkor,

dan marasmus-kwasiorkor (Supariasa, 2001). Untuk mengetahui status gizi

pada balita dapat dilihat dari pengukuran antropometri dan Kartu Menuju

Sehat (KMS).

2.2.2.1 Penilaian Status Gizi pada Balita

Penilaian status gizi adalah menginterpretasikan data yang

didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi

populasi atau individu yang berisiko atau dengan status berat badan sangat

kurang (severely underweight). Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi

dua, yaitu penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara langsung yang dapat digunakan pada balita

adalah pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda-tanda klinis

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010). Berikut ini akan

dijelaskan penilaian status gizi yang sering digunakan pada balita.

23
a. Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang

berhubungan dengan dimensi tubuh yaitu pertumbuhan dan komposisi

tubuh yang mencakup komponen lemak tubuh dan bukan lemak tubuh

dari berbagai tingkat umur dan gizi. Antropometri digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein. Indikator

status gizi dengan cara antopometri dapat mengukur beberapa

parameter seperti umur, berat badan, dan tinggi badan (Supariasa,

2001; Baliwati, dkk, 2004; dan Departemen Gizi dan Kesehatan

Masyarakat, 2010).

Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi

seseorang. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan umur seseorang,

maka akan terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan status gizi

sesorang. Faktor berat badan merupakan parameter terbaik untuk

melihat perubahan dalam waktu singkat karena melihat perubahan

konsumsi makanan dan kesehatan serta dapat memberikan gambaran

status gizi sekarang (Supariasa, 2001).

Alat yang digunakan dalam penimbangan balita adalah dacin.

Dacin yang digunakan sebaiknya memiliki berat minimum 20 kg dan

maksimum 25 kg. Faktor tinggi badan merupakan parameter penting

bagi keadaan telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui

dengan tepat. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan balita

24
yang sudah dapat berdiri adalah mikrotoa (microtoise) yang

mempunyai ketelitian 0,1 cm (Supariasa, 2001).

Pengukuran status gizi pada balita dapat dilakukan dengan

menggunakan indeks antropometri, yaitu sebagai berikut:

1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu antropometri yang

memberikan gambaran mengenai perubahan masa tubuh (otot dan

lemak) yang sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak,

seperti terserang penyakit infeksi, dan menurunnya nafsu makan.

Berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. BB/U

menggambarkan masalah status gizi seseorang saat ini (current

nutritional status), digunakan untuk memonitor pertumbuhan

(growth monitoring) dan pengukuran yang berulang dapat

mendeteksi gagal tumbuh (growth failure) karena infeksi atau

Kurang Energi Protein (KEP) (Supariasa, 2001 dan Departemen

Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010).

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Berdasarkan Indeks BB/U
Kategori
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Status Gizi
Gizi Buruk < -3 SD
Berat Badan menurut Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Umur (BB/U) Anak Umur Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
0-60 Bulan Gizi Lebih >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011a

Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat

(2010), pengelompokkan gizi kurang (underweight) menurut Z-

25
Score dalam tiga kategori yaitu gizi kurang (underweight) tingkat

ringan (Nilai Z-Score BB/U ≥ -2,5 SD dan < -2 SD), gizi kurang

(underweight) tingkat sedang (Nilai Z-Score BB/U ≥ 3 SD dan <

2,5 SD), dan gizi kurang (underweight) tingkat buruk (Nilai Z-

Score BB/U < -3 SD).

2) Indeks Panjang atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau

TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan tulang. Pada keadaan

normal, pertumbuhan tinggi badan seiring dengan pertambahan

umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap

masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu pendek, sedangkan

pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak

dalam waktu yang relatif lama. Indeks TB/U menggambarkan

status gizi masa lalu (Supariasa, 2001 dan Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat, 2010).

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi


Anak Berdasarkan Indeks TB/U

Kategori
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Status Gizi
Sangat Pendek < -3 SD
Tinggi Badan menurut Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
Umur (TB/U) Anak Umur Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
0-60 Bulan Tinggi >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011a

26
3) Indeks Berat Badan menurut Panjang atau Tinggi Badan

(BB/PB atau BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah

dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik dalam menilai status

gizi saat kini (sekarang) dimana umur tidak perlu diketahui. Indeks

ini dapat digunakan untuk mengetahui proporsi badan gemuk,

normal, dan kurus (Supariasa, 2001 dan Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat, 2010).

Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi


Anak Berdasarkan Indeks BB/TB
Kategori
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Status Gizi
Sangat Kurus < -3 SD
Berat Badan menurut Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Tinggi Badan (BB/TB) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan Gemuk >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011a

b. Pemeriksaan Tanda-Tanda Klinis

Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis

yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan yang

dilakukan oleh dokter) dan gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan

oleh pasien) yang berhubungan dengan malnutrisi. Tanda-tanda dan

gejala-gejala ini sering tidak spesifik dan diperlukan juga metode

laboratorium sebagai pelengkap metode klinis (Baliwati, dkk, 2004).

27
Gejala klinis Kurang Energi Protein (KEP) ringan dan sedang

pada pemeriksaan akan terlihat kurus, sedangkan gejala klinis Kurang

Energi Protein (KEP) berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi

tiga yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor. Untuk

mendeteksi Kurang Energi Protein (KEP) pada balita, diperlukan

pemeriksaan terhadap target organ yang meliputi kulit seluruh tubuh

terutama wajah, tangan, dan kaki; otot-otot; rambut; mata; hati; muka;

dan gerakan motorik (Supariasa, 2001).

2.2.2.2 Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita merupakan kartu yang

memuat kurva pertumbuhan normal anak yang didasarkan pada indeks

antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasakan jenis

kelamin. Kartu Menuju Sehat (KMS) ini digunakan untuk mencatat berat

badan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai media

penyuluhan gizi dan kesehatan, serta digunakan juga sebagai instrumen

utama dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan (Menkes RI, 2010).

Kegiatan pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan

yang meliputi penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui

penimbangan setiap bulan, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS),

menentukan status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan, dan

menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut dari

hasil pemantauan pertumbuhan dapat berupa konseling, pemberian

28
makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Menkes RI,

2010).

Menurut Menkes RI (2010), fungsi utama Kartu Menuju Sehat

(KMS) ada tiga, yaitu sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak,

sebagai catatan pelayanan kesehatan anak, dan sebagai alat edukasi.

Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) ada tiga, yaitu:

a. Bagi orang tua balita yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan agar

orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya.

b. Bagi kader yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk

mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta

menilai hasil penimbangan. Bila berat badan anak tidak naik satu kali,

kader dapat memberikan penyuluhan mengenai asuhan dan pemberian

makanan anak. Bila berat badan anak tidak naik dua kali atau berat

badan berada di bawah garis merah, maka kader perlu merujuk anak ke

petugas kesehatan agar anak mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

c. Bagi petugas kesehatan yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan

untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima anak

seperti imunisasi dan kapsul vitamin A, sebagai alat edukasi kepada

orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi, dan

pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI

eksklusif dan pengasuhan anak.

Berikut ini penilaian status gizi berdasarkan Kartu Menuju Sehat

(KMS).

29
Tabel 2.4 Status Gizi Anak Berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Status Warna (pada
Garis pada Grafik
Kekurangan Gizi umumnya)
Garis atas Normal Hijau
Garis kedua Ringan Kuning Muda
Garis ketiga Sedang Kuning
Dibawah garis ketiga Buruk Merah
Sumber: CORE, 2003

2.3 Program Gizi untuk Menanggulangi Kurang Gizi pada Balita

Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita, maka Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang melakukan upaya melalui pemberdayaan

masyarakat yaitu dengan membentuk Pos Gizi yang dimulai dari tahun 2008

hingga sekarang di wilayah Kabupaten Tangerang dengan pemilihan lokasi

berdasarkan jumlah kasus berat badan sangat kurang (severely underweight)

terbanyak.

Sebelum membentuk Pos Gizi, terdapat upaya lain yang sudah dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang bekerjasama dengan Puskesmas

dan pemerintah setempat yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi berat

badan sangat kurang (severely underweight) dan gizi kurang (underweight),

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal di Posyandu, pembentukan

Therapeutic Feeding Center (TFC), serta pelaksanaan Klinik Gizi di Puskesmas

(Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2013). Salah satu daerah di Kabupaten

Tangerang yang sudah menerapkan Pos Gizi adalah Kecamatan Cisauk.

Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas di Kecamatan Cisauk yang telah

membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010 (PDRC, 2016).

30
Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) merupakan salah satu

upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi

dengan dibantu oleh tenaga gizi Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.

Pendirian Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) tergantung kepada

besaran masalah gizi di daerah. Dalam pelaksanaan Pemulihan Gizi Berbasis

Masyarakat (PGBM) dapat merujuk pada buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi

Buruk, Kementerian Kesehatan 2011. Tujuan dari kegiatan Pemulihan Gizi

Berbasis Masyarakat (PGBM) adalah untuk meningkatkan status gizi balita.

Adapun sasarannya adalah balita berat badan sangat kurang (severely

underweight) tanpa komplikasi. Lokasi untuk melaksanakan kegiatan ini adalah di

Panti atau Pos Pemulihan Gizi (Kemenkes RI, 2014a).

Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding

Center (CFC) atau Pos Gizi adalah upaya masyarakat untuk memantau atau

merawat anak balita dimana didalamnya terdapat rangkaian kegiatan pemulihan

balita berat badan sangat kurang (severely underweight) dengan cara rawat jalan

yang dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan kader dan petugas kesehatan

(Kemenkes RI, 2015c). Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan pengembangan

Posyandu (Bina Gizi dan KIA Kemenkes, 2011).

2.4 Pos Gizi

2.4.1 Definisi Pos Gizi

Pos Gizi merupakan program gizi berbasis keluarga dan masyarakat

untuk anak yang memiliki risiko kurang energi protein di negara yang sedang

berkembang. Pos Gizi menggunakan pendekatan Positive Deviance (PD)

31
untuk mengidentifikasi berbagai perilaku dari ibu balita/pengasuh yang

memiliki anak bergizi baik dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi

kemudian menularkan kebiasaan positif kepada keluarga lain dengan anak

kurang gizi di masyarakat. Pos Gizi ini merupakan salah satu wadah atau

tempat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Pos Gizi yaitu kegiatan

pemulihan dan pendidikan gizi (CORE, 2003).

Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses untuk mengurangi angka

kekurangan gizi. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat untuk dapat

mengurangi jumlah anak yang mengalami kurang gizi pada saat ini dan

mencegah anak mengalami kurang gizi pada tahun berikutnya setelah kegiatan

Pos Gizi ini selesai dilakukan. Pos Gizi adalah alat yang digunakan oleh

masyarakat dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat serta

bekerjasama dalam mengatasi masalah dan menemukan solusi dari masalah

dalam masyarakat itu sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada sumber

daya, keterampilan dan strategi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan

dan memanfaatkan metodologi partisipasif secara luas dan proses PLA

(Participatory Learning and Action = belajar dan bekerja bersama) (CORE,

2003).

Prinsip Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama

dari kurang gizi, karena ditemukan beberapa keluarga miskin yang anaknya

sehat (gizi baik) menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi umumnya

disebabkan oleh pola asuh ibu yang tidak benar. Dengan adanya Pos Gizi

diharapkan kekurangan gizi dapat diatasi dengan adanya perubahan perilaku.

32
Pada saat kegiatan Pos Gizi, orang tua belajar perilaku positif bersama-sama

dan mempraktekkannya di rumah (CORE, 2003).

2.4.2 Tujuan Pos Gizi

Menurut CORE (2003), tujuan dari Pos Gizi antara lain:

a. Memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam

masyarakat dengan cepat.

b. Memungkinkan keluarga-keluarga dapat mempertahankan status gizi anak

di rumah masing-masing secara mandiri.

c. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian

dalam masyarakat, dengan merubah norma-norma masyarakat mengenai

perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari

pelayanan kesehatan.

2.4.3 Indikator Pos Gizi

Menurut Buletin Positive Deviance (2006), indikator Pos Gizi yang

digunakan untuk memonitoring dan menilai keberhasilan kegiatan Pos Gizi

yaitu sebagai berikut:

a. Persentase anak yang layak mengikuti Pos Gizi adalah anak usia 6-59,99

bulan yang berada pada garis kuning atau merah berdasarkan Kartu

Menuju Sehat (KMS).

b. Persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan

sebanyak 400 gram atau lebih dalam kurun waktu satu bulan, persentase

peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan 200-399 gram

dalam kurun waktu satu bulan, dan persentase peserta Pos Gizi yang

33
mengalami kenaikan berat badan kurang dari 200 gram dalam kurun waktu

satu bulan.

c. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dari Pos Gizi berada pada

garis hijau berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) pada tiga bulan

setelah lulus, dan persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus yang

berada pada garis hijau berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) pada

enam bulan setelah lulus.

d. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dan masuk kembali ke Pos

Gizi.

e. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus.

Menurut CORE (2003), indikator hasil Pos Gizi meliputi:

Tabel 2.5 Indikator Kegiatan Pos Gizi


Indikator Tipe Hasil
a. Persentase peserta Pos Gizi yang ―lulus‖ dari Pos Gizi dengan Status
berat badannya bertambah lebih dari 400 gram dalam kurun waktu Kesehatan
dua bulan
b. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi
dengan berat badannya bertambah 200-400 gram dalam waktu dua
bulan (Pos Gizi pertama vs kedua)
c. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi
dengan berat badannya bertambah kurang dari 200 gram dalam waktu
dua bulan (Pos Gizi pertama vs kedua)
d. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi
dengan berat badannya tidak bertambah
e. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi
dengan berat badannya berkurang
a. Presentase anak malnutrisi yang memenuhi syarat untuk ikut Pos Gizi Penggunaan
b. Persentase anak malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi Pelayanan
c. Persentase para pengasuh (ibu, kakek-nenek, saudara kandung, dsb) Utama
yang hadir di Pos Gizi
a. Persentase kegiatan Pos Gizi terjadwal selama satu tahun yang Ketersediaan
sesungguhnya terjadi Pelayanan
b. Persentase hari Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya terjadi setiap
sesi selama satu tahun

34
Indikator Tipe Hasil
a. Persentase menu Pos Gizi yang mencerminkan makanan lokal, dan Kualitas
adanya keseimbangan nutrisi Pelayanan
b. Persentase Pos Gizi yang menyediakan fasilitas cuci tangan dengan
sabun atau bahan pencuci lainnya yang tersedia
c. Persentase Pos Gizi yang memiliki WC
d. Persentase Pos Gizi yang memberikan pendidikan kesehatan sesuai
dengan standar yaitu pesan kesehatan yang benar, metode interaktif,
secara budaya tepat/sesuai, dll
e. Persentase pengasuh yang membawa kontribusi bahan makanan ke
Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
f. Persentase pengasuh yang memberi makan anaknya di Pos Gizi
dalam jumlah hari/sesi
g. Persentase pengasuh yang membantu menyiapkan makanan di Pos
Gizi dalam jumlah hari/sesi
h. Persentase fasilitator Pos Gizi yang memiliki data balita (nama, jenis
kelamin, umur, berat badan, dsb)
i. Persentase fasilitator Pos Gizi yang mengetahui tujuan kontribusi
bahan makanan, tanggung jawab pengasuh, tujuan Pos Gizi, dan
makanan khas positif
j. Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan Pos Gizi sesuai
dengan standar
k. Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan kegiatan tindak
lanjut Pos Gizi sesuai dengan standar

Peserta Pos Gizi yang lulus adalah peserta yang berat badan akhir sesi

Pos Gizi mengalami status gizi normal, peserta yang mengalami kenaikan

berat badan mencapai 400 gram atau lebih per bulan selama dua bulan

berturut-turut, dan penentuan status gizi berdasarkan Buku Tabel Klasifikasi

Status Gizi dari Depkes RI.

Ada dua cara untuk menentukan kriteria kelulusan anak dari kegiatan

Pos Gizi, yaitu:

a. Ketika menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kriteria kelulusan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) dilihat

berdasarkan perpindahan antara status malnutrisi buruk, sedang, ringan,

dan normal. Metode ini lebih mudah untuk dijelaskan dan digunakan pada

35
anggota masyarakat. Masyarakat dapat memutuskan apakah mereka akan

meluluskan anak-anak mereka hanya jika mencapai status gizi normal;

ketika mereka berpindah kekurangan gizi sedang menjadi kekurangan gizi

ringan; dan ketika mereka berpindah dari kekurangan gizi berat menjadi

kekurangan gizi sedang (CORE, 2003).

b. Ketika menggunakan patokan kenaikan berat badan

Kriteria kelulusan ini didasarkan pada ―catch-up growth‖

yang dicapai selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Dengan metode ini,

anak- anak yang mencapai pertambahan berat badan 400 gram dan 800

gram dan bertumbuh secepat atau lebih cepat dari ―Median Standard

Internasional‖ dianggap telah berhasil baik. Dapat diasumsikan bahwa

sekali seorang anak telah mencapai ―catch-up growth‖, maka akan terus

bertumbuh pada bulan-bulan berikutnya (CORE, 2003).

Namun, bila anak tidak mengalami pertambahan berat badan, maka

anak tersebut harus dirujuk untuk mendapatkan bantuan kesehatan dan

kader harus mengadakan kunjungan rumah untuk memastikan bahwa

kurang makan bukanlah penyebab dari kondisi tersebut. Selain itu juga,

daftar kehadiran anak dan ibu balita/pengasuh diperlukan untuk

memastikan bahwa mereka hadir secara teratur dalam kegiatan Pos Gizi

serta harus memeriksa menu Pos Gizi untuk memastikan bahwa anak

mendapatkan protein dan kalori dalam jumlah yang cukup (CORE, 2003).

36
2.4.4 Kegiatan Pos Gizi

Kegiatan Pos Gizi merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari

kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi yang dilakukan selama 10-12 hari

untuk merehabilitasi/memulihkan anak yang mengalami kekurangan gizi serta

mengajarkan berbagai kebiasaan dan perilaku khusus positif. Kegiatan ini juga

diikuti dengan kunjungan kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh untuk

mengetahui perubahan perilaku yang terjadi di rumah setelah kegiatan Pos

Gizi berakhir. Kegiatan pemulihan dalam Pos Gizi yang dilakukan yaitu

dengan pemberian makanan tambahan yang berkalori tinggi selama dua

minggu. Pos Gizi harus dilihat sebagai latihan 4 minggu (28 hari) yaitu dua

minggu bekerja kelompok dengan sesama ibu balita/pengasuh dalam kegiatan

Pos Gizi, kemudian diikuti dengan dua minggu praktek di rumah dengan

melakukan kunjungan rumah oleh kader kesehatan (CORE, 2003).

Kegiatan Pos Gizi menggunakan metode pembelajaran dengan

menggabungkan metode praktek/perilaku (Practice), sikap (Attitude) dan

pengetahuan (Knowledge) yang berfokus pada perubahan perilaku untuk

merubah cara berpikir ibu balita/pengasuh. Kegiatan ini berlokasi di sebuah

rumah dengan kriteria lokasi kegiatan Pos Gizi yaitu lokasi terjangkau dan

berada ditengah masyarakat, cukup menampung 10-20 anak (adik/kakak

biasanya ikut) dan 10 pengasuh, ada akses ke jamban, akses air bersih untuk

minum, memasak dan mencuci tangan serta akses untuk berteduh dan tempat

masak (dapur) (CORE, 2003).

37
Setiap sesi kegiatan Pos Gizi, ibu balita/pengasuh dan kader

menyiapkan makanan atau cemilan tambahan yang mengandung tambahan

energi dan padat kalori dan memberikan makanan kepada anak yang diawasi

dan dibimbing oleh kader kesehatan. Selain itu, ibu balita/pengasuh juga

belajar mengenai makanan bergizi, perilaku pengasuhan dan perawatan

kesehatan anak yang positif termasuk kebersihan. Ibu balita/pengasuh juga

diwajibkan untuk membawa kontribusi makanan selama kegiatan Pos Gizi

(CORE, 2003).

Kegiatan Pos Gizi biasanya dilakukan selama dua jam setiap hari. Dua

jam sesi Pos Gizi biasanya terdiri dari satu jam penyiapan makanan dan

memasak, setengah jam untuk memberi makan dan setengah jam untuk bersih-

bersih dan diskusi masalah kesehatan. Setiap kegiatan Pos Gizi terdiri dari

komponen sebagai berikut yaitu menentukan tempat memasak; mencuci

tangan; mempersiapkan makan; memberi makan; dan menyatukan berbagai

pesan pendidikan kesehatan/gizi dengan perilaku (CORE, 2003).

Menurut CORE (2003), langkah-langkah umum yang dilakukan

dalam setiap sesi Pos Gizi harian, yaitu:

a) Menyambut kehadiran semua peserta dan mengumpulkan kontribusi bahan

makanan yang dibawa oleh ibu balita.

b) Menunjukkan kepada para peserta dimana tempat untuk mencuci tangan,

dan demonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar dengan

menggunakan sabun dan menggosokkan kedua tangan paling sedikit tiga

kali.

38
c) Membagikan makanan kecil pada anak-anak.

d) Melaksanakan diskusi pendidikan kesehatan mengenai topik kesehatan

pada hari itu.

e) Membagi para peserta menjadi beberapa kelompok untuk menyiapkan

makanan, mengasuh dan stimulasi anak, serta kebersihan.

f) Menyiapkan dan memasak makanan ketika peserta lain bermain dengan

anak menggunakan lagu dan permainan.

g) Mengulang mencuci tangan dengan para pengasuh dan anak.

h) Mendistribusikan makanan dan mengawasi para pengasuh ketika mereka

memberi makan kepada anak.

i) Bersih-bersih.

j) Mengulas kembali pelajaran pada hari itu.

k) Merencanakan menu dan kontribusi makanan untuk hari berikutnya

dengan para ibu atau pengasuh lainnya.

Selain itu, ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus

yang perlu ada dalam agenda harian kegiatan Pos Gizi, yaitu:

a. Hari ke-1 dan ke-12: Penimbangan Anak

Setiap anak akan ditimbang pada hari pertama dan hari terakhir sesi Pos

Gizi dan bahan yang diperlukan adalah timbangan, buku catatan Pos Gizi

dan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibawa oleh ibu balita/pengasuh.

Kegiatan yang dilakukan adalah kader menimbang masing-masing anak,

kemudian mencatat berat badan dalam buku catatan Pos Gizi dan

menuliskan berat tersebut dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) milik anak,

39
serta memberitahu ibu balita/pengasuh mengenai berat, pertumbuhan dan

status kekurangan gizi pada anak mereka (CORE, 2003).

b. Hari ke-7: Hari di Rumah Sendiri

Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara

berkelompok, pada hari ketujuh para peserta tinggal di rumah dan

mempraktekkan perilaku baru. Diskusi akan dilakukan pada hari ke-8

tentang pengalaman para ibu/pengasuh ketika mencobanya di rumah

(CORE, 2003).

c. Hari ke-11: Satu Hari Sebelum Hari Terakhir Sesi Pos Gizi

Pada sesi Pos Gizi yang ke-11, para kader meminta tiap keluarga untuk

membawa semua bahan yang diperlukan pada hari terakhir sesi untuk

dipersiapkan sebagai makanan yang sehat bagi anak mereka di rumah dan

diingatkan pula untuk membawa Kartu Menuju Sehat (KMS) pada sesi

terakhir (CORE, 2003).

d. Hari ke-12: Terakhir Sesi Pos Gizi

Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para ibu balita/pengasuh mempersiapkan

makanan yang harus dilakukan di rumah. Sebagai tambahan kegiatan

harian rutin, pada sesi Pos Gizi ke-12, anak-anak akan ditimbang. Kader

Pos Gizi akan mencatat status anak dalam buku catatan Pos Gizi dan

mendiskusikan hasilnya secara pribadi dengan tiap ibu balita/pengasuh

(CORE, 2003).

40
2.4.5 Pendekatan Pos Gizi

Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan

memberdayakan para ibu balita/pengasuh untuk dapat bertanggungjawab atas

pemulihan gizi anak dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya

lokal yang telah diberikan. Pada pendekatan Pos Gizi, kader dan ibu

balita/pengasuh akan mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal

memasak, pemberian makanan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah

terbukti berhasil dalam memulihkan anak yang kurang gizi. Kader secara aktif

akan melibatkan para ibu balita/pengasuh dalam proses pemulihan dan

pembelajaran (CORE, 2003).

2.4.6 Langkah-Langkah Utama dalam Pendekatan Pos Gizi

Menurut CORE (2003), langkah-langkah dalam pelaksanaan Pos Gizi

yang efektif adalah sebagai berikut:

a. Menentukan apakah pendekatan Positive Deviance (PD) dan Pos Gizi

layak dilakukan pada masyarakat yang ditargetkan.

Ada beberapa karakteristik umum yang berhubungan dengan kesuksesan

Pos Gizi, yaitu:

1) Pos Gizi akan lebih efektif jika prevalensi kurang gizi (termasuk

kurang gizi ringan, sedang, buruk) di masyarakat sebesar 30%. Metode

yang digunakan untuk menentukan angka kurang gizi adalah

berdasarkan standar pengukuran berat badan menurut umur dan

biasanya terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).

2) Ketersediaan makanan lokal yang terjangkau di masyarakat.

41
3) Pos Gizi akan berjalan baik jika jarak antar rumah saling berdekatan

sehingga ibu balita dapat menghadiri kegiatan Pos Gizi setiap hari

serta mempermudah kader untuk mengunjungi rumah keluarga Pos

Gizi.

b. Menggerakkan masyarakat dan memilih serta melatih narasumber

masyarakat.

c. Mempersiapkan penyelidikan Positive Deviance (PD) meliputi

menentukan target kelompok usia, melakukan Penilaian Status Gizi (PSG),

melakukan analisis situasi, melakukan survey pemeringkatan

kesejahteraan, pertemuan dengan masyarakat, mengidentifikasi para

pelaku Positive Deviance (PD), serta melatih dan mempersiapkan tim

penyelidikan Positive Deviance (PD).

d. Melakukan penyelidikan Positive Deviance (PD) meliputi merencanakan

logistik, melakukan kunjungan rumah, merangkum berbagai temuan, dan

membagikan hasil temuan kepada masyarakat. Terdapat empat ketegori

perilaku utama yang perlu diobservasi yaitu:

1) Perilaku pemberian makanan seprti penggunaan jenis makanan tertentu

yang bergizi, frekuensi pemberian makan dan jumlah makanan.

2) Perilaku pengasuhan seperti cara berinteraksi antara anggota keluarga

dan anak (asuhan psiko-sosial) serta stimulasi pada anak usia dini.

3) Perilaku kebersihan seperti kebersihan tubuh, makanan, dan

lingkungan.

42
4) Perilaku perawatan kesehatan seperti berbagai perilaku sehat yang

preventif. Tatalaksana rumah tangga ketika ada yang sakit serta

penggunaan pelayanan kesehatan.

e. Merencanakan kegiatan Pos Gizi meliputi menjadwalkan kegiatan Pos

Gizi, merencanakan menu kegiatan Pos Gizi, merancang pesan-pesan

pendidikan kesehatan, memilih tempat untuk kegiatan Pos Gizi,

merancang protokol untuk kegiatan Pos Gizi, dan menyusun rencana

kegiatan satu tahun.

f. Melaksanakan kegiatan Pos Gizi bagi anak-anak yang mengalami

kekurangan gizi serta pengasuh mereka meliputi mengumpulkan bahan

dan menyiapkan sesi Pos Gizi harian, mencatat kehadiran para ibu

balita/pengasuh dan anak, memimpin sesi Pos Gizi, dan mengawasi

kegiatan Pos Gizi.

g. Mendukung perilaku-perilaku baru melalui kunjungan rumah.

h. Mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan.

i. Memperluas program Pos Gizi pada masyarakat lain.

2.4.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi

Beberapa keuntungan dalam pendekatan Pos Gizi, antara lain:

a. Cepat

Pendekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah

dengan segera. Dalam pemulihan anak, pemberian makan selama di Pos

Gizi harus diawasi sehingga para ibu balita/pengasuh dapat menerapkan

43
praktek perilaku yang sama di rumah dan melaporkan pengalaman mereka

pada saat kegiatan Pos Gizi berikutnya (CORE, 2003).

b. Terjangkau

Kegiatan Pos Gizi dapat dijangkau oleh keluarga sehingga keluarga tidak

bergantung pada sumber daya dari luar untuk mempraktekkan perilaku

baru, karena dapat mempraktekkan di rumah setelah kegiatan Pos Gizi

berakhir. Pelaksanaan Pos Gizi ini jauh lebih murah tetapi efektif

dibandingkan dengan mendirikan pusat rehabilitasi (CORE, 2003).

c. Partisipasif

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam

mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan

peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos Gizi yang dimulai dari

menemukan perilaku dan strategi sukses diantara masyarakat sampai

mendukung ibu balita atau pengasuh setelah kegiatan Pos Gizi berakhir

(CORE, 2003).

d. Berkesinambungan

Pendekatan Positive Deviance (PD) dan Pos Gizi merupakan pendekatan

yang berkesinambungan karena berbagai perilaku baru akan tetap berlanjut

setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Pos Gizi tidak hanya mengubah

perilaku keluarga secara individual, tetapi juga megubah cara pandang

masyarakat terhadap masalah kekurangan gizi dan kemampuan mereka

untuk mengubah situasi. Selain itu, Pos Gizi juga menanamkan norma-

44
norma positif kepada keluarga lain mengenai perilaku perawatan dan

pemberian makanan anak yang sehat (CORE, 2003).

e. Asli

Solusi sudah ada ditempat itu, sehingga kemajuan dapat dicapai secara

cepat tanpa banyak menggunakan analisis atau sumber daya dari luar.

Pendekatan ini dapat diterapkan karena pelaku Positive Deviance (PD)

selalu ada di masyarakat (CORE, 2003).

f. Secara budaya dapat diterima

Pos Gizi ini didasarkan pada perilaku setempat yang diidentifikasi dalam

konteks sosial, etnik, bahasa, dan agama di setiap masyarakat sehingga

sesuai dengan kebudayaan setempat (CORE, 2003).

g. Perubahan perilaku

Terdapat tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk dalam

pendekatan ini, yaitu penemuan (penyelidikan Positive Deviance),

demonstrasi (kegiatan Pos Gizi), dan penerapan (kegiatan Pos Gizi di

rumah) (CORE, 2003).

2.4.8 Monitoring dan Evaluasi

Pendekatan Pos Gizi melibatkan masyarakat dalam melakukan

monitoring dan evaluasi. Pos Gizi ini menggunakan Posyandu sebagai alat

serbaguna yang memungkinkan para ibu balita/pengasuh, anggota masyarakat

dan petugas kesehatan untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi masalah

yang ada di lingkungan masyarakat, mentargetkan anak untuk melakukan

kegiatan pemulihan, memonitor kemajuan yang dicapai, dan mengevaluasi

45
sejauh mana efek dari kegiatan Pos Gizi ini pada masyarakat dalam jangka

pendek dan jangka panjang (CORE, 2003).

Keberhasilan suatu program atau kegiatan dapat dilihat dari tujuan

awal yang telah ditentukan. Apabila tujuannya untuk memulihkan semua anak

yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi, maka kegiatan dinyatakan berhasil

ketika berat badan anak telah meningkat. Namun, apabila tujuannya untuk

mempertahankan tingkat gizi baik anak untuk jangka waktu tertentu dan/atau

mencegah terjadinya kekurangan gizi pada anak lainnya, maka keberhasilan

kegiatan akan ditentukan berdasarkan hasil yang dikumpulkan selama waktu

tertentu melalui monitoring di Posyandu. Monitoring yang dilakukan

mencakup pengumpulan data, menghitung indikator dan membandingkan

indikator dengan target yang telah ditentukan sebelumnya (CORE, 2003).

Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau proses

berjalannya suatu kegiatan, sedangkan evaluasi adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menilai hasil dari kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan

(Notoadmodjo, 2011).

2.5 Pengaruh Pendekatan Positive Deviance pada Kegiatan Pos Gizi

Berdasarkan penelitian Aryastami (2006), pendekatan Positive Deviance

(PD) dapat meningkatkan status gizi balita di Desa Gekbrong. Dalam 6 bulan,

jumlah balita yang mengalami gizi baik sebanyak 20,9% dari 158 anak balita yang

menderita rawan gizi, jumlah anak balita yang mengalami berat badan sangat

kurang (severely underweight) menurun tajam (30% menjadi 20,9%), dan jumlah

anak balita yang mengalami gizi kurang (underweight) sedikit menurun dari 70%

46
pada bulan Januari menjadi 68,2% pada bulan Juni. Meningkatnya perubahan

status gizi menyebabkan anak balita yang tadinya mengalami berat badan sangat

kurang (severely underweight) berpindah posisi menjadi gizi kurang

(underweight) dan yang mengalami gizi kurang (underweight) berpindah posisi

menjadi gizi baik.

Berdasarkan penelitian Handayani dan Galuh (2012), Positive Deviance

(PD) dapat dimanfaatkan dalam usaha perbaikan status gizi masyarakat. Penelitian

Turnip (2008) tentang ―Pengaruh Positive Deviance pada Ibu dari

Keluarga Miskin terhadap Status Gizi Anak pada Usia 12-24 Bulan di Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007‖ diketahui bahwa faktor Positive

Deviance (PD) yang berpengaruh signifikan terhadap status gizi anak usia 12-24

bulan adalah pola asuh, kebersihan diri, dan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan penelitian Ayubi, dkk (2013), diketahui bahwa terjadi

peningkatan status gizi balita yaitu sebelum intervensi Pos Gizi ditemukan 27,8%

balita dengan status berat badan sangat kurang (severely underweight) dan 55,5%

balita dengan status gizi kurang (underweight), kemudian setelah intervensi Pos

Gizi terdapat 11,1% balita dengan status berat badan sangat kurang (severely

underweight) dan 38,9% balita dengan status gizi kurang (underweight). Terjadi

peningkatan pengetahuan ibu balita peserta Pos Gizi sebesar 13,6% pada

kelompok 1 dan sebesar 12,2% pada kelompok 2. Tidak terdapat perubahan yang

bermakna pada perilaku ibu balita setelah dilakukan intervensi Pos Gizi.

Berdasarkan penelitian Aulia (2011) melalui observasi diketahui bahwa

keadaan gizi balita peserta Pos Gizi sebagian besar membaik dan terjadi

47
pengurangan balita malnutrisi. Sebelum pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, distribusi

status gizi balita berdasarkan BB/U adalah sebanyak 19 balita (79%) dengan

status berat badan sangat kurang (severely underweight) dari 24 balita yang ada,

sebanyak 5 balita (21%) dengan status gizi kurang (underweight), dan tidak ada

balita yang berstatus gizi normal dan ideal (0%).

Sedangkan setelah pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, distribusi status gizi

balita berdasarkan BB/U diketahui bahwa dari 19 balita yang berstatus berat

badan sangat kurang (severely underweight) mengalami perpindahan menjadi 9

balita dengan status gizi kurang (underweight), sebanyak 5 balita dengan status

gizi normal, dan sisanya sebanyak 5 balita (21%) tetap berstatus berat badan

sangat kurang (severely underweight); dari 5 balita yang berstatus gizi kurang

(underweight) mengalami perpindahan menjadi 3 balita dengan status gizi normal,

sebanyak 1 balita dengan status gizi ideal, dan sisanya sebanyak 1 balita tetap

berstatus gizi kurang (underweight). Selain itu, tingkat kehadiran balita peserta

Pos Gizi sebagian besar buruk yaitu sebanyak 16 balita (66,7%) dan tingkat

kehadiran baik sebanyak 8 balita (33,3%) (Aulia, 2011).

Berdasarkan penelitian Normalita (2011) diketahui bahwa sebanyak 8

balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi mengalami perubahan berat badan

menjadi lebih baik yaitu sebanyak 3 balita dengan kenaikan berat badan ≥ 400

gram dan sebanyak 5 balita dengan kenaikan berat badan < 400 gram setelah

kegiatan Pos Gizi berakhir.

48
2.6 Evaluasi Program

2.6.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai hasil dari suatu

program atau kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan dengan cara

membandingkan antara hasil yang telah dicapai dari suatu program atau

kegiatan dengan tujuan yang telah direncanakan (Notoadmodjo, 2011).

Menurut Notoadmodjo (2011), langkah-langkah yang dilakukan dalam

kegiatan evaluasi adalah:

a) Menetapkan tujuan evaluasi.

b) Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan

program.

c) Menetapkan cara atau metode yang akan digunakan.

d) Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil dari

pelaksanaan evaluasi.

e) Menyusun saran dan tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil

dari evaluasi yang sudah dilakukan.

2.6.1.1 Jenis Evaluasi

Menurut Wirawan (2011), jenis evaluasi dapat dibedakan menjadi

dua yaitu menurut objeknya dan menurut fokusnya. Berikut penjelasannya.

a) Menurut Objeknya

Menurut objeknya evaluasi dapat dikelompokkan menjadi lima,

yaitu evaluasi kebijakan, evaluasi program, evaluasi proyek, evaluasi

material, dan evaluasi sumber daya.

49
1. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan adalah menilai kebijakan yang sedang

atau telah dilakukan. Setiap kebijakan harus dievaluasi untuk

menentukan apakah kebijakan itu bermanfaat, dapat mencapai

tujuannya, dilaksanakan secara efisien dan untuk

pertanggungjawaban bagaimana pelaksanaannya (Wirawan, 2011).

2. Evaluasi Program

Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang

untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan pada waktu yang

tidak. Semua program harus dievaluasi untuk menentukan apakah

layanan atau intervensinya telah mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Evaluasi program adalah metode sistematik yang

digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai

informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.

Evaluasi program ini dapat dikelompokkan menjadi evaluasi

proses (process evaluation), evaluasi manfaat (outcome

evaluation), dan evaluasi akibat (impact evaluation).

Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah layanan atau

intervensi program telah dilaksanakan sesuai dengan yang

direncanakan, apakah target populasi yang direncanakan telah

dilayani, dan menilai bagaimana strategi pelaksanaan program.

Evaluasi manfaat meneliti, menilai, dan menentukan apakah

50
program telah menghasilkan perubahan yang diharapkan

(Wirawan, 2011).

3. Evaluasi Proyek

Proyek adalah kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan

untuk jangka waktu tertentu yang mendukung pelaksanaan

program. Sebelum dijadikan suatu program, suatu aktivitas

dilaksanakan dalam bentuk proyek. Proyek tersebut kemudian

diteliti dan dievalusi secara formatif dengan berbagai uapaya

penyempurnaan, perbaikan atau koreksi dan evaluasi sumatif. Jika

proyek berhasil dan hasilnya baik, maka proyek tersebut dapat

dikembangkan dan dilaksanakan sebagai suatu program (Wirawan,

2011).

4. Evaluasi Material

Untuk melaksanakan kebijakan, program atau proyek

diperlukan sejumlah material atau produk tertentu (Wirawan,

2011).

5. Evaluasi Sumber Daya

Untuk mengembangkan kompetensi dan kinerja sumber

daya manusia dilakukan program pengembangan sumber daya

manusia berupa pelatihan, pendidikan, dan pengembangan.

Program tersebut perlu dievaluasi untuk menentukan apakah

program berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai

tujuan yang ditetapkan (Wirawan, 2011).

51
b) Menurut Fokusnya

Menurut fokusnya, evaluasi dapat dikelompokkan menjadi

empat, yaitu asesmen kebutuhan program (program need assessment),

evaluasi proses program (process program evaluation), evaluasi

keluaran program (outcome program evaluation), dan evaluasi

efisiensi program (program efficiency evaluation).

1. Asesmen Kebutuhan Program

Asesmen kebutuhan (need assessment) adalah

mengidentifikasi dan mengukur level kebutuhan yang diperlukan

dan diinginkan oleh organisasi atau masyarakat. Kebutuhan (need)

adalah ketimpangan (gaps) antara kondisi atau keadaan sekarang

atau apa yang terjadi dengan keadaan yang diinginkan atau

keadaan yang seharusnya. Asesmen kebutuhan perlu dilakukan

sebelum merencanakan suatu kebijakan, program atau proyek

(Wirawan, 2011).

2. Evaluasi Proses Program

Evaluasi proses dimulai ketika program mulai

dilaksanakan. Faktor yang dinilai antara lain layanan dari program,

pelaksanaan layanan, pemangku kepentingan (stakeholder) yang

dilayani, sumber-sumber yang digunakan, pelaksanaan program

yang dibandingkan dengan yang diharapkan dari rencana, dan

kinerja pelaksanaan program. Evaluasi proses merupakan evaluasi

52
formatif yang berguna untuk mengukur kinerja program dan

mengontrol pelaksanaan program (Wirawan, 2011).

3. Evaluasi Keluaran Program

Evaluasi keluaran merupakan evaluasi sumatif yang

mengukur dan menilai keluaran dan akibat atau pengaruh dari

program (Wirawan, 2011).

4. Evaluasi Efisien Program

Suatu kebijakan, program atau proyek dapat dilaksanakan

dengan baik jika didukung oleh biaya atau anggaran (cost) tertentu.

Evaluasi mengenai biaya program dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu evaluasi benefit biaya (cost-benefit evaluation) yang

mengukur masukan dan keluaran dalam pengertian keuangan, serta

cost-effectiveness evaluation yang mengukur input program dalam

pengertian keuangan dan keluaran dalam pengertian non keuangan

(Wirawan, 2011).

2.6.1.2 Tujuan Evaluasi

Menurut Wirawan (2011), evaluasi yang dilaksanakan untuk

mencapai berbagai tujuan disesuaikan dengan objek evaluasinya. Tujuan

dari melakukan evaluasi adalah:

a) Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat. Program

dirancang dan dilaksanakan sebagai layanan atau intervensi sosial

untuk dapat menyelesaikan masalah dari situasi dan keadaan yang

dihadapi masyarakat.

53
b) Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Setiap program harus direncanakan dengan teliti dan pelaksanaannya

harus sesuai pula dengan rencana tersebut.

c) Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar.

Setiap program yang dirancang dan dilaksanakan harus berdasarkan

standar tertentu yang sudah ditetapkan.

d) Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana

dimensi program yang berjalan, dan mana yang tidak berjalan.

e) Pengembangan staf program. Evaluasi juga dapat dipergunakan untuk

mengembangkan kemampuan staf yang langsung menyajikan layanan

kepada klien dan para pemangku kepentingan lainnya sehingga dapat

memberikan masukan kepada manajer program mengenai kinerja staf

dalam melayani masyarakat.

f) Memenuhi ketentuan undang-undang. Suatu program sering dirancang

untuk melaksanakan undang-undang tertentu serta dirancang dan

dilaksanakan berdasarkan dengan ketentuan undang-undang untuk

dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.

g) Akreditasi program. Lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat

harus dievaluasi untuk menentukan apakah telah menyajikan layanan

kepada masyarakat sesuai dengan standar layanan yang ditentukan.

Jika telah memenuhi standar layanan lembaga, maka akan

terakreditasi.

54
h) Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency. Untuk melaksanakan

suatu program diperlukan anggaran yang berbeda jumlah pada setiap

organisasi. Penggunaan sumber dalam suatu program perlu diukur

untuk melihat apakah anggaran suatu program mempunyai nilai yang

sepadan (cost effective) dengan akibat atau manfaat yang ditimbulkan

oleh program, sedangkan untuk menilai cost-efficiency yaitu dengan

mengukur apakah biaya yang dikeluarkan untuk program telah

dikeluarkan secara efisien atau tidak.

i) Mengambil keputusan mengenai program. Jika evaluasi program

menunjukkan berhasil melakukan perubahan dalam masyarakat dengan

mencapai tujuannya, maka program akan dilanjutkan atau

dilaksanakan di daerah lain. Namun, jika hasil program buruk dan

kurang bermanfaat bagi masyarakat, maka sebaiknya program harus

dihentikan. Jika program ternyata bermanfaat, akan tetapi

pelaksanaannya tidak cost-efficient, maka harus dilakukan perubahan

mengenai anggaran program.

j) Accountabilitas. Evaluasi juga dilakukan untuk pertanggungjawaban

pimpinan dan pelaksanaan program. Apakah program sudah sesuai

dengan rencana, sesuai dengan standar atau tolak ukur keberhasilan

atau tidak.

k) Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.

55
l) Memperkuat posisi politik. Jika evaluasi menghasilkan nilai yang

positif, maka kebijakan, program atau proyek akan mendapakan

dukungan dari para pengambil keputusan.

m) Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset evaluasi.

2.6.1.3 Jenis Model Evaluasi

Menurut Wirawan (2011), jenis model evaluasi ada banyak.

Namun dalam penjelasan berikut ini, jenis model evaluasi dibedakan

menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu model evaluasi formatif dan

sumatif, model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product),

model evaluasi sistem analisis, dan Theory-driven Evaluation Model.

a) Model Evaluasi Formatif dan Sumatif

Model evaluasi ini mulai dilakukan ketika kebijakan, program

atau proyek mulai dilaksanakan (evaluasi formatif) dan sampai akhir

pelaksanaan program (evaluasi sumatif).

1. Evaluasi Formatif

Istilah evaluasi formatif (formative evaluation)

diperkenalkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967 (Wirawan,

2011). Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada

pelaksanaan program atau kegiatan yang masih berjalan secara

kontinu karena program atau kegiatan ini masih relatif baru dan

indikatornya dapat berubah-ubah. Evaluasi formatif ini hasilnya

akan digunakan untuk pengembangan atau perbaikan proram atau

56
kegiatan (Notoadmodjo, 2011, Ayuningtyas, 2014, dan Gage, et

al., 2005).

Tujuan dilakukan evaluasi formatif yaitu untuk mengukur

hasil pelaksanaan program secara periodik, mengukur apakah

partisipan/klien bergerak kearah tujuan yang direncanakan,

mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai

dengan rencana, untuk menentukan koreksi apa yang harus

dilakukan jika terjadi penyimpangan, dan memberikan balikan

(Wirawan, 2011).

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan

program. Evaluasi ini mengukur kinerja akhir objek evaluasi

(Wirawan, 2011). Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan

ketika program atau kegiatan telah selesai dilakukan dalam kurun

waktu tertentu, umumnya dilakukan untuk

mengetahui/mengevaluasi program/kegiatan yang relatif sering

dilakukan dan indikatornya tetap/tidak berubah (Notoadmodjo,

2011, Ayuningtyas, 2014, dan Gage, et al., 2005).

Evaluasi sumatif berupaya untuk mengukur indikator-

indikator yaitu hasil dan pengaruh layanan atau intervensi program,

mengukur persepsi klien mengenai layanan dan intervensi

program, menentukan cost effectiveness, cost efficiency, dan cost

benefit, menentukan pelaksanaan program, menentukan apakah

57
tujuan umum dan tujuan khusus program telah tercapai,

menentukan apakah klien mendapatkan manfaat dari program,

menentukan komponen yang mana yang paling efektif dalam

program, menentukan keluaran yang tidak diantisipasi dari

program, menentukan temuan evaluasi kepada para pemangku

kepentingan, dan mengambil keputusan apakah program harus

dihentikan, dikembangkan, atau dilaksanakan di tempat lain

(Wirawan, 2011).

b) Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product)

Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product)

mulai dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun 1966.

Stufflebeam mendefinisikan evaluasi sebagai proses melukiskan

(delineating), memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna

untuk menilai alternatif-alternatif pengambilan keputusan. Model

evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif untuk

mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi, dan

sistem (Wirawan, 2011).

Menurut Stufflebeam (1971) dalam Paper Read at the Annual

Meeting of the American Association of School Administrators,

pengertian evaluasi sebagai berikut:

“Evaluation is the process of delineating, obtaining, and


providing useful information for judging decision alternatives”
(Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan

58
memberikan informasi yang digunakan untuk menilai
pengambilan keputusan)

Model CIPP merupakan salah satu model evaluasi yang

memegang peran penting dan diperlukan dalam perencanaan,

implementasi dan penilaian suatu program (Zhang et al., 2011). Model

evaluasi CIPP terdiri dari empat macam jenis evalusi yaiu Evaluasi

Konteks (Context Evaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation),

Evaluasi Proses (Process Evaluation), dan Evaluasi Produk (Product

Evaluation).

1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-

kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program (Wirawan,

2011). Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan

dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan

dilaksanakan. Evaluasi konteks ini berhubungan dengan analisis

masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan

atau sedang berjalan. Tujuan dari evaluasi konteks adalah untuk

menilai keseluruhan kesiapan lingkungan program atau kegiatan,

mengidentifikasi populasi sasaran dan menilai kebutuhan

(Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at the Annual Meeting of

the American Association of School Administrators, Maulana, dkk,

2014 dan Zhang et al., 2011).

59
2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi masukan meliputi analisis personal yang

berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang

tersedia, alternatif strategi yang harus mencapai suatu program.

Tujuan dari evaluasi input adalah untuk menilai perubahan

program yang diperlukan (Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at

the Annual Meeting of the American Association of School

Administrators, Maulana, dkk, 2014 dan Zhang et al., 2011).

3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang untuk

memberikan informasi selama tahap pelaksanaan program. Tujuan

dari evaluasi proses adalah untuk menilai sejauh mana program

atau kegiatan dapat dilakukan secara tepat dan efektif

(Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at the Annual Meeting of

the American Association of School Administrators, Maulana, dkk,

2014 dan Zhang et al., 2011).

4. Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dalam

hubungan dengan konteks, input, dan proses yang kemudian

diinterpretasikan. Evaluasi produk mengidentifikasi dan menilai

hasil dari program (Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at the

Annual Meeting of the American Association of School

Administrators, Maulana, dkk, 2014 dan Zhang et al., 2011).

60
c) Model Evaluasi Sistem Analisis

Model evaluasi lainnya yang banyak dipakai adalah Model

Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) atau

sering disebut juga Management Evaluation Model. Untuk memahami

model evaluasi ini terlebih dahulu perlu memahami teori sistem.

Model evaluasi sistem analisis terdapat lima jenis evaluasi, yaitu

evaluasi masukan (input evaluation), evaluasi proses (process

evaluation), evaluasi keluaran (output evaluation), evaluasi akibat

(outcome evaluation), dan evaluasi pengaruh (impact evaluation)

(Wirawan, 2011).

1. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menjaring,

menganalisis, dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas

masukan yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan

program (Wirawan, 2011).

2. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi ini memfokuskan pada pelaksanaan program dan

sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program

diperbaiki (Wirawan, 2011).

3. Evaluasi Keluaran (Output Evaluation)

Evaluasi ini mengukur dan menilai keluaran daripada

program, yaitu produk yang dihasilkan (Wirawan, 2011).

61
4. Evaluasi Akibat (Outcome Evaluation)

Evaluasi ini mengukur apakah klien yang mendapat

layanan program berubah (Wirawan, 2011).

5. Evaluasi Pengaruh (Impact Evaluation)

Evaluasi ini menilai perubahan yang terjadi terhadap klien

atau para pemangku kepentingan sebagai akibat dari intervensi

yang dilakukan program serta mengukur pengaruh program sebagai

hasil program dalam jangka panjang (Wirawan, 2011).

d) Theory-driven Evaluation Model

Konsep theory-driven evaluation model atau evaluasi berbasis

teori, dipelopori oleh teoritisi evaluasi Peter Rossi, Huey Tsyh Chen,

C.Weiss, dan Stewart I. Donaldson. Teori ini disusun berdasarkan

asumsi bahwa intervensi program harus diekspresikan berdasarkan

hubungan kausal atau teori program. Aplikasi dalam proses evaluasi

dilakukan diantaranya mempelajari program, menyusun teori program,

menyusun desain evaluasi, pelaksanaan evaluasi, hasil evaluasi, dan

pemanfaatan hasil evaluasi (Wirawan, 2011).

2.6.1.4 Desain Evaluasi

Seperti dengan jenis penelitian lainnya, evaluasi dilaksanakan

dengan menggunakan desain evaluasi tertentu. Desain evaluasi adalah

kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan

memanfaatkan data, sehingga dapat diperoleh informasi dengan presisi

yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara tepat dan tujuan evaluasi

62
dapat dicapai. Desain evaluasi terdiri dari model evaluasi dan metode

penelitian (Wirawan, 2011).

a) Model Evaluasi

Model evaluasi menentukan jenis evaluasi apa saja yang harus

dilakukan dan bagaimana proses melaksanakan evaluasi tersebut

(Wirawan, 2011).

b) Metode Penelitian

Metode penelitian menentukan jenis data apa yang akan

dijaring, teknik menjaringnya, apakah akan mempergunakan metode

kuantitatif, kualitatif atau metode campuran dan instrumen yang akan

dipergunakan untuk menjaring data. Metode penelitian juga

menentukan bagaimana mentabulasi, menganalisis data, dan

kesimpulan hasil evaluasi.

Secara umum, jenis metode penelitian yang dipergunakan

dalam evaluasi dapat dikelompokkan menjadi metode kuantitatif,

metode kualitatif, dan metode campuran. Penggunaan metode ini

ditentukan oleh jenis data yang dijaring, sumber informasi, waktu yang

diperlukan untuk melaksanakan evaluasi, sumber yang diperlukan

(tenaga, biaya, dan alat), tersebarnya wilayah layanan program dan

mendapatkan layanan program (Wirawan, 2011).

1. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan

desain penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjaring data

63
kuantitatif dalam bentuk data numerik dengan menggunakan

instrumen yang divalidasi yang mencerminkan dimensi dan

indikator dari variabel dan disebarkan kepada populasi atau sampel

tertentu. Jenis metode kuantitatif, yaitu survey, studi korerasional,

studi ex post pacto, dan eksperimen. Instrumen yang digunakan

dalam metode kuantitatif adalah kuesioner terstruktur, dan berbagai

macam tes (Wirawan, 2011).

Metode kuantitatif menggunakan sejumlah ukuran dengan

respon yang terstruktur. Contoh metode evaluasi kuantitatif adalah

data institusional, wawancara terstruktur, survei, kuesioner, tes,

dan pengujian untuk observasi perilaku (Ayuningtyas, 2014).

2. Metode Kualitatif

Dalam metode penelitian kualitatif, evaluator merupakan

instrumen utama dalam menjaring data (Wirawan, 2011). Metode

kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mempelajari suatu

permasalahan secara detail dan mendalam. Adapun contoh metode

kualitatif adalah Focus Group Discussion (FGD), wawancara tidak

terstruktur, dan rekaman dalam bentuk video (Ayuningtyas, 2014).

3. Metode Campuran

Metode campuram ini dibedakan menjadi 2 karakteristik

yaitu model evaluasi campuran (mix-evaluation model) dan metode

penelitian campuran (mix-method). Model evaluasi campuran atau

kombinasi model evaluasi adalah dua model evaluasi yang

64
digunakan secara bersama-sama dalam satu kegiatan. Sedangkan

metode penelitian campuran yaitu dalam melakukan evaluasi, tim

evaluator menggunakan metode penelitian campuran atau

kombinasi antara metode kuantitatif dan metode kualitatif secara

bersamaan dalam satu proses evaluasi (Wirawan, 2011).

2.6.2 Pengertian Evaluasi Program

Menurut Patton (1997) dalam Rustam (2012), pengertian evaluasi

program adalah sebagai berikut:

“Program evaluation is the systematic collection of information about


the activities, characteristics, and outcome of program to make
judgements about the program, improve program effectiveness, and/or
inform decisions about the future programming”
(Evaluasi program adalah sekumpulan informasi yang sistematis
tentang kegiatan, karakteristik, dan hasil dari program untuk membuat
penilaian tentang program, meningkatkan efektivitas program,
dan/atau menginformasikan keputusan tentang program masa depan)

Evaluasi program kesehatan dapat dilakukan dengan melihat empat hal

dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input, proses pelaksanaan program,

hasil program, dan dampak program (Notoadmodjo, 2011).

a) Evaluasi input dilakukan dengan melihat penggunaan sumber daya dalam

program seperti man, money, material.

b) Evaluasi proses ditujukan kepada pelaksanaan program yang meliputi

penggunaan sumber daya seperti tenaga, dana, dan fasilitas lainnya.

c) Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program

berhasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

d) Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana suatu

program mempunyai dampak terhadap peningkatan pelayanan kesehatan.

65
Menurut Pirzak (1990) dalam Rustam (2012), ada tiga tipe evaluasi

yaitu evaluasi input, proses, dan outcome atau hasil. Tiga tipe evaluasi tersebut

akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Evaluasi input difokuskan pada elemen input yang ada di dalam program

meliputi staf, partisipan program, sumber daya program, dan layanan lain

yang mendukung jalannya program.

b. Evaluasi proses difokuskan pada aktivitas program yang melibatkan

interaksi langsung antara klien dengan staf, dimana aktivitas tersebut

merupakan inti dari pencapaian tujuan program.

c. Evaluasi outcome atau hasil ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari

suatu program terhadap penerima layanan.

Menurut Gage, et al (2005), konseptual framework untuk monitoring

dan evaluasi kesehatan anak dapat dilihat dari input, proses, output, outcome,

dan dampak yang diadaptasi dari Bertrand and Amy (1995). Berikut ini

indikator yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi program yang dilihat

dari input, proses, output, outcome, dan dampak.

a. Indikator input meliputi sumber daya manusia, keuangan, fasilitas,

peralatan, pedoman klinis, dan kebijakan operasional.

b. Indikator proses mengacu pada kegiatan yang dilakukan pada perencanaan

dan tahapan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan dari program.

c. Indikator output mengacu pada hasil dari proses yang telah dilakukan.

Terdapat dua jenis hasil output yaitu output fungsional yang mengukur

jumlah atau kuantitas kegiatan yang dilakukan dari setiap pelayanan

66
seperti komunikasi perubahan perilaku, komoditi dan logistik, manajemen

dan pengawasan, pelatihan, dan lain-lain serta layanan output yang

mengukur kuantitas pelayanan yang diberikan kepada sasaran program

seperti kualitas pelayanan dan kepuasan sasaran.

d. Indikator outcome mengacu kepada perubahan yang diukur pada tingkat

populasi yang merujuk pada perubahan pengetahuan, sikap, perilaku atau

praktek, dan keterampilan.

e. Indikator dampak mengacu pada hasil akhir dari program, seperti

mengurangi kejadian penyakit, meningkatkan status gizi anak, dan

mengurangi morbiditas dan mortalitas anak.

2.8 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menggunakan

beberapa teknik yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar

informasi dan ide yang dilakukan melalui tanya jawab sehingga didapatkan

suatu informasi yang akan memiliki makna dalam topik tertentu (Sugiono,

2011). Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-dept interview) adalah

proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil tatap muka

antara pewawancara dengan informan dan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara (Sumantri, 2011).

67
b. Observasi

Kegiatan observasi yaitu kegiatan dengan melakukan pengamatan,

pencatatan secara sistematik kejadian, perilaku, objek yang dilihat dan hal lain

yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan

(Iskandar, 2009).

c. Telaah Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya dari seseorang. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2011).

d. Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk

menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman kelompok. Teknik ini

digunakan untuk mendapatkan pemaknaan suatu kelompok berdasarkan hasil

diskusi terpusat pada suatu permasalahan tertentu (Sumantri, 2011).

2.9 Validitas Data Kualitatif

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif disebut dengan

triangulasi. Triangulasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu triangulasi

sumber, triangulasi metode, dan triangulasi data (Sumantri, 2011).

Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara antara lain mengcross-

check data dengan fakta dari sumber lainnya; membandingkan dan melakukan

kontras data; serta menggunakan kelompok informan yang berbeda. Triangulasi

metode dapat dilakukan dengan cara menggunakan beberapa metode dalam

68
pengumpulan data, yaitu menggunakan FGD juga menggunakan metode

wawancara mendalam, menggunakan metode wawancara mendalam juga

dilakukan observasi, atau menggunakan metode FGD sekaligus juga dilakukan

observasi. Sedangkan triangulasi data analisis dapat dilakukan dengan cara, yaitu

menganalisis data yang dilakukan oleh lebih dari satu orang, dan umpan balik dari

informan (Sumantri, 2011).

2.10 Analisis Data

Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiono (2011), analisis data

dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen, yaitu reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion

drawing/verification). Analisis data ini lebih dikenal dengan analisis interaktif

(interactive model of analysis). Menurut Spradley (1980), analisis data dalam

penelitian kualitatif dapat dibagi menjadi empat analisis, yaitu analisis domain,

analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural (Sugiono,

2011).

2.11 Kerangka Teori

Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses untuk mengurangi angka

kekurangan gizi di suatu wilayah. Pos Gizi menggunakan pendekatan Positive

Deviance (PD) untuk mengidentifikasi berbagai perilaku dari ibu balita/pengasuh

yang memiliki anak bergizi baik dari keluarga yang kurang mampu secara

ekonomi kemudian menularkan kebiasaan positif kepada keluarga lain dengan

anak kurang gizi di masyarakat. Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan untuk

69
melaksanakan kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi dengan memberdayakan

ibu balita/pengasuh (CORE, 2003).

Menurut CORE (2003), tujuan dari Pos Gizi antara lain memulihkan anak-

anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat,

memungkinkan keluarga-keluarga dapat mempertahankan status gizi anak di

rumah masing-masing secara mandiri, dan mencegah kekurangan gizi pada anak-

anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat, dengan merubah norma-norma

masyarakat mengenai perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan

mencari pelayanan kesehatan.

Menurut Notoadmodjo (2011), evaluasi program kesehatan dapat

dilakukan dengan melihat empat hal dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input,

proses pelaksanaan program, hasil program, dan dampak program. Menurut Gage,

et al. (2005), konseptual framework untuk monitoring dan evaluasi kesehatan

anak dapat dilihat dari input, proses, output, dan outcome yang diadaptasi dari

Bertrand and Amy (1995). Adapun kerangka teori penelitian berdasarkan dari

teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat pada Bagan 2.1.

70
Input Proses Output

Man Pelaksanaan 1. Indikator Kegiatan Pos Gizi yaitu:


Money KegiatanPos Gizi a. Status Kesehatan dilihat dari Kenaikan Berat Badan
Materialdan Tahap 1) Persentase peserta Pos Gizi yang ―lulus‖ dari Pos Gizi berat badannya bertambah lebih dari 400 gram dalam
Machine Persiapan kurun waktu dua bulan
Method Tahap 2) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, tetapi berat badannya bertambah 200-400
Market Pelaksanaan gram dalam waktu dua bulan (Pos Gizi pertama vs kedua)
Kegiatan 3) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, tetapi berat badannya bertambah kurang dari
Tahap 200 gram dalam waktu dua bulan (Pos Gizi pertama vs kedua)
Tindak Lanjut
4) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, dan berat badannya tidak bertambah
Kegiatan
5) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, dan berat badannya berkurang
b. Penggunaan Pelayanan Utama Pos Gizi
1) Presentase anak malnutrisi yang memenuhi syarat untuk ikut Pos Gizi
2) Persentase anak malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi
3) Persentase para pengasuh (ibu, kakek-nenek, saudara kandung, dsb) yang hadir di Pos Gizi
c. Ketersediaan Pelayanan Pos Gizi
1) Persentase kegiatan Pos Gizi terjadwal selama satu tahun yang sesungguhnya terjadi
2) Persentase hari Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya terjadi setiap sesi selama satu tahun
d. Kualitas Pelayanan Pos Gizi
1) Persentase menu Pos Gizi yang mencerminkan makanan lokal, dan adanya keseimbangan nutrisi
2) Persentase Pos Gizi yang menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun atau bahan pencuci lainnya yang
tersedia
3) Persentase Pos Gizi yang memiliki WC
4) Persentase Pos Gizi yang memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan standar yaitu pesan kesehatan yang
benar, metode interaktif, secara budaya tepat/sesuai, dll
5) Persentase pengasuh yang membawa kontribusi bahan makanan ke Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
6) Persentase pengasuh yang memberi makan anaknya di Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
7) Persentase pengasuh yang membantu menyiapkan makanan di Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
Sumber: Modifikasi dari Bertrand 8) Persentase fasilitator Pos Gizi yang memiliki data balita (nama, jenis kelamin, umur, berat badan, dsb)
and Amy (1995), CORE (2003), 9) Persentase fasilitator Pos Gizi yang mengetahui tujuan kontribusi bahan makanan, tanggung jawab pengasuh,
tujuan Pos Gizi, dan makanan khas positif
Gage, et al. (2005) 10) Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan Pos Gizi sesuai dengan standar
11) Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan kegiatan tindak lanjut Pos Gizi sesuai dengan standar
Bagan 2.1 Kerangka Teori

71
BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Menurut CORE (2003) tentang kegiatan Pos Gizi serta menurut Gage, et

al. (2005), dan Bertrand and Amy (1995) tentang evaluasi program kesehatan,

dapat disimpulkan bahwa evaluasi program kesehatan dapat dilakukan dengan

melihat tiga hal dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input, evaluasi terhadap

proses, dan evaluasi terhadap output. Ketersediaan pelayanan Pos Gizi dan

kualitas pelayanan Pos Gizi pada indikator output tidak dimasukkan karena

dijelaskan pada bagian input dan proses. Berikut ini kerangka pikir evaluasi

kegiatan Pos Gizi yang akan dilakukan.

Input Proses Output

1. Man 1. Pelaksanaan 1. Indikator Kegiatan Pos Gizi yaitu:


2. Money Kegiatan Pos a. Status Kesehatan dilihat dari
3. Material dan Gizi Kenaikan Berat Badan
Machine a. Tahap b. Penggunaan Pelayanan Utama
4. Method Persiapan Pos Gizi
5. Market b. Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan
c. Tahap Tindak
Lanjut
Kegiatan

Bagan 3.2 Kerangka Pikir

72
3.2 Definisi Istilah

Adapun definisi istilah yang digunakan untuk mendefinisikan variabel

kualitatif yang akan dijelaskan pada Tabel 3.6 dibawah ini.

Tabel 3.6 Definisi Istilah


Komponen atau Definisi Istilah
No Domain
Input
1 Man Tenaga yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi
2 Money Biaya yang tersedia dan dikeluarkan untuk kegiatan
Pos Gizi
3 Material dan Machine Sarana dan prasarana serta peralatan yang
dibutuhkan dan digunakan untuk melakukan
kegiatan Pos Gizi
4 Method Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi
5 Market Tempat untuk menyebarluaskan informasi terkait
kegiatan Pos Gizi kepada ibu balita
Proses
6 Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
a. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan Pos Gizi
b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan selama Pos Gizi
Kegiatan berlangsung
c. Tahap Tindak Kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan Pos Gizi
Lanjut Kegiatan berakhir (CORE, 2003)
Output
7 Indikator Kegiatan Pos
Gizi, yaitu:
a. Status Kesehatan Keadaan berat badan balita mengalami kenaikan 400
dilihat dari Kenaikan gram selama 2 bulan kegiatan Pos Gizi atau dilihat
Berat Badan dari kurva pertumbuhan di Kartu Menuju Sehat
(KMS) (CORE, 2003)
b. Penggunaan Peserta (balita) Pos Gizi yang memenuhi syarat dan
pelayanan utama Pos ikut serta berpartisipasi, serta kehadiran ibu balita/
Gizi pengasuh dalam kegiatan Pos Gizi (CORE, 2003)

73
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian Evaluasi

Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis dengan metode

kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan secara lebih dalam

mengenai kegiatan Pos Gizi dari komponen input, proses, dan output.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di dua Pos Gizi di wilayah kerja

Puskesmas Cisauk yaitu Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk pada bulan Oktober s/d Desember 2016. Pos Gizi Anggrek di

Desa Sampora tidak dilaksanakan dikarenakan peserta Pos Gizi merupakan

peserta lama sehingga perlu dipantau berat badannya di Posyandu. Pemilihan

lokasi penelitian yaitu di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk memiliki beberapa pertimbangan diantaranya kegiatan Pos Gizi

masih dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung, dan terdapat peserta Pos

Gizi baru.

4.3 Informan Penelitian

Informan sebagai informasi dalam penelitian kualitatif berjumlah 15

orang. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dibuat

sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang sudah

74
diketahui sebelumnya. Adapun informan dalam penelitian ini dikelompokkan

menjadi dua, yaitu informan utama dan informan pendukung.

4.3.1 Informan Utama


Informan utama adalah objek utama dalam penelitian yang berperan

penting dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Informan utama dalam

penelitian ini adalah kader Pos Gizi dan ibu balita. Informan utama terdiri

dari:

a. Kader Pos Gizi yang aktif di Pos Gizi, dapat diwawancarai dan menjawab

pertanyaan dengan baik berjumlah enam orang yaitu empat orang kader

dari Desa Cibogo dan dua orang kader dari Kelurahan Cisauk. Adapun

karakteristik kader yang menjadi informan dilihat dari umur, pendidikan,

lamanya jadi kader, dan lokasi kader Pos Gizi.

b. Ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi dengan

balitanya yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat

kurang (severely underweight) pada kondisi lingkungan yang sama dengan

status ekonomi kurang, yang dapat diwawancarai dan menjawab

pertanyaan dengan baik berjumlah tujuh orang yaitu lima ibu balita dari

Pos Gizi Mekar Desa Cibogo dan dua ibu balita dari Pos Gizi Bintang

Kelurahan Cisauk. Adapun karakteristik ibu balita peserta Pos Gizi yang

hadir dalam kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari umur, pendidikan,

pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, lokasi Pos Gizi, dan status gizi balita.

75
4.3.2 Informan Pendukung
Informan pendukung pada penelitian ini adalah Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) Puskesmas Cisauk, dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang. Jumlah Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk dan

petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang diwawancarai

berjumlah satu orang.

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dibantu oleh tiga orang mahasiswi peminatan Gizi

Kesehatan Masyarakat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat dari

instrumen penelitian, sumber data, dan cara pengumpulan data.

4.4.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

pedoman wawancara mendalam, pedoman observasi check list, kuesioner,

timbangan dacin, perekam suara, kamera, dan alat pencatat untuk kejelasan

dan keakuratan instrumentasi. Berikut penjelasan tentang instrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian:

a. Pedoman wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui lebih dalam

mengenai kegiatan Pos Gizi dari komponen input, proses, dan outputnya.

Peneliti melakukan probing pada poin-poin pertanyaan saat mewawancarai

informan untuk memperoleh informasi secara mendalam yang dilengkapi

dengan perekam suara dan pencatat selama proses wawancara.

b. Pedoman observasi check list digunakan untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan selama kegiatan Pos Gizi berlangsung. Selama pelaksanaan

76
kegiatan Pos Gizi, peneliti mengamati kegiatan Pos Gizi selama 10 hari,

kemudian peneliti mencatat apa yang diamati pada lembar observasi yang

sudah disiapkan.

c. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang data

karakteristik ibu balita meliputi umur, pendidikan, pekerjaan ibu,

pekerjaan ayah, dan lokasi Pos Gizi yang diikuti; sedangkan karakteristik

balita meliputi umur, jenis kelamin, kehadiran, berat badan, status gizi,

dan riwayat penyakit. Selain itu, kuesioner juga digunakan sebagai data

tambahan untuk mengetahui pengetahuan dan perubahan perilaku

(pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, serta pencarian

dan pemberian perawatan kesehatan) ibu balita. Kuesioner tersebut

ditanyakan langsung oleh peneliti kepada ibu balita yang mengikuti Pos

Gizi.

d. Timbangan dacin digunakan untuk mendapatkan data berat badan (kg)

balita yang digunakan untuk mengetahui status gizi balita yang berada

pada lokasi Pos Gizi masing-masing.

4.4.2 Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari

informan penelitian. Proses pengumpulan data primer ini dibantu oleh tiga

mahasiswi Kesehatan Masyarakat. Data primer yang dikumpulkan terdiri

dari data input, proses, dan output; data observasi; serta data karakteristik

77
ibu balita (umur, pendidikan, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, dan lokasi

Pos Gizi yang diikuti), karakteristik balita (umur, jenis kelamin, kehadiran,

berat badan, status gizi, dan riwayat penyakit), dan data pengetahuan dan

perubahan perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku

kebersihan, serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) ibu

balita. Proses pengumpulan data primer adalah sebagai berikut:

1) Data input, proses, dan output diperoleh dengan menggunakan teknik

wawancara mendalam yang dilakukan pada informan utama.

Wawancara mendalam dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi

pada saat pelaksanaan Pos Gizi. Wawancara dengan kader dilakukan

pada saat kegiatan Pos Gizi berakhir yang dilakukan di rumah kader

sendiri sehingga peneliti berkunjung ke rumah kader, sedangkan untuk

wawancara ibu balita dilakukan pada saat kegiatan Pos Gizi

berlangsung.

2) Data observasi diperoleh dengan menggunakan pedoman observasi

check list yang diamati oleh peneliti selama pelaksanaan Pos Gizi

berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati man, material dan

machine, method, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan evaluasi

kegiatan Pos Gizi.

3) Data karakteristik ibu balita dan balita serta data pengetahuan dan

perubahan perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku

kebersihan, serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) ibu

balita diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada ibu balita yang

78
menjadi informan penelitian. Sebelum ibu balita mengisi kuesioner,

peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner yang selanjutnya

kuesioner diisi sendiri oleh informan. Namun, kuesioner juga

ditanyakan langsung oleh peneliti kepada ibu balita yang mengikuti

kegiatan Pos Gizi jika keadaan ibu balita tidak memungkinkan untuk

mengisi kuesioner secara sendiri. Setelah mengisi kuesioner, informan

diminta untuk mengumpulkan kuesioner tersebut kemudian peneliti

mengecek kuesioner yang telah diisi.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara telaah dokumen seperti

laporan kegiatan. Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai

profil Puskesmas Cisauk, jumlah balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi

serta status gizi balita yang sudah mengikuti kegiatan Pos Gizi sebelumnya

dari buku kegiatan Pos Gizi di masing-masing Pos Gizi.

Tabel 4.7 Pengumpulan Data


Komponen atau
No Sumber Data Cara Pengumpulan Data dan Informan
Domain
INPUT
1 Man a. Data primer a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG,
b. Data sekunder dan petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
2 Money a. Data primer a. Wawancara mendalam (kader, TPG, dan petugas
b. Data sekunder seksi gizi Dinkes) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
3 Material dan Data primer Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG, dan
Machine petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
4 Method Data primer Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG, dan
petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
5 Market Data primer Wawancara mendalam (kader, ibu balita, dan TPG)
PROSES
6 Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
a. Tahap

79
Komponen atau
No Sumber Data Cara Pengumpulan Data dan Informan
Domain
Persiapan a. Data primer a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG,
b. Data sekunder dan petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
b. Tahap a. Data primer a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG,
Pelaksanaan b. Data sekunder dan petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
Kegiatan b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
c. Tahap Tindak Data primer Wawancara mendalam (kader dan TPG)
Lanjut
Kegiatan
OUTPUT
7 Indikator
Kegiatan Pos
Gizi, yaitu:
a. Status a. Data primer a. Wawancara mendalam (kader dan TPG) dan
Kesehatan b. Data sekunder observasi
dilihat dari b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
Kenaikan Berat
Badan
b. Penggunaan a. Data primer a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita dan
Pelayanan b. Data sekunder TPG) dan observasi
Utama Pos Gizi b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)

4.5 Pengolahan Data

Pengolahan data primer dari variabel yang diteliti selanjutnya dilakukan

analisis data sebagai berikut:

a. Data input, proses, dan output

Untuk komponen atau domain input, proses, dan output diperoleh

secara kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam. Tahap

pengolahan data kualitatif sebagai berikut:

1) Hasil wawancara dicatat kembali berdasarkan rekaman yang diperoleh

pada saat wawancara mendalam ke dalam bentuk tulisan (transkip).

2) Membuat kategori data sesuai dengan komponen atau domain penelitian.

3) Menyajikan ringkasan data dan interpretasinya dalam bentuk matriks.

4) Menganalisa faktor-faktor serta menghubungkan dengan teori yang ada.

80
b. Data observasi

Untuk data observasi, diperoleh dengan cara mengamati selama

kegiatan Pos Gizi berlangsung. Dari hasil observasi tersebut, kemudian

peneliti akan menjelaskan atau mendeskripsikan pada bagian hasil penelitian.

c. Data karakteristik ibu balita dan balita serta data pengetahuan dan perubahan

perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, serta

pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) ibu balita

Untuk data karakteristik ibu balita dan balita serta data pengetahuan

dan perubahan perilaku ibu balita diperoleh secara kuantitatif dengan

membagikan kuesioner kepada ibu balita. Data yang sudah dikumpulkan dari

kuesioner kemudian dimasukkan dengan bantuan software Ms. Excel yang

kemudian dianalisis menggunakan bantuan software SPSS.

4.6 Validitas Data

Penelitian kualititaf menggunakan jumlah sampel yang sedikit. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi

metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan mencari sumber data dari dua

jenis informan, yaitu informan utama dan informan pendukung. Sedangkan,

triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengumpulan

data, yaitu metode wawancara, observasi, dan telaah dokumen.

81
Tabel 4.8 Triangulasi Sumber dan Triangulasi Metode
Sumber Metode
Komponen atau Petugas
No Domain Kader Metode
Ib Seksi
Pos TPG Wawancara Observasi Telaah Dokumen
u
Balita Gizi
Gizi Mendalam
Dinkes
INPUT
1 Man       
2 Money  -     
3 Material dan
Machine       -
4 Method       -
5 Market    -  - -
PROSES
6 Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
a. Tahap
Persiapan       
b. Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan       
c. Tahap Tindak
Lanjut
Kegiatan  -  -  - -
OUTPUT
7 Indikator
Kegiatan Pos
Gizi, yaitu:
a. Status
Kesehatan  -  -   
dilihat dari (laporan kegiatan
Kenaikan Pos Gizi)
Berat Badan
b. Penggunaan
Pelayanan    -   
Utama Pos (buku kehadiran
Gizi kegiatan Pos Gizi)
4.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

interaktif (interactive model of analysis). Analisis interaktif ini terdiri dari tiga

komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Berikut ini

penjabaran tiga komponen analisis interaktif.

82
a. Reduksi Data (Data Reduction)

Pada tahap ini terjadi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan dengan memfokuskan kepada data

yang relevan melalui pemisahan data, mempertegas data, membuang hal

yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga

keseimpulan akhir dapat dilakukan. Proses ini berlangsung terus menerus

selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar

terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian,

permasalahan studi dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih oleh

peneliti. Reduksi data meliputi meringkas data, mengkode, menelusur

tema, dan membuat gugus-gugus.

b. Penyajian Data (Data Display)

Pada tahap ini terjadi kegiatan penyajian data kualitatif dalam

bentuk uraian singkat, bagan, dan matriks hasil wawancara mendalam.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus

selama berada di lapangan dan dapat dilakukan juga dengan

memperhatikan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen.

Kesimpulan tersebut juga diverifikasi selama penelitian berlangsung,

dengan cara memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang catatan

lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran. Penarikan kesimpulan akan

menghubungkan semua komponen input, proses, dan output.

83
Dukungan data kuantitatif sederhana melalui penelusuran data

sekunder dan kuesioner, kemudian dibandingkan dengan data kualitatif

sebagai data primer. Setelah itu hasil transkip data primer dan penelusuran

data sekunder akan diinterpretasikan dalam penelusuran hasil dan

pembahasan.

84
BAB V

HASIL PENELITIAN

Bagian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu gambaran

penelitian dan evaluasi kegiatan Pos Gizi. Gambaran penelitian dilihat dari

gambaran umum Puskesmas Cisauk, kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk

tahun 2016, dan karakteristik informan. Kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk

tahun 2016 dapat dilihat dari tujuan umum, sasaran, deskripsi kegiatan, dan

wilayah Pos Gizi. Gambaran penelitian mengenai gambaran umum Puskesmas

Cisauk dan kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk tahun 2016 didapatkan dari

sumber data sekunder, sedangkan karakteristik informan didapatkan dari sumber

data primer. Evaluasi kegiatan Pos Gizi menjawab tujuan dari penelitian yang

dilihat dari komponen input, proses, dan output serta keterkaitan antara

pencapaian tujuan pertama dari Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap

komponen input dan proses dari kegiatan Pos Gizi.

5.1 Gambaran Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Cisauk

Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas yang berada di wilayah

Kecamatan Cisauk yang terletak di Jalan Raya Lapan, Kecamatan Cisauk,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Puskesmas Cisauk terletak di sebelah

selatan Kabupaten Tangerang dengan luas wilayah ± 1220,748 Ha, yang

sebagian besar terdiri dari tanah darat. Mempunyai wilayah kerja tiga desa

binaan yaitu Desa Sampora, Desa Cibogo, dan Kelurahan Cisauk. Puskesmas

85
Cisauk memiliki daerah binaan yang terdiri dari tiga wilayah dengan batas-

batas sebagai berikut sebelah utara wilayah Desa Pagedangan, sebelah timur

wilayah Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, sebelah barat wilayah Desa

Padegangan, dan sebelah selatan wilayah Desa Suradita.

Berdasarkan profil Puskesmas Cisauk pada tahun 2015 diketahui

bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cisauk sebanyak 31.673

jiwa, sedangkan jumlah balita usia 0-59 bulan yang terdapat di wilayah kerja

Puskesmas Cisauk pada tahun 2015 yaitu sebanyak 3.217 balita dengan

jumlah balita laki-laki sebanyak 1569 balita dan balita perempuan sebanyak

1648 balita. Berdasarkan laporan bulan penimbangan balita pada bulan

Agustus 2015 diketahui bahwa jumlah balita berat badan sangat kurang

(severely underweight) sebanyak 20 balita dan balita gizi kurang

(underweight) sebanyak 126 balita (Data Puskesmas Cisauk, 2015).

Berdasarkan laporan bulan penimbangan balita pada bulan Agustus 2016

diketahui bahwa jumlah balita berat badan sangat kurang (severely

underweight) sebanyak 28 balita dan balita gizi kurang (underweight)

sebanyak 182 balita (Data Puskesmas Cisauk, 2016).

Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh

Puskesmas Cisauk yang berbasis masyarakat yaitu Poskesdes (Pos Pelayanan

Kesehatan), Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Posbindu (Pos Pembinaan

Terpadu), Pos Gizi, dan Pos KPKIA.

Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita, maka Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang melakukan upaya melalui pemberdayaan

86
masyarakat yaitu dengan membentuk Pos Gizi yang dimulai dari tahun 2008

hingga sekarang di wilayah Kabupaten Tangerang dengan pemilihan lokasi

berdasarkan jumlah kasus berat badan sangat kurang (severely underweight)

terbanyak. Sebelum membentuk Pos Gizi, terdapat upaya lain yang sudah

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang bekerjasama

dengan Puskesmas dan pemerintah setempat yaitu pemberian PMT bagi berat

badan sangat kurang (severely underweight) dan gizi kurang (underweight),

PMT lokal di Posyandu, pembentukan Therapeutic Feeding Center (TFC),

serta pelaksanaan Klinik Gizi di Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang, 2013).

Salah satu daerah di Kabupaten Tangerang yang sudah menerapkan

Pos Gizi adalah Kecamatan Cisauk. Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas

di Kecamatan Cisauk yang telah membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010

(PDRC, 2016).

5.1.2 Kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk Tahun 2016

Kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari tujuan umum, sasaran, deskripsi

kegiatan, dan wilayah Pos Gizi.

a. Tujuan Umum

1) Meningkatkan status gizi balita yang kurang gizi, baik yang gizi

kurang (underweight) maupun berat badan sangat kurang (severely

underweight).

2) Mempertahankan berat badan balita dengan status gizi balita yang

baik.

87
3) Mencegah status gizi balita agar tidak menjadi berat badan sangat

kurang (severely underweight).

4) Mendukung perubahan perilaku keluarga di tingkat rumah tangga agar

balitanya tetap sehat.

b. Sasaran

Sasaran dalam kegiatan Pos Gizi adalah keluarga yang memiliki

balita kurang gizi dibawah garis merah (BGM) dan dibawah garis kuning

(BGK) di Kartu Menuju Sehat (KMS) serta dengan menggunakan

indikator berat badan menurut umur (BB/U). Adapun syarat peserta Pos

Gizi yang ditetapkan oleh Puskesmas Cisauk adalah balita yang berat

badannya di Kartu Menuju Sehat (KMS) berada dibawah garis merah

(BGM) dan dibawah garis kuning (BGK), usia 12-59 bulan, dan bersedia

mengikuti kegiatan Pos Gizi sampai selesai.

c. Deskripsi Kegiatan

Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan perbaikan gizi balita

kurang gizi dengan melibatkan keaktifan masyarakat untuk mengatasi

permasalahan di wilayah kerja Puskesmas Cisauk. Kegiatan ini dilakukan

atas kerjasama masyarakat dan pemerintah setempat seperti Kecamatan,

desa, PKK, dan Puskesmas yang didukung oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang. Kegiatan Pos Gizi ini dilakukan selama tiga bulan

dengan 10 hari masuk, 10 hari libur, dan 10 hari masuk lagi. Saat balita

libur 10 hari, diharapkan orang tua dapat mempraktekkan pola makan,

pola asuh, dan pola kebersihan diri seperti yang telah dipraktekkan selama

88
Pos Gizi dibuka. Waktu pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah diantara

waktu makan, sedangkan makanan yang diberikan di Pos Gizi adalah

makanan tambahan.

d. Wilayah Pos Gizi

Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk terdapat di tiga desa

binaannya, yaitu di Desa Sampora, Desa Cibogo, dan Kelurahan Cisauk.

Berikut ini penjelasan Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk.

1) Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo

Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo berdiri pada tahun 2012

dengan jumlah kader Pos Gizi sebanyak 10 orang. Pos Gizi ini pertama

kali dibentuk di Posyandu Bahasa RT 17 Desa Cibogo kemudian

berganti tempat lagi di Posyandu Saluyu RT 14 Desa Cibogo,

Posyandu Melati RT 10 Desa Cibogo, Posyandu Mawar RT 16, dan

sekarang berada di Balai Desa. Pemilihan tempat di Balai Desa

dikarenakan Balai Desa terletak ditengah-tengah Posyandu dan

masyarakat. Saat ini kegiatan Pos Gizi di Desa Cibogo dilaksanakan di

Balai Desa.

2) Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk

Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk berdiri pada tahun 2011

dengan jumlah kader Pos Gizi sebanyak 11 orang. Kegiatan Pos Gizi

dilakukan di rumah salah satu kader atau di rumah ibu RT setempat

dikarenakan belum memiliki tempat tersendiri.

89
3) Pos Gizi Anggrek di Desa Sampora

Pos Gizi Anggrek di Desa Sampora berdiri pada tahun 2010

dengan jumlah kader Pos Gizi sebanyak 5 orang. Kegiatan Pos Gizi

dilakukan di rumah salah satu kader dikarenakan belum memiliki

tempat tersendiri.

5.1.3 Karakteristik Informan

Karakteristik informan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi

dua, yaitu informan utama dan informan pendukung. Disebut informan utama

karena terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Jumlah

informan utama sebanyak 13 orang yang terdiri dari enam orang kader Pos

Gizi dan tujuh orang ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos

Gizi. Disebut informan pendukung karena terlibat langsung atau tidak

langsung dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Jumlah informan pendukung

sebanyak dua orang yang terdiri dari Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas

Cisauk dan petugas seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

5.1.3.1 Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah kader dan ibu balita

peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi.

a. Kader Pos Gizi yang Terlibat Langsung dalam Kegiatan Pos Gizi

Informan kader yang bersedia untuk diwawancarai berjumlah

enam informan, yang terbagi dengan empat informan dari Pos Gizi

Desa Cibogo dan dua informan dari Pos Gizi Kelurahan Cisauk.

Karakteristik kader dapat dilihat dari umur, pendidikan, lamanya jadi

90
kader, dan lokasi kader Pos Gizi. Berikut ini karakteristik kader Pos

Gizi yang terlibat langsung dalam kegiatan Pos Gizi.

Tabel 5.9 Karakteristik Kader Pos Gizi yang Terlibat Langsung


dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Variabel n (%)
Umur, tahun 1 55,3 ± 7,2
Pendidikan
a. SD 1 (16,7)
b. SMP 1 (16,7)
c. SMA 4 (66,7)
Lama jadi Kader, tahun 1 22,8 ± 3,6
Lokasi Kader Pos Gizi
a. Desa Cibogo 4 (66,7)
b. Kelurahan Cisauk 2 (33,3)
Total 6 (100%)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1mean ±
SD

Berdasarkan Tabel 5.9 diatas diketahui bahwa karakteristik

kader dilihat dari umur dengan rata-rata umur kader adalah 55,3 tahun

dengan standar deviasi 7,2 tahun. Pendidikan kader paling banyak

berpendidikan SMA sebanyak 4 orang (66,7%). Rata-rata lama jadi

kader adalah 22,8 tahun dengan standar deviasi 3,6 tahun. Lokasi kader

Pos Gizi yang menjadi informan paling banyak di Desa Cibogo yaitu

66,7%.

a. Ibu Balita Peserta Pos Gizi yang Hadir dalam Kegiatan Pos Gizi

Informan ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan

Pos Gizi dengan balitanya yang berstatus gizi kurang (underweight)

dan berat badan sangat kurang (severely underweight) pada kondisi

lingkungan yang sama dengan status ekonomi kurang yang bersedia

91
untuk diwawancarai berjumlah tujuh informan, yang terbagi dengan

lima informan berasal dari Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan dua

informan berasal dari Pos Gizi di Kelurahan Cisauk. Lima informan

mengikuti kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo selama sebulan

sedangkan dua informan mengikuti kegiatan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk selama 3 bulan dan semua informan masih

mengikuti kegiatan Pos Gizi ketika penelitian ini berlangsung.

Karakteristik ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos

Gizi dapat dilihat dari umur, pendidikan, pekerjaan ibu, pekerjaan

ayah, lokasi Pos Gizi, dan status gizi balita.

Tabel 5.10 Karakteristik Ibu Balita Peserta Pos Gizi yang Hadir

dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk

Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Variabel n (%)
Umur, tahun 1
27,5 ± 7,9
Pendidikan
a. SD 1 (14,3)
b. SMP 2 (28,6)
c. SMA 3 (42,9)
d. Tidak Sekolah 1 (14,3)
Pekerjaan Ibu 7 (100)
Pekerjaan Ayah
a. Wiraswasta 2 (28,6)
b. Buruh 2 (28,6)
c. Pedagang 1 (14,3)
d. Tukang Bangunan 1 (14,3)
e. Tidak mempunyai Pekerjaan 1 (14,3)
Lokasi Pos Gizi
a. Pos Gizi Mekar Desa Cibogo 5 (71,4)
b. Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk 2 (28,6)

92
Variabel n (%)
Status Gizi Balita (BB/U)
a. Gizi Kurang (underweight) 4 (57,1)
b. Berat Badan Sangat Kurang 3 (42,9)
(severely underweight)
Total 7 (100)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1 mean ± SD

Berdasarkan Tabel 5.10 diatas diketahui bahwa karakteristik

ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi dilihat

dari umur dengan rata-rata umur ibu balita adalah 27,5 tahun dengan

standar deviasi 7,9 tahun. Pendidikan ibu balita paling banyak

berpendidikan SMA sebanyak 3 orang (42,9%). Pekerjaan ibu balita

semuanya adalah ibu rumah tangga (100%), dan pekerjaan ayah paling

banyak wiraswasta dan buruh yang masing-masing sebanyak 2 orang

(28,6%). Lokasi Pos Gizi ibu balita yang menjadi informan paling

banyak di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo sebanyak 5 orang (71,4%).

Sedangkan status gizi balita (BB/U) yang ibunya menjadi informan

paling banyak balitanya berstatus gizi kurang sebanyak 4 balita

(57,1%).

5.1.3.2 Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah Tenaga Pelaksana

Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang.

93
a. Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk yang Terlibat dalam

Kegiatan Pos Gizi

Informan Ibu Sr merupakan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

Puskesmas Cisauk yang memegang program gizi di Puskesmas Cisauk

dan berperan sebagai pemantau dalam kegiatan Pos Gizi. Karakteristik

informan Ibu Sr selaku Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas

Cisauk yaitu berumur 44 tahun dengan pendidikan D1 Gizi dan 18

tahun sudah bekerja sebagai pemegang program gizi di Puskesmas

Cisauk.

b. Petugas Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

Informan Ibu G adalah salah satu petugas seksi gizi di Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang yang mengetahui kegiatan Pos Gizi.

Karakteristik informan Ibu G yaitu berumur 29 tahun dengan

pendidikan S1 Gizi.

5.2 Hasil Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk

Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Hasil penelitian ini mengevaluasi dari komponen input (man, money,

material dan machine, method, dan market); komponen proses (tahap persiapan,

tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap tindak lanjut kegiatan); dan komponen

output (status kesehatan yang dilihat dari kenaikan berat badan dan penggunaan

pelayanan utama). Kemudian dalam penulisannya, ketiga komponen tersebut

dikaitkan satu sama lain sesuai dengan kerangka konsep. Hasil penelitian ini

94
diperoleh dengan cara wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader

Pos Gizi dan ibu balita.

Untuk memvalidasi data mengenai input, proses, dan output yang didapat

dari informan utama, maka dilakukan cross cek data dengan cara wawancara

mendalam terhadap informan pendukung yang terlibat langsung ataupun tidak

langsung dalam kegiatan Pos Gizi yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas

Cisauk yang berperan sebagai pemantau kegiatan Pos Gizi dan pemegang

program gizi, serta informasi dari petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang. Selain itu, hasil penelitian juga dilakukan oleh peneliti sendiri selama

kegiatan Pos Gizi dengan cara observasi.

Evaluasi kegiatan Pos Gizi menjawab tujuan penelitian untuk melihat

tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi

yang diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat yang dilihat dari komponen

input, proses, dan output serta keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari

Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan proses dari

kegiatan Pos Gizi. Berikut penjelasannya.

5.2.1 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Input pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang Tahun 2016

Gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari input yang dimaksudkan

dalam penelitian ini ditujukan kepada sumber daya dalam kegiatan Pos Gizi.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan dari lima komponen input (man,

95
money, material dan machine, method, dan market) masih terdapat masalah

dalam beberapa bagian pada kegiatan Pos Gizi. Berikut ini penjelasannya.

Komponen input pada bagian man, masih belum sesuai dengan

panduan Pos Gizi yang dilihat dari pelatihan kader dan kemampuan kader.

Diketahui bahwa peserta yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi adalah

balita yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang

(severely underweight) beserta ibu balita. Dalam pelaksanaan kegiatan Pos

Gizi, kader lebih aktif datang dalam kegiatan Pos Gizi di dua desa

dibandingkan dengan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dari Puskesmas Cisauk,

bidan dan dokter. Jumlah dan kecukupan kader sudah cukup dan tidak terdapat

kriteria khusus untuk kader Pos Gizi.

Untuk pelatihan kader diketahui bahwa tidak semua kader

mendapatkan dan mengikuti pelatihan tentang Pos Gizi yang diberikan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pada Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo

dari sembilan orang kader yaitu sebanyak enam orang kader terlatih hanya

empat orang kader terlatih yang datang dalam kegiatan Pos Gizi, sedangkan

pada Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dari sembilan orang kader yaitu

sebanyak satu orang kader yang terlatih. Untuk kemampuan kader diketahui

bahwa masih ada kegiatan yang belum dilakukan oleh kader terlatih setelah

mendapatkan pelatihan seperti penimbangan berat badan dan penyuluhan

kesehatan.

Komponen input pada bagian money, sudah sesuai dengan panduan

Pos Gizi yaitu kebutuhan dana. Diketahui bahwa dana kegiatan Pos Gizi sudah

96
sesuai dengan panduan Pos Gizi yaitu berasal dari Musyawarah Masyarakat

Desa (MMD); Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang berupa bahan makanan,

alat kebersihan, dan transport kader; sukarela masyarakat; dan dari Puskesmas.

Pengeluaran dana harus dicukupkan dengan dana yang sudah ada. Dana dari

Puskesmas Cisauk untuk kegiatan Pos Gizi juga harus disesuaikan dengan

kebijakan Kapus.

Komponen input pada bagian material dan machine, masih belum

sesuai dengan panduan Pos Gizi yang dilihat dari sarana dan prasarana yang

ada dalam kegiatan Pos Gizi, kontribusi bahan makanan yang dibawa ibu

balita dan tidak ada alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar

kunjungan rumah. Diketahui bahwa sarana dan prasarana sudah sesuai dengan

indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan yaitu

kedua Pos Gizi sudah memiliki WC. Namun pada Pos Gizi Mekar di Desa

Cibogo, sarana WC tidak digunakan, tidak memiliki fasilitas cuci tangan dan

tidak terdapat alat penimbangan berat badan yang dapat digunakan. Pada Pos

Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, sarana WC digunakan selama kegiatan Pos

Gizi tetapi fasilitas cuci tangan tidak digunakan dikarenakan tidak dapat

berfungsi atau rusak.

Untuk kontribusi bahan makanan, masih belum sesuai dengan

indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan terkait

pengasuh yang membawa kontribusi bahan makanan ke Pos Gizi karena dari

kedua Pos Gizi diketahui bahwa semua ibu balita tidak membawa kontribusi

97
bahan makanan selama kegiatan Pos Gizi. Selain itu, kedua Pos Gizi tidak

memiliki alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar kunjungan rumah.

Komponen input pada bagian method, masih belum sesuai dengan

panduan Pos Gizi yaitu masih belum diterapkannya pendekatan Positive

Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi. Metode yang sudah sesuai dengan

panduan Pos Gizi yaitu untuk menentukan status gizi balita dan menentukan

standar kelulusan peserta Pos Gizi yaitu menggunakan indikator BB/U dan

dilihat juga dari Kartu Menuju Sehat (KMS), serta digunakan juga metode

seperti penimbangan, penyuluhan, praktek memasak, makan bersama, serta

pemeriksaan kesehatan dalam kegiatan Pos Gizi.

Komponen input pada bagian market, sudah sesuai dengan panduan

Pos Gizi, diketahui bahwa target penyampaian informasi terkait informasi Pos

Gizi adalah ibu balita dan penyebaran informasi tersebut dilakukan di

Posyandu.

5.2.1.1 Man

Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam berjalannya

suatu kegiatan. Sumber daya manusia dapat dilihat dari sumber daya yang

terlibat dalam kegiatan Pos Gizi yaitu balita dan ibu balita, kader Pos Gizi,

serta tenaga kesehatan (Tenaga Pelaksana Gizi (TPG), bidan dan dokter).

a. Balita dan Ibu Balita

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara

mendalam dengan informan utama yaitu kader dan informan

pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk,

98
didapatkan bahwa yang menjadi peserta dalam kegiatan Pos Gizi

adalah balita yang berat badannya dibawah garis merah (BGM) dan

dibawah garis kuning (BGK) yang status gizinya berada di gizi kurang

(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight)

yang didampingi oleh ibu balitanya. Sasaran balita dalam kegiatan Pos

Gizi adalah balita yang berusia 12-59 bulan. Berikut kutipannya:

“Ibu balita sama balita yang gizinya kurang sama buruk.”


(Informan Ibu W)
“Ya balita yang berat badannya dibawah garis merah (BGM)
dan dibawah garis kuning (BGK), yang status gizinya berada
di gizi kurang dan gizi buruk dengan sasaran anak usia 12-59
bulan. Sama ibu balitanya. Mereka yang ikut adalah berasal
dari keluarga gakin.” (Informan Ibu Sr)

Sedangkan dari hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah

dokumen laporan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan Puskesmas

Cisauk, didapatkan bahwa jumlah peserta balita yang hadir sebanyak

29 balita dengan status berat badan sangat kurang (severely

underweight), gizi kurang (underweight) dan gizi baik. Dari 29 balita

yang menghadiri dan mengikuti kegiatan Pos Gizi sebanyak 20 balita

yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat

kurang (severely underweight) serta sebanyak 19 ibu balita yang

mendampingi balita saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Diketahui

pula dari hasil telaah dokumen, didapatkan bahwa satu ibu balita

mempunyai anak tiga, namun dua balitanya yang menjadi peserta

kegiatan Pos Gizi. Berikut karakteristik ibu balita dan balita yang hadir

dan mengikuti kegiatan Pos Gizi.

99
Tabel 5.11 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan
Mengikuti Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo di Wilayah
Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016
Variabel n (%)
Ibu Balita
Umur, tahun 1 * 28,4 ± 9,3
Pendidikan
a. SD 1 (12,5)
b. SMP 2 (25,0)
c. SMA 1 (12,5)
d. Tidak Sekolah 1 (12,5)
e. Tidak Tahu 3 (37,5)
Pekerjaan Ibu
a. Ibu Rumah Tangga 8 (100)
Pekerjaan Ayah
a. Wiraswasta 1 (12,5)
b. Buruh 1 (12,5)
c. Pedagang 1 (12,5)
d. Tukang Bangunan 1 (12,5)
e. Tidak mempunyai Pekerjaan 1 (12,5)
f. Tidak Tahu 3 (37,5)
Total 8 (100)
Balita
Umur, bulan 1 33,2 ± 11,7
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 5 (55,6)
b. Perempuan 4 (44,4)
Kehadiran, hari 1 5,5 ± 3,7
Berat Badan, kg 1
a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1)* 9,4 ± 1,8
b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10)* 9,7 ± 1,8
c. Perubahan Berat Badan, gram 2,1 * 225,0 ± 300,0
Status Gizi Balita (BB/U)
a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1)
1. Berat Badan Sangat 6 (66,7)
Kurang (severely
underweight) 3 (33,3)
2. Kurang (underweight)
b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10) 4 (44,4)
1. Berat Badan Sangat
Kurang (severely 5 (55,6)
underweight)
2. Kurang (underweight)
c. Perubahan Status Gizi Balita (BB/U)

100
Variabel n (%)
1. Sama/Tetap 7 (77,8)
2. Naik/Lebih Baik 2 (22,2)
Riwayat Penyakit
a. Ada 3 (33,3)
b. Tidak ada 6 (66,7)
Total 9 (100)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1mean ± SD, 2perubahan BB dihitung dari sesudah
kegiatan Pos Gizi (hari ke-10) dikurangi sebelum kegiatan Pos Gizi
(hari ke-1), *missing: 3 pada variabel umur ibu, 1 pada variabel BB
sebelum kegiatan Pos Gizi (hari ke-1), 1 pada variabel BB sesudah
kegiatan Pos Gizi (hari ke-10), 1 pada variabel perubahan BB.

Berdasarkan Tabel 5.11 diketahui bahwa karakteristik ibu

balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa

Cibogo dapat dilihat dari umur dengan rata-rata umur ibu adalah 28,4

tahun dengan standar deviasi 9,3 tahun. Pendidikan ibu paling banyak

kedua yaitu SMP sebanyak 2 orang (25,0%). Pekerjaan ibu adalah ibu

rumah tangga sebanyak 8 orang (100%). Pekerjaan ayah paling banyak

tidak tahu sebanyak 3 orang (37,5%).

Karakteristik balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi

Mekar di Desa Cibogo dapat dilihat dari umur dengan rata-rata umur

balita adalah 33,2 bulan dengan standar deviasi 11,7 bulan. Jenis

kelamin balita paling banyak laki-laki sebanyak 5 balita (55,6%).

Kehadiran balita memiliki rata-rata yaitu 5,5 hari anak yang hadir

dengan standar deviasi 3,7 hari. Rata-rata berat badan balita sebelum

mengikuti Pos Gizi pada hari ke-1 adalah 9,4 kg dengan standar

deviasi 1,8 kg dan rata-rata berat badan balita sesudah mengikuti

kegiatan Pos Gizi pada hari ke-10 adalah 9,7 kg dengan standar

deviasi

101
1,8 kg, sedangkan rata-rata perubahan berat badan balita adalah 225,0

gram dengan standar deviasi 300,0 gram.

Status gizi balita (BB/U) sebelum mengikuti Pos Gizi pada hari

ke-1 paling banyak berstatus berat badan sangat kurang (severely

underweight) sebanyak 6 balita (66,7%) dan status gizi balita setelah

mengikuti Pos Gizi pada hari ke-10 paling banyak berstatus gizi

kurang (underweight) sebanyak 5 balita (55,6%) dengan perubahan

status gizi balita paling banyak adalah sama/tetap sebanyak 7 balita

(77,8%). Riwayat penyakit paling banyak tidak memiliki riwayat

penyakit sebanyak 6 balita (66,7%).

Tabel 5.12 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan
Mengikuti Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Variabel n (%)
Ibu Balita
Umur, tahun 1 * 28,2 ± 8,1
Pendidikan
a. SMP 1 (9,1)
b. SMA 4 (36,4)
c. Tidak Tahu 6 (54,5)
Pekerjaan Ibu
a. Ibu Rumah Tangga 11 (100)
Pekerjaan Ayah
a. Wiraswasta 3 (27,3)
b. Buruh 4 (36,4)
c. Supir 1 (9,1)
d. Tidak Tahu 3 (27,3)
Total 11 (100)
Balita
Umur, bulan 1 30,4 ± 11,6
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 4 (36,4)
b. Perempuan 7 (63,6)
Kehadiran, hari 1 7,3 ± 2,5

102
Variabel n (%)
Berat Badan, kg 1

a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1) 9,6 ± 1,7


b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10) 9,6 ± 1,6
c. Perubahan Berat Badan, gram 3,2 0 (-100 - 500)
Status Gizi Balita (BB/U)
a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1)
1. Berat Badan Sangat Kurang 2 (18,2)
(severely underweight) 9 (81,8)
2. Kurang (underweight)
b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10)
1. Berat Badan Sangat Kurang 2 (18,2)
(severely underweight)
2. Kurang (underweight) 9 (81,8)
c. Perubahan Status Gizi Balita (BB/U)
1. Sama/Tetap 11 (100,0)
Riwayat Penyakit
a. Ada 3 (27,3)
b. Tidak ada 8 (72,7)
Total 11 (100)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1mean ± SD, 2median (min-max), 3perubahan BB dihitung
dari sesudah kegiatan Pos Gizi (hari ke-10) dikurangi sebelum
kegiatan Pos Gizi (hari ke-1), *missing: 2 pada variabel umur ibu

Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa karakteristik ibu

balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk dapat dilihat dari umur dengan rata-rata umur ibu

adalah 28,2 tahun dengan standar deviasi 8,1 tahun. Pendidikan ibu

paling banyak kedua yaitu SMA sebanyak 4 orang (36,4%). Pekerjaan

ibu adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 orang (100%). Pekerjaan

ayah paling banyak buruh sebanyak 4 orang (36,4%).

Karakteristik balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi

Bintang di Kelurahan Cisauk dapat dilihat dari umur dengan rata-rata

umur balita adalah 30,4 bulan dengan standar deviasi 11,6 bulan. Jenis

kelamin balita paling banyak perempuan sebanyak 7 balita (63,6%).

103
Kehadiran balita memiliki rata-rata yaitu 7,3 hari anak yang hadir

dengan standar deviasi 2,5 hari.

Rata-rata berat badan balita sebelum mengikuti Pos Gizi pada

hari ke-1 adalah 9,6 kg dengan standar deviasi 1,7 kg dan rata-rata

berat badan balita sesudah mengikuti kegiatan Pos Gizi pada hari ke-

10 adalah 9,6 kg dengan standar deviasi 1,6 kg, sedangkan rata-rata

perubahan berat badan balita yaitu memiliki nilai tengah 0 gram

dengan perubahan berat badan paling rendah yaitu -100 gram dan yang

paling tinggi yaitu 500 gram. Status gizi balita (BB/U) sebelum dan

sesudah mengikuti Pos Gizi pada hari ke-1 dan hari ke-10 paling

banyak berstatus gizi kurang (underweight) sebanyak 9 balita (81,8%)

dengan perubahan status gizi paling banyak adalah sama/tetap

sebanyak 11 balita (100%). Riwayat penyakit paling banyak tidak

memiliki riwayat penyakit sebanyak 8 balita (72,7%).

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara

mendalam dengan informan pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa enam balita memiliki

riwayat penyakit pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi yaitu

sebanyak tiga balita mengalami panas, satu balita mengalami flu, satu

balita mengalami diare kronik dan memiliki ciri balita marasmus

(seperti rambut tipis, wajah tampak lebih tua, bentuk perut cekung,

kulit kering, ukuran kepala lebih besar), dan satu balita memiliki

keterbelakangan mental (retardasi mental).

104
Gambar 1 Balita Marasmus

b. Kader dan Tenaga Kesehatan (Tenaga Pelaksana Gizi, Bidan, Dokter)

Sumber daya manusia sebagai pelaksana dalam kegiatan Pos

Gizi adalah kader. Kader dalam kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari

kader sebagai pelaksana kegiatan Pos Gizi, jumlah dan kecukupan

kader dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kriteria khusus kader

sebagai pelaksana, pelatihan kader sebelum pelaksanaan kegiatan Pos

Gizi, dan kemampuan kader.

1) Kader sebagai pelaksana kegiatan

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil

wawancara mendalam dengan informan utama yaitu ibu balita dan

informan pendukung, didapatkan bahwa dalam pelaksanaan

kegiatan Pos Gizi yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan Pos

Gizi adalah kader, karena kader lebih aktif untuk datang dalam

kegiatan Pos Gizi dibandingkan dengan Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) dari Puskesmas Cisauk. Tugas Tenaga Pelaksana Gizi

105
(TPG) hanya memantau kegiatan Pos Gizi yang dilakukan pada

awal atau akhir kegiatan.

Pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, Tenaga Pelaksana

Gizi (TPG), dokter dan bidan dari Puskesmas Cisauk tidak hadir

selama kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan terlihat ibu

lurah hadir dalam kegiatan Pos Gizi untuk memantau kegiatan.

Sedangkan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) hadir pada hari pertama

dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk.

Berikut kutipannya:

“Ya kader sih yang paling sering keliatan soalnya kalo di


sini. Kader juga kadang dateng lengkap, kadang cuma
beberapa orang doang yang dateng kesini. Kalo petugas
dari Puskesmas biasanya dateng pas awal kadang
pertengahan sama akhir kegiatan aja. Kalo akhir sih pasti
dateng.” (Informan Ibu Rh)
“….Sedangkan yang melaksanakan kegiatan pos gizi
adalah kader. Tugas TPG dalam pos gizi kan memantau
kegiatan selama pos gizi, dan untuk memantau bisa di awal
kegiatan atau di akhir kegiatan pos gizi.” (Informan Ibu
Sr)

106
yang aktif untuk datang dalam kegiatan Pos Gizi di dua desa

sekitar 4-7 orang kader. Berikut kutipannya:

“Jumlahnya 10 orang untuk kader. Udah cukup, udah pas


10 orang harusnya juga, ya yang dateng ya ini ini aja.
Biasanya yang dateng kader ya 4-

108
111
tetapi tidak digunakan

117
121
Gizi diadakan protokol Pos Gizi atau pertemuan antara kader, ibu balita yang

balitanya mengalami kurang gizi, dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

Puskesmas Cisauk untuk membuat kesepakatan kapan dan dimana

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Namun dalam pertemuan tersebut, kader tidak

memberitahukan kepada ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan

selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Selain itu, terdapat pula penyegaran

pelatihan kader Pos Gizi, dan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Komponen proses pada bagian tahap pelaksanaan kegiatan, belum

sesuai dengan Panduan Pos Gizi yang dilihat dari alur pelaksanaan kegiatan

Pos Gizi pada bagian penimbangan berat badan, praktek memasak, praktek

kebersihan, dan penyuluhan kesehatan. Selain itu, kedua Pos Gizi belum

melakukan monitoring atau pemantauan kunjungan rumah yang dilakukan

oleh kader untuk balita yang tidak datang.

Diketahui bahwa pada alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi bagian

penimbangan berat badan, Pos Gizi Mekar tidak melakukan penimbangan

berat badan kepada balita. Pada bagian praktek memasak, semua ibu balita Pos

Gizi Mekar di Desa Cibogo tidak terlibat dalam proses memasak dan

menyiapkan makanan, sedangkan masih ada ibu balita yang tidak terlibat

dalam proses memasak dan menyiapkan makanan pada Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk,. Semua ibu balita di kedua Pos Gizi, tidak membawa

kontribusi bahan makanan untuk memasak setiap harinya, dan dalam

memasak makanan menambahkan penyedap rasa kedalam masakan, serta

125
menu makanan di Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk masih kurang

mengandung protein.

Menu makanan yang di buat di kedua Pos Gizi, sudah sesuai dengan

indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan terkait

menu Pos Gizi yang mencerminkan makanan lokal. Pada bagian praktek

kebersihan, kedua Pos Gizi tidak melakukan praktek cuci tangan. Pada bagian

penyuluhan kesehatan, kedua Pos Gizi tidak melakukan penyuluhan kesehatan

pada sesi terakhir, namun melakukan diskusi atau tatap muka antara kader dan

ibu balita. Penyuluhan kesehatan belum sesuai dengan indikator kegiatan Pos

Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan terkait Pos Gizi yang

memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan standar, serta tidak ada alat

untuk mengukur keberhasilan dari penyuluhan tersebut.

Monitoring belum sesuai dengan panduan Pos Gizi diketahui bahwa

Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk tidak melakukan

pemantauan selama kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan melakukan

pemantauan pada hari pertama kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan

Cisauk. Selain itu, kedua Pos Gizi belum melakukan monitoring atau

pemantauan kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader untuk balita yang

tidak datang selama kegiatan Pos Gizi setelah 10 hari kegiatan Pos Gizi.

Pencatatan dilakukan selama kegiatan Pos Gizi yang dilakukan oleh kader dan

pelaporannya dilakukan di akhir kegiatan Pos Gizi. Hambatan kedua Pos Gizi

dalam pelaksanaan kegiatan adalah ibu balita, dana, dan kader yang double

job.

126
Komponen proses pada bagian tahap tindak lanjut, sudah sesuai

dengan indikator kegiatan Pos Gizi pada tipe hasil kualitas pelayanan terkait

fasilitator Pos Gizi yaitu kader yang melaksanakan kegiatan tindak lanjut Pos

Gizi sesuai dengan standar, diketahui bahwa kader melakukan pemantauan

berat badan setelah kegiatan Pos Gizi selesai di Posyandu.

5.2.2.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

tahap dimana sebelum kegiatan Pos Gizi dilaksanakan. Tahap persiapan

sebelum kegiatan Pos Gizi dilakukan adalah adanya protokol Pos Gizi,

penyegaran pelatihan kader, dan mempersiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan April tahun

2016 di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk dan sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan

kedua informan baik informan utama yaitu kader dan informan pendukung

yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa

sebelum kegiatan Pos Gizi diadakan protokol atau pertemuan Pos Gizi

terlebih dahulu yang dihadiri oleh ibu balita dan balita yang mengalami

kurang gizi yang menjadi sasaran dalam kegiatan Pos Gizi, kader, dan

Tenaga Pelaksana Gizi (TPG). Protokol Pos Gizi bertujuan untuk

mendapatkan kesepakatan tentang kapan dan dimana pelaksanaan kegiatan

Pos Gizi. Data balita yang mengalami kurang gizi didapatkan dari hasil

penimbangan di Posyandu pada bulan April tahun 2016.

127
Protokol Pos Gizi diadakan berbeda waktu dengan desa lainnya.

Pelaksanaan protokol Pos Gizi dimulai dari mengumpulkan ibu balita dan

balita yang mengalami kurang gizi yang dilihat dari hasil penimbangan di

Posyandu di masing-masing desa binaan serta dihadiri oleh kader Pos Gizi

dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dari Puskesmas Cisauk. Setelah

mengumpulkan data hasil penimbangan di Posyandu, akan diketahui

apakah ada peserta baru atau peserta lama yang akan mengikuti kegiatan

Pos Gizi. Kemudian Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) akan menanyakan

berapa jumlah anak yang mengalami kurang gizi kepada kader dan

menanyakan kepada ibu balita mengenai penyebab anak tidak mengalami

kenaikan berat badan. Setelah itu, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) membuat

kesepakatan antara ibu balita dan kader untuk menetapkan kapan dan

dimana kegiatan Pos Gizi akan dilaksanakan.

Ketika kesepakatan itu sudah disepakati, Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) akan memberikan dua bungkus susu dan delapan bungkus biskuit

kepada masing-masing anak yang menjadi sasaran kegiatan Pos Gizi yang

mengalami kurang gizi. Berikut kutipannya:

“Ya sebelumnya kita adain dulu protokol Pos Gizi. Nah disitu
balita sama ibu balita yang kurang atau buruk pada dateng. Data
untuk anak yang kurang dan buruk itu dari hasil penimbangan di
Posyandu dan diliat juga dari KMS nya apakah anak tersebut
turun atau naik berat badannya. Kalo turun BB nya dan berada
digaris kuning maka kita suruh untuk dateng ke protokol Pos Gizi.
Di protokol itu biasanya dibilangin sama Puskesmas kapan mau
dibuka kembali Pos Gizi nya, jadi dibuat kesepakatan gitu lah dari
kader sama ibu balitanya. Selain itu diprotokol itu dikasih susu
sama biskuit juga.” (Informan Ibu Y)

128
“Sebelum pelaksanaan Pos Gizi dilakukan persiapan untuk
pelaksanaannya. Ada protokol Pos Gizi sebelum pelaksanaannya.
Jadi di protokol itu kita undang kader, ibu balita dan balitanya
yang kurang gizi untuk membicarakan bagaimana Pos Gizi sesi
berikutnya kapan dibuka, jadi dibuat kesepakatan bersama untuk
memulai kegiatan itu lagi. Setelah sepakat kalo Pos Gizi akan
dibuka kembali, kita akan ngatur waktu yang tepat untuk memulai
kegiatannya. Kadang untuk mulai Pos Gizi tergantung dari
kesiapan kader sendiri.” (Informan Ibu Sr)

Pada saat protokol Pos Gizi, kader tidak memberitahukan kepada

ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan, namun hanya

mengingatkan untuk datang dalam kegiatan Pos Gizi yang akan

dilaksanakan serta membawa peralatan makan. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara mendalam dengan informan utama yaitu ibu balita, didapatkan

bahwa kader Pos Gizi tidak memberitahukan kepada ibu balita untuk

membawa kontribusi bahan makanan pada saat pelaksanaan Pos Gizi.

Berikut kutipannya:

“Engga disuruh bawa bahan makanan gitu neng, ya paling


disuruh bawa tempat makan doang terus paling terakhir kadang
disuruh bawa KMS tapi jarang sih neng kalo disuruh bawa KMS
mah.” (Informan Ibu Rh)
“Engga disuruh bawa makanan, cuma dikasih tau sama kader
bawa tempat makan sama tempat minum aja buat disini.”
(Informan Ibu S)
Dari hasil observasi yang dilakukan pada bulan April 2016 tersebut

dan sesuai dengan telaah dokumen Pos Gizi yang didapatkan dari Tenaga

Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa pada

pelaksanaan protokol Pos Gizi di dua desa binaan, jumlah balita yang

hadir di Desa Cibogo sebanyak empat balita dan jumlah balita yang hadir

129
di Kelurahan Cisauk sebanyak lima balita. Berikut ini tabel mengenai

jumlah sasaran peserta Pos Gizi.

Tabel 5.16 Jumlah Sasaran Peserta Pos Gizi Tahun 2016


Pos Gizi Mekar Pos Gizi Bintang di
Sasaran di Desa Cibogo Kelurahan Cisauk
n (%) n (%)
Peserta Lama 4 (36,4) -
Peserta Baru 7 (63,6) 17 (100)
Total 11 (100) 17 (100)
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 5.16 diketahui bahwa jumlah sasaran peserta

baru Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo sebanyak 7 balita (63,6%).

Sedangkan jumlah sasaran peserta baru Pos Gizi Bintang di Kelurahan

Cisauk sebanyak 17 balita (100%).

Selain mengadakan protokol atau pertemuan Pos Gizi antara ibu

balita yang balitanya mengalami kurang gizi, kader dan Tenaga Pelaksana

Gizi (TPG), terdapat juga penyegaran pelatihan kader Pos Gizi yang

dilakukan sebelum kegiatan Pos Gizi dilaksanakan yang bertujuan untuk

mengingatkan kembali apa itu Pos Gizi dan bagaimana pelaksanaan

kegiatannya. Penyegaran pelatihan kader tersebut sudah dilakukan dua kali

pada tahun 2016 di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan

mengirimkan dua kader dari masing-masing desa yang didampingi oleh

Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk. Materi yang diberikan

dalam pelatihan penyegaran kader tahun 2016 untuk kegiatan Pos Gizi

dengan memberikan edukasi mengenai cara pemberian makanan

tambahan, dan cara melakukan penimbangan yang benar.

130
Sebelum kegiatan Pos Gizi, bahan makanan untuk keperluan Pos

Gizi datang sehari sebelum kegiatan Pos Gizi dilaksanakan. Bahan

makanan tersebut diletakkan disalah satu rumah kader Pos Gizi. Bahan

makanan ini berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang berupa

minyak goreng, kecap, gula pasir, kacang hijau, beras, terigu; sedangkan

bahan makanan yang berasal dari Puskesmas seperti agar-agar, sarden

tuna, kornet daging, gula merah, telur. Untuk membeli bahan makanan

seperti sayuran, tempe, daging, dan buah-buahan, kader membeli setiap

pagi hari sebelum kegiatan Pos Gizi dimulai. Bahan makanan ini adalah

makanan lokal yang biasanya ada disekitar tempat tinggal masyarakat.

Selain itu, Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk menerima uang dari

Puskesmas Cisauk sehari sebelum kegiatan Pos Gizi dimulai.

5.2.2.2 Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Tahap pelaksanaan kegiatan yang dimaksudkan dalam penelitian

ini adalah tahap dimulainya kegiatan Pos Gizi dari hari pertama hingga

hari terakhir kegiatan selama 10 hari. Tahap pelaksanaan kegiatan Pos Gizi

dapat dilihat dari alur pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, serta

hambatan pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi.

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah

dokumen dan hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu

kader dan informan pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa pelaksanaan kegiatan Pos Gizi

Mekar di Desa Cibogo dilakukan di Balai Desa yang dilaksanakan pada

131
tanggal 27 Oktober hingga 5 November 2016 yang merupakan

pelaksanaan 10 hari sesi kedua kegiatan Pos Gizi, sedangkan pelaksanaan

kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dilakukan di salah satu

rumah kader yang dilaksanakan pada tanggal 24 November hingga 5

Desember 2016 yang merupakan pelaksanaan 10 hari sesi ketiga kegiatan

Pos Gizi.

Dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, terdapat syarat lokasi untuk

melakukan kegiatan Pos Gizi seperti dekat dengan rumah peserta Pos Gizi,

memiliki sumber air bersih, tidak boleh dekat dengan warung, tempat luas

dan sehat, tidak kotor dan kader bersedia rumahnya dijadikan tempat

kegiatan Pos Gizi. Berikut kutipannya:

“Pelaksanaannya di rumah kader atau di rumah yang sudah


disepakati. Syaratnya harus ada sarana air bersih, ibunya
bersedia itu yang paling penting, sama jauh dari tempat
makanan, jajanan.” (Informan Ibu G)
Pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan,

peserta yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi tidak hanya balita

yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang

(severely underweight) yang didampingi oleh ibu balitanya, namun balita

yang berstatus gizi baik pun juga hadir dan mengikuti kegiatan ini. Selain

itu, kakak atau adik dari balita tersebut juga hadir dan mengikuti kegiatan

Pos Gizi hingga selesai kegiatan. Berikut kutipannya:

“…kadang juga kakak atau adiknya ikut. Jadi bukan cuma


balitanya aja yang dateng.” (Informan Ibu R)

132
1) Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi

Alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari kegiatan

yang dilakukan selama satu hari kegiatan Pos Gizi yang dapat dilihat

pada Bagan 4 dari nomor 1 sampai dengan nomor 12. Kegiatan Pos

Gizi yang dilakukan di dua desa binaan menggunakan model kegiatan

POS GIZI. Berikut ini jadwal pelaksanaan kegiatan Pos Gizi selama 3

bulan pelaksanaan kegiatannya.

1. Pelaksanaan 2. Praktek 3. Pelaksanaan 4. Praktek 5. Pelaksanaan


Pos Gizi 6 hari di rumah Pos Gizi 10 di rumah Pos Gizi 10
sesi pertama 6 hari hari sesi kedua 10 hari hari sesi
(libur) (libur) ketiga

Bagan 3 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi


Sumber: CORE (2003) dan Puskesmas Cisauk dari Materi Revitalisasi
Pos Gizi dalam bentuk PPT
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara

mendalam dengan informan utama yaitu kader dan informan

pendukung, didapatkan bahwa siklus kegiatan Pos Gizi menggunakan

model POS GIZI yaitu 10 hari masuk 10 hari libur 10 hari masuk 10

hari libur dan 10 hari masuk selama tiga bulan dan dalam sehari

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dilakukan selama dua jam. Berikut

kutipannya:

“Siklus untuk Pos Gizi kita pakai yang model POS GIZI yaitu
10 hari masuk 10 hari libur 10 hari masuk 10 hari libur, begitu
sampai 3 bulan. Lama pelaksanaannya ya paling 2 jam.”
(Informan Ibu Sr)
Hal ini sesuai juga dengan hasil telaah dokumen yang diperoleh

bahwa pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo

133
dilakukan selama dua bulan dengan 10 hari setiap sesinya, sedangkan

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dilakukan

selama tiga bulan dengan 10 hari setiap sesinya. Namun, pada

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan, peneliti bisa

mengamati dan mengikuti langsung kegiatan Pos Gizi yang dilakukan

selama 10 hari pada sesi kedua di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan

selama 10 hari pada sesi ketiga di Pos Gizi Bintang di Kelurahan

Cisauk.

Berikut ini Bagan 4 alur kegiatan Pos Gizi yang dikembangkan

berdasarkan panduan Pos Gizi dari CORE (2003) yang kemudian

dibandingkan dengan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan

Pos Gizi di kedua Pos Gizi pada tahap pelaksanaan yang dapat dilihat

pada Bagan 5 dan Bagan 6.

134
Tahap
Tahap Pelaksanaan Tahap Tindak
Persiapan
Kegiatan Pos Gizi Lanjut

Protokol Pos Kunjungan rumah,


Gizi (pertemuan 1. Penimbangan berat badan
pada hari pertama dan hari untuk melihat
antara ibu balita, praktek pemberian
kader dan tenaga kesepuluh
makan, praktek
pelaksana gizi pengasuhan dan
(TPG) Peserta 2. Menyambut kehadiran praktek kebersihan
Puskesmas) dan baru peserta dan ibu balita
Pelatihan kader dan
(penyegaran peserta
terhadap lama 3. Mengumpulkan kontribusi
pelatihan Pos makanan yang dibawa oleh ibu Dipantau di
Gizi) Posyandu
4. Membagikan makanan
kecil kepada balita

5. Diskusi pendidikan kesehatan

6. Menyiapkan dan
memasak
makanan

7. Praktek kebersihan diri

8. Mendistribusikan makanan
dan mengawasi ibu balita
ketika
memberi makan

9. Bersih-bersih

10. Merencanakan menu dan Kunjungan


kontribusi makanan untuk rumah bagi
hari berikutnya dengan ibu yang tidak
balita datang

Pos Gizi dari CORE (2003) 11. Monitoring


dan evaluasi
kegiatan Pos Gizi
di hari ke-10

Bagan 4 Alur Kegiatan 12. Kenaikan berat


Pos Gizi yang badan
dikembangkan selama
berdasarkan Panduan 10 hari
135
Ya, lulus
Setelah kegiatan
Pos Gizi 10 hari

Melanjutkan pos gizi sesi


berikutnya
Tidak lulus Selesai

Pulang

136
Penimbangan berat badan yang dilakukan oleh kader
dengan melihat Kartu Menuju Sehat (KMS)

Praktek memasak yang dilakukan oleh kader

Menyiapkan makanan yang sudah dimasak oleh kader


dari rumah

Mengisi absensi kehadiran balita yang dilakukan oleh


kader

Membagikan cemilan seperti donat, bolu kepada


balita

Membagikan makanan kepada balita sesuai dengan


porsi yang dilakukan oleh kader serta mengawasi
ibu balita ketika memberi makan bersama

Diskusi antara kader dan ibu balita mengenai


kesehatan

Pencatatan porsi makan yang dihabiskan oleh


balita yang dilakukan oleh kader

Pembagian buah seperti pisang, pepaya, dan


pudding kepada balita

Pulang

Bersih-bersih yang dilakukan oleh kader

Bagan 5 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Mekar di


Desa Cibogo

137
Penimbangan berat badan yang dilakukan oleh kader
dan dibantu oleh ibu balita

Mengisi absensi kehadiran yang dilakukan oleh ibu balita

Praktek memasak yang dilakukan oleh ibu balita dan


diawasi oleh kader

Menyiapkan makanan yang sudah dimasak di rumah


kader oleh ibu balita dan diawasi oleh kader

Membagikan makanan kepada balita sesuai dengan


porsi yang dilakukan oleh kader serta mengawasi ibu
balita ketika memberi makan bersama

Diskusi antara kader dan ibu balita mengenai kesehatan

Pencatatan porsi makan yang dihabiskan oleh balita yang


dilakukan oleh kader

Pembagian buah seperti melon dan pudding kepada


balita

Bersih-bersih yang dilakukan oleh ibu balita dan


kader

Pulang

Bagan 6 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Bintang di


Kelurahan Cisauk
Berdasarkan Bagan 4 alur kegiatan Pos Gizi yang

dikembangkan berdasarkan panduan Pos Gizi dari CORE (2003) dan

138
dibandingkan dengan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan

Pos Gizi di kedua Pos Gizi yang dapat dilihat pada Bagan 5 dan Bagan

6, didapatkan bahwa alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi pada kedua

Pos Gizi berbeda dengan alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi pada

Bagan 4. Perbedaan yang terjadi pada kedua Pos Gizi terdapat pada

pelaku atau orang yang terlibat dalam pelaksanaan. Pelaku dalam

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo adalah kader

sedangkan pelaku dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk adalah ibu balita dan kader. Urutan pada

pelaksanaan di kedua desa pada Bagan 5 dan Bagan 6 tidak sama

dengan alur panduan pada Bagan 4 sehingga tidak mengganggu

pelaksanaan untuk pencapaian output.

Dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di kedua desa, ada

perbedaan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi yaitu

penimbangan berat badan, praktek memasak dan meyiapkan makanan,

dan mengisi absensi kehadiran. Dapat dilihat pada Bagan 5 dan Bagan

6, kedua Pos Gizi tidak melakukan penyuluhan kesehatan, melainkan

melakukan diskusi antara kader dan ibu balita mengenai kesehatan

serta tidak dilakukannya praktek kebersihan. Berikut ini

penjabarannya.

a. Penimbangan Berat Badan

Pada Bagan 5 diketahui bahwa pada pelaksanaan kegiatan

Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, kader tidak melakukan

139
penimbangan berat badan pada hari pertama dan hari ke-10

dikarenakan alat penimbangan tidak ada dan tidak lengkap,

sehingga kader melihat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk

mengetahui hasil berat badan sebelum mengikuti kegiatan Pos Gizi

dari penimbangan di Posyandu dan memantau berat badan melalui

Posyandu untuk mengetahui berat badan setelah mengikuti Pos

Gizi. Pelaksanaan kegiatan Pos Gizi masih dapat berjalan

meskipun tidak ada alat penimbangan berat badan. Pada saat

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kader meminta peneliti untuk

menimbang berat badan pada balita. Timbangan yang digunakan

oleh peneliti untuk menimbang balita adalah timbangan digital.

Hasil observasi pada Bagan 5 tidak sesuai dengan hasil

wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader,

didapatkan bahwa penimbangan berat badan dilakukan pada hari

pertama dan hari ke-10, namun untuk pelaksanaan kegiatan Pos

Gizi sekarang tidak melakukan penimbangan berat badan karena

timbangan dacin tidak lengkap hanya ada bandul geser, timbangan

badan sedang digunakan di Poskesdes, timbangan bayi rusak dan

hanya melihat Kartu Menuju Sehat (KMS). Seharusnya

penimbangan berat badan dilakukan oleh kader pada saat

pelaksanaan kegiatan, bukan dari data hasil Posyandu atau dilihat

dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). Berikut kutipannya:

“Pelaksanaannya mah awalnya pas hari pertama kita


nimbang berat badan terus hari ke 10 nanti kita
timbang

140
lagi berat badannya. Kegiatan kali ini engga ditimbang
karena timbangan dacin engga ada, jadi kita liat di KMS
aja hari pertama sama hari terakhirnya nanti kita liat di
penimbangan di Posyandu. Tapi sekarang ada mahasiswi
jadi bisa bantuin nimbang.” (Informan Ibu Y)

“Seharusnya mah kan masuk pertama ditimbang, terus


setelah perbaikan ditimbang biar tau berapa kenaikannya.
Jadi pas masuk awal ditimbang ulang bukan dari data
Posyandu karena bisa saja berat badannya naik walau
sedikit.” (Informan Ibu N)
Berdasarkan hasil observasi pada Bagan 6 dan sesuai

dengan hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu

kader, didapatkan bahwa pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi

Bintang di Kelurahan Cisauk, kader melakukan penimbangan berat

badan dengan menggunakan dacin yang dibantu oleh ibu balita

pada hari pertama dan hari ke-10. Berdasarkan hasil observasi,

kader melakukan persiapan terlebih dahulu terhadap dacin yang

akan digunakan dengan memperhatikan 9 langkah penimbangan

sebelum melakukan penimbangan.

9 langkah penimbangan yang dilakukan oleh kader

meliputi: dacin digantung terlebih dahulu pada palang kayu rumah

yang bersebelahan dengan Posyandu, kemudian dacin diperiksa

apakah sudah tergantung dengan kuat, sebelum menggunakan,

kader memastikan terlebih dahulu bandul geser terletak pada angka

0 (nol), lalu kader memasangkan sarung timbang yang kosong pada

dacin, untuk menjaga keseimbangan dacin, kader meletakkan

plastik berukuran kecil yang berisi beras pada ujung batang dacin,

kemudian anak ditimbang dengan memperhatikan keseimbangan

141
dacin, untuk menentukan berat badan balita kader membaca angka

pada ujung bandul geser, setelah itu kader mencatat hasil

penimbangan, kader menggeser kembali bandul kearah 0 (nol),

kemudian balita diturunkan dari dacin.

Kader Pos Gizi Bintang sudah mempraktekkan apa yang

mereka dapatkan dari pelatihan Pos Gizi. Kader yang melakukan

penimbangan berat badan adalah kader yang sudah mendapatkan

pelatihan mengenai Pos Gizi yang dibantu dengan satu kader lain

bertugas untuk mencatat hasil penimbangan yang telah dilakukan.

b. Praktek Memasak

Praktek memasak yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah adanya keterlibatan ibu balita dalam proses memasak

selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil observasi

pada Bagan 5 dan sesuai dengan hasil wawancara mendalam

dengan informan utama yaitu kader, didapatkan bahwa pada

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, kader yang

memasak makanan dan menyiapkan makanan, sedangkan ibu balita

tidak terlibat dalam proses memasak dan menyiapkan makanan.

Hal ini dikarenakan kader tidak melibatkan ibu balita dalam proses

memasak dan menyiapkan makanan. Sebelumnya kader juga tidak

memberitahukan kepada ibu balita untuk bergantian memasak, dan

kader juga tidak membuatkan jadwal piket memasak untuk ibu

balita.

142
Pada saat memasak, kader melakukan pergantian tugas

untuk memasak setiap harinya dan yang mendapatkan tugas untuk

memasak adalah satu orang kader. Proses memasak sepenuhnya

dilakukan di rumah kader yang mendapatkan tugas untuk memasak

makanan, namun pada hari pertama sesi kedua kegiatan Pos Gizi

Mekar di Desa Cibogo, proses memasak dilakukan di Balai Desa.

Pada hari pertama kegiatan Pos Gizi tersebut, peneliti dapat

melihat bagaimana proses memasak yang dilakukan kader.

Sebanyak tiga orang kader yang membantu dalam proses memasak

pada hari pertama kegiatan Pos Gizi. Berikut kutipannya:

“Sekarang mah pada engga bantuin masak, jadi semuanya


kader lah yang ngerjain. Jangankan buat bantu, kadang
disuruh dateng aja pada susah.” (Informan Ibu N)

Hasil tersebut sesuai dengan hasil wawancara mendalam

dengan informan utama yaitu ibu balita, didapatkan bahwa ibu

balita hanya datang ke Pos Gizi dan tidak terlibat dalam memasak.

Berikut kutipannya:

“Ya terlibat atuh neng, kan dateng ke Pos Gizi. Kalo


masak mah engga ya neng, soalnya kalo dateng ke Pos Gizi
juga makanannya udah siap. Kader yang masak soalnya,
ya kadang masak di Balai Desa, kadang di rumah salah
satu kader neng.” (Informan Ibu Rh)
Berdasarkan hasil observasi pada Bagan 6 dan sesuai

dengan hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu

kader, didapatkan bahwa pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi

Bintang di Kelurahan Cisauk, ibu balita terlibat dalam proses

memasak dan menyiapkan makanan. Pada hari pertama sampai hari

143
ketiga kegiatan Pos Gizi yang memasak makanan adalah kader

sendiri dan yang bertugas untuk memasak makanan sebanyak 2-3

orang kader yang akan bergantian untuk memasak. Selain kader

yang mendapatkan tugas untuk memasak, kader lain juga

membantu dalam proses memasak jika kader yang bertugas

berhalangan untuk datang selama kegiatan Pos Gizi.

Pada hari ketiga setelah kegiatan Pos Gizi Bintang, kader

bersama ibu balita sepakat untuk membuat jadwal piket untuk

memasak dan kebersihan. Sehingga pada hari keempat sampai hari

ke-10, ibu balita yang memasak makanan dan kader yang

mengawasi ibu balita, namun kader juga ikut serta dalam proses

memasak. Berikut kutipannya:

“Iya ibu balita bantu kader masak dan nyiapin makanan


karena kan udah dibuat jadwal piket masak sama
kebersihan juga. Jadi kalo yang dapet jadwal piket masak
ya kedapetan juga piket kebersihannya. Kader tinggal
ngawasin ibu balitanya aja saat masak. Terus ngasih tau
kalo harus ini dan itu nya, ya diarahin lah sama kadernya.
Kalo dulu mah kita santai tinggal ngawasin ibu yang
masak kalo sekarang engga begitu ibu balitanya.
Paling pas diawal sebelumnya kita kasih tau cara masak
yang bener tuh gimana, kayak sayur di cuci dulu baru
dipotong.” (Informan Ibu W)
Hasil observasi dan hasil wawancara mendalam dengan

informan utama yaitu kader tersebut, sesuai dengan hasil

wawancara mendalam dengan informan pendukung, didapatkan

bahwa ibu balita harus terlibat dalam memasak makanan selama

144
kegiatan Pos Gizi dan kader mengawasi ibu balita ketika memasak.

Berikut kutipannya:

“Ibu balitanya ya seharusnya masak. Makanya pas


kemarin rapat evaluasi itu kekurangan desa kita kalo kader
yang masak. Bukan hanya desa kita aja tapi desa lain juga
begitu. Seharusnya mendidik ibu balita untuk praktek
masak tapi kenyataannya susah” (Informan Ibu Sr)

Dari hasil observasi pada Bagan 6, didapatkan bahwa pada

saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk,

masih ada ibu balita yang tidak terlibat dalam memasak

dikarenakan ibu balita datang terlambat. Ibu balita yang terlibat

dalam proses memasak dan menyiapkan makanan berjumlah

delapan ibu balita yang telah disepakati dan sesuai jadwal (jadwal

piket memasak terlampir pada lampiran 16).

Gambar 3 Praktek Memasak yang Dilakukan oleh Ibu blaita


di Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk

145
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa semua ibu

balita di kedua Pos Gizi tidak membawa kontribusi bahan makanan

pada saat pelaksanaan kegiatan sehingga setiap pagi sebelum

proses memasak, satu sampai dua orang kader bertugas untuk

membeli bahan makanan. Untuk membeli bahan makanan seperti

sayur, ayam, telur, tempe, tahu, kader menggunakan uang yang

diberikan dari Puskesmas Cisauk maupun dari donatur.

Diketahui bahwa Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, membeli

bahan makanan dari dana yang dikumpulkan dari donatur,

sedangkan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, membeli bahan

makanan dari dana yang didapatkan dari Puskesmas Cisauk. Proses

memasak menggunakan sarana dan prasarana yang sudah ada di

tempat masing-masing Pos Gizi, seperti peralatan memasak

(kompor, gas, piring, sendok, wajan, pisau, wadah, telenan).

Selama proses memasak, kedua Pos Gizi menambahkan

penyedap rasa dalam makanan yang dimasak. Selain itu, sebelum

memasak, kedua Pos Gizi melakukan hal yang sama, yaitu sebelum

memasak, sayuran dicuci terlebih baru dipotong. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara mendalam dengan informan pendukung,

didapatkan bahwa kader memberitahukan kepada ibu balita

mengenai bagaimana cara memasak yang benar yaitu sayuran

dicuci terlebih dahulu baru dipotong. Berikut kutipannya:

“…kalo mau masak sayur, sayurnya dicuci dulu baru


dipotong, kalo masak ini engga boleh kematengan
nanti

146
seperti ini, jadi mereka kan belajar, seharusnya bukan
hanya dateng dan makan doang, jadi mereka tau
bagaimana proses masakknya juga.” (Informan Ibu G)

Dari hasil observasi di dua Pos Gizi, didapatkan bahwa

menu makanan selama kegiatan Pos Gizi selalu berbeda setiap

harinya dengan daftar menu yang sudah dibuat dan sudah

mencerminkan makanan lokal yang mudah didapatkan di daerah

tempat tinggal seperti tempe, telur, tahu, ayam, ikan, dan sayuran,

sehingga ibu balita dapat mempraktekkan menu makanan dari Pos

Gizi di rumah masing-masing. Pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi

Mekar di Desa Cibogo, menu makanan yang diberikan sudah

banyak mengandung sumber protein, sedangkan pada pelaksanaan

kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, menu makanan

yang diberikan masih kurang mengandung sumber protein. Daftar

menu makanan kegiatan 10 hari Pos Gizi di dua desa binaan

terlampir pada lampiran 17.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam yang

dilakukan oleh informan utama yaitu kader Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk, didapatkan bahwa menu makanan yang

diberikan selama kegiatan Pos Gizi kurang mengandung protein.

Berikut kutipannya:

“…Kalo untuk menu makanan Pos Gizi sekarang kurang


proteinnya” (Informan Ibu W)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di dua Pos

Gizi, didapatkan bahwa setelah proses memasak selesai, kader Pos

147
Gizi Mekar menyiapkan makanan pada wadah yang sudah

disediakan sebelumnya. Sedangkan pada Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk, setelah proses memasak selesai, kader bersama

dengan ibu balita menyiapkan makanan pada wadah yang sudah

disediakan sebelumnya. Kemudian kader meminta peralatan makan

seperti tempat makan dan tempat minum yang dibawa oleh ibu

balita untuk diberikan makanan sesuai dengan porsinya. Lalu ibu

balita pada kedua Pos Gizi memberikan makanan kepada balita di

tempat Pos Gizi hingga makanan habis dimakan oleh balita setiap

hari selama 10 hari.

Saat memberikan makanan, balita bermain dengan alat

permainan yang sudah disediakan di tempat Pos Gizi, seperti

mobil-mobilan, boneka, papan edukasi, dan lain-lain. Namun, di

Pos Gizi Bintang tidak terdapat alat permainan sehingga balita

bermain dengan bebas di saung yang terdapat di rumah kader atau

ibu balita membawa mainan sendiri dari rumah. Tidak adanya alat

permainan tersebut karena alat permainan berada di rumah kader

lain yang dahulu pernah dijadikan tempat untuk melakukan

kegiatan Pos Gizi.

c. Praktek Kebersihan

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa kedua Pos

Gizi tidak melakukan praktek kebersihan diri seperti mencuci

tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun sebelum dan

148
sesudah makan yang tidak dilakukan oleh balita dan ibu balita.

Selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kedua Pos Gizi tidak

menyediakan sabun dan handuk untuk melakukan praktek cuci

tangan.

Selain itu, pada Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo tidak

terdapat fasilitas cuci tangan karena hanya terdapat WC dan tempat

cuci piring, sedangkan pada Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk

terdapat fasilitas cuci tangan tetapi tidak digunakan selama

kegiatan Pos Gizi dikarenakan tidak berfungsi. Selama pelaksanaan

kegiatan Pos Gizi, kader tidak mempraktekkan bagaimana cara

melakukan cuci tangan dengan benar kepada ibu balita dan balita.

d. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan yang dimaksudkan dalam penelitian

ini adalah kegiatan pemberian pesan kesehatan yang dilakukan

tatap muka oleh kader maupun petugas kesehatan lainnya dengan

ibu balita selama kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil observasi

pada Bagan 5 dan Bagan 6, didapatkan bahwa kedua Pos Gizi

melakukan diskusi antara kader dan ibu balita mengenai kesehatan,

seperti kader menanyakan bagaimana perkembangan anak di

rumah setelah mengikuti kegiatan Pos Gizi, dan ibu balita juga

menanyakan bagaimana cara mengasuh anak. Diskusi yang

dilakukan oleh kader dan ibu balita tidak dilakukan setiap hari.

Selama observasi yang dilakukan, tidak ada materi penyuluhan

149
yang disampaikan oleh kader selama kegiatan Pos Gizi

dilaksanakan.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan

informan utama, didapatkan bahwa tidak ada penyuluhan yang

dilakukan oleh kader pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi saat

ini. Namun, kader menanyakan bagaimana kondisi anak kepada ibu

balita. Berikut kutipannya:

“Harusnya mah ada. Tapi udah 2 sesi Pos Gizi ini engga
dikasih penyuluhan. TPG yang biasanya ngasih
penyuluhan kesehatan, kadang juga kader yang ngasih
penyuluhan ya ganti-gantian tiap kader.” (Informan Ibu R)
“Ya cuma lewat ngobrol aja tuh kader ngasih tau
kegiatannya, engga ada penyuluhan gitu kayak mencuci
tangan sebelum makan. Ngasih taunya ya lewat ngobrol
aja klo praktek mah engga ada. Paling kayak ngobrol-
ngobrol gitu sama kader sama ibu yang lainnya. Suka
ditanyain juga sih gimana anak kalo di rumah mau makan
apa engga, terus kita mah harus sabar kalo lagi ngurus
anak sama perhatiin anak.” (Informan Ibu Rh)
“…Ya paling kita sih ngobrol-ngobrol gitu sama ibu lain
gimana cara ngurus anak, kadang juga ya nanya sama
kader kalo anak ga mau makan tuh kenapa, apa sakit
ya.”(Informan Ibu S)
Selain itu, kader juga mengatakan bahwa tidak

dilakukannya penyuluhan kesehatan kepada ibu balita pada saat

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi ini dikarenakan ibu balita tidak

datang bersama-sama sehingga susah untuk memberikan

penyuluhan. Berikut kutipannya:

“Iya ada tuh penyuluhan kesehatan. Namun pada kegiatan


kali ini engga ada penyuluhan kesehatan, gimana mau
ngasih penyuluhan, ibu balitanya aja dateng engga
berbarengan sehingga susah untuk diberikan
penyuluhan

150
jika ibu balita engga sepenuhnya dateng atau dateng
terpisah. Kadang juga ibu balita dateng lama.” (Informan
Ibu W)

Pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan

Cisauk pada sesi pertama yang dilakukan pada bulan Mei 2016 dan

sesi kedua yang dilakukan pada bulan Agustus 2016, informan

utama mengatakan bahwa ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan

oleh kader dan petugas kesehatan lainnya. Materi penyuluhan yang

diberikan seputar cuci tangan dengan menggunakan sabun,

menyikat gigi dua kali sehari, makan tiga kali sehari, memotong

kuku, menggunakan alas kaki. Berikut kutipannya:

“Dulu sebelum puasa mah ada. Materi yang disampaikan


saat penyuluhan ya tentang sikat gigi, memotong kuku,
menggunakan alas kaki. Penyuluhannya mah sekitar 10
menit.” (Informan Ibu W)
“Pas Pos Gizi waktu sebelum puasa mah, ada tuh
penyuluhan tentang kesehatan gitu dari bidan atau kader
sendiri kadang juga dari puskesmas sendiri. Materi
penyuluhannya ya sekitar cuci tangan trus sikat gigi, kalo
mau keluar anak harus pake alas kaki, makan sehari
berapa kali.” (Informan Ibu Rm)
“Ada penyuluhan dulu mah setelah lebaran dari bidan
kayak cuci tangan sebelum makan pake sabun. Tapi engga
tiap hari datengnya. Pas waktu itu hari pertama dateng
ngasih penyuluhan cuci tangan sebelum makan pake
sabun, ngasih penyuluhannya sebelum makan. Selain itu
juga sikat gigi, dikasih juga sikat gigi tapi dikasihneya juga
pas akhir, ya hadiah gitu sama pake alas kaki. Ya dulu sih
ada neng penyuluhan gitu dari kader, kadang juga dari bu
bidan atau dari puskesmas langsung.” (Informan Ibu S)
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan

informan pendukung, didapatkan bahwa penyuluhan kesehatan

pada kegiatan Pos Gizi dilakukan oleh kader sendiri. Dalam

151
memberikan materi penyuluhan, kader melakukan pergantian tugas

dengan kader lain. Materi penyuluhan yang diberikan seputar

mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,

menggunakan alas kaki ketika bermain, menggosok gigi,

memotong kuku, mengasuh anak dengan sabar, sayuran dicuci

dahulu baru dipotong, serta makan buah dan sayur. Penyuluhan

kesehatan dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Berikut

kutipannya:

“Iya harusnya ada penyuluhan kesehatan, seharusnya


kader mengingatkan kepada kader lain ayo kita
penyuluhan. Kader sendiri ya yang ngasih penyuluhan
karena kan kader sudah dilatih. Seharusnya mereka
mandiri untuk melakukan penyuluhan sendiri tidak
mengandalkan dari pihak Puskesmas. Kan penyuluhan
kesehatan bisa diulang-ulang dari yang sudah-sudah
materinya. Materinya ya seputar kesehatan seperti mencuci
tangan sebelum makan, sikat gigi, memotong kuku, sayuran
dicuci dahulu baru dipotong, makan buah dan sayur. Ya
paling 10 menit untuk penyuluhannya. Ada rolling kader,
jadi sebelumnya sudah ditetapkan struktur organisasinya.
Pada saat penyuluhan pun kalau kader yang lain tidak bisa
ya harus siap kader yang lainnya. Karena kan mereka
sudah dilatih sebelumnya untuk memberikan penyuluhan
kepada ibu balita dengan masalah yang ada.” (Informan
Ibu Sr)

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil

wawancara mendalam dengan informan utama dan informan

pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk,

didapatkan bahwa kedua Pos Gizi tidak melakukan penyuluhan

kesehatan kepada ibu balita melainkan melakukan diskusi terkait

kesehatan kepada ibu balita, dan tidak ada alat untuk mengukur

152
keberhasilan dari penyuluhan tersebut. Dapat dilihat juga dari hasil

pengetahuan ibu balita yang dilakukan selama kegiatan Pos Gizi

dengan membagikan kuesioner. Berikut ini proporsi tingkat

pengetahuan ibu balita di dua desa binaan masing-masing Pos Gizi.

Tabel 5.17 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Mekar
di Desa Cibogo Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang ( skor ≤ 9) 3 (37,5)
b. Baik (skor > 9) 5 (62,5)
Kebersihan
a. Kurang (skor ≤ 2) 2 (25,0)
b. Baik (skor > 2) 6 (75,0)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
a. Kurang (skor < 4) 1 (12,5)
b. Baik (skor ≥ 4) 7 (87,5)
Kurang Gizi
a. Kurang (skor < 3) 3 (37,5)
b. Baik (skor ≥ 3) 5 (62,5)
Total 8 (100)
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa proporsi tingkat

pengetahuan ibu balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo baik dalam

hal pemberian makan (62,5%), kebersihan (75,0%), pencarian dan

pemberian perawatan kesehatan (87,5%), dan kurang gizi (62,5%).

Tabel 5.18 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Bintang
di Kelurahan Cisauk Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang ( skor ≤ 9) 5 (45,5)
b. Baik (skor > 9) 6 (54,5)
Kebersihan
a. Kurang (skor ≤ 2) 4 (36,4)
b. Baik (skor > 2) 7 (63,6)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan

153
Tingkat Pengetahuan Ibu n (%)
a. Kurang (skor < 4) -
b. Baik (skor ≥ 4) 11 (100)
Kurang Gizi
a. Kurang (skor ≤ 3) 6 (54,5)
b. Baik (skor > 3) 5 (45,5)
Total 11 (100)
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.18 diketahui bahwa proporsi tingkat

pengetahuan ibu balita Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk baik

dalam hal pemberian makan (54,5%), kebersihan (63,6%), serta

pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (100%), sedangkan

proporsi tingkat pengetahuan ibu balita masih kurang dalam hal

kurang gizi (54,5%).

Hasil proporsi tingkat pengetahuan ibu balita di kedua Pos

Gizi masih dikatakan baik walaupun pada saat pelaksanaan

kegiatan Pos Gizi diketahui bahwa kedua Pos Gizi tidak

melakukan penyuluhan kesehatan kepada ibu balita melainkan

hanya melakukan diskusi atau tatap muka terkait kesehatan antara

kader dan ibu balita. Jika dilihat dari tingkat pengetahuan ibu balita

yang masih dikatakan baik, dapat dilihat juga perilaku ibu balita.

Berikut ini proporsi tingkat perilaku ibu balita di dua desa binaan

masing-masing Pos Gizi.

Tabel 5.19 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Mekar di
Desa Cibogo Tahun 2016
Tingkat Perilaku Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang (skor < 52) 3 (37,5)
b. Baik (skor ≥ 52) 5 (62,5)

154
Tingkat Perilaku Ibu n (%)
Pengasuhan Balita
a. Kurang (skor ≤ 9) 4 (50,0)
b. Baik (skor > 9) 4 (50,0)
Kebersihan Balita
a. Kurang (skor ≤ 28) 6 (75,0)
b. Baik (skor > 28) 2 (25,0)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
a. Kurang (skor ≤ 28) 4 (50,0)
b. Baik (skor > 28) 4 (50,0)
Total 8 (100)
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.19 diketahui bahwa proporsi tingkat

perilaku ibu balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo baik dalam hal

pemberian makan (62,5%), pengasuhan balita (50%), dan

pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (50%), sedangkan

proprosi tingkat perilaku ibu balita masih kurang dalam hal

keberihan balita (75,0%).

Tabel 5.20 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk Tahun 2016
Tingkat Perilaku Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang (skor ≤ 56) 8 (72,7)
b. Baik (skor > 56) 3 (27,3)
Pengasuhan Balita
a. Kurang (skor < 11) 3 (27,3)
b. Baik (skor ≥ 11) 8 (72,7)
Kebersihan Balita
a. Kurang (skor < 29) 5 (45,5)
b. Baik (skor ≥ 29) 6 (54,5)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
a. Kurang (skor < 32) 5 (45,5)
b. Baik (skor ≥ 32) 6 (54,5)
Total 11 (100)
Sumber: Data Primer

155
Berdasarkan Tabel 5.20 diketahui bahwa proporsi tingkat

perilaku ibu balita Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk baik

dalam hal pengasuhan balita (72,7%), kebersihan balita (54,5%),

serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (54,5%),

sedangkan proprosi tingkat perilaku ibu balita masih kurang dalam

hal pemberian makan (72,7%).

1) Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi diperlukan dalam kegiatan Pos Gizi.

Monitoring dapat dilakukan selama kegiatan Pos Gizi berlangsung

sedangkan evaluasi dapat dilakukan pada awal kegiatan, selama

kegiatan, dan akhir kegiatan. Berdasarkan hasil observasi di dua Pos

Gizi, didapatkan bahwa monitoring atau pemantauan kegiatan Pos Gizi

dilakukan selama kegiatan Pos Gizi oleh kader. Pada pelaksanaan

kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) dari Puskesmas Cisauk tidak melakukan pemantauan Pos Gizi

hingga pelaksanaan kegiatan Pos Gizi berakhir, sedangkan pada

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, Tenaga

Pelaksana Gizi (TPG) dari Puskesmas Cisauk melakukan pemantauan

pada hari pertama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi.

Monitoring atau pemantauan juga dilakukan oleh kader setelah

kegiatan Pos Gizi berakhir yang dilakukan di Posyandu dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk memantau

perkembangan berat badan balita. Monitoring atau pemantauan dapat

156
dilakukan dengan melihat pencatatan dan pelaporan kegiatan Pos Gizi,

dan melakukan kunjungan rumah.

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan kegiatan Pos Gizi dilakukan selama kegiatan

Pos Gizi dan pelaporan kegiatan Pos Gizi dilakukan pada akhir

kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan

hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader,

didapatkan bahwa pencatatan kegiatan Pos Gizi dilakukan oleh

kader yang mendapatkan tugas untuk mencatat selama kegiatan

Pos Gizi yaitu sebanyak 2-3 orang dan dicatat di buku Pos Gizi

dengan sampul yang berbeda di tiap Pos Gizi. Hal yang dicatat

oleh kader meliputi kehadiran, porsi makan, dan dana. Berikut ini

pencatatan yang dilakukan oleh kader selama kegiatan Pos Gizi

yang akan dibedakan dari masing-masing Pos Gizi.

1. Pos Gizi Mekar Desa Cibogo

Pencatatan kegiatan Pos Gizi Mekar dilakukan di buku

kegiatan Pos Gizi dengan sampul berwarna coklat yang

didalamnya berisi keterangan balita diantaranya nama balita,

nama orang tua, tanggal lahir balita, RT/RW, Posyandu, BB,

dan TB, serta pada mading dengan menempelkan karton yang

sudah dibuat oleh kader. Kehadiran balita untuk setiap sesi

akan ditempelkan pada karton sesuai dengan tema yang sudah

ditentukan oleh kader. Tema kehadiran balita pada sesi terakhir

157
ini adalah binatang laut seperti rumput laut, anjing laut, kuda

laut, dan bintang laut. Setiap hari balita yang hadir akan

ditempelkan oleh kader tema tersebut.

Pencatatan porsi makanan yang dihabiskan oleh balita

dilakukan oleh kader dengan mencatat seberapa makanan

dihabiskan oleh balita, seperti habis, 3/4, 1/2, dan 1/4. Setelah

selesai makan, kader akan menanyakan kepada ibu balita

tentang porsi makanan yang dihabiskan oleh balita, kemudian

kader melihat seberapa makanan yang dihabiskan serta

mencatat pada karton putih yang ditempelkan pada mading

yang dibuat oleh kader berupa lingkaran yang dibagi empat

dengan cara memberikan arsir pada lingkaran sesuai dengan

porsi makanan yang dihabiskan (porsi makan terlampir pada

lampiran 19).

Jika dari hasil pencatatan, banyak balita yang tidak

menghabiskan makanan, maka untuk keesokan harinya, menu

makanan dibuat sesuai dengan kesukaan balita yang dilihat dari

pencatatan porsi makanan sebelumnya untuk mengetahui menu

makanan yang paling disukai oleh balita. Berikut ini contoh

pencatatan porsi makanan yang dihabiskan oleh balita yang

dilakukan oleh kader.

158
Tabel 5.21 Contoh Pencatatan Porsi Makan yang Dihabiskan
oleh Balita
Gambar Keterangan Gambar Keterangan
Makanan setengah Makanan dihabiskan
dihabiskan sepenuhnya

Makanan sepertiga Makanan tidak


dihabiskan dihabiskan

Sumber: Data Sekunder Kegiatan Pos Gizi

Pencatatan dana dilakukan oleh kader ketika bahan

makanan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan

Puskesmas Cisauk datang ke rumah salah satu kader.

Kemudian bahan makanan yang berupa sembako, sebagian ada

yang dijual ke kader sendiri untuk mendapatkan uang. Selain

hasil penjualan sembako, terdapat juga sumbangan dari

donatur. Hasil penjualan sembako, sumbangan dari donatur dan

pengeluaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama 10

hari kegiatan Pos Gizi dicatat oleh kader pada buku tulis

bersampul hijau bergambar dengan tulisan Buku Kas Pos Gizi.

2. Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk

Pencatatan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan

Cisauk dilakukan oleh kader di buku kegiatan Pos Gizi dengan

batik berwarna hijau yang didalamnya berisi keterangan balita

diantaranya nama balita, nama orang tua, tanda tangan orang

tua, BB, dan porsi makan yang dihabiskan dan juga pada

mading dengan menempelkan karton yang sudah dibuat oleh

159
kader. Kehadiran balita untuk setiap sesi akan ditempelkan

pada karton sesuai dengan tema yang sudah ditentukan oleh

kader. Tema kehadiran balita pada sesi terakhir ini adalah

lingkungan yang ada di rumah.

Setiap hari balita yang hadir akan ditempelkan oleh

kader sesuai dengan hari, misal pada hari pertama dengan

gambar atap rumah, hari kedua dengan pondasi rumah, hari

ketiga dengan pintu, hari keempat dengan jendela, hari kelima

dengan cerobong pada atap, hari keenam dengan batang

tanaman, hari ketujuh dengan bunga, hari kedelapan dengan

kelopak kecil bunga, hari kesembilan dengan daun, dan hari ke-

10 dengan kupu-kupu. Dengan adanya kehadiran balita yang

ditempelkan pada karton, sehingga dapat diketahui berapa hari

balita yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi (gambar 9 kehadiran

balita terlampir pada lampiran 20).

Pencatatan porsi makanan yang dihabiskan oleh balita

dilakukan oleh kader dengan mencatat seberapa makanan

dihabiskan oleh balita, seperti habis, 3/4, 1/2, dan 1/4. Setelah

selesai makan, ibu balita akan melaporkan kepada kader

tentang porsi makanan yang dihabiskan oleh balita dan kader

melihat seberapa makanan yang dihabiskan serta mencatat pada

buku kegiatan Pos Gizi dan pada karton putih yang

ditempelkan pada dinding selama kegiatan Pos Gizi (porsi

160
makanan yang dihabiskan terlampir pada lampiran 19). Jika

dari hasil pencatatan, banyak balita yang tidak menghabiskan

makanan, maka untuk keesokan harinya, menu makanan dibuat

sesuai dengan kesukaan balita yang dilihat dari pencatatan

porsi makanan sebelumnya untuk mengetahui menu makanan

yang paling disukai oleh balita.

Pencatatan dana dilakukan oleh kader dengan mencatat

pada buku tulis bergambar. Pada buku tersebut ditulis

pengeluaran dana selama kegiatan Pos Gizi.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa tidak ada

pencatatan kontribusi bahan makanan yang dibawa oleh balita yang

dilakukan oleh kader di kedua Pos Gizi. Setelah pencatatan

dilakukan selama kegiatan Pos Gizi, kemudian pelaporan kegiatan

Pos Gizi dilakukan oleh kader diakhir kegiatan setelah selesai

kegiatan Pos Gizi dalam bentuk tulisan yang diprint dalam

selembar kertas atau dicatat oleh kader sendiri di buku pegangan

kader yang akan dilaporkan kepada Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

di Puskesmas Cisauk. Hal yang dilaporkan meliputi kehadiran

balita, kenaikan berat badan, menu makanan yang disukai. Berikut

kutipannya:

“Ya dicatat di buku yang pegang sama kader kayak


kehadiran dicatet di buku kehadiran sama bude tapi selain
itu kehadiran juga di catet di madding, jadi dibuat bentuk
yang lucu misalnya ada tema untuk 10 hari kegiatan kayak
dunia hewan laut jadi gambar kehadirannya ya meliputi
hewan laut, kalo masalah dana dicatet sama bu nani,
kalo

161
menu makanannya beda-beda tiap hari jadi engga sesuai
sama menu yang di mading itu, kalo porsi makanan
dihabisin apa engga dicatet aja di mading sama kader, dan
kalo untuk kontribusi makanan dari ibu balita emang
engga ada yang bawa jadi engga dicatet. Pelaporannya
terakhir ya. Cuma laporan aja, kayak udah 10 hari
kegiatannya, menu yang disukainya apa, kehadiran
balita.” (Informan Ibu R)

“Sistem pencatatannya dilakukan di buku yang dipegang


oleh kader dan di catat pula di buku Pos Gizi.
Pelaporannya dibuat dalam bentuk laporan aja, namun
terkadang hanya dicatat di buku Pos Gizi, dan kalo
petugas gizi dari Puskesmas nanya baru kita kasih liat
laporannya.” (Informan Ibu W)
Hasil observasi dan sesuai dengan wawancara mendalam

dengan informan pendukung, didapatkan bahwa pelaporan kegiatan

Pos Gizi dilakukan oleh kader kepada Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) di Puskesmas Cisauk setelah kegiatan Pos Gizi berakhir.

Kemudian Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) membuat laporan

kegiatan Pos Gizi yang akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang setelah semua sesi kegiatan Pos Gizi

berakhir dengan format laporan yang sudah dikirimkan dari Dinas

Kesehatan sehingga setiap Puskesmas memberikan laporan tentang

kegiatan Pos Gizi yang sama.

Format laporan yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang meliputi nama balita, nama orang tua (ibu-

bapak), alamat orang tua, tanggal lahir balita, umur balita, jenis

kelamin, status imunisasi, status keluarga (gakin dan non-gakin),

berat badan hari pertama, berat badan hari kesepuluh, status gizi

162
hari pertama, status gizi hari kesepuluh, perubahan berat badan,

kehadiran, dan riwayat penyakit. Berikut kutipannya:

“Untuk pencatatan sendiri biasanya dilakukan oleh kader


Pos Gizi sendiri selama kegiatan berlangsung, nanti paling
mereka melaporkan ke saya bagaimana pelaksanaan
disana. Kalo pelaporan dari kader sendiri ya mereka tulis
di buku mereka yang dipegang masing-masing kader sesuai
sama pembagian tugas mereka. Terus mereka paling
ngelaporin ke saya tentang kehadiran balita, perubahan
kenaikan berat badan anak, sama menu yang disukai sama
anak. Kalo dari puskesmas sendiri ya pelaporan di tulis aja
dibuka pegangan saya sendiri, engga ada pelaporan
khusus gitu tentang Pos Gizi. Pelaporannya seperti
kemarin ini kita buat laporan yang akan dilaporkan ke
Dinkes, dan format laporannya disamakan untuk semua
puskesmas sehingga nanti yang dilaporkan akan sama.
Setiap tahun akan dilaporkan seperti itu ke Dinkes dengan
format yang dibuat oleh Dinkes sendiri.”(Informan Ibu Sr)

“Pencatatan dan pelaporannya itu dari TPG nya sendiri.


Pelaporan Pos Gizi itu dilakukan di akhir kegiatan setelah
kegiatan itu selesai, itu setiap tahun. Baru mulai tahun ini
nih baru mau dibenahin. Untuk dana juga harus dilaporin.
Pos Gizi kan belum selesai jadi belum ada yang masuk
laporannya. Ada laporan dari tahun lalu tapi untuk 3 tahun
belakangan ini ga ada. Pelaporan yang diterima paling
cuma kenaikan berat badan aja ya. Tapi sebenernya ada
sih seharusnya pelaporannya kayak gimana.” (Informan
Ibu G)
Berikut ini alur pelaporan kegiatan Pos Gizi.
Kabupaten Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang
Puskesmas/
Tingkat Puskesmas Cisauk
Kecamatan

Desa/Kelurahan

Pos Gizi Mekar Pos Gizi Bintang Pos Gizi Anggrek


Desa Cibogo Kelurahan Cisauk Desa Sampora
Bagan 7 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi
Sumber: Data Primer

163
b. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dilakukan oleh kader setelah kegiatan

Pos Gizi 10 hari selesai untuk balita yang tidak datang selama

kegiatan Pos Gizi. Sesuai dengan hasil wawancara mendalam

dengan informan pendukung, didapatkan bahwa setelah kegiatan

10 hari sesi pertama dilakukan kunjungan rumah terhadap balita

yang tidak datang atau ibu yang mengalami masalah selama

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Berikut kutipannya:

“…Sesi pertama 10 hari kegiatan setelah selesai baru


dipantau. Setelah selesai kira-kira yang kayaknya perlu
dipantau yang mana, kan bisa keliatan dari 10 hari jadi ibu
ini ada yang kurang nih selama kegiatan. Jadi engga
semua ibu yang dipantau hanya ibu yang punya masalah
aja yang dipantau, jadi dikasih tau lagi, kan 10 hari masuk
lagi.” (Informan Ibu G)

Hal ini tidak sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan

di dua Pos Gizi, didapatkan bahwa setelah sesi 10 hari kegiatan Pos

Gizi, kader tidak melakukan kunjungan rumah kepada balita yang

tidak datang selama kegiatan Pos Gizi dan balita yang berat

badannya tidak mengalami kenaikan.

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara

mendalam yang dilakukan dengan informan utama yaitu kader dan

informan pendukung, didapatkan bahwa evaluasi dilakukan pada akhir

kegiatan Pos Gizi. Hal yang dievaluasi pada akhir kegiatan Pos Gizi

meliputi porsi makan, menu makanan yang disukai, kehadiran balita,

dan kenaikan berat badan (BB). Evaluasi kegiatan Pos Gizi pada tahun

164
2016 dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan

mengirimkan perwakilan satu kader dari masing-masing Pos Gizi. Hal

yang dievaluasi yaitu tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos

Gizi, kehadiran balita, perubahan berat badan, menu makanan yang

disukai balita, dan hambatan pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi.

Berikut kutipannya:

“Monitoring dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pos


gizi. Dari pelaksana gizi melakukan pemantauan yang
biasanya di awal kegiatan atau di akhir kegiatan. Kalo untuk
evaluasinya kita juga melakukannya di Puskesmas, jadi kita
akan mengumpulkan kader Pos Gizi dari 3 desa kemudian kita
tanyakan bagaimana pelaksanaan pos gizi nya, kehadiran
peserta bagaimana, adakah perubahan kenaikan berat badan
yang terjadi pada anak, sama menu makanan yang disukai
apa. Tapi untuk tahun ini, kemarin evaluasi diadakan di
Dinkes, jadi kita suruh 2 kader dari masing-masing desa untuk
datang ke Dinkes buat evaluasinya. Ya disana nanti dievaluasi
mengenai pelaksanaannya gimana, ada perubahan kenaikan
berat badan ga, menu yang disukai tuh apa aja, ditanyain
hambatannya seperti apa.” (Informan Ibu Sr)
“….kalo udah selesai nanti di evaluasi sama petugas
puskesmas. Kalo kita biasanya monevnya dari dinkes ke pos
gizi hanya melihat pelaksanaannya aja.” (Informan Ibu G)

2) Hambatan pada saat Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi

Hambatan pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dapat

dilihat selama kegiatan Pos Gizi berlangsung dan cara mengatasi

hambatan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan

hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader dan

informan pendukung, didapatkan bahwa hambatan kedua Pos Gizi saat

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah ibu balita. Adanya hambatan

tersebut dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari orang tua

165
terhadap anak yang kurang gizi sehingga pada pelaksanaan kegiatan

Pos Gizi, ibu balita masih datang terlambat. Berikut kutipannya:

“Kalo dilihat masalah dari 3 desa ya masalahnya pada


kesadaran dari orang tuanya yang masih kurang terhadap
anaknya. Untuk dateng ke pos gizi aja mereka masih aja susah
padahal kita ingin membantu mereka untuk menaikkan berat
badan anaknya, kita pantau kenaikan berat badannya, tapi
dari mereka sendiri kurang peduli. Orang tua juga engga aktif
dateng karena malas atau menganggap di rumah sama
makanannya, tidak makan sesuai anjuran harusnya kan ikutin
menu yang ada di pos gizi, lalu orang tua juga engga berupaya
biar anaknya mau makan tapi malah nyerah dan dibiarkan
saja.” (Informan Ibu Sr)
“Kalo masalah di Tangerang menurut saya sih ibunya kurang
peduli.” (Informan Ibu G)
Selain ibu balita, hambatan lain kedua Pos Gizi pada saat

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah masalah dana dan kader yang

double job. Berikut kutipannya:

“Hambatannya pas pelaksanaan Pos Gizi biasanya masalah


dana. Jadi terkadang dana yang ada engga sesuai dengan
pengeluaran dan harga dipasaran kayak gimana, apalagi
untuk saat ini bahan makanan seperti lauk pauk sedang naik,
jadi ya kita harus pinter ngolah uangnya. Terus masalah ya
kadernya yang double job, seperti banyaknya tugas kader yang
membuat kader terkadang ada yang dateng ada yang engga
dateng ke Pos Gizi karena keperluan lain jadi buat engga
dateng.” (Informan Ibu W)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan

utama yaitu kader, didapatkan bahwa cara untuk mengatasi hambatan

pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah tetap mengajak ibu balita

untuk datang dalam kegiatan Pos Gizi, untuk masalah dana harus

diatur dan dicukupkan pengeluaran selama 10 hari kegiatan, serta

166
untuk kader yang double job dilakukan upaya pergantian kader dengan

kader lain. Berikut kutipannya:

“Solusinya ya kita tetep ngajak ibu balita untuk tetep dateng


ke Pos Gizi.” (Informan Ibu N)
“Solusinya untuk masalah dana yang kita dicukupin aja, cukup
engga cukup dicukupin aja lah. Kalo untuk kader ya kita
gantian aja lah, yang bisa dateng siapa ya dateng yang engga
bisa yaudah lain hari.” (Informan Ibu W)

5.2.2.3 Tahap Tindak Lanjut Kegiatan

Tahap tindak lanjut kegiatan yang dimaksudkan dalam penelitian

ini adalah tahap dimana setelah semua sesi kegiatan Pos Gizi berakhir

meliputi kegiatan monitoring atau pemantauan yang dilakukan oleh kader

dan petugas kesehatan di Posyandu. Berdasarkan hasil wawancara

mendalam dengan informan utama yaitu kader dan sesuai dengan hasil

wawancara mendalam dengan informan pendukung yaitu Tenaga

Pelaksana Gizi (TPG), didapatkan bahwa pemantauan akan dilakukan di

Posyandu oleh kader setelah semua sesi kegiatan Pos Gizi berakhir kepada

semua balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi untuk memantau

perkembangan berat badan balita, apakah terjadi kenaikan atau penurunan

setelah kegiatan Pos Gizi berakhir dengan melihat Kartu Menuju Sehat

(KMS).

Selain pemantauan di Posyandu, kader juga melakukan kunjungan

rumah kepada balita yang berat badannya tidak naik untuk mengetahui

apakah ibu balita mempraktekkan semua yang diajarkan dalam kegiatan

Pos Gizi di rumah masing-masing. Hasil kunjungan rumah yang dilakukan

oleh kader akan dicatat oleh kader pada buku pegangan kader seperti hari

167
apa kunjungan dilakukan, apa saja yang dilihat, dan bagaimana kondisi

balita. Berikut kutipannya:

“Pemantauan dilakukan di Posyandu setiap bulannya untuk


melihat bagaimana kenaikan berat badannya, dilihatnya dengan
menggunakan KMS. Selain itu, dilakukan juga kunjungan rumah
untuk ibu balita yang dirasa masih sangat kurang ketika mengikuti
pos gizi, yang melakukan kunjungan rumah adalah kader di
wilayah tersebut.” (Informan Ibu W)

“…Ada catetan tersendiri di ibu kalo ada apa-apa kayak


kunjungan jam berapa dan kapannya. Ya kalo kunjungan rumah
ya nanya sama ibunya gimana cara ngurus anaknya kok sampe
keadaannya kayak gini. Apa ini kondisi dari anaknya apa dari
orang tuanya sendiri.” (Informan Ibu Y)
Sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan informan

pendukung yaitu petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang, didapatkan bahwa tindak lanjut yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang setelah mendapatkan laporan kegiatan

Pos Gizi dari Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk adalah

mengikutsertakan kembali balita yang berat badannya masih kurang dalam

kegiatan Pos Gizi pada sesi berikutnya dan dipantau setiap bulan melalui

Posyandu serta melakukan kunjungan rumah untuk balita yang berat

badannya kurang. Berikut kutipannya:

“Tindak lanjutnya ya kalo data yang kita terima masih ada anak
yang BGM atau yang tidak lulus kegiatan Pos Gizi maka harus
diikutkan kembali kegiatan Pos Gizi berikutnya. Kemudian
memantau anak tersebut di Posyandu bagaimana berat badannya,
biasanya dilakukan oleh kader sendiri. Kalo untuk TPG hanya
memantau saja. Jika masih ada yang BGM maka harus dilakukan
kunjungan rumah untuk memastikan kenapa berat badannya turun
apakah karena ada penyakit infeksi atau penyakit penyerta
lainnya.” (Informan Ibu G)

168
5.2.3 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Output pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang Tahun 2016

Gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari output yang dimaksudkan

dalam penelitian ini ditujukan kepada penilaian terhadap hasil yang dicapai

dari pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan

dari dua komponen output yang dilihat berdasarkan indikator kegiatan Pos

Gizi yang meliputi status kesehatan yang dilihat dari kenaikan berat badan,

dan penggunaan pelayanan utama Pos Giz, masih terdapat masalah dalam

beberapa bagian pada proses kegiatan Pos Gizi. Berikut ini penjelasannya.

Komponen output yang dilihat berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi

yaitu status kesehatan dilihat dari kenaikan berat badan, diketahui bahwa

kelulusan peserta Pos Gizi di kedua Pos Gizi masih dibawah target kelulusan

yaitu 100% dan dapat dikatakan bahwa kurang gizi masih menjadi masalah

karena peserta yang tidak lulus dengan kenaikan berat badan kurang dari 400

gram lebih banyak yaitu sebanyak 17 balita (85%) daripada peserta yang lulus

dengan kenaikan berat badan lebih dari 400 gram sebanyak 3 balita (15%).

Komponen output yang dilihat berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi

yaitu penggunaan pelayanan utama Pos Gizi, diketahui bahwa rentang usia

peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi adalah antara 13-58 bulan, peserta

yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi sebanyak 29 balita dengan 20 balita

berstatus gizi kurang dan buruk serta 9 balita berstatus gizi baik, dan sebanyak

169
19 ibu balita yang menghadiri kegiatan Pos Gizi dari 20 balita yang menjadi

peserta kegiatan Pos Gizi.

5.2.3.1 Status Kesehatan dilihat dari Kenaikan Berat Badan

Status kesehatan dapat dilihat dari kenaikan berat badan. Kenaikan

berat badan merupakan salah satu indikator yang menentukan keberhasilan

kelulusan peserta Pos Gizi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam

dengan informan pendukung, didapatkan bahwa terdapat indikator

kelulusan peserta Pos Gizi dilihat dengan kenaikan berat badan sebesar

400 gram. Berikut kutipannya:

“Indikator kelulusan peserta dalam kegiatan Pos Gizi dilihat


dengan kenaikan berat badan sebesar 400 gram selama sebulan (1
sesi Pos Gizi) dan dilihat perubahan pada grafik pertumbuhan di
KMS. Kalo BB naik berarti sudah dijalankan 4 pola, yaitu pola
asuh, pola kebersihan, pola makan, dan pola perawatan
kesehatan.” (Informan Ibu Sr)
“Indikator keberhasilan kegiatan Pos Gizi yaitu anak itu
dinyatakan lulus jika berat badannya naik lebih 300-400 gram.
Indikator dinyatakan lulus pos gizi hanya kenaikan berat badan.
Kalo sudah lulus, kegiatan pos gizi berikutnya dia boleh engga
ikut. Untuk status imunisasi dan pemberian makan kita hanya
tanyakan saja sebagai riwayat awal untuk data.” (Informan Ibu G)

Berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil

status kesehatan, indikator yang dilihat meliputi peserta yang ―lulus‖

dari Pos Gizi dengan berat badannya bertambah lebih dari 400 gram,

peserta yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi tetapi berat badannya bertambah

200-400 gram, peserta yang ―tidak lulus‖ tetapi berat badannya

bertambah kurang dari 200 gram, peserta yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi

dan berat badannya tidak bertambah atau tetap, serta peserta yang ―tidak

lulus‖ dari Pos Gizi dan berat badannya berkurang. Berdasarkan hasil

observasi dan sesuai


170
dengan hasil telaah dokumen, didapatkan bahwa dari 29 balita yang

menghadiri dan mengikuti kegiatan Pos Gizi terdapat 9 balita dengan

status gizi baik dan 20 balita berstatus gizi kurang (underweight) dan berat

badan sangat kurang (severely underweight) di masing-masing Pos Gizi.

Status kesehatan yang dilihat dengan kenaikan berat badan ini

dilihat pada balita dengan status gizi kurang (underweight) dan berat

badan sangat kurang (severely underweight) yang mengikuti kegiatan Pos

Gizi selama 10 hari pada sesi terakhir pada masing-masing Pos Gizi.

Berikut ini tabel kelulusan peserta Pos Gizi yang dilihat dari kenaikan

berat badan pada masing-masing Pos Gizi.

Tabel 5.22 Kelulusan Peserta Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo Tahun
2016 dilihat dari Kenaikan Berat Badan
Indikator n (%)
Lulus, BB > 400 gram 2 (22,2)
Tidak lulus, BB 200-400 gram 2 (22,2)
Tidak lulus, BB < 200 gram 1 (11,1)
Tidak lulus, BB tidak bertambah/tetap 3 (33,3)
Tidak lulus, BB berkurang 1 (11,1)
TOTAL 9 (100)
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.22 diketahui bahwa kelulusan peserta Pos

Gizi Mekar di Desa Cibogo dilihat dari kenaikan berat badan yaitu peserta

yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi Mekar Desa Cibogo dan berat

badannya tidak bertambah/tetap paling banyak yaitu sebanyak 3 balita

(33,3%).

Tabel 5.23 Kelulusan Peserta Pos Gizi Bintang di Kelurahan


Cisauk Tahun 2016 dilihat dari Kenaikan Berat Badan
Indikator n (%)
Lulus, BB > 400 gram 1 (9,1)
Tidak lulus, BB 200-400 gram 2 (18,2)
171
Indikator n (%)
Tidak lulus, BB < 200 gram 2 (18,2)
Tidak lulus, BB tidak bertambah/tetap 5 (45,5)
Tidak lulus, BB berkurang 1 (9,1)
TOTAL 11 (100)
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.23 diketahui bahwa kelulusan peserta Pos

Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dilihat dari kenaikan berat badan yaitu

peserta yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi dan berat badannya

tidak bertambah/tetap paling banyak yaitu sebanyak 5 balita (45,5%).

Dari hasil data kelulusan peserta Pos Gizi yang dilihat dari

kenaikan berat badan pada masing-masing Pos Gizi diketahui bahwa

kelulusan peserta Pos Gizi di kedua Pos Gizi masih dibawah target

kelulusan yaitu 100% dan dapat dikatakan bahwa kurang gizi masih

menjadi masalah di wilayah kerja Puskesmas Cisauk. Peserta yang lulus

dari kegiatan Pos Gizi dengan kenaikan berat badan lebih dari 400 gram

diketahui sebanyak 3 balita yaitu satu balita mengalami perubahan status

gizi dari status berat badan sangat kurang (severely underweight) menjadi

status gizi kurang, dan dua balita tidak mengalami perubahan status gizi

yaitu tetap berada pada status gizi kurang (underweight) dan status berat

badan sangat kurang (severely underweight).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan

pendukung, didapatkan bahwa tidak terjadinya kenaikan berat badan pada

peserta Pos Gizi dikarenakan masih kurangnya kesadaran orang tua

terhadap anaknya. Jika berat badan anak naik, berarti ibu balita sudah

menerapkan 4 pola yaitu pemberian makan, pengasuhan balita, kebersihan

172
balita, serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan. Berikut

kutipannya:

“…kesadaran dari orang tuanya yang masih kurang terhadap


anaknya. Jika berat badannya naik, berarti 4 pola sudah
dijalankan. Kalo status gizinya kurang atau buruk walau anak
naik berat badannya, harus ikut terus karena kalo naik belum tentu
bisa langsung pindah status gizinya.” (Informan Ibu Sr)

5.2.3.2 Penggunaan Pelayanan Utama Pos Gizi

Berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil

penggunaan pelayanan utama Pos Gizi, indikator yang dilihat meliputi

anak malnutrisi yang memenuhi syarat untuk ikut Pos Gizi, anak

malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi, dan para pengasuh

(ibu, nenek) yang hadir di Pos Gizi.

a) Indikator Anak Malnutrisi yang Memenuhi Syarat untuk Ikut Pos Gizi

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah

dokumen yang dilakukan di masing-masing Pos Gizi didapatkan

bahwa peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi di masing-masing

desa binaan adalah balita yang berat badannya di bawah garis merah

(BGM) dan dibawah garis kuning (BGK) yang status gizinya berada di

gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang (severely

underweight) dengan rentang usia antara 13-58 bulan. Dapat dilihat

pada Tabel 5.11 diketahui bahwa rata-rata umur balita yang mengikuti

kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo adalah 33,2 bulan dengan

standar deviasi 11,7 bulan, sedangkan pada Tabel 5.12 diketahui

bahwa rata-rata umur balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi Bintang

173
di Kelurahan Cisauk adalah 30,4 bulan dengan standar deviasi 11,6

bulan.

b) Indikator Anak Malnutrisi yang Ikut Serta dalam Kegiatan Pos Gizi

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan telaah dokumen

yang dilakukan di masing-masing Pos Gizi, didapatkan bahwa peserta

yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi sebanyak 29 balita dengan 20

balita berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat

kurang (severely underweight) serta sembilan balita berstatus gizi baik.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.11 diketahui bahwa anak

malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa

Cibogo yang dilihat dari status gizi sebelum kegiatan Pos Gizi pada

hari pertama yaitu sebanyak 6 balita (66,7%) berstatus berat badan

sangat kurang (severely underweight) dan 3 balita (33,3%) berstatus

gizi kurang (underweight), sedangkan pada Tabel 5.12 diketahui

bahwa anak malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi

Bintang di Kelurahan Cisauk yang dilihat dari status gizi sebelum

kegiatan Pos Gizi pada hari pertama yaitu sebanyak 2 balita (18,2%)

berstatus berat badan sangat kurang (severely underweight) dan 9

balita (81,8%) berstatus gizi kurang (underweight).

c) Indikator Para Pengasuh Hadir di Pos Gizi

Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah

dokumen laporan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan Puskesmas

Cisauk, didapatkan bahwa sebanyak 19 ibu balita yang menghadiri

174
kegiatan Pos Gizi dari 20 balita berstatus gizi kurang (underweight)

dan berat badan sangat kurang (severely underweight) yang mengikuti

kegiatan Pos Gizi. Dari 19 ibu balita diketahui bahwa satu ibu balita

mempunyai anak tiga, namun dua balita yang menjadi peserta kegiatan

Pos Gizi. Berikut ini tabel kehadiran ibu balita atau pengasuh dalam

kegiatan Pos Gizi.

Tabel 5.24 Kehadiran Ibu Balita/Pengasuh dalam Kegiatan


Pos Gizi Tahun 2016
Pos Gizi Mekar Pos Gizi Bintang di
Kehadiran Ibu
di Desa Cibogo Kelurahan Cisauk
Balita/Pengasuh
n (%) n (%)
Hadir 8 (100) 11 (100)
Total 8 (100) 11 (100)
Sumber: Data primer

Berdasarkan Tabel 5.24 diketahui bahwa kehadiran ibu

balita/pengasuh dalam kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo

sebanyak 8 ibu balita yang hadir (100%). Sedangkan kehadiran ibu

balita/pengasuh dalam kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk

sebanyak 11 ibu balita yang hadir (100%).

5.2.4 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat

dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari

Kegiatan Pos Gizi

Evaluasi kegiatan Pos Gizi ini bertujuan untuk melihat tercapainya

tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi yang

diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat dilihat dari output (status

kesehatan dilihat dari kenaikan berat badan dan penggunaan pelayanan utama

175
Pos Gizi). Pencapaian tujuan pada komponen output ini dipengaruhi oleh

komponen input (man, money, material dan machine, method, dan market)

dan komponen proses (tahap persiapan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap

tindak lanjut kegiatan). Keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari Pos

Gizi yang dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan proses

dari kegiatan Pos Gizi digambarkan dengan menggunakan fishbone diagram.

Berikut ini fishbone diagram pada kedua Pos Gizi.

176
Material dan
Man Money Machine Method Market

Penyampaian
Tidak memiliki informasi terkait
fasilitas cuci Belum Pos Gizi dilakukan
Penggunaan tangan Tidak ada diterapkan di Posyandu
dana kontribusi pendekatan
dicukupkan PD
dengan dana Timbangan BB Masih belum
Rendahnya yang ada rusak, tidak tercapainya
kemampuan lengkapdan tidak Tidak ada alat ukur
kader terlatih dapat digunakan kunjungan rumah tujuan
pertama dari
Pos Gizi
dalam
Kader tidak pemulihan
Kader tidak melakukan
Kader tidak melakukan praktek penyuluhan kesehatan anak kurang
memberitahukan kebersihan
untuk membawa
gizi
kontribusi bahan Ibu balita tidak terlibat
makanan Kader tidak proses memasak Pemantauan berat
melakukan badan dilakukan di
penimbangan BB Posyandu
Kader tidak melakukan
kunjungan rumah
Ibu balita tidak membawa
kontribusi bahan makanan

Tahap Tahap Tahap Tindak


Persiapan Pelaksanaan Lanjut
Bagan 8 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi yang dilihat dari
Komponen
Output terhadap Komponen Input dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
177
Material dan
Man Money Machine Method Market

Fasilitas cuci Penyampaian


tangan tidak Belum informasi terkait Pos
Penggunaan Tidak ada Gizi dilakukan di
berfungsi/rusak kontribusi diterapkan
dana Posyandu
pendekatan
dicukupkan bahan makanan
PD
dengan dana
yang ada Masih belum
Rendahnya
kemampuan Tidak ada alat ukur
tercapainya
kader terlatih Ada alat kunjungan rumah tujuan
timbang BB pertama dari
Pos Gizi
dalam
Kader tidak melakukan pemulihan
Kader tidak penyuluhan kesehatan
Kader tidak melakukan praktek anak kurang
memberitahukan kebersihan gizi
untuk membawa
kontribusi bahan Masih ada ibu balita
makanan Kader melakukan yang tidak terlibat Pemantauan berat
penimbangan BB proses memasak badan dilakukan di
Posyandu

Kader tidak melakukan


Ibu balita tidak membawa kunjungan rumah
kontribusi bahan makanan

Tahap Tahap Tahap Tindak


Persiapan Pelaksanaan Lanjut

Bagan 9 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi yang dilihat dari
Komponen
Output terhadap Komponen Input dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
178
Pada Bagan 8 dan Bagan 9 didapatkan bahwa permasalahan pada

komponen input bagian man yaitu rendahnya kemampuan kader terlatih dalam

hal penimbangan berat badan dan penyuluhan kesehatan. Pada bagian

material dan machine yaitu pada Bagan 8 diketahui bahwa Pos Gizi Mekar di

Desa Cibogo tidak memiliki fasilitas cuci tangan, tidak ada alat penimbangan

berat badan karena alat timbang sudah rusak, tidak lengkap dan tidak dapat

digunakan, tidak ada kontribusi bahan makanan dari ibu balita, dan tidak

memiliki alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar kunjungan rumah,

sedangkan pada Bagan 9 diketahui bahwa Pos Gizi Bintang di Kelurahan

Cisauk memiliki fasilitas cuci tangan tetapi alat tidak berfungsi/rusak, tidak

ada kontribusi bahan makanan dari ibu balita, dan tidak memiliki alat ukur

untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar kunjungan rumah.

Permasalahan pada komponen input ini akan mempengaruhi proses

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi yaitu belum diterapkannya pendekatan Positive

Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi dilihat dari beberapa kegiatan belum

dilaksanakan pada proses pelaksanaan. Masalah pada bagian tahap persiapan

yaitu kader tidak memberitahukan kepada ibu balita untuk membawa

kontribusi bahan makanan. Pada Bagan 8, bagian tahap pelaksanaan Pos Gizi

Mekar di Desa Cibogo tidak melakukan penimbangan berat badan karena alat

timbang tidak ada dan tidak lengkap; ibu balita tidak dilibatkan dalam proses

memasak dan menyiapkan makanan karena kader Pos Gizi Mekar di Desa

Cibogo tidak melibatkan ibu balita dalam proses memasak dan menyiapkan

179
makanan, kader tidak memberitahukan untuk bergantian memasak, dan kader

tidak membuatkan jadwal piket.

Pada Bagan 9, bagian tahap pelaksanaan Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk, masih ada ibu balita yang tidak terlibat dalam proses

memasak dan menyiapkan makanan karena ibu balita datang terlambat. Selain

itu, ibu balita di kedua Pos Gizi tidak membawa kontribusi bahan makanan

karena tidak ada pencatatan yang dilakukan oleh kader untuk kontribusi bahan

makanan; kedua Pos Gizi tidak melakukan praktek kebersihan karena tidak

disediakan sabun dan handuk untuk cuci tangan, tidak ada fasilitas cuci tangan

di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, fasilitas cuci tangan tidak dapat

berfungsi/rusak di Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, dan kader tidak

mempraktekkan bagaimana cara cuci tangan; kedua Pos Gizi tidak melakukan

penyuluhan kesehatan karena ibu balita tidak datang bersama-sama; dan kader

tidak melakukan kunjungan rumah karena tugas kader yang double job dan

jarak rumah ibu balita yang jauh dengan kader.

Komponen input yang mempengaruhi komponen proses dan

keterkaitan keduanya yang saling mempengaruhi satu sama lain akan

mempengaruhi komponen output yaitu masih belum tercapainya tujuan

pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi.

180
BAB VI
PEMBAHASAN

Bagian pembahasan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu keterbatasan

penelitan, dan evaluasi kegiatan Pos Gizi. Evaluasi kegiatan Pos Gizi menjawab

tujuan penelitian yang dibahas dari keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama

dari Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan proses

dari kegiatan Pos Gizi untuk melihat tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi

yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat

dengan cepat.

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan

penelitian diantaranya sebagai berikut:

a. Kelengkapan alat penimbangan berat badan seperti dacin tidak di cross chek

ulang oleh kader sebelum kegiatan Pos Gizi apakah dapat digunakan atau

tidak.

b. Tidak dapat melihat penyampaian informasi terkait kegiatan Pos Gizi yang

dilakukan oleh kader di Posyandu.

c. Tidak dapat melihat bagaimana proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan

oleh kader sehingga tidak dapat menilai kemampuan kader dalam memberikan

penyuluhan kesehatan kepada ibu balita.

d. Tidak dapat melihat bagaimana tindak lanjut yang dilakukan oleh kader oleh

kader di Posyandu setelah pelaksanaan kegiatan Pos Gizi selesai.

181
6.2 Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas

Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016

Pembahasan ini mengenai evaluasi kegiatan Pos Gizi yang menjawab

tujuan penelitian yang dijelaskan dari keterkaitan antara pencapaian tujuan

pertama dari Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan

proses dari kegiatan Pos Gizi untuk melihat tercapainya tujuan pertama dari Pos

Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam

masyarakat dengan cepat.

6.2.1 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat

dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari

Kegiatan Pos Gizi

Tujuan utama kegiatan Pos Gizi adalah meningkatkan status gizi balita

secara mandiri dan berkesinambungan, sedangkan tujuan khususnya adalah

memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat

dengan cepat, memungkinkan keluarga dapat mempertahankan status gizi

anak di rumah masing-masing secara mandiri, dan mencegah kekurangan gizi

pada anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat dengan merubah

norma masyarakat mengenai perilaku pengasuhan anak, pemberian makan,

dan mencari pelayanan kesehatan (CORE, 2003). Tujuan kegiatan Pos Gizi di

Puskesmas Cisauk sudah sesuai dengan teori CORE (2003).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masih belum

tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi

yang dilihat dari komponen output berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi

182
meliputi status kesehatan yang dilihat dari kenaikan berat badan. Belum

tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi karena belum diterapkannya

pendekatan Positive Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi dilihat dari

beberapa kegiatan belum dilaksanakan pada proses pelaksanaan serta ada

masalah yang terjadi pada komponen input yang keduanya saling berkaitan

satu sama lain sehingga mempengaruhi output yang dihasilkan. Berikut

pembahasannya.

6.2.1.1 Status Kesehatan dilihat dari kenaikan Berat Badan

Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen didapatkan bahwa

dari 20 balita peserta kegiatan Pos Gizi di kedua desa, sebanyak 17 balita

(85%) yang tidak lulus dengan kenaikan berat badan kurang dari 400

gram. Kenaikan berat badan menandakan bahwa proses yang dilakukan

dalam kegiatan Pos Gizi berjalan dengan baik apabila ibu balita dapat

menerapkan apa yang diajarkan pada saat Pos Gizi di rumah masing-

masing. Berat badan merupakan indikator yang digunakan untuk melihat

pertumbuhan balita (Supariasa, 2001). Tidak terjadinya kenaikan berat

badan menandakan bahwa pada saat proses berlangsung, balita mengalami

penyakit infeksi yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan.

Didukung dengan penelitian Ayubi, dkk (2013) bahwa kenaikan berat

badan tidak bisa terjadi secara cepat, terutama jika anak memiliki masalah

dalam hal kesehatan dan pola makan.

Berdasarkan observasi dan telaah dokumen didapatkan bahwa

balita yang tidak terjadi kenaikan berat badan disebabkan selama proses

183
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, balita mengalami masalah kesehatan

seperti panas, dan diare kronik yang menyebabkan nafsu makan menjadi

berkurang. Naik atau tidak naik berat badan balita dapat menggambarkan

baik/tidak baiknya ibu dalam mengikuti proses kegiatan Pos Gizi dan

kader dalam melaksanakan kegiatan Pos Gizi. Sejalan dengan penelitian

Normalita (2011) yaitu balita dengan kenaikan berat badan kurang dari

400 gram lebih banyak (5 balita) daripada balita dengan kenaikan berat

badan lebih dari 400 gram (3 balita). Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Aulia (2011) bahwa keadaan gizi balita peserta Pos Gizi

sebagian besar membaik dan terjadi pengurangan balita malnutrisi.

Status gizi balita (BB/U) dapat dilihat dari sebelum dan sesudah

mengikuti kegiatan Pos Gizi (Tabel 5.11 dan Tabel 5.12). Berdasarkan

hasil telaah dokumen didapatkan satu balita yang mengalami perubahan

status gizi dari berat badan sangat kurang (severely underweight) menjadi

gizi kurang (underweight). Sejalan dengan penelitian Aryastami (2006)

bahwa pendekatan Positive Deviance dapat meningkatkan status gizi

balita. Meningkatnya perubahan status gizi menyebabkan anak balita yang

tadinya mengalami berat badan sangat kurang (severely underweight)

berpindah posisi menjadi gizi kurang (underweight) dan yang mengalami

gizi kurang (underweight) berpindah posisi menjadi gizi baik.

Menurut CORE (2003), bila anak tidak mengalami pertambahan

berat badan, maka anak tersebut harus dirujuk untuk mendapatkan bantuan

kesehatan dan kader harus mengadakan kunjungan rumah untuk

184
memastikan bahwa kurang makan bukanlah penyebab dari kondisi

tersebut. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jika balita yang

tidak mengalami pertambahan berat badan, maka harus diikutsertakan

kembali balita yang berat badannya masih kurang dalam kegiatan Pos Gizi

pada sesi berikutnya. Selain itu, kader merujuk balita yang berat badannya

tidak mengalami kenaikan setelah mengikuti kegiatan Pos Gizi ke

Puskesmas. Namun, ibu balita tidak mau membawa anaknya ke

Puskesmas untuk mendapatkan perawatan setelah kader memberikan

rujukan ke Puskesmas untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

Setelah kegiatan Pos Gizi berakhir, kader harus melakukan

pemantauan setiap bulan di Posyandu dan melakukan kunjungan rumah

untuk balita yang berat badannya kurang. Berdasarkan hasil observasi

diketahui bahwa tidak dilakukan kunjungan rumah oleh kader untuk balita

yang tidak datang selama kegiatan Pos Gizi dan kunjungan rumah setelah

kegiatan Pos Gizi selesai. Kunjungan rumah dilakukan untuk

mengidentifikasi perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan

dan mendapatkan pelayanan kesehatan (Buletin Positif Deviance, 2006).

Tidak dilakukannya kunjungan rumah oleh kader menandakan bahwa

setelah proses kegiatan selesai, kader tidak dapat memastikan apakah ibu

balita mempraktekkan perilaku baru yang diajarkan selama di Pos Gizi di

rumah masing-masing.

Menurut Buletin Positive Deviance (2004), tujuan dari kunjungan

rumah adalah untuk memotivasi ibu balita peserta Pos Gizi dalam

185
mempraktekkan perilaku baru yang dipelajari selama 10 hari di Pos Gizi

dan membantu mengatasi hambatan dalam mempraktekkan perilaku baru

tersebut. Tidak dilakukannya kunjungan rumah oleh kader karena

banyaknya tugas kader yang berhubungan dengan kegiatan lain seperti

Posyandu, kegiatan Kelurahan dan lain-lain, sehingga kader tidak

mempunyai waktu untuk melakukan kunjungan rumah, serta jarak rumah

ibu balita yang jauh dari rumah kader.

Untuk dapat memastikan apakah ibu balita mempraktekkan

perilaku baru yang diajarkan di Pos Gizi selama 10 hari, sebaiknya kader

melakukan kunjungan rumah secara aktif dan rutin setelah kegiatan Pos

Gizi berakhir kepada balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan

dan balita yang tidak datang pada sesi Pos Gizi. Kader yang melakukan

kunjungan rumah adalah kader yang rumahnya berdekatan dengan ibu

balita yang mengalami masalah kesehatan selama kegiatan Pos Gizi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kader bertindak

sebagai pelaksana kegiatan Pos Gizi. Keberadaan kader dalam kegiatan

Pos Gizi merupakan sumber daya yang paling penting untuk kegiatan Pos

Gizi (CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak

semua kader mendapatkan dan mengikuti pelatihan tentang Pos Gizi yang

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Pelatihan kader merupakan sarana penting untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan Pos Gizi (Fitri dan

Mardiana, 2011). Pelatihan kader dilakukan untuk meningkatkan

186
kemampuan kader dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada

masyarakat. Selain itu, dari pelatihan tersebut dapat meningkatkan

keterampilan dalam menentukan kebutuhan sasaran, berkomunikasi

dengan masyarakat dan menentukan penggunaan metode media diskusi

yang lebih partisipatif (Tim Penggerak PKK Pusat, 1999 dalam Sukiarko,

2007). Kader yang terampil akan sangat membantu dalam kegiatan Pos

Gizi, sehingga informasi dan pesan kesehatan dapat mudah disampaikan

kepada ibu balita (Fitri dan Mardiana, 2011).

Berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan bahwa pada Pos Gizi

Mekar di Desa Cibogo dari sembilan orang kader yaitu sebanyak enam

orang kader terlatih namun hanya empat orang kader terlatih yang datang

dalam kegiatan Pos Gizi, sedangkan pada Pos Gizi Bintang di Kelurahan

Cisauk dari sembilan orang kader yaitu sebanyak satu orang kader yang

terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa kader terlatih yang mendapatkan

pelatihan masih kurang sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan

kader terlatih dalam kegiatan Pos Gizi.

Kemampuan kader dapat dilihat dari keterampilan kader selama

kegiatan Pos Gizi seperti keterampilan dalam melakukan penimbangan

berat badan, memberikan penyuluhan kesehatan, dan menyusun menu

makanan. Keterampilan kader ini berhubungan dengan kemampuan kader

dalam melaksanakan tugas atau kegiatan selama pelaksanaan kegiatan Pos

Gizi. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pada saat

pelaksanaan, kader tidak melakukan penimbangan berat badan.

187
Penimbangan perlu dilakukan untuk memantau pertumbuhan balita dan

untuk mengetahui kenaikan berat badan. Berat badan merupakan indikator

antropometri yang paling sering digunakan pada bayi dan balita untuk

melihat laju pertumbuhan fisik dan status gizi. Pengukuran antropometri

yang dilakukan kader dalam kegiatan Pos Gizi adalah pengukuran berat

badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2001).

Tidak dilakukannya penimbangan berat badan menandakan bahwa

tidak dilakukannya proses yang penting untuk memantau pertumbuhan

balita. Salah satu Pos Gizi yang tidak melakukan penimbangan berat badan

adalah Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo. Tidak melakukan penimbangan

berat badan oleh kader karena alat penimbangan dacin tidak ada dan

lengkap. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kondisi sarana alat

penimbangan beberapa sudah ada yang rusak dan tidak dapat digunakan

seperti timbangan bayi, timbangan dacin tidak lengkap hanya ada bandul

geser, dan timbangan badan sedang digunakan di Poskesdes.

Selain itu, tidak adanya pemantauan dari Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) Puskesmas Cisauk untuk penimbangan berat badan. Penimbangan

berat badan ini dapat mempengaruhi output yang dihasilkan, sehingga

output yang dihasilkan tersebut dapat menjadi masalah karena proses

penimbangan tidak dilakukan. Untuk mengatasi tidak adanya alat

penimbangan berat badan, sebaiknya kader memberitahukan kepada pihak

Puskesmas untuk mengganti alat penimbangan yang sudah rusak dalam

188
kegiatan Pos Gizi dengan alat penimbangan yang layak digunakan agar

dapat memudahkan kader dalam melakukan penimbangan.

Pendekatan Positive Deviance yang digunakan dalam kegiatan Pos

Gizi dapat dilihat dari kader dan ibu balita/pengasuh yang akan

mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian

makanan, kebersihan dan pengasuhan anak. Kader secara aktif akan

melibatkan para ibu balita/pengasuh dalam proses pemulihan dan

pembelajaran (CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

bahwa ibu balita tidak terlibat dalam proses memasak dan menyiapkan

makanan. Salah satu Pos Gizi yang tidak melibatkan ibu balita dalam

proses memasak dan menyiapkan makanan adalah Pos Gizi Mekar di Desa

Cibogo. Memasak merupakan bagian dari proses praktek perilaku yang

dilakukan oleh ibu balita dalam membuat makanan yang bergizi pada

kegiatan Pos Gizi.

Tidak dilibatkannya ibu balita dalam proses memasak dan

menyiapkan makanan karena kader tidak melibatkan ibu balita dalam

proses memasak dan menyiapkan makanan sehingga ibu balita tidak ikut

serta dalam proses memasak. Selain itu, kader tidak memberitahukan ibu

balita untuk bergantian dalam memasak dan tidak adanya jadwal piket

memasak untuk ibu balita yang dibuat oleh kader, sehingga proses

memasak dilakukan oleh kader sendiri di rumah kader.

Pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk,

masih ada ibu balita yang tidak terlibat langsung dalam proses memasak

189
dan menyiapkan makanan. Padahal kader sudah memberitahukan setiap

hari sebelum pulang dan kader sudah membuatkan jadwal piket memasak

untuk ibu balita. Namun, masih ada ibu balita yang tidak terlibat dalam

proses memasak karena pada saat pelaksanaan ibu balita datang terlambat

dan sibuk dengan pekerjaan di rumah yang belum selesai.

Untuk meningkatkan keterlibatan ibu balita dalam proses

memasak, sebaiknya kader memotivasi ibu balita agar mau memasak

dengan cara memasak menu yang bervariasi, melibatkan ibu balita dalam

proses penyusunan menu makanan yang akan dimasak, dan membuatkan

jadwal piket untuk memasak.

Setiap sesi pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, ibu balita menyiapkan

makanan padat energi dan memberi makan anak dibawah bimbingan

kader. Selain itu, ibu balita juga dapat belajar mengenai makanan bergizi.

Makanan tambahan diperlukan untuk masa pemulihan anak yang kurang

gizi yang dihidangkan setiap hari selama kegiatan dua minggu. Menurut

WHO, selama masa pemulihan, setiap anak harus menerima antara 150-

220 kalori per kilogram berat badan per hari. Apabila seorang anak makan

kurang dari 130 kalori per kilogram berat badan tiap hari, maka tidak bisa

terjadi pemulihan. Oleh karena itu, kegiatan Pos Gizi harus berusaha

menciptakan menu Pos Gizi yang mengandung 600-800 kalori tiap hari

dengan 25-27 gram protein untuk setiap anak (CORE, 2003).

Menu dalam kegiatan Pos Gizi harus terdiri dari makanan kecil

yang bergizi, tidak mengenyangkan untuk anak selama menunggu ibu

190
memasak, menyertakan makanan Positive Deviance (PD) misalnya buah-

buahan, sayuran, udang, minyak atau kacang-kacangan. Selain itu, harus

menyediakan beragam cara menyiapkan makanan, menggunakan bahan

makanan yang tersedia secara lokal, menggunakan makanan yang kaya

akan vitamin A, besi, dan mikronutrien, menggunakan produk hewani dan

minyak. Kemudian setelah itu memastikan bahwa semua kelompok

makanan tersebut terdapat pada setiap hidangan makanan (CORE, 2003).

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa menu makanan

yang disajikan sudah cukup mengandung sumber protein, namun pada Pos

Gizi Bintang menu makanan masih kurang mengandung sumber protein

(menu makanan terdapat pada lampiran 13). Jenis menu makanan

diberikan dalam kegiatan Pos Gizi adalah menu makanan sehari-sehari

yang bervariasi, praktis dan sesuai untuk balita dengan bahan makanan

lokal yang mudah didapat sehingga ibu balita dapat mempraktekkannya di

rumah masing-masing. Selain itu, kader juga tidak memperhitungkan

kalori pada menu makanan yang dimasak.

Untuk memudahkan kader dalam memperhitungkan kalori menu

makanan yang dibuat, sebaiknya Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas

menyederhanakan patokan kalori pada menu makanan yang akan dibuat,

sehingga sebelum memulai kegiatan Pos Gizi, kader bersama dengan ibu

balita sudah menyiapkan terlebih dahulu masakan apa yang akan dimasak

selama kegiatan Pos Gizi. Selain itu, untuk meningkatkan kepadatan

kandungan kalori dalam makanan baik makanan besar dan makanan kecil

191
di dalam kegiatan Pos Gizi harus diperkaya dengan menambahkan kacang-

kacangan atau minyak. Menambahkan minyak dalam semangkuk bubur

dapat meningkatkan kandungan kalori sehingga dapat mengurangi hingga

setengah volume bubur yang harus dikonsumsi oleh setiap anak (Aulia,

2011).

Menurut CORE (2003), kegiatan Pos Gizi mengharuskan ibu

balita/pengasuh untuk membawa kontribusi bahan makanan. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan bahwa semua ibu balita di kedua Pos Gizi tidak

membawa kontribusi bahan makanan selama kegiatan Pos Gizi

berlangsung. Ibu balita diharuskan membawa kontribusi bahan makanan

lokal untuk belajar mengumpulkan bahan makan Positive Deviance (PD)

dan mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi. Apabila ibu balita tidak

membawa kontribusi bahan makanan Positive Deviance (PD), maka ibu

balita tidak diperbolehkan untuk menghadiri sesi Pos Gizi (CORE, 2003).

Tidak dibawanya kontribusi bahan makanan oleh ibu balita karena

pada tahap persiapan kader tidak memberitahukan ibu untuk membawa

kontribusi bahan makanan selama kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan bahwa ibu balita tetap dapat menghadiri sesi Pos

Gizi tanpa membawa kontribusi bahan makanan. Tidak dibawanya

kontribusi bahan makanan oleh ibu balita menandakan bahwa selama

proses kegiatan ibu balita tidak dapat belajar mengumpulkan makanan

yang sesuai dengan Positive Deviance (PD).

192
Untuk meningkatkan kesadaran ibu dalam membawa kontribusi

bahan makanan saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, sebaiknya kader

memotivasi ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan dengan

melakukan pencatatan kontribusi bahan makanan yang dibawa oleh ibu

balita sehingga kader dapat melakukan pemantauan.

Menurut CORE (2003), terdapat sarana penunjang untuk

melakukan demonstrasi praktek mencuci tangan yaitu harus ada sabun,

baskom, dan handuk. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa

kedua Pos Gizi tidak melakukan praktek kebersihan diri. Praktek

kebersihan diri merupakan bagian dari proses yang dilakukan untuk

mengajarkan perilaku kebersihan kepada ibu balita dan balita seperti

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan menggunakan sabun.

Tidak dilakukannya praktek kebersihan diri di kedua Pos Gizi

karena selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, tidak terlihat alat yang

menunjang untuk melakukan praktek kebersihan seperti tidak

disediakannya sabun dan handuk untuk melakukan praktek cuci tangan.

Selain itu, tidak terdapat fasilitas cuci tangan di Pos Gizi Mekar di Desa

Cibogo dan terdapat fasilitas cuci tangan pada Pos Gizi Bintang di

Kelurahan Cisauk namun fasilitas tidak berfungsi/rusak. Berdasarkan hasil

observasi didapatkan bahwa kader tidak mempraktekkan bagaimana cara

melakukan cuci tangan dengan benar.

Untuk menerapkan dan memotivasi ibu balita dalam praktek

kebersihan dalam kegiatan Pos Gizi, sebaiknya kader memperbaiki alat

193
yang digunakan untuk memfasilitasi praktek cuci tangan dan kader harus

dilatih kembali bagaimana cara praktek cuci tangan yang benar. Sejalan

dengan penelitian Luciasari, dkk (2011) yaitu kebiasaan mencuci tangan

sangat berhubungan dengan kejadian status gizi kurang.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa kedua Pos Gizi

tidak melakukan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan merupakan

komponen utama dalam program gizi yang bertujuan untuk memberikan

informasi kepada ibu balita/pengasuh mengenai cara mengubah status gizi

anak dan dampak positif terhadap angka pertumbuhan anak (CORE,

2003). Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi dari sumber

informasi kepada seseorang atau sekelompok orang mengenai berbagai hal

yang berkaitan dengan suatu program (Kemenkes RI, 2013).

Tidak dilakukannya penyuluhan kesehatan oleh kader di kedua Pos

Gizi pada sesi terakhir kegiatan Pos Gizi karena ibu balita tidak datang

secara bersama-sama sehingga susah untuk memberikan penyuluhan.

Padahal sebelum kegiatan Pos Gizi pada sesi terakhir ini, Pos Gizi Bintang

di Kelurahan Cisauk telah melakukan penyuluhan kesehatan yang

dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan pada waktu sebelum atau

sesudah kegiatan pemberian makan.

Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan,

kelompok melalui diskusi kelompok terarah, simulasi, demontrasi/praktik

yang melibatkan peserta (Kemenkes RI, 2013). Penyuluhan juga dapat

dilakukan secara langsung kepada ibu balita dan masyarakat sekitar

194
(CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa selama

pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kedua Pos Gizi melakukan diskusi atau

tatap muka dengan ibu balita untuk menanyakan bagaimana

perkembangan balita. Diskusi tersebut tidak dilakukan setiap hari oleh

kader dan tidak disesuaikan dengan tema materi yang sudah ada. Menurut

Notoatmodjo (2011), metode diskusi kelompok cocok digunakan apabila

peserta kegiatan kurang dari 20 orang.

Penyuluhan pesan kesehatan yang diberikan akan menghasilkan

perubahan pada peningkatan pengetahuan ibu. Meningkatnya pengetahuan

ibu akan berpengaruh pada perilaku yang akan mempengaruhi hasil yang

akan dicapai (Notoadmodjo, 2011). Pendidikan kesehatan dalam kegiatan

Pos Gizi tidak bisa disampaikan melalui metode pengajaran satu arah,

melainkan ibu balita harus dipandu secara perlahan untuk mempelajari

bagaimana cara mengasuh anak dengan serangkaian pengalaman selama

beberapa minggu mengikuti kegiatan Pos Gizi. Pendidikan kesehatan ini

lebih mengutamakan praktek selama kegiatan Pos Gizi, tanya-tanya dan

diskusi kelompok. Metode pembelajaran kegiatan Pos Gizi merupakan

metode dengan Praktek/Perilaku (Practice), Sikap (Atttitude), dan

Pengetahuan (Knowledge) yang berfokus pada merubah perilaku untuk

merubah cara berpikir (CORE, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu

balita di kedua Pos Gizi masih dikatakan baik dalam hal pemberian

makan, kebersihan, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dan

195
kurang gizi (Tabel 5.17 dan Tabel 5.18), sedangkan perilaku ibu balita

masih dikatakan cukup baik (Tabel 5.19 dan Tabel 5.20). Hal ini dapat

disimpulkan bahwa terjadinya perubahan perilaku apabila pengetahuan ibu

sudah baik. Sejalan dengan penelitian Salam, dkk (2015) yaitu

peningkatan pengetahuan ibu terjadi karena adanya intervensi berupa

penyuluhan dan diskusi pengalaman dari sesama peserta dalam kegiatan

kelas gizi.

Upaya perubahan perilaku kesehatan tidak hanya ditekankan pada

upaya penyuluhan yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan saja

tetapi harus ada sarana dan prasarana penunjang yang akan mewujudkan

perubahan perilaku tersebut (Notoadmodjo, 2011). Berdasarkan hasil

observasi didapatkan bahwa tidak ada alat ukur yang digunakan untuk

mengukur keberhasilan kegiatan penyuluhan kesehatan. Untuk dapat

memudahkan dalam evaluasi, sebaiknya pihak Puskesmas membuat alat

ukur yang dapat digunakan selama kegiatan Pos Gizi.

Pendekatan Positive Deviance ini seharusnya berkesinambungan

karena perilaku baru dipraktekkan terus-menerus setelah kegiatan Pos

Gizi. Program Pemulihan dan Pendidikan Gizi dengan menggunakan

metode PD, tidak hanya merubah perilaku keluarga secara individu tetapi

juga merubah cara berpikir masyarakat terhadap masalah kekurangan gizi

dan bagaimana menggunakan kemampuan yang ada untuk merubah situasi

dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di tempat (Buletin Positive

Deviance, 2004). Untuk dapat terjadinya perubahan perilaku, sebaiknya

196
kader secara rutin memberikan penyuluhan pesan kesehatan kepada ibu

balita dengan tema yang sudah ditetapkan pada Pos Gizi serta melakukan

diskusi bersama sesuai dengan tema pesan kesehatan yang akan diberikan

pada kegiatan Pos Gizi.

Perubahan perilaku dapat dilihat saat kegiatan Pos Gizi

berlangsung dan dapat dilihat melalui kunjungan rumah dimana ibu balita

mempraktekkan perilaku baru yang didapatkan dari kegiatan Pos Gizi

(CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kegiatan

monitoring kunjungan rumah untuk balita yang tidak datang selama

kegiatan Pos Gizi yang belum dilakukan oleh kedua Pos Gizi. Monitoring

adalah suatu proses penting dalam suatu kegiatan untuk memantau

pelaksaan yang sedang dilaksanakan (Notoadmodjo, 2011). Monitoring

kunjungan rumah tidak dilakukan oleh kader sehingga tidak dapat

mengevaluasi ibu balita mempraktekkan kebiasaan baru di rumah.

Untuk memantau pertumbuhan balita, sebaiknya pihak Puskesmas

dan Dinas Kesehatan melakukan pemantauan secara rutin selama kegiatan

Pos Gizi agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu,

kader juga harus melakukan kunjungan rumah secara aktif kepada anak

yang tidak datang selama kegiatan Pos Gizi dan dapat mengontrol

kebiasaan ibu balita di rumah apakah mempraktekkan perilaku baru yang

sudah diajarkan.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pos Gizi yang dilakukan di

kedua desa belum menerapkan pendekatan Positive Deviance (PD) yang

197
dapat dilihat dari beberapa kegiatan Pos Gizi yang tidak dilakukan saat

pelaksanaan dikarenakan kondisi Pos Gizi di kedua desa tidak bagus

sehingga kader mementingkan kegiatan Pos Gizi itu berjalan setiap tahun

tanpa dilakukannya evaluasi setelah kegiatan Pos Gizi untuk memperbaiki

kekurangan yang ada selama kegiatan Pos Gizi.

Padahal kegiatan Pos Gizi ini merupakan upaya bersama antara

petugas kesehatan, kader, ibu balita, dan masyarakat sehingga pelaksanaan

kegiatan ini merupakan tanggung jawab bersama. Adanya masalah-

masalah pada kegiatan Pos Gizi pada proses pelaksanaan dilihat dari

belum berjalannya kegiatan dengan baik dipengaruhi juga oleh input yang

masih kurang memadai. Masalah yang terjadi pada pelaksanaan ini

mempengaruhi output yang dihasilkan sehingga masalah kurang gizi

masih belum dapat diatasi. Untuk mengatasi permasalah tersebut,

sebaiknya pihak Puskesmas setelah kegiatan Pos Gizi selesai harus

melakukan evaluasi kegiatan Pos Gizi agar dapat terus memperbaiki dan

meningkatkan kegiatan Pos Gizi secara berkesinambungan hingga anak

malnutrisi dapat mengalami pemulihan menjadi gizi baik

198
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

a. Kegiatan Pos Gizi dilihat dari input yaitu rendahnya kemampuan kader

terlatih, tidak lengkapnya alat dan fasilitas, penggunaan dana dicukupkan

dengan dana yang tersedia, dan penyebaran informasi terkait Pos Gizi

dilakukan di Posyandu.

b. Kegiatan Pos Gizi dilihat dari proses yaitu belum diterapkannya

pendekatan Positive Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi dilihat dari

beberapa kegiatan belum dilaksanakan pada proses pelaksanaan, dan

pemantauan berat badan setelah kegiatan Pos Gizi selesai di Posyandu.

c. Kegiatan Pos Gizi dilihat dari output yaitu masih belum tercapainya tujuan

pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi.

7.2 SARAN

Saran-saran perbaikan yang terbentuk dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut.

7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk Kecamatan

Cisauk dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang)

a. Melakukan evaluasi kegiatan Pos Gizi dari kegiatan yang telah

dilaksanakan dan pihak Puskesmas membuat laporan hasil kegiatan Pos

Gizi setelah selesai kegiatan.

199
b. Pihak Puskesmas meningkatkan kemampuan kader dengan mengadakan

pelatihan terkait Positive Deviance (PD).

c. Melakukan pemantauan secara rutin terhadap kegiatan Pos Gizi agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik.

d. Pihak Puskesmas menyediakan materi yang akan disampaikan oleh kader

serta membuat media pesan kesehatan yang dapat dimengerti oleh ibu

balita dan membuat alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi untuk memudahkan

dalam evaluasi.

7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi

a. Kader memberitahukan kepada pihak Puskesmas untuk melengkapi dan

memperbaiki alat dan fasilitas yang tidak lengkap seperti tempat cuci

tangan dan alat penimbangan dalam kegiatan Pos Gizi.

b. Kader memotivasi ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan

selama kegiatan Pos Gizi dan melakukan pencatatan kontribusi bahan

makanan yang dibawa oleh ibu balita.

c. Kader memotivasi ibu balita dengan cara memasak menu yang bervariasi,

melibatkan ibu balita dalam proses penyusunan menu makanan yang akan

dimasak, dan membuatkan jadwal piket untuk memasak.

d. Kader secara rutin memberikan penyuluhan pesan kesehatan kepada ibu

balita dengan tema yang sudah ditetapkan pada Pos Gizi serta melakukan

diskusi bersama sesuai dengan tema pesan kesehatan yang akan diberikan

pada kegiatan Pos Gizi.

200
e. Kader meningkatkan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat

mengetahui alasan kenapa balita tidak datang selama kegiatan Pos Gizi,

balita tidak mengalami kenaikan berat badan serta mengontrol perilaku

kebiasaan ibu balita di rumah setelah selesai kegiatan Pos Gizi.

201
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utami.
Andarina, Dewi dan Sri Sumarmi. 2006. Hubungan Konsumsi Protein Hewani
dan Zat Besi dengan Kader Hemoglobin pada Balita Usia 13-36 Bulan.
The Indonesian Journal of Public Health, Vol.3, No.1, hlm 19–23.
Aryastami, K. 2006. Perbaikan gizi anak balita melalui pendekatan positive
deviance : sebuah uji coba di Kabupaten Cianjur. Universa Medicina,
Vol.25, No.2, hlm 67–74.
Aulia, Ni'matu. 2011. Penilaian Kebermanfaatan Program Pos Gizi di Desa
Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010.
Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Jakarta.
Ayu, Sri Dara. 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi terhadap Pola
Asuh, Kejadian Infeksi dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein (The
Effect of Nutritional Outreach Program on Caring Pattern, Infectious
Disease Rates and The Anthropometric Status of Underweight Underfive
Children). Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
Ayubi, Dian, Nurdianaturrahma Budi Rahayu, dan Yulianti. 2013. Penerapan
Pendekatan Positive Deviance dalam Menanggulangi Masalah Malnutrisi
pada Balita Melalui Program Pos Gizi. Jurnal IKESMA, Vol.9, No.1, hlm
18-26.
Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers.
Baliwati, Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Bertrand, Jane, and Amy Tsui. 1995. Indicators for Reproductive Health Program
Evaluation — MEASURE Evaluation. The University of North Carolina
at Chapel Hill, Carolina Population Center, Evaluation Project, Chapel
Hill, NC.
Bina Gizi dan KIA Kemenkes. 2011. CFC Penatalaksanaan Gizi Buruk di
Mayarakat. Tersedia http://www.gizikia.depkes.go.id/cfc-penatalaksanaan-
gizi-buruk-di-masyarakat/?print=pdf (akses 14 Desember 2015).
BPS Kabupaten Tangerang. 2014. KABUPATEN TANGERANG DALAM
ANGKA TANGERANG REGENCY IN FIGURES 2014. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang.
BPS Kabupaten Tangerang. 2015. KABUPATEN TANGERANG DALAM
ANGKA TANGERANG REGENCY IN FIGURES 2015. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang.
Buletin Positive Deviance. 2006. Pendekatan Pemecahan Masalah Masyarakat
Berbasis Masyarakat (A Community Based Approach to Solving
Community Problems). Bulletin Positive Devince, Vol.2, No.5, hlm 1–12.
Buletin Positive Deviance. 2004. Pendekatan Pemecahan Masalah Masyarakat
Berbasis Masyarakat (A Community Based Approach to Solving
Community Problems). Bulletin Positive Devince, Vol.1, No.3, hlm 1–10.

202
CORE (Child Survival Collaboration and Resources Group, Nutrition Working
Group). 2003. Positive Deviance & Heart: Suatu Pendekatan Perubahan
Perilaku & Pos Gizi: Buku Panduan Pemulihan yang Berkesinambungan
Bagi Anak Malnutrisi. Diterjemahkan oleh PCI (Project Concern
Internasional)-Indonesia, Febuari 2004.
Dahlia, Siti. 2012. Pengaruh Pendekatan Positive Deviance Terhadap
Peningkatan Status Gizi Balita (The Effect of Positive Deviance Approach
Toward the Improvement of Nutrition Status of Children Under Five
Years). Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No.1, hlm 1–5.
Data Puskesmas Cisauk. 2016. Data Sasaran Balita Peserta Pos Gizi.
Data Puskesmas Cisauk. 2015. Data Sasaran Balita Peserta Pos Gizi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2013. Renstra Dinas
Kesehatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press.
Ferawati. 2014. Faktor Resiko Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) Pada
Balita (>2-5 TAHUN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Aur Kabupaten
Pasaman Barat Tahun 2012. Repository Universitas Andalas. Tersedia
http://repository.unand.ac.id/20593/ (akses 14 Desember 2015).
Fitri M, Hida dan Mardiana. 2011. Pelatihan terhadap Keterampilan Kader
Posyandu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7, No.11, hlm 22-27.
Gage, Anastasia J, Disha Ali, and Chiho Suzuki. 2005. A Guide for Monitoring
and Evaluating Child Health Programs. MEASURE Evalution. Carolina
Population Center, University of North Carolina at Chapel Hill.
Handayani, Okti Woro Kasmini, dan Galuh Nita Prameswari. 2012. Daerah
Positive Deviance Sebagai Rekomendasi Model Perbaikan Gizi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol.7, No.2, hlm 102–109.
doi:10.15294/kemas.v7i2.2804
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi untuk Penelitian
Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik,
Agama, dan Filsafat. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).
Kemenkes RI. 2015a. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI: Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2015b. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI: Situasi dan Analisis Gizi. Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2015c. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun
2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2014a. Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013. Buku Panduan KADER POSYANDU Menuju Keluarga
Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013a. RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) dalam Angka
Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013b. RISKESDAS dalam Angka Provinsi Banten 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

203
Kemenkes RI. 2011a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.
Kemenkes RI. 2011b. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional
Kesehatan). Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Luciasari, Erna, dkk. 2011. Faktor-Faktor Penyimpangan Positif (Positive
Deviance) Status Gizi Balita pada Keluarga Miskin di Kabupaten Gizi-
Kurang Rendah dan Tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan. PGM, Vol. 34,
No. 2, hlm 114-122.
Maulana, Surya, Bambang Supriyono, dan Hermawan. 2014. Evaluasi
Penyediaan Layanan Kesehatan di Daerah Pemekaran dengan Metode
CIPP (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung).
WACANA J. Sos. Dan Hum. Vol.16, No.4, hlm 186–196.
Menkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Bagi Balita. Tersedia http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf .
Normalita, Hapsari. 2011. Analisis Perubahan Status Gizi Balita pada
Pelaksanaan Pos Gizi Bulan Januari di Pos Gizi Flamboyan 2 Kelurahan
Pengasinan Kecamatan Sawangan Kota Depok Tahun 2011. Skripsi.
Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pahlevi, Andriani Elisa. 2014. DETERMINAN STATUS GIZI PADA SISWA
SEKOLAH DASAR. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.7, No.2, hlm 122–
126. doi:10.15294/kemas.v7i2.2807
PDRC. 2016. Kabar PD: Pelaksanaan Pos Gizi di Kabupaten Tangerang.
Tersedia http://www.pdrc.or.id/index.php/en/news/323-kabar-pd-
pelaksanaan-pos-gizi-di-kabupaten-tangerang
Proverawati, Atikah dan Siti Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Puskesmas Cisauk. Materi Revitalisasi Pos Gizi (Bentuk PPT).
Rahim, Fitria Kurnia. 2014. Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.9, No.2, hlm 115–121.
doi:10.15294/kemas.v9i2.2838
Rahmadini, Nurani, Trini Sudiarti, Diah Mulyawati Utari. 2013. Status Gizi Balita
Berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure. Kesmas Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.7, No.2, hlm 538–544.
Rustam. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) (Studi Kasus di Puskesmas Konda Kabupaten
Konawe Selatan). (Tesis). Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program

204
Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial Peminatan Perencanaan dan Evaluasi
Pembangunan Depok, Depok.
Salam, dkk. 2015. Pengaruh Kelas Gizi Berbasis Positive Deviance terhadap
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Balita di Bawah Garis
Merah (BGM) di Desa Mantang Kecamatan Batukliang Kabupaten
Lombok Tengah. Jurnal Kesehatan Prima, Vol. 9, No. 1, hlm 1412-1418.
Stufflebeam, D.L. 1971. The Relevance of the CIPP Evaluation Model for
Educational Accountability. The Ohio State University.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukiarko, Edy. 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar berdasarkan
Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam
Kegiatan Posyandu: Studi di Kecamatan Tempuran Kabupaten Malang.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Dipnegoro Semarang.
Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.
Turnip, Frisda. 2008. Pengaruh Positive Deviance pada Ibu dari Keluarga Miskin
terhadap Status Gizi Anak pada Usia 12-24 Bulan di Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007. (Tesis). Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan.
Ulfani, Dian Hani, Drajat Martianto, dan Yayuk Farida Baliwati. 2011. Faktor-
Faktor Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat kaitannya dengan
Masalah Gizi Underweight, Stunted, dan Wasted di Indonesia:
Pendekatan Ekologi Gizi. Jurnal Gizi dan Pangan, Vol.6, No.1, hlm 59–
65.
UNICEF. 1998. The State of the World’s Children 1998. Tersedia
http://www.unicef.org/sowc98/ (akses 14 Desember 2015).
Wirawan. 2011. Evaluasi: Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi-Contoh Aplikasi
Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program
Nasional pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pedesaan,
Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Pers.
WHO Health Organization. 2015. World Health Statistics 2015. World Health
Organization, Switzerland.
WHO Health Organization. 2014. World Health Statistics 2014. World Health
Organization, Switzerland.
WHO. 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile
Indicators Interpretation Guide. Tersedia
http://www.who.int/nutrition/nlis_interpretation_guide.pdf
Zhang, Guili, Nancy Zeller, Robin Griffith, Debbie Metcalf, Jennifer Williams,
Christine Shea, and Katherine Misulis. 2011. Using the Context, Input,
Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a Comprehensive
Framework to Guide the Planning, Implementation, and Assessment of
Service-learning Programs. Journal of High Education and Outreach
Engagement, Vol.15, No.4, p.57–84.

205
LAMPIRAN

206
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN

TANGERANG TAHUN 2016

Assalamualaikum wr.wb

Perkenalkan saya Yuni Fira Larasaty, mahasiswi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud akan melakukan penelitian

mengenai ―Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016‖.

Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapat gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Pada

penelitian ini, peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden. Setiap

jawaban yang Bapak/Ibu berikan tidak akan mempengaruhi apapun dan akan

terjamin kerahasiaannya.

Atas bantuan dan kesediaan waktu yang telah Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan

terima kasih.

Hormat Saya

Peneliti

(Yuni Fira Larasaty)

207
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah membaca dan memahami penjelasan dari peneliti mengenai penelitian

yang berjudul ―Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016‖.

Saya yakin bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban saya

sebagai responden. Oleh karena itu, saya menyatakan secara sukarela

berpartisipasi dalam penelitian ini dan akan memberikan informasi yang sejujur-

jujurnya.

Tangerang,.....................................2016

Responden

( ………………………………………)

208
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016”

Pewawancara : ……………………….....

Nama Ayah : ………………………......


Umur : ………………………......
Pekerjaan : …………………………..

Nama Ibu : …………………………..


Umur : …………………………..
Pendidikan : …………………………..
Pekerjaan : …………………………..

Nama Balita : …………………………..


Tanggal Lahir : …………………………..
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Umur..........................................bulan
Berat badan balita : BB sebelum mengikuti kegiatan Pos Gizi.................kg
BB sesudah mengikuti kegiatan Pos Gizi..................kg
Kenaikan berat badan sesudah mengikuti kegiatan Pos Gizi..............gram

Anak ke : …… dari..........bersaudara
Alamat : RT: …………… RW: ………….
Desa/Kelurahan: ………………………..

Nama Pos Gizi yang diikuti : …………………..


Kegiatan Pos Gizi yang diikuti.........................hari (lihat absensi kehadiran)

209
Lampiran 4
KUESIONER PENGETAHUAN

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu pilih


A. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PEMBERIAN MAKAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
A3 Menurut ibu, mulai umur berapa 1. Ketika lahir
bulan bayi baru dapat diberikan 2. 4 bulan
[ ] A3
makanan selain ASI? 3. 6 bulan
4. Tidak tahu
A4 Menurut ibu, pada usia berapa tahun 1. < 1 tahun
anak baru dapat disapih (dihentikan 2. 1 - < 2 tahun
[ ] A4
menyusui)? (1) 3. 2 tahun
4. Tidak tahu
A5 Makanan pendamping ASI apakah 1. Nasi tim
yang sebaiknya diberikan pertama 2. Makanan lumat/bubur susu
[ ] A6
kali kepada balita? 3. Makanan lembek
4. Tidak tahu
A6 Menurut ibu, apa yang ibu berikan 1. ASI (Air Susu Ibu) saja
selama 6 bulan? 2. ASI dan susu formula
3. Susu formula, air putih atau
[ ] A7
makanan lain seperti pisang
dan lain-lain
4. Tidak tahu
A7 Bagaimana cara menghadapi anak 1. Diikuti maunya
yang suka meminta dibelikan 2. Kadang diikuti, kadang
makanan jajanan seperti coklat, tidak [ ] A8
permen, kerupuk, dll? 3. Tidak diikuti
4. Tidak tahu
A8 Berapa kali seharusnya anak diberi 1. 1-2 kali
makan dalam sehari? 2. 3 kali
[ ] A9
3. ≥ 3 kali
4. Tidak tahu
A9 Menurut ibu, pada umur berapa anak 1. 6 bulan
mulai diperkenalkan dengan 2. 1 tahun
[ ] A10
makanan keluarga atau makanan 3. 2 tahun
orang dewasa? 4. Tidak tahu
A10 Berapa kali sebaikanya anak 1. 1 kali
diberikan makanan utama? 2. 2 kali
3. 3 kali [ ] A11
4. Tidak tahu
A11 Menurut ibu, kapan waktu yang tepat 1. Sebelum makan
untuk memberikan makanan 2. Diantara waktu makan
cemilan? 3. Sesudah makan [ ] A12
4. Tidak tahu
A12 Bagaimana biasanya cara ibu 1. Menggunakan sabun dan air
membersihkan alat makan dan mengalir
memasak sebelum dipakai? 2. Menggunakan air mengalir
3. Menggunakan sabun dan air [ ] A13
di dalam ember/baskom/bak
4. Tidak tahu

210
A. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PEMBERIAN MAKAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN
PENELITI
A13 Manakah contoh susunan hidangan 1. Nasi + lauk
yang baik? 2. Nasi + sayur
3. Nasi + lauk/pauk + sayur [ ] A14
4. Tidak tahu
A14 Bagaimana cara penyiapan bahan 1. Bahan makanan dipotong
makanan yang baik dan benar? dahulu baru dicuci
2. Bahan makanan di cuci
dahulu lalu dipotong [ ] A15
3. Bahan makanan di langsung
di masak
4. Tidak tahu

B. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG KEBERSIHAN


DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
B1 Berapa kali anak harus mandi dalam 1. Cukup 1 kali
sehari? (1) 2. 2-3 kali
[ ] B1
3. Tidak setiap hari
4. Tidak tahu
B2 Berapa kali sebaiknya anak 1. 1 kali
menggosok gigi? 2. 2 kali
[ ] B2
3. 3 kali
4. Tidak tahu
B3 Kapan waktu yang baik untuk 1. Pagi hari
menggosok gigi? 2. Malam hari
3. Pagi hari, setelah dan
[ ] B3
sesudah makan dan malam
hari sebelum tidur
4. Tidak tahu
B4 Berapa kali anak anda harus 1. 2 kali seminggu
memotong kuku? 2. 3 kali seminggu
[ ] B4
3. Seminggu sekali
4. Tidak tahu

C. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PENCARIAN DAN PEMBERIAN


PERAWATAN KESEHATAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
C1 Bagaimana cara mengetahui 1. Ditimbang setiap bulan
pertumbuhan anak? (1) 2. Diperiksa ke dokter
[ ] C1
3. Diperiksa ke bidan
4. Tidak tahu
C2 Menurut ibu, apa tanda yang terdapat 1. Garis pertumbuhan naik
di KMS (Kartu Menuju Sehat) jika mengikuti salah satu pita
pertumbuhan berat badan anak naik? warna
2. Garis pertumbuhan [ ] C2
mendatar
3. Garis pertumbuhan menurun
4. Tidak tahu
C3 Menurut ibu, apa manfaat anak 1. Untuk mengetahui [ ] C3

211
C. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PENCARIAN DAN PEMBERIAN
PERAWATAN KESEHATAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
ditimbang setiap bulan? kecerdasan anak
2. Untuk mengetahui
pertumbuhan dan status
kesehatan anak
3. Untuk mengetahui daya
tahan tubuh anak
4. Tidak tahu
C4 Menurut ibu, berapa kali sebaiknya 1. 1 kali dalam 2 bulan
anak ditimbang di Posyandu? 2. 1 kali dalam sebulan
3. Jika pada bulan vitamin A [ ] C4
saja
4. Tidak tahu
C5 Bagaimana cara mengatasi anak yang 1. Memberikan larutan gula
diare? garam/oralit
2. Memberikan minum
sebanyak-banyaknya [ ] C5
3. Dibawa ke dokter/petugas
kesehatan/Puskesmas
4. Tidak tahu
C6 Bagaimana cara mengatasi anak yang 1. Mengkompres
menderita demam? 2. Memberi obat penurun
panas
[ ] C6
3. Dibawa ke petugas
kesehatan/Puskesmas
4. Tidak tahu

D. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG KURANG GIZI


DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN
PENELITI
D1 Menurut ibu, apa arti dari kurang 1. Anak kurang energi dan
gizi? protein dalam tubuh atau
badannya kurus sekali
2. Anak kurang konsumsi [ ] D1
makanan
3. Anak kurus dan lemah
4. Tidak tahu
D2 Apa tanda-tanda anak yang 1. Balita tampak kurus, lesu,
mengalami kekurangan gizi? malas, dan cengeng
2. Balita kurang nafsu makan [ ] D2
3. Balita cengeng dan kurus
4. Tidak tahu
D3 Menurut ibu, apa akibat dari anak 1. Pertumbuhan dan
yang mengalami kurang gizi? perkembangan anak tidak
normal (terhambat)
2. Pertumbuhan anak
[ ] D3
terhambat
3. Perkembangan anak tidak
bertambah
4. Tidak tahu
D4 Menurut ibu, bagaimana cara 1. Memberikan ASI Eksklusif [ ] D4

212
D. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG KURANG GIZI
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN
PENELITI
pencegahan untuk anak kurang gizi? selama 6 bulan, memberikan
makanan bergizi
2. Memberikan makanan yang
anak minta
3. Tidak memperdulikan
kondisi anak
4. Tidak tahu
D5 Menurut ibu, apa penyebab anak 1. Kurang makan, kurang
kurang gizi? pendapatan
2. Penyakit infeksi, kurang
makan yang bergizi, pola
[ ] D5
asuh yang kurang,
3. Kurang perhatian dari orang
tua
4. Tidak tahu
Sumber:
1. Ayu, Sri Dara. 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi terhadap Pola Asuh,
Kejadian Infeksi dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein (The Effect of
Nutritional Outreach Program on Caring Pattern, Infectious Disease Rates and The
Anthropometric Status of Underweight Underfive Children). Tesis. Semarang:
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

213
Lampiran 5

KUESIONER PERILAKU IBU TENTANG POLA ASUH

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu pilih


A. PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
Pertanyaan A1-A12 tentang ASI DAN MP-ASI untuk anak usia 0-23 bulan
A1 Apakah anak pernah disusui atau diberi ASI (Air 1. Ya
[ ] A1
Susu Ibu)? (2, 3) 2. Tidak  lanjut ke A10
A2 a. Apakah ketika baru lahir, anak dilakukan 1. Ya
[ ] A2a
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)? (3) 2. Tidak  lanjut ke A3
b. Berapa lama ibu dan bayi melakukan Inisiasi 1. < 1 jam
[ ] A2b
Menyusu Dini (IMD)? (3) 2. ≥ 1 jam
A3 Kapan ibu mulai melakukan proses menyusui
untuk pertama kali, setelah anak dilahirkan? (2, 3) [ ][ ]
Jika kurang dari 1 jam, tulis 00 a................jam A3a
Jika kurang dari 24 jam, tulis dalam jam
Jika 24 jam atau lebih, tulis dalam hari [ ] A3b
b.................hari
A4 Apa yang dilakukan ibu terhadap kolostrum (ASI yang pertama keluar, biasanya
encer, bening dan atau berwarna kekuning-kuningan)? (2, 3)
1. Diberikan semua kepada bayi 3. Dibuang semua, kemudian ASI
diberikan kepada bayi [ ] A4
2. Dibuang sedikit kemudian ASI 8. Tidak tahu
diberikan kepada bayi
A5 Apakah sebelum disusui yang pertama kali 1. Ya
atau sebelum ASI keluar/lancar, anak 2. Tidak  lanjut ke A7
[ ] A5
pernah diberi minuman (cairan) atau 3. Tidak tahu  lanjut ke A7
makanan selain ASI)? (2, 3)
A6 Apa jenis minuman/makanan yang pernah diberikan kepada anak sebelum mulai disusui atau
sebelum ASI keluar/lancar? (2, 3)
A6a Susu formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A6a
A6b Sus non formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A6b
A6c Madu/madu + air 1. Ya 2. Tidak [ ] A6c
A6d Air gula 1. Ya 2. Tidak [ ] A6d
A6e Air tajin 1. Ya 2. Tidak [ ] A6e
A6f Air kelapa 1. Ya 2. Tidak [ ] A6f
A6g Kopi 1. Ya 2. Tidak [ ] A6g
A6h Teh manis 1. Ya 2. Tidak [ ] A6h
A6i Air putih 1. Ya 2. Tidak [ ] A6i
A6j Bubur tepung/bubur saring 1. Ya 2. Tidak [ ] A6j
A6k Pisang dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A6k
A6l Nasi dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A6l
A7 Apakah saat ini anak masih disusui? (2, 3) 1. Ya  lanjut ke A9
[ ] A7
2. Tidak
A8 Pada umur berapa bulan, anak disapih/mulai tidak
disusui lagi? (2, 3) ……….. bulan  lanjut [ ] [ ] A8
Bila tidak tahu, tulis 88 ke A10
A9 Apakah dalam 24 jam terakhir, anak hanya 1. Ya  lanjut ke A12
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) saja dan tidak 2. Tidak
[ ] A9
diberi minuman (cairan) dan atau makanan selain
(2, 3)
ASI?

214
A. PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN
PENELITI
A10 Pada saat anak umur berapa, ibu pertama kali mulai memberikan minuman
[ ] A10
(cairan) atau makanan selain ASI? (3)
1. 0-7 hari 3. 29 hari - < 2 bulan 5. 3 - < 4 bulan 7. ≥ 6 bulan
2. 8-28 hari 4. 2 - < 3 bulan 6. 4 - < 6 bulan 8. Tidak tahu
A11 Apa jenis minuman (cairan) atau makanan selain ASI, yang pertama kali mulai diberikan kepada
anak pada umur tersebut? (3)
A11a Susu formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A11a
A11b Susu non formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A11b
A11c Bubur formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A11c
A11d Biskuit 1. Ya 2. Tidak [ ] A11d
A11e Bubur tepung/bubur saring 1. Ya 2. Tidak [ ] A11e
A11f Air tajin 1. Ya 2. Tidak [ ] A11f
A11g Pisang dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A11g
A11h Bubur nasi/nasi tim/nasi dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A11h
A12 Apakah anak pernah menggunakan 1. Ya 2. Tidak
[ ] A12
botol/dot/kempengan sebelum usia 6 bulan? (3)
Pertanyaan untuk usia 24-59 bulan
A13 Apakah saat ini anak masih mendapat ASI? (2) 1. Ya
[ ] A13
2. Tidak  lanjut ke A15
A14 Dalam sehari semalam, berapa kali frekuensi [ ][ ]
anak mendapatkan ASI? (2) …………. kali A14
A15 Apakah saat ini anak mengonsumsi susu formula? 1. Ya 2. Tidak [ ] A15
A16 Bagaimana cara pemberian susu kepada anak?
A16a Botol susu 1. Ya 2. Tidak [ ] A16a
A16b Gelas/cangkir 1. Ya 2. Tidak [ ] A16b
A16c Lain-lain, 1. Ya 2. Tidak [ ] A16c
Sebutkan …………………………………….
A17 Dalam 24 jam terakhir, berapa kali anak [ ][ ]
mengonsumsi susu formula? …….. kali A17
A18 Apakah anak sudah diperkenalkan makanan 1. Ya 2. Tidak
[ ] A18
keluarga (nasi, lauk-pauk, sayur, buah)?
A19 Mulai umur berapa bulan anak diperkenalkan
[ ][ ]
makanan keluarga (nasi, lauk-pauk, sayur, buah) ……….. bulan
A19
oleh ibu?
Pertanyaan untuk usia 6-59 bulan
A20 Apakah anak makan dengan cara disuapi? 1. Ya 2. Tidak [ ] A20
A21 a. Bila anak makan sendiri, apakah ada yang 1. Ya 2. Tidak
[ ] A21a
mengawasi dan mendampingi?
b. Siapa yang mengawasi dan mendampingi anak saat makan sendiri? (Jawaban tidak dibacakan)
1. Ibu 3. Nenek/kakek/saudara kandung/kakak
[ ] A21b
2. Ayah
A22 Apa yang akan ibu lakukan jika anak tidak mau makan?
A22a Dibujuk terus, disuapi sedikit-sedikit 1. Ya 2. Tidak
[ ] A22a
sambil digendong atau sambil bermain
A22b Dipaksa agar mau makan 1. Ya 2. Tidak [ ] A22b
A22c Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] A22c
A23 Berapa kali frekuensi pemberian makanan utama
[ ] A23
anak dalam sehari? ……….. kali
A24 Berapa kali frekuensi pemberian makanan selingan
[ ] A24
anak dalam sehari? ……….. kali
A25 Apa susunan hidangan makanan anak sehari-hari?

215
A. PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN
PENELITI
A25a Nasi + lauk 1. Ya 2. Tidak [ ] A25a
A25b Nasi + sayur 1. Ya 2. Tidak [ ] A25b
A25c Nasi + lauk/pauk + sayur 1. Ya 2. Tidak [ ] A25c
A25d Nasi + lauk/pauk + sayur + buah 1. Ya 2. Tidak [ ] A25d
A26 Setiap anak makan, apakah selalu ada lauk? 1. Ya 2. Tidak [ ] A26
A27 Setiap anak makan, apakah selalu ada sayur? 1. Ya 2. Tidak [ ] A27
A28 Apa yang akan ibu lakukan jika anak tidak mau makan sayur?
A28a Dibujuk dan disuapi terus atau sayur 1. Ya 2. Tidak
[ ] A28a
dicampur makanan kesukaannya
A28b Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] A28b
A29 Apakah anak selalu sarapan pagi setiap hari? 1. Ya 2. Tidak [ ] A29
A30 a. Apakah anak ibu suka jajan? 1. Ya 2. Tidak [ ] A30a
b. Jajanan apa yang biasa dibeli anak? 1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………......................................

B. PERILAKU PENGASUHAN BALITA


DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
B1 Apakah ayah anak ikut berperan dalam mengasuh 1. Ya 2. Tidak
[ ] B1
balita?
B2 Berapa jam waktu yang dihabiskan ayah dalam
[ ] [ ] B2
satu hari bersama anak? …………… jam
B3 Apakah ibu mengawasi anak ketika bermain? 1. Ya 2. Tidak [ ] B3
B4 Apakah ibu sering mengajak anak bermain? 1. Ya 2. Tidak [ ] B4
B5 Siapa yang mengasuh anak, ketika ibu sedang berpergian? (pengasuh kedua)
B5a Tetangga 1. Ya 2. Tidak [ ] B5a
B5b Ayah, kakak/saudara kandung, nenek 1. Ya 2. Tidak [ ] B5b
B5c Lain-lain 1. Ya 2. Tidak [ ] B5c
Sebutkan ……………………………………

C. PERILAKU KEBERSIHAN BALITA


DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
C1 Apakah ibu selalu mencuci tangan dengan sabun? 3
C1a Sebelum menyiapkan makanan 1. Ya 2. Tidak [ ] C1a
C1b Setiap kali tangan kotor (memegang 1. Ya 2. Tidak
[ ] C1b
uang, binatang, berkebun)
C1c Setelah buang air besar 1. Ya 2. Tidak [ ] C1c
C1d Setelah menceboki bayi 1. Ya 2. Tidak [ ] C1d
C1e Setelah menggunakan 1. Ya 2. Tidak
[ ] C1e
pestisida/insektisida
C1f Sebelum menyusui bayi 1. Ya 2. Tidak [ ] C1f
C2 Dimana anak biasanya buang air besar? (Jawaban tidak dibacakan) (3)
1. Jamban 4. Lubang tanah
2. Kolam/sawah/selokan 5. Pantai/tanah lapang/kebun/halaman [ ] C2
3. Sungai/danau/laut
C3 Apakah anak biasa menyikat gigi setiap hari? (3) 1. Ya 2. Tidak [ ] C4
C4 Kapan saja anak menyikat gigi? (3)

216
C4a Saat mandi pagi 1. Ya 2. Tidak [ ] C4a
C4b Saat mandi sore 1. Ya 2. Tidak [ ] C4b
C4c Sesudah makan pagi 1. Ya 2. Tidak [ ] C4c
C4d Sesudah bangun pagi 1. Ya 2. Tidak [ ] C4d
C4e Sebelum tidur malam 1. Ya 2. Tidak [ ] C4e
C4f Sesudah makan siang 1. Ya 2. Tidak [ ] C4f
C5 Berapa kali anak mandi dalam sehari? …………….kali [ ] C5
C6 Apakah setiap mandi, anak menggunakan:
C6a Sabun 1. Ya 2. Tidak [ ] C6a
C6b Sampo 1. Ya 2. Tidak [ ] C6b
C7 Apakah ibu selalu mengganti pakaian balita setiap 1. Ya 2. Tidak
[ ] C7
hari?
C8 Apakah ibu selalu memotong kuku balita? 1. Ya 2. Tidak [ ] C8
C9 Berapa kali ibu memotong kuku balita dalam …………… kali
[ ] C9
seminggu?
C10 Apakah setiap keluar rumah balita selalu 1. Ya 2. Tidak
[ ] C10
menggunakan alas kaki?

D. PERILAKU PENCARIAN DAN PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN


DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN PENELITI
D1 Dalam sebulan terakhir, apa anak ibu pernah sakit? 1. Ya  lanjut ke D2
[ ] D1
2. Tidak  lanjut ke D4
D2 Dalam satu bulan terakhir, berapa kali anak ibu
[ ] D2
mengalami sakit? ………….. kali
D3 Gejala penyakit yang diderita anak dalam sebulan terakhir:
D3a Diare 1. Ya 2. Tidak [ ] D3a
D3b Batuk 1. Ya 2. Tidak [ ] D3b
D3c Flu 1. Ya 2. Tidak [ ] D3c
D3d Demam 1. Ya 2. Tidak [ ] D3d
D4 Apakah pada saat diare, anak diatasi dengan 1. Ya 2. Tidak
pemberian oralit/pemberian larutan gula [ ] D4
garam/cairan rumah tangga? (1)
D5 Tindakan apa yang akan ibu lakukan saat anak mengalami demam:
D5a Mengkompres 1. Ya 2. Tidak [ ] D5a
D5b Memberi obat penurun panas 1. Ya 2. Tidak [ ] D5b
D6 Apa yang dilakukan ibu ketika anak tidak mau minum obat?
D6a Dibujuk terus-menerus 1. Ya 2. Tidak [ ] D6a
D6b Diberikan dengan mencampurkannya 1. Ya 2. Tidak
[ ] D6b
pada makanan kesukaan
D6c Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] D6c
D7 Apa tindakan ibu ketika anak mengalami diare/demam/batuk/sakit lainnya jika semakin berat?
D7a Dibawa ke petugas 1. Ya 2. Tidak
kesehatam, [ ] D7a
Puskesmas/RS
D7b Diobati di dukun 1. Ya 2. Tidak [ ] D7b
D7c Diobati sendiri 1. Ya 2. Tidak [ ] D7c
D7d Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] D7d
D8 Apakah anak pernah mendapat 1. Ya  lanjut ke D10
imunisasi? (3) 2. Tidak pernah  lanjut ke D11 [ ] D8
3. Tidak tahu  lanjut ke D10
D9 Apa alasan anak ―tidak pernah‖ mendapat imunisasi? (3)
[ ] D9
Jawaban dapat lebih dari sati. Jika lebih dari satu, jumlah kode jawaban

217
D. PERILAKU PENCARIAN DAN PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN
DIISI OLEH
PERTANYAAN JAWABAN
PENELITI
01. Keluarga tidak mengizinkan 08. Tidak tahu tempat imunisasi
02. Takut anak menjadi panas 16. Tempat imunisasi jauh
04. Anak sering sakit 32. Sibuk/repot
D10 Apakah memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat)? (3)
1. Ya, dapat menunjukkan
2. Ya, tidak dapat menunjukkan (disimpan kader/bidan/di Posyandu) [ ] D10
3. Pernah memiliki, tetapi sudah hilang
4. Tidak pernah memiliki
D11 Apakah dalam 6 bulan terakhir, anak ditimbang? 1. Ya
(3) [ ] D11
2. Tidak  lanjut ke D12
D12 Dalam 6 bulan terakhir, berapa kali anak
ditimbang? (3) ………. kali [ ] D12
Jika “Tidak Tahu”, isi kode 88
D13 Mengapa dalam 6 bulan terakhir, balita ―tidak pernah ditimbang‖, sebutkan
[ ] D13
alasan utamanya: (3)
1. Anak sudah besar (≥ 1 tahun) 4. Bosan kalau hanya ditimbang 7. Tempatnya
jauh
2. Anak sudah selesai imunisasi 5. Lupa/tidak tahu jadwalnya 8. Sibu/repot
3. Anak tidak mau ditimbang 6. Tidak ada tempat penimbangan 9. Malas
Sumber:
1. Depkes RI. 2007. Kuesioner Individu Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2. Kemenkes RI. 2010. Kuesioner Individu Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
3. Kemenkes RI. 2013. Kuesioner Individu Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

218
Lampiran 6

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG), Kader Pos Gizi dan Pemegang

Program Gizi di Dinas Kesehatan

“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN

TANGERANG TAHUN 2016”

Petunjuk Umum Wawancara:

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai.


2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan jabatan.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti.
5. Dalam diskusi, informan bebas mengeluarkan pendapat.
6. Jelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah dan benar serta dijada
kerahasiaannya, tetapi informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,
harapan, dan saran yang berkaitan dengan topik wawancara.
7. Catat seluruh pembicaraan
8. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang terbatas saat
itu.

Pelaksanaan:

Hari/Tanggal : ………………………..
Nama Pewawancara : ………………………..
Lamanya : ………………………..

Karakteristik Informan

1. Nama Informan : ……………………………………..


2. Pendidikan Terakhir : ……………………………………..
3. Tempat/Tanggal Lahir : ……………………………………..
4. Alamat Informan : ……………………………………..
5. Telepon : ……………………………………..
6. Email : ……………………………………..
7. Lamanya bekerja : ……………………………………...

219
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan Kader Pos
Gizi Pokok Bahasan:
1. Input
a. Man
1) Berapa jumlah SDM (sumber daya manusia) dalam pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah SDM (sumber daya manusia) tersebut sudah mencukupi dalam
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Jika belum mencukupi, apa yang
akan dilakukan?
3) Apakah ada kriteria khusus untuk SDM dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi? Jika Ya, jelaskan kriteria khusus untuk SDM dalam
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Jika Tidak, jelaskan pula kenapa
tidak terdapat kriteria khusus untuk SDM dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi?
4) Siapa saja peserta dalam kegiatan Pos Gizi?
5) Apakah semua peserta mengikuti kegiatan Pos Gizi dari awal hingga
akhir kegiatan?
6) Bagaimana cara yang dilakukan agar semua peserta dapat mengikuti
kegiatan Pos Gizi?
7) Apakah petugas kesehatan (TPG dan kader Pos Gizi) menerima
pelatihan khusus tentang Pos Gizi? Siapa yang mengadakan pelatihan
tersebut? Berapa lama pelatihannya?
b. Money
1) Bagaimana dana untuk pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Berasal
darimana dana untuk kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah dana tersebut sudah sesuai dengan yang direncanakan? Jika
tidak sesuai, apa yang akan dilakukan?
3) Apakah dana tersebut sudah mencukupi untuk kegiatan Pos Gizi? Jika
belum mencukupi, maka apa yang akan dilakukan agar kegiatan Pos
Gizi tetap berjalan?
c. Material dan Machine
1) Bagaimana sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
Berasal darimana sarana dan prasarana yang ada dalam kegiatan Pos
Gizi?
2) Apa saja sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan Pos
Gizi?
3) Bagaimana cara mengatasi jika sarana prasarana dalam pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi belum terpenuhi?
4) Apakah ada alat ukur seperti lembar pre-post, lembar observasi untuk
kegiatan Pos Gizi?
d. Method
1) Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah metode tersebut sudah tepat dilakukan dalam kegiatan Pos
Gizi? Jika Ya, jelaskan apa yang terjadi apabila menggunakan metode
tersebut?

220
e. Market
1) Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengajak atau mempromosikan
kegiatan Pos Gizi ke ibu balita?
2) Siapa yang menjadi target dalam penyampaian informasi kegiatan Pos
Gizi?
2. Proses
a. Tahap persiapan
1) Bagaiama persiapan sebelum kegiatan Pos Gizi? Apa yang akan
dilakukan?
b. Tahap pelaksanaan kegiatan
1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Berapa lama waktu dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
3) Apakah ibu balita membawa kontribusi makanan pada saat
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Apa saja yang biasanya ibu balita
bawa?
4) Apakah ibu balita/pengasuh membantu memasak dan menyiapkan
makan dalam kegiatan Pos Gizi?
5) Apakah Pos Gizi memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan
kesehatan? Jika Ya, bagaimana kader memberikan penyuluhan
kesehatan? Materi apa saja yang diberikan pada saat penyuluhan?
Berapa lama penyuluhan dilakukan pada saat pelaksanaan?
6) Apakah kader melakukan pergantian (rolling) kegiatan? Bagaimana
kader mengatur kader lain dalam pembagian tugas pada kegiatan Pos
Gizi?
7) Bagaimana sistem pencatatan seperti kehadiran, dana, menu makanan,
porsi makanan yang dihabiskan, dan kontribusi makanan yang ibu
balita bawa?
8) Bagaimana pelaporan yang dilakukan petugas kesehatan (TPG dan
kader Pos Gizi) untuk kegiatan Pos Gizi?
9) Bagaimana monitoring dan evaluasi yang dilakukan untuk kegiatan
Pos Gizi?
10) Bagaimana hambatan yang terjadi saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
11) Bagaimana cara mengatasi hambatan yang terjadi saat pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
12) Apa yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
c. Tahap tindak lanjut kegiatan
1) Bagaimana kader melakukan pemantauan setelah Pos Gizi berakhir?
2) Apakah TPG juga melakukan pemantauan?
3. Output
a. Bagaimana keadaan status gizi balita sebelum dan sesudah mengikuti Pos
Gizi?
b. Apakah semua peserta yang teridentifikasi kurang gizi (gizi buruk dan gizi
kurang) menghadiri kegiatan Pos Gizi?
c. Dari semua peserta yang hadir, berapa peserta Pos Gizi yang lulus? Apa
yang akan dilakukan TPG dan kader pada peserta yang lulus?

221
d. Apakah ada peserta Pos Gizi yang tidak lulus dan tidak mengikuti kegiatan
Pos Gizi? Apa yang akan dilakukan TPG dan kader untuk meningkatkan
status gizi mereka?

Pemegang Program Gizi di Dinas


Kesehatan Pokok Bahasan:
1. Input
a. Man
1) Siapa saja SDM (sumber daya manusia) dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi?
2) Apakah ada kriteria khusus untuk SDM dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi?
b. Money
1) Bagaimana pentingnya alokasi dana untuk kegiatan Pos Gizi?
c. Material dan Machine
1) Apa saja sarana dan prasarana yang diberikan untuk kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah ada alat ukur seperti lembar pre-post, lembar observasi untuk
kegiatan Pos Gizi? Apakah alat ukur tersebut digunakan dalam
kegiatan Pos Gizi?
d. Method
1) Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2. Proses
a. Tahap pelaksanaan kegiatan
1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Berapa lama waktu dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
3) Apakah kegiatan Pos Gizi mempunyai pedoman untuk
pelaksanaannya? Pedoman apa yang digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
4) Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan untuk kegiatan Pos Gizi?
5) Bagaimana pelaporan yang diterima oleh Dinkes tentang status gizi
anak dari Puskesmas?
6) Bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh Dinkes setelah
menerima laporan dari Puskesmas?
7) Bagaimana monitoring dan evaluasi yang dilakukan untuk kegiatan
Pos Gizi

222
Lampiran 7

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Bagi Ibu Balita dan Pengasuh

“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN

TANGERANG TAHUN 2016”

Petunjuk Umum Wawancara:

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai.


2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan jabatan.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti.
5. Dalam diskusi, informan bebas mengeluarkan pendapat.
6. Jelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah dan benar serta dijada
kerahasiaannya, tetapi informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,
harapan, dan saran yang berkaitan dengan topik wawancara.
7. Catat seluruh pembicaraan
8. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang terbatas saat
itu.

Pelaksanaan:

Hari/Tanggal : ………………………..
Nama Pewawancara : ………………………..
Lamanya : ………………………..
Karakteristik Informan

1. Nama Informan : ……………………………………..


2. Pendidikan Terakhir : ……………………………………..
3. Tempat/Tanggal Lahir : ……………………………………..
4. Alamat Informan : ……………………………………..

223
Pokok Bahasan:
1. Input
a. Man
1) Bagaimana TPG dan kader dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Siapa yang dominan untuk melaksanakan kegaiatan Pos Gizi?
Alasannya kenapa?
b. Material dan Machine
1) Apa saja sarana dan prasarana yang diberikan untuk kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah cukup sarana dan prasarana yang ada dalam kegiatan Pos
Gizi?
c. Method
1) Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
d. Market
1) Apakah ibu balita pernah mendapatkan informasi mengenai kegiatan
Pos Gizi?
2) Bagaimana cara ibu mengetahui informasi mengenai kegiatan Pos
Gizi?
2. Proses
a. Tahap persiapan
1) Apakah sebelum kegiatan Pos Gizi, kader memberitahukan ibu untuk
membawa kontribusi bahan makanan dan KMS?
b. Tahap pelakasanaan kegiatan
1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah metode yang dilakukan oleh kader disukai oleh ibu dalam
kegaitan Pos Gizi?
3) Bagaimana siklus dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
4) Apakah ibu terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
5) Apakah ibu membawa kontribusi bahan makanan dalam kegaitan Pos
Gizi?

224
Lampiran 8

PEDOMAN OBSERVASI

“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016”

Nama Pos Gizi : ……………………………………………

Desa/Kelurahan : …………………………………………….

Sesi Pos Gizi : …………………………………………….

Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan


Input
SDM Balita
Ibu balita/pengasuh
Kader Pos Gizi
TPG (Tenaga Pelaksana Gizi)
Sarana dan Struktur organisasi
Prasarana Buku pendaftaran dan formulir
Buku kehadiran balita
Formulir pemantauan
Formulir alat pemantauan
Lembar KMS
Timbangan dacin
Timbangan badan
Lengt board (alat ukur panjang badan)
Mikrotoise (alat ukur tinggi badan)
Gambar dan materi penyuluhan
Daftar menu yang dibuat
Catatan porsi yang dihabiskan
Buku catatan dana/keuangan
Peralatan masak
Peralatan bermain
Peralatan kebersihan
Memiliki WC
Fasilitas cuci tangan
Proses
Tahap Pencatatan kehadiran balita
pelaksanaan
Menimbang berat badan balita pada
hari pertama kegiatan Pos Gizi
Menimbang berat badan balita pada
hari terakhir kegiatan Pos Gizi
Membersihkan bahan makanan
Memasak bahan makanan

225
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
Menyiapkan makanan
Praktek memasak ibu balita dan kader
Praktek pemberian makan balita
Praktek pengasuhan balita
Praktek kebersihan balita (mencuci
tangan, dll)
Praktek pencarian dan pemberian
perawatan kesehatan
Penyuluhan materi kesehatan seperti
pemberian ASI, pemberian makanan
yang baik, kebersihan, pengasuhan
anak yang baik, perawatan kesehatan
yang baik, merawat anak yang kurang
gizi di rumah
Evaluasi Lembar pre-post untuk mengetahui
perilaku ibu
Lembar ceklis untuk kontribusi bahan
makanan yang ibu bawa
Tanya jawab antara ibu balita dan kader
Interview atau wawancara antara kader
dan ibu balita

226
Lampiran 9
Karakteristik Informan Utama Kader

Umur Lama jadi Kader


No Nama Pendidikan Lokasi Pos Gizi
(thn) (thn)
1 Ibu Y 52 SMP 19 Desa Cibogo
2 Ibu N 54 SMEA 25 Desa Cibogo
3 Ibu Rk 67 SD 20 Desa Cibogo
4 Ibu R 61 SMA 20 Desa Cibogo
5 Ibu M 48 SMA 25 Kelurahan Cisauk
6 Ibu W 50 SMA 28 Kelurahan Cisauk

Karakteristik Informan Utama Ibu Balita yang Hadir

Status
Umur Pekerjaan Pekerjaan Lokasi
No Nama Pendidikan Gizi
(thn) Ibu Ayah Pos Gizi
Balita
1 Ibu D 18 SD IRT Tukang Desa buruk
Bangunan Cibogo
2 Ibu P 43 SMP IRT Buruh Desa kurang
Cibogo
3 Ibu R 30 TIDAK IRT Tidak Desa buruk
SEKOLAH bekerja Cibogo
4 Ibu Rh 28 SMP IRT Pedagang Desa buruk
Cibogo
5 Ibu Rd 23 SMA IRT Wiraswasta Kelurahan kurang
Cisauk
6 Ibu Rm 23 SMA IRT Buruh Kelurahan kurang
Cisauk
7 Ibu S 28 SMA IRT Wiraswasta Kelurahan kurang
Cisauk
KETERANGAN:
IRT: Ibu Rumah Tangga

227
Lampiran 10
Karakteristik Ibu Balita Pos Gizi

Pos Gizi
Umur Pekerjaan Pekerjaan
No Nama Pendidikan yang Kehadiran
(thn) Ibu Ayah Diikuti
1 Ibu D 18 SD IRT tukang Mekar hadir
bangunan
2 Ibu P 43 SMP IRT buruh Mekar hadir
3 Ibu R 30 TIDAK IRT tidak Mekar hadir
SEKOLAH bekerja
4 Ibu Rh 28 SMP IRT pedagang Mekar hadir
5 Ibu Mae tidak tahu IRT tidak tahu Mekar hadir
6 Ibu Rd 23 SMA IRT wiraswasta Mekar hadir
7 Ibu Am & Ap tidak tahu IRT tidak tahu Mekar hadir
8 Ibu Yu tidak tahu IRT tidak tahu Mekar hadir
9 Ibu Rm 23 SMA IRT buruh Bintang hadir
10 Ibu Ap 34 tidak tahu IRT tidak tahu Bintang hadir
11 Ibu S 28 SMA IRT supir Bintang hadir
12 Ibu Ma 24 SMA IRT wiraswasta Bintang hadir
13 Ibu Ag 44 SMP IRT buruh Bintang hadir
14 Ibu Ga 21 SMA IRT wiraswasta Bintang hadir
15 Ibu Cha 36 tidak tahu IRT buruh Bintang hadir
16 Ibu An tidak tahu IRT tidak tahu Bintang hadir
17 Ibu Fa 20 tidak tahu IRT wiraswasta Bintang hadir
18 Ibu Se 24 tidak tahu IRT buruh Bintang hadir
19 Ibu Au tidak tahu IRT tidak tahu Bintang hadir
KETERANGAN:
IRT: Ibu Rumah Tangga

228
Lampiran 11
Karakteristik Balita

BB Hari BB Hari
Umur Jenis Anak Kehadir Kehadiran Perubahan Status Gizi Status Gizi Perubahan
No Nama ke-1 ke-10 Riwayat Penyakit
(bln) Kelamin ke an (hari) persesi BB (gr) Hari ke 1 Hari ke 10 Status Gizi
(kg) (kg)
1 Da 42 L 1 9 Sesi ke-2 10 10,5 500 BURUK BURUK sama tidak ada
2 Pu 30 P 4 9 Sesi ke-2 9,5 9,3 -200 KURANG KURANG sama tidak ada
3 Re 14 L 4 10 Sesi ke-2 5,8 6,15 350 BURUK BURUK sama ada
4 Rae 31 L 1 9 Sesi ke-2 9,35 10,05 700 BURUK KURANG naik ada
5 Mae 30 P 2 5 Sesi ke-2 8,9 9 -100 BURUK KURANG naik tidak ada
6 Ri 56 L 1 3 Sesi ke-2 12,1 12,45 350 KURANG KURANG sama tidak ada
7 Am 40 P 2 1 Sesi ke-2 10,8 10,8 0 KURANG KURANG sama tidak ada
8 Ap 30 L 3 1 Sesi ke-2 9,4 9,4 0 BURUK BURUK sama tidak ada
9 Yu 26 P 2 3 Sesi ke-2 0 BURUK BURUK sama ada
10 Ra 38 P 1 10 Sesi ke-3 11 11 0 KURANG KURANG sama tidak ada
11 Ap 52 P 3 9 Sesi ke-3 12,5 12,6 100 KURANG KURANG sama tidak ada
12 Sya 40 P 1 10 Sesi ke-3 11,1 11,2 100 KURANG KURANG sama tidak ada
13 Ma 37 P 1 8 Sesi ke-3 10,1 10,3 200 KURANG KURANG sama tidak ada
14 Ag 38 L 6 10 Sesi ke-3 11,3 11,3 0 KURANG KURANG sama tidak ada
15 Ga 23 L 1 5 Sesi ke-3 9 9 0 KURANG KURANG sama tidak ada
16 Cha 14 P 5 8 Sesi ke-3 7 7,5 500 KURANG KURANG sama ada
17 An 30 P 2 6 Sesi ke-3 9,2 9,4 200 KURANG KURANG sama tidak ada
18 Fa 20 L 1 2 Sesi ke-3 8 8 0 BURUK BURUK sama tidak ada
19 Se 26 L 1 7 Sesi ke-3 8,6 8,5 -100 BURUK BURUK sama ada
20 Au 17 P 2 6 Sesi ke-3 7,8 7,8 0 KURANG KURANG sama ada

228
Lampiran 12

Karakteristik Kader Desa Cibogo

Jumlah
Kehadiran
No Nama Kehadiran Pelatihan Kader
Kader
(hari)
1 Ibu H Hadir 6 Tidak terlatih
2 Ibu Y Hadir 9 Terlatih
3 Ibu N Hadir 2 Terlatih
4 Ibu Rk Hadir 7 Terlatih
Terlatih tapi jarang datang
Tidak
5 Ibu Dw 0 karena sibuk kegiatan
hadir
PAUD
Tidak
6 Ibu Ev 0 Tidak terlatih
hadir
7 Ibu R Hadir 10 Terlatih
8 Ibu Tu Hadir 10 Terlatih
9 Ibu Ma Hadir 10 Tidak terlatih

Karakteristik Kader Kelurahan Cisauk

Jumlah
Kehadiran
No Nama Kehadiran Pelatihan Kader
Kader
(hari)
1 Ibu M hadir 9 tidak terlatih
2 Ibu W hadir 9 terlatih
3 Ibu De hadir 7 tidak terlatih
4 Ibu He hadir 9 tidak terlatih
5 Ibu Em hadir 8 tidak terlatih
6 Ibu Ne hadir 3 tidak terlatih
7 Ibu An hadir 2 tidak terlatih
8 Ibu Sri hadir 5 tidak terlatih
9 Ibu Ay hadir 1 tidak terlatih

229
Lampiran 13
Protokol Pos Gizi Mekar Desa Cibogo

peserta
No Nama peserta lama
baru
1 Tiara lama
2 Danu lama
3 Zainul baru
4 Sofiah baru
5 Karisti lama
6 Putri lama
7 Aprilia baru
8 Hafifah baru
9 Reza baru
10 Yuliana baru
11 Ridho baru

Protokol Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk

No Nama Peserta baru


1 Aulia baru
2 Fadliansyah baru
3 Rahma baru
4 Naomi baru
5 Ahza baru
6 Andin baru
7 Septi baru
8 Syakira baru
9 Agung baru
10 Zahira baru
11 Zahida baru
12 Chantika baru
13 Danesh baru
14 Azikry baru
15 Marisa baru
16 Gatan baru
17 Dalil baru

230
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI

“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016”

Nama Pos Gizi : Pos Gizi


Mekar Desa/Kelurahan : Desa
Cibogo
Sesi Pos Gizi : I (5 September s/d 17 September 2016) dan II (27
Oktober s/d 5 November 2016)

Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan


Input
Balita 
Ibu balita/pengasuh 
Kader Pos Gizi 
SDM TPG (Tenaga Pelaksana Gizi)  Tidak datang pada saat
pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi
Struktur organisasi 
Buku pendaftaran dan formulir 
Buku kehadiran balita 
Formulir pemantauan 
Formulir alat pemantauan 
Lembar KMS 
Timbangan dacin  Ada namun hanya alat
ukurnya saja tidak ada
tripot
Timbangan badan  Ada namun sedang
digunakan di Poskesdes
Lengt board (alat ukur 
panjang badan)
Sarana dan Mikrotoise (alat ukur tinggi  Ada namun tidak
Prasarana badan) digunakan
Gambar dan materi 
penyuluhan
Daftar menu yang dibuat  Ada namun menu yang
dimasak tidak sesuai
dengan menu yang sudah
ada
Catatan porsi yang dihabiskan  Ada dicatat dimading
dengan menggunakan
karton
Buku catatan dana/keuangan 
Peralatan masak 
Peralatan bermain 
Peralatan kebersihan  Hanya terdapat sapu dan

231
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
tempat sampah
Memiliki WC  Ada namun tidak
digunakan
Fasilitas cuci tangan  Tidak ada hanya terdapat
tempat mencuci piring
dan kamar mandi
Proses
Pencatatan kehadiran balita  Pencatatan dilakukan di
buku kehadiran yang
dipegang oleh kader dan
dicatat pula di mading
yang ditandai dengan
berbagai bentuk
Menimbang berat badan balita  Tidak dilakukan hanya
pada hari pertama kegiatan dengan melihat KMS
Pos Gizi
Menimbang berat badan balita  Penimbangan BB
pada hari terakhir kegiatan Pos dilakukan oleh mahasiswa
Gizi dengan menggunakan
timbangan digital
dikarenakan tidak ada
timbangan dacin
Membersihkan bahan  Pada sesi I,
makanan membersihkan bahan
makanan dilakukan pada
hari pertama saja dan
pada sesi II bahan
makanan dibersihkan di
rumah salah satu kader
Memasak bahan makanan  Pada sesi I, memasak
Tahap pelaksanaan bahan makanan dilakukan
pada hari pertama saja
dan pada sesi II, memasak
bahan makanan dilakukan
di rumah salah satu kader
Menyiapkan makanan  Kader yang menyiapkan
makanan yang sudah
dimasak
Praktek memasak ibu balita  Tidak ada praktek
dan kader memasak dikarenakan
kader yang memasak
Praktek pemberian makan 
Balita
Praktek pengasuhan balita 
Praktek kebersihan balita  Tidak dilakukan praktek
(mencuci tangan, dll) cuci tangan sebelum dan
sesudah makan oleh ibu
balita dan balita
Praktek pencarian dan 
pemberian perawatan
Kesehatan
Penyuluhan materi kesehatan  Tidak dilakukan
seperti pemberian ASI, penyuluhan kesehatan

232
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
pemberian makanan yang namun pada saat kegiatan
baik, kebersihan, pengasuhan hanya ada komunikasi
anak yang baik, perawatan dan tukar informasi
kesehatan yang baik, merawat (diskusi) antara kader dan
anak yang kurang gizi di ibu balita
rumah
Lembar pre-post untuk 
mengetahui perilaku ibu
Lembar ceklis untuk 
kontribusi bahan makanan
yang ibu bawa
Tanya jawab antara ibu balita  Dilakukan saat kader
Evaluasi
dan kader menanyakan kepada ibu
bagaimana keadaan anak
dan dilakukan secara
langsung
Interview atau wawancara 
antara kader dan ibu balita

Nama Pos Gizi : Pos Gizi Bintang


Desa/Kelurahan : Kelurahan
Cisauk
Sesi Pos Gizi : III (24 Noveber s/d 5 Desember 2016)

Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan


Input
SDM Balita 
Ibu balita/pengasuh 
Kader Pos Gizi 
TPG (Tenaga Pelaksana Gizi)  Datang pada hari pertama
kegiatan Pos Gizi
Sarana dan Struktur organisasi  Karena kegiatan Pos Gizi
Prasarana dilakukan di tempat yang
berbeda sehingga
struktur organisasi
diletakkan di tempat Pos
Gizi dulu
dibuka
Buku pendaftaran dan formulir 
Buku kehadiran balita 
Formulir pemantauan 
Formulir alat pemantauan 
Lembar KMS 
Timbangan dacin  Karena tempat Pos Gizi
bersebelahan dengan
tempat Posyandu
Timbangan badan 
Lengt board (alat ukur panjang 
badan)
Mikrotoise (alat ukur tinggi 

233
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
badan)
Gambar dan materi penyuluhan 
Daftar menu yang dibuat 
Catatan porsi yang dihabiskan  Dicatat di buku kehadiran
dan di karton
Buku catatan dana/keuangan 
Peralatan masak  Ada karena kegiatan Pos
Gizi dilakukan di rumah
kader
Peralatan bermain  Ada namun pada saat
kegiatan berlangsung
tidak terlihat peralatan
bermain dikarenakan alat
permainan berada di
rumah kader lain
Peralatan kebersihan 
Memiliki WC 
Fasilitas cuci tangan  Ada namun tidak
digunakan
Proses
Tahap Pencatatan kehadiran balita  Dicatat di buku kehadiran
pelaksanaan dan di karton yang akan
ditempel di mading
Menimbang berat badan balita 
pada hari pertama kegiatan Pos
Gizi
Menimbang berat badan balita  Dilakukan penimbangan
pada hari terakhir kegiatan Pos karena pada saat itu
Gizi bersamaan dengan
kegiatan Posyandu
Membersihkan bahan makanan  Dilakukan oleh ibu balita
dan kader
Memasak bahan makanan  Dilakukan oleh ibu balita
dan kader
Menyiapkan makanan  Dilakukan oleh kader dan
ibu balita
Praktek memasak ibu balita dan  Dilakukan praktek
kader memasak oleh ibu balita
yang diawasi oleh kader
karena terdapat piket
memasak ibu balita
Praktek pemberian makan balita 
Praktek pengasuhan balita 
Praktek kebersihan balita  Tidak dilakukan praktek
(mencuci tangan, dll) cuci tangan
Praktek pencarian dan 
pemberian perawatan kesehatan
Penyuluhan materi kesehatan  Tidak dilakukan
seperti pemberian ASI, penyuluhan kesehatan
pemberian makanan yang baik, karena peserta yang
kebersihan, pengasuhan anak mengikuti kegiatan Pos
yang baik, perawatan kesehatan Gizi adalah peserta yang

234
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
yang baik, merawat anak yang lama dan kegiatan Pos
kurang gizi di rumah Gizi ini merupakan
kegiatan sesi terakhir
(sesi
ke III)
Evaluasi Lembar pre-post untuk 
mengetahui perilaku ibu
Lembar ceklis untuk kontribusi 
bahan makanan yang ibu bawa
Tanya jawab antara ibu balita  Dilakukan pada saat kader
dan kader menanyakan keadaan
anak
Interview atau wawancara antara  Kader dan ibu balita
kader dan ibu balita melakukan komunikasi
dua arah

235
Lampiran 15

ABSENSI KADER POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO SESI II


Nama Kamis, Jumat, Sabtu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Senin,
No
Kader 27/10/2016 28/10/2016 29/10/2016 31/10/2016 1/11/2016 2/11/2016 3/11/2016 4/11/2016 5/11/2016 7/11/2016
1 Ibu H     -   - - -
2 Ibu Y    -      
3 Ibu N - -  - - - - -  -
4 Ibu Rk   -  -    - 
5 Ibu Dw - - - - - - - - - -
6 Ibu Ev - - - - - - - - - -
7 Ibu R          
8 Ibu Tu          
9 Ibu Ma          

ABSENSI KADER POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI III

Kamis, Jumat, Sabtu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Senin,
No Nama Kader
24/11/2016 25/11/2016 26/11/2016 28/11/2016 29/11/2016 30/11/2016 1/12/2016 2/12/2016 3/12/2016 5/12/2016

1 Ibu M     -     
2 Ibu W      -    
3 Ibu De   -     - - 
4 Ibu He        -  
5 Ibu Em      - -   
6 Ibu Ne - - -  - - -  - 
7 Ibu An   - - - - - - - -
8 Ibu Sri     - - -  - -
9 Ibu Ay - - -  - - - - - -

236
Lampiran 16

PIKET IBU BALITA


POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI III

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Senin,


28/11/2016 29/11/2016 30/11/2016 1/12/2016 2/12/2016 3/12/2016 5/12/2016
Mama Na Mama Ap Mama An Mama Fa Mama ZZ
- -
Mama Ra Mama Sya Mama Au Mama Ag Mama Ha

237
Lampiran 17
JADWAL MENU DI POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO SESI II

No Hari/Tanggal Menu Camilan Buah Keterangan


Nasi, sayur sop,
Kamis,
1 semur tempe + - Pepaya
27/10/2016
telur
Nasi, sayur
Jumat, bayam, tempe
2 - Pepaya
28/10/2016 goreng, perkedel
ikan tuna
Balita
Nasi, sayur sop
mendapatkan susu
Sabtu, tahu, perkedel
3 - Pisang 2 kotak, biskut 4
29/10/2016 kornet, tempe
bungkus, dan
goreng
sirup zink
Nasi, sayur sawi
Senin,
4 putih, tahu goreng, Agar-agar Pepaya
31/10/2016
ikan tuna goreng
Nasi, sayur sop
Selasa,
5 telur puyuh, Agar-agar Pisang
1/11/2016
tempe
orek
Nasi, sayur bayam
Rabu,
6 wortel, perkedel Biskuit Pisang
2/11/2016
kornet
Nasi sayur sop,
Kamis, sate tempe + Pudding +
7 Pepaya
3/11/2016 tahu Risol
+ telur puyuh di
semur
Nasi, sayur sawi Pudding +
Jumat,
8 putih, bakwan bubur Pepaya
4/11/2016
ikan tuna kacang hijau
Sabtu, Nasi, sayur sop,
9 - Pepaya
5/11/2016 perkedel kornet
Balita
Nasi, soto mendapatkan
Senin, daging, perkedel bingkisan berupa
10 Pudding Pisang
7/11/2016 tahu kornet, baju + celana
tempe mendoan dalam untuk
sehari-hari

238
JADWAL MENU DI POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI
III

No Hari/Tanggal Menu Camilan Buah Keterangan


Nasi, sayur sop Pembagian
Kamis,
1 ayam, tempe - Pepaya biskuit 1 dus
24/11/2016 mendoan per orang
Nasi, sayur
Jumat,
2 ikan tuna, - Jeruk
25/11/2016
bakwan jagung
Nasi, sayur
Sabtu.
3 bayam jagung, - Jeruk
26/11/2016 dadar telur
Nasi, sayur sop
Senin, Biskuit
4 bakso, tempe -
28/11/2016 wafer
orek
Nasi, sayur
sawi putih
Selasa,
5 jagung, - Melon
29/11/2016
perkedel
kentang
Nasi, sayur
tumis tempe
Rabu,
6 kacang Pudding -
30/11/2016
panjang,
ikan
kembung
Nasi, sayur sop
Kamis, Kue
7 ayam, tempe -
1/12/2016 maco
mendoan
Nasi, sayur
bayam jagung,
Jumat,
8 perkedel - Jeruk
2/12/2016
kentang, tahu
goreng
Nasi, semur
Sabtu,
9 telur kentang, - Melon
3/12/2016
bakwan jagung
Nasi, sayur sop Pembagian
Senin, Biskuit
10 bakso, tempe Melon+Semangka susu 1 kotak
5/12/2016 + cendol
mendoan per orang

239
Lampiran 18
DAFTAR HADIR PESERTA POS GIZI
Kecamatan : Cisauk Sesi : II
Pos Gizi : Mekar Tanggal Kegiatan Pos Gizi : 27 Oktober s/d 5 November 2016
Kelurahan/Desa : Desa Cibogo Jumlah Peserta yang Ikut : Awal 4 balita/ Akhir 7 balita
Berat Badan Status Gizi
Orang Tua Perubahan Hari Kehadiran di Pos Gizi
Nama Umur (kg) (BB/U)
No (Ibu- L/P Tgl Lahir BB Ket-
Balita (bln) Hari Hari Hari Hari
Bapak) (gr) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ke-1 ke-10 ke-1 ke-10
1 Da Mid-Teg L 2/4/2013 42 10 10,5 buruk buruk 500    -      
2 Pu Ais-Sis P 21/4/2014 30 9,5 9,3 kurang kurang -200    -      
Marasmus,
3 Re Ron-Sol L 26/8/2015 14 5,8 6,15 buruk buruk 350          
diare kronik
4 Yu Mar-Sar P 26 -   -   - - - - RM
5 Rae Rah-Ko L 27/3/2014 31 9,35 10,05 buruk kurang 700 -          Sakit pilek
6 Mae Iik-Mat P 30/4/2014 30 8,9 9 buruk kurang -100 -   -  - - -  
7 Ri Sit-Bud L 6/2/2012 56 12,1 12,45 kurang kurang 350 - -   - -  - - -
8 Am Hen-Ud P 7/6/2013 40 10,80 10,8 kurang kurang - - - - -  - - - - -
9 Ap Hen-Ud L 18/4/2014 30 9,4 9,4 buruk buruk - - - - -  - - - - -
Keterangan:

Buruk 5 3
Kurang 3 5
Absen 7 4

240
DAFTAR HADIR PESERTA POS GIZI

Kecamatan : Cisauk Sesi III

Pos Gizi : Bintang Tanggal Kegiatan Pos Gizi : 24 November s/d 5 Desember 2016

Kelurahan/Desa : Kelurahan Cisauk Jumlah Peserta yang Ikut : Awal 14 balita/ Akhir 14 balita

Berat Badan Status Gizi


Orang Tua Perubahan Hari Kehadiran di Pos Gizi
Nama Umur (kg) (BB/U)
No (Ibu- Alamat L/P Tgl Lahir BB Ket-
Balita (bln) Hari Hari Hari Hari
Bapak) (gr) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ke-1 ke-10 ke-1 ke-10
1 Ra Mus-Rah Gawir P 21/9/2013 38 11 11 kurang kurang 0          
2 Ap Id-Ban Gawir P 24/7/2012 52 12,5 12,6 kurang kurang 100       -   
3 Sya Sop-Sar Gawir P 27/7/2013 40 11,1 11,2 kurang kurang 100          
4 Ma Nur-Sum Gawir P 19/10/2013 37 10,1 10,3 kurang kurang 200       - -  
5 Ag Jam-Hail Gawir L 28/9/2013 38 11,3 11,3 kurang kurang 0          
6 Ga Om-Mar Gawir L 13/12/2014 23 9 -9 kurang kurang 0  -     - - - -
Sakit
7 Cha Yen-Yon Cikuda P 4/9/2015 14 7 7,5 kurang kurang 500   -  -     
panas
8 An El-In Cikuda P 3/5/2014 30 9,2 9,4 kurang kurang 200  - - -  -    
9 Fa Fit-Fer Cikuda L 20/3/2015 20 8 8 buruk buruk 0 -  -  - - - - - -
Sakit
10 Se Li-Hae Gawir L 9/9/2014 26 8,6 8,5 buruk buruk -100 - - -        panas
Sakit
11 Au As-Sun Cikuda P 11/6/2015 17 7,8 7,8 kurang kurang 0 - - - -      
panas
Keterangan:

Buruk 2 2
Kurang 9 11
Absen 4 4

241
Lampiran 19
HABISKAH MAKANANKU HARI INI!!!!!
DAFTAR PORSI MAKANAN YANG DIHABISKAN
POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO SESI II
TANGGAL POS GIZI
NAMA Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
NO Kamis, Jumat, Sabtu, Senin, Selasa, Kamis, Jumat, Sabtu, Senin,
BALITA Rabu, 2/11/2016
27/10/2016 28/10/2016 29/10/2016 31/10/2016 1/11/2016 3/11/2016 4/11/2016 5/11/2016 7/11/2016
Habis Habis Habis Habis Habis 1/2 3/4 1/2 Habis
1 Da

Habis 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/4 1/2 ½


2 Pu

Habis Habis 1/2 1/4 1/2 1/2 1/4 1/4 1/2 1/2
3 Re

1/2 3/4 1/2 1/2


4 Yu

1/4 1/2 1/2 1/2 1/2 1/4 1/2 3/4 1/2


5 Rae

1/2 1/2 1/2 1/2 ½


6 Mae

1/4 1/2 3/4


7 Ri

242
TANGGAL POS GIZI
NAMA Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
NO Kamis, Jumat, Sabtu, Senin, Selasa, Kamis, Jumat, Sabtu, Senin,
BALITA
27/10/2016 28/10/2016 29/10/2016 31/10/2016 1/11/2016 Rabu, 2/11/2016 3/11/2016 4/11/2016 5/11/2016 7/11/2016
1/2
8 Am

1/2
9 Ap

HABISKAH MAKANANKU HARI INI!!!!!


DAFTAR PORSI MAKANAN YANG DIHABISKAN
POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI
III
TANGGAL POS GIZI
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
NAMA
NO
BALITA Kamis, Jumat, Sabtu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Senin,
24/11/2016 25/11/2016 26/11/2016 28/11/2016 29/11/2016 30/11/2016 1/12/2016 2/12/2016 3/12/2016 5/12/2016

Habis 3/4 1/4 Habis Habis Habis 3/4 3/4 3/4 Habis
1 Ra

1/4 1/2 1/4 3/4 3/4 3/4 1/4 3/4 Habis


2 Ap

1/4 1/4 1/4 1/4 3/4 1/4 3/4 1/4 Habis Habis
3 Sya

Habis 1/4 1/4 3/4 1/4 1/4 1/2 Habis


4 Ma

243
TANGGAL POS GIZI
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
NAMA
NO
BALITA Kamis, Jumat, Sabtu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Senin,
24/11/2016 25/11/2016 26/11/2016 28/11/2016 29/11/2016 30/11/2016 1/12/2016 2/12/2016 3/12/2016 5/12/2016

1/2 3/4 1/4 1/4 3/4 1/4 Habis 1/4 1/2 1/2
5 Ag

1/4 1/2 1/2 1/4 1/2


6 Ga

1/4 1/4 1/4 1/2 Habis 1/2 3/4 3/4


7 Cha

Habis 1/4 3/4 3/4 3/4 1/4


8 An

1/2 3/4
8 Fa

1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 3/4 1/4


10 Se

1/2 1/4 Habis 1/2 3/4 1/4


11 Au

244
Lampiran 20

Gambar 4 Indikator BB/U menurut WHO, 2006

245
(a) (b)
Gambar 5 Materi Penyuluhan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo (a), Pos Gizi
Bintang Kelurahan Cisauk (b)

Gambar 6 KMS laki-laki dan perempuan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo

Gambar 7 Timbangan Dacin Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk

246
(a) (b)
Gambar 8 Kondisi Dapur dan Peralatan Memasak Pos Gizi Mekar Desa
Cibogo (a), Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk (b)

Gambar 9 Permainan Anak Pos Gizi Mekar Desa Cibogo

Gambar 10 Kehadiran Balita Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk

247
Lampiran 21

Langkah menggunakan timbangan dacin


a. Mempersiapkan dacin

248
b. Menimbang Balita

1. Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal


mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.
2. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser.
3. Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan
ons.
4. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari
sarung/celana/kotak timbang.

Sumber: Kemenkes RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju


Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

249
Lampiran 22

MATRIX HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN UTAMA KADER POS GIZI DI PUSKESMAS CISAUK
KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016
Informan Utama
Domain Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
INPUT
Man
a. Jumlah SDM 10 orang kader 10 orang kader 10 orang kader 10 orang kader 8 kader 8 kader
b. Kebutuhan SDM Sudah cukup, yang Sudah cukup Sudah cukup Sudah cukup, yang Sudah cukup Sudah cukup, kadang ada
aktif 6-7 orang aktif 4-6 orang yang tidak dateng
c. Kriteria khusus Tidak ada kriteria Tidak ada kriteria Tidak ada kriteria Tidak ada kriteria, Tidak ada kriteria Tidak ada kriteria khusus,
SDM (kader) khusus khusus kader, yang harus sesuai harus tau penimbangan
penting peduli untuk kemauan dari diri dasar yang benar
memajukan sendiri
masyarakat sehat
d. Peserta kegiatan Balita sama ibunya Balita sama ibunya Balita sama ibu Balita sama ibunya, Balita sama ibunya Ibu balita sama balita
Pos Gizi balitanya, kadang kadang kakanya ikut yang kurang gizinya yang gizinya kurang sama
kakanya ikut juga juga buruk
e. Keikutsertaan Kalau aktif dateng Kadang datang Ada yang aktif ada Ada yang datang Ada yang datang Ikut semua namun ada
peserta terus kadang tidak yang tidak ada yang tidak ada yang tidak yang tidak hadir karena
sakit atau orang tuanya
sibuk
f. Cara yang Di jemput kalau Di bilangin ke Di kasih hadiah Di kasih perangsang Di kasih tau ke Diingatkan setiap hari
dilakukan agar yang tidak datang ibunya kalau kayak susu kayak susu ibunya untuk datang saat kegiatan
peserta ikut serta ketemu
g. Pelatihan khusus - Ada pelatihan - Ada pelatihannya - Ada pelatihannya - Ada pelatihan pos - Ada pelatihan khusus
tentang pos gizi buat kader - Dari Dinkes - Dari Dinas gizi buat kader tentang pos gizi
- Pelatihannya dari - 5 hari - 5 hari - Dari Dinas sendiri - Dilakukan oleh Dinkes
Dinkes - 5 hari - Selama 3 hari
- Selama 5 hari
Money
a. Asal usul dana - Pertama kali dari - Bahan makanan - Dulu lewat MMD - Penggalangan - Dari Puskesmas - Dulu dana dari MMD

250
Informan Utama
Domain Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
MMD dari Dinas - Kalo sekarang dana dulu lewat - Dari Dinas - Kalo sekarang dari
- Ada bantuan dari - Inisiatif dari kader dari sukarela dari MMD bantuan bahan Puskesmas
Dinas seperti kader - Dana dari makanan - Bahan makanan dari
bahan makanan - Dinas hanya masyarakat, Dinkes
- Sukarela dari bantuan bahan kadang sukarela
kader makanan dari kader
- Dari Dinas berupa
makanan
sembako
b. Perencanaan dana Sudah direncanakan Direncanain dana Direncanain, kalau Direncanain, kalau Tidak sesuai sama Tidak sesuai rencana,
sebelumnya, kalau harus sekian, kurang inisiatif kurang keder rencana soalnya pengeluarannya lebih
kurang bilang ke bu tergantung kader kader sama bilang inisiatif buat bantu, pengeluarannya besar jadi harus pintar
lurah yang mengatur ke bu lurah kadang sembako lebih besar buat digunakan
dari Dinas dijual ke
kader, terus buat
beli sayur sama
buah
c. Kebutuhan dana Cukup Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin,
digunakan seadanya
Material dan Machine
a. Asal usul sarana - Dari pak lurah - Dari Dinkes - Dari Puskesmas - Dari puskesmas - Dari Dinkes - Dari Dinkes berupa
dan prasarana untuk peralatan seperti bahan seperti alat seperti mainan berupa bahan bahan makanan, alat
masak makanan sama permainan, tapi anak-anak, tapi makanan permainan, alat
- Dari Dinkes mainan uangnya dari uangnya dari - Dari puskesmas kebersihan, PMT
seperti mainan, Dinas Dinas ya uang - Dari Puskesmas berupa
sirup zink, PMT, uang
dan peralatan
kebersihan
b. Macam sarana dan Peralatan masak, Timbangan dacin, Timbangan, buku Peralatan masak, PMT biskuit sama PMT seperti susu sama
prasarana mainan, sirup zink, buku kehadiran, kehadiran, gambar mainan, peralatan susu biskuit
peralatan mainan, peralatan penyuluhan, menu, kebersihan, PMT
kebersihan, PMT kebersihan, PMT mainan, peralatan

251
Informan Utama
Domain Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
kebersihan, PMT,
alat masak
c. Solusi jika belum Kadang disuruh Cukup aja tidak Bilang ke bu lurah Bilang ke bu lurah Tanya ke Puskesmas Tanya ke Puskesmas
cukup ambil ke Dinas kurang kalau kurang langsung
d. Alat ukur Ada lembar Ada lembar Tidak ada, paling Tidak ada, paling Tidak ada Ada dulu lembar
kunjungan rumah kunjungan rumah, dicatat sendiri dicatat sendiri kunjungan rumah tapi
tapi kadang dicatat tapi dicatat sendiri sekarang tidak ada
sendiri
Method
a. Bentuk metode yang Makan bersama dan Makan bersama dan Makan bersama dan Penyuluhan dan Penimbangan BB, Penimbangan BB,
digunakan penyuluhan penyuluhan penyuluhan makan bersama praktek masak, dan penyuluhan kesehatan,
makan bersama praktek masak, dan
makan bersama, serta
pemeriksaan kesehatan.
tapi sekarang tidak ada
pemeriksaan kesehatan
b. Ketepatan metode Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah tepat
Market
a. Promosi kegiatan Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu
b. Target penyampaian Ibu balita Ibu balita Ibu balita Ibu balita Ibu balita Ibu balitanya sendiri
informasi
PROSES
Tahap persiapan Ada protokol pos Dikasih tau Ketemu dulu sama Mental dari ibu Ada pertemuan dulu Ada protokol Pos Gizi
gizi dulu sebelumnya 2 hari ibu balita, kader, balitanya dan kader, sama ibu balitanya sebelum dibuka
sebelum dibuka sama dari dikasih tau sama
Puskesmas buat petugas gizi
membicarakan Pos Puskesmas, kumpul
Gizi di buka di Posyandu
Tahap pelaksanaan kegiatan
a. Alur pelasanaan - Nimbang BB di - Nimbang berat - Nimbang berat - Nimbang berat - Penimbangan BB - Penimbangan BB di
awal dan di akhir badan di awal dan badan di awal dan badan diawal dan di awal dan di awal dan di akhir

252
Informan Utama
Domain Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
kegiatan diakhir kegiatan di akhir kegiatan di akhir kegiatan akhir - Absensi kehadiran
- Masak bahan - Catat kehadiran - Masak bahan - Makan bersama - Absensi kehadiran - Praktek masak
makanan oleh - Masak oleh kader makanan oleh - Praktek masak - Praktek pemberian
kader - Makan bersama kader - Makan bersama makan
- Catat kehadiran - Catat porsi - Catat kehadiran - Penyuluhan - Penyuluhan kesehatan
- Kasih cemilan - Dikasih buah - Kasih cemilan - Catat porsi makan - Catat porsi makan
seperti roti, donat - Pulang - Makan bersama - Kasih buah atau - Kasih buah atau biskuit
- Makan bersama - Catat porsi makan biskuit
- Penyuluhan atau - Bersih-bersih oleh - Pulang
tanya jawab kader
- Dicatat porsi
makan
- Kasih buah
- Bersih-bersih
b. Siklus dan waktu Siklusnya 10 hari Siklusnya 10 hari 10 hari kegiatan 10 hari kegiatan Siklusnya 10 hari Siklusnya 10 hari masuk
pelaksanaan masuk 10 hari libur masuk 10 hari libur terus nanti libur 10 terus nanti libur 10 masuk 10 hari libur 10 hari libur 10 hari
10 hari masuk lagi 10 hari masuk lagi hari dan sekitar 3 hari dan sekitar 3 10 hari masuk lagi masuk lagi sampai 3
sampe 3 bulan dan 2 sampe 3 bulan dan jam kegiatannya jam kegiatannya sampai 3 bulan dan bulan dan sekitar 2 jam
jam pelaksanaannya sekitar 2 jam sekitar 2 jam
pelaksanaannya
c. Kontribusi makanan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ibu balita
d. Praktek memasak dan Tidak Tidak Tidak Tidak Iya bantu kader Iya bantu kader masak
menyiapkan makanan masak, kan ada dan menyiapkan
jadwal piket makanan, ada jadwal
piket masak sama
kebersihan
e. Penyuluhan kesehatan - Iya ada tapi - Iya ada tapi - Iya ada tapi - Iya ada tapi - Iya ada tapi - Iya ada tapi sekarang
sekarang tidak ada sekarang tidak sekarang tidak sekarang tidak sekarang tidak ada tidak ada
- Materinya ada ada ada - Materinya sikat - Materinya sikat gigi,
sebelum makan - Materinya - Materinya cuci - Materinya cuci gigi, memotong memotong kuku,
berdoa, cuci sebelum makan tangan, sikat gigi tangan, sikat gigi kuku, menggunakan alas kaki

253
Informan Utama
Domain Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
tangan, sikat gigi, berdoa, cuci - 10-15 menit - 10-15 menit menggunakan alas - Sekitar 10 menit
potong kuku tangan, sikat gigi, kaki
- 10-15 menit potong kuku - Sekitar 10 menit
- 10-15 menit
f. Rolling kader Ada rolling, ya Ada rolling, gantian Ada rolling, gantian Ada rolling, gantian Ada rolling sama Ada rolling sama kader
gantian sama kader sama kader lain sama kader lain sama kader lain kader lainnya lainnya
lain
g. Sistem pencatatan Di buku pegangan Di buku pegangan Di buku yang Di buku yang Di buku pegangan Di buku pegangan kader
kader kader dipegang kader dipegang kader kader dan di catat di buku pos
gizi
h. Pelaporan kegiatan Di buat sendiri di Laporannya di buat Di akhir kegiatan Di akhir kegiatan Di buat di buku pos Di buat dalam bentuk
Pos Gizi laporin di akhir sendiri di akhir gizi laporan, kadang dicatat di
kegiatan kegiatan baru buku pos gizi aja
dilaporin ke
puskesmas
i. Monev kegiatan Pos Porsi makan, menu Porsi makan, Porsi makan, menu Porsi makan, menu Evaluasinya diakhir - Monitoring dilakukan
Gizi yang disukai, kehadiran, menu yang disukai, yang disukai, oleh Puskesmas dan selama kegiatan, kalau
kehadiran, dan yang disukai, kehadiran kehadiran kadang di Dinkes evaluasinya dilakukan
kenaikan BB kenaikan BB di akhir kegiatan
- Monevnya tentang
kehadiran balita, menu
makanan, kenaikan BB
j. Hambatan saat Kurang kesadaran Dari orang tuanya, Orang tuanya Kurang kesadaran Dana sama ibu Dana, kader yang double
pelaksanaan orang tua kurang dukungan kurang kesadaran dari orang tua untuk balitanya job, sama ibu balitanya
karena kesadaran buat hadir datang ke pos gizi
orang tua masih
kurang
k. Cara mengatasi Mengajak ibu Mengajak ibu Mengajak ibu Mengajak ibu Kalau dana dicukup- Kalau dana dicukupin aja,
hambatan cukupin, kalau ibu kalau kader gantian aja,
balita di kasih tau kalau ibu balita dikasih
buat masak dan tau tentang jadwal piket
ditetepin jadwal yang ada

254
Informan Utama
Domain Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
piketnya
l. Penyebab hambatan Orang tua Orang tua Orang tua Orang tua Kalau untuk dana Kalau untuk dana ya dari
terjadi ya dari atasnya, atasnya, kalau untuk
sama ibu balita kader dari kader itu
sendiri, sama ibu balita
Tahap tindak lanjut kegiatan
a. Pemantauan kader Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu setiap bulan,
lihat KMS, terus
kunjungan rumah yang
dirasa masih kurang saat
pelaksanaan Pos Gizi
b. Pemantauan TPG Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang datang Kadang datang kadang
kadang tidak, sekali tidak, sekali mantau
mantau
OUTPUT
Kenaikan berat badan Ada kenaikan BB Ada kenaikan BB Ada peningkatan Ada peningkatan Ada perubahan BB Ada perubahan BB
sebesar 400 gram sekitar 200-300 sekitar 200-300 BB sebulan ya 200 BB sekitar 200 gram
selama 2 bulan gram selama gram sebulan gram selama sebulan
sebulan
a. Kehadiran peserta Kadang datang Kadang datang Kadang datang Kadang datang Tidak hanya peserta Tidak hanya peserta yang
kadang tidak datang. kadang tidak datang, kadang tidak datang, kadang tidak datang, yang kurang gizi kurang gizi yang ikut tapi
Alasannya anak alasannya anak sakit kadang orang alasannya anak sakit yang ikut tapi yang ada peserta yang gizinya
sakit kalo tidak tuanya sibuk dan orang tua sibuk gizinya baik pun ada sudah baik namun ikut
datang yang ikut kegiatan
b. Peserta hadir yang Yang rajin dari awal Kalo lulus dan tidak Ada yang lulus dan Ada lulus dan Ada peserta yang Ada peserta yang hadir
lulus kita kasih hadiah lulus kasih hadiah dikasih hadiah buat dikasih hadiah buat hadir dan lulus dan lulus sekitar 2-4
buat kenangan yang lulus yang lulus sekitar 2-4 orang orang
c. Peserta tidak lulus Ada yang tidak Ada yang tidak Ada yang tidak Ada yang tidak Ada pesrta yang Ada pesrta yang tidak
dan tidak mengikuti lulus, dan dipantau lulus, dan dipantau lulus, dan dipantau lulus, dan dipantau tidak lulus dan tidak lulus dan tidak ikut, itu
terus di Posyandu terus di Posyandu terus di Posyandu terus di Posyandu ikut, itu dikarenakan dikarenakan sakit
sakit

255
MATRIX HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN UTAMA IBU BALITA PESERTA POS GIZI DI PUSKESMAS
CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016
Informan Utama
Domain Ibu D Ibu P Ibu R Ibu Rh Ibu T Ibu Rd Ibu Rm Ibu S Ibu H
INPUT
Man
a. TPG dan kader Bagus Kadernya baik Kadernya Kader sama Kadernya baik Kadernya baik Kader suka Kader yang suka Kader suka nanya
dalam pelaksanaan baik dan petugas sama ramah dan ramah, kalau nanya kasih tau pos tentang
pos gizi aktif, kalau puskemsas petugas perkembangan gizi di buka lagi, perkembangan anak,
dari aktif, tapi kalau puskesmas anak, kalau kalau dari kalau petugas
puskesmas petugas jarang keliatan petugas puskesmas puskesmas kadang
jarang puskesmas puskesmas kadang datang datang kadang tidak
datang biasanya datang kadang datang kadang tidak
di awal, tengah untuk mantau datang, kalau
dan akhir terus dikasih datang cuma
kegiatan. Ya biskuit mantau terus
paling mereka dikasih susu
nanya sama biskuit
perkembangan
anak gimana
b. Dominan yang Kader Kader yang Kader yang Kader yang Dominan Kader yang Kader yang lebih Kader yang lebih Kader yang dominan
terlibat dominan kasih aktif paling serin kadernya yang dominan dominan dominan datang
tau buat datang keliatan g datang ke pos gizi
kegiatan d
gizi i
po
s
Material dan Machine
a. Macam sarana dan Makanan, Mainan sama Dikasih Timbangan Dikasih Mainan, Tidak ada Makanan, susu, Tidak ada, mainan
prasarana biskuit, sama makanan susu, biskuit berta badan, makanan, ada makanan, susu, mainan, disini biskuit, kalau bawa sendiri dari
mainan sama mainan anak PMT susu sama biskuit dikasih susu, mainan tidak ada rumah
vitamin biskuit biskuit sama
pudding kalau
selesai makan
b. Kecukupan Udah cukup Cukup Cukup Kurang, tidak Cukup, ada Cukup Cukup Cukup Cukup
sarana dan ada timbangan mainan
prasarana berat badan.

256
Informan Utama
Domain Ibu D Ibu P Ibu R Ibu Rh Ibu T Ibu Rd Ibu Rm Ibu S Ibu H
dan cukup
kalau mainan
Method
Bentuk metode yang Tidak tahu, Tidak ada Tidak tahu, Ngobrol sama Biasanya ada Tidak tahu Biasanya ada Ada penyuluhan Tidak ada
digunakan cuma datang penyuluhan, paling ada kader, diskusi. penyuluhan tapi karena baru ikut penyuluhan dari dulu kalau penyuluhan, hanya
aja paling dikasih pemeriksaa Tidak ada sekarang tidak puskesmas atau sekarang tidak pemberian makan.
makan, susu, n badan aja penyuluhan ada bidan atau kader ada paling cuma Dikasih susu sama
mainan sendiri, tapi ngobrol sama biskuit
sekarang tidak ibu lain tuker
ada informasi ngurus
anak terus nanya
ke kader
Market
a. Informasi tentang Pernah, dari Pernah, dari Tidak Tidak pernah Pernah dari Pernah dapet Dari kader Dari bu RT, jadi Iya dari kader
pos gizi kader untuk kader pas di pernah, karena awalnya kader di informasi dari informasinya kader ngasih tau informasinya
datang ke Posyandu paling dari neneknya yang Posyandu kader Posyandu dikasih tau pas ke bu RT
pos gizi kader sama ngajak. Posyandu
petugas gizi Tahunya dari
puskesmas kader di
Posyandu
b. Cara mengetahui Tanya sama Tanya sama Disuruh Dari Posyandu Tanya ke kader Dari Posyandu, Tanya sama ibu Nanya ibu lain Suka tanya sama ibu
informasi pos gzii kader kader datang sama dikasih tau kader yang kasih kader, kadang atau kader pas di lain dan tanya kader
kader dan sama kader tau kader yang kasih Posyandu
petugas tau duluan
puskesmas
PROSES
Tahap persiapan
Informasi kader Tidak, cuma Tidak, disuruh Tidak Tidak, disuruh Tidak disuruh Tidak, disuruh Tidak disuruh Tidak disuruh, Tidak disuruh bawa
untuk kontribusi disuruh datang aja nanti disuruh bawa tempat bawa makanan bawa KMS sama bawa, hanya hanya bawa apa-apa, hanya
makanan ibu balita datang ada penyuluhan bawa makan, sama hanya disuruh alat makan dari tempat makan mangkok alat disuruh dateng
makanan, KMS bawa KMS rumah sama tempa makan
disuruh minum t
datang aja rumah dari

257
Informan Utama
Domain Ibu D Ibu P Ibu R Ibu Rh Ibu T Ibu Rd Ibu Rm Ibu S Ibu H
diperiksa
badannya
Tahap pelaksanaan kegiatan
a. Alur pelasanaan Tidak tahu Datang aja, Ada Datang, Datang, di Dikasih makan, Masak, Dikasih makan, Pemberikan
biasanya ada pemeriksaan dikasih kasih makan kadang dikasih pemberian dicatet makannya makan, dicatat
penimbangan badanoleh makanan, susu sama makanan dan abis atau tidak, porsi makan,
BB tapi dokter dicatat porsi biskuit, ngobrol makan bersama, dikasih buah atau dikasih buah atau
sekarang tidak makannya sama kader, dicatat porsi biskuit biskuit
ada, dicatat sama kader, , dicatat porsi makannya oleh
makannya abis diskusi sama makannya sama kader, dikasih
atau tidak kader, dikasih kader buah, pudding,
susu biskuit, bersih-
bersih
b. Metode yang Tidak tahu, Paling masak Dikasih susu, Diskusi sama Dikasih makan Paling suka Ada piket Ada praktek Ada praktek
dilakukan kader paling biskuit sama kader dan ibu sama kader dikasih biskuit masaknya, masak masaknya, sama
disukai ibu balita dikasih vitamin lainnya sama dipantau sama buah dikasih tau juga harus sabar kalau
makanan BB nya ngurus anak ngurusin anak
c. Siklus dan waktu Siklusnya 10 Siklusnya 10 Tidak tau, Siklusnya 10 Siklusnya 10 Siklusnya 10 Siklusnya mah Siklusnya 10 hari Siklusnya 10 hari
pelaksanaan hari setiap 1 hari, paling dikabarin ya hari hari hari berturut- 10 hari ini, ini yang ke 3 kali
bulan lama 1,5 jam dateng turut udah 10 hari
sehari yang ke 3kali,
sekitar 2 jam
kegiatannya
d. Keterlibatan ibu Ya cuma Tidak terlibat, Tidak Terlibat, kan Terlibat, kan Ya cuma datang Terlibat kan ada Terlibat kan ada Terlibat kan ada
balita datang aja hanya disuruh terlibat, datang ke pos cuma datang aja piket masak dan piket masak piket buat masak
datan paling cuma gizi aja piket kebersihan
g datang aja
e. Kontibusi bahan Tidak Tidak bawa, Tidak bawa, Tidak, chanya Tidak Tidak bawa, Tidak bawa, Tidak disuruh Tidak bawa,
makanan ibu balita hanya disuruh disuruh dikasih tau cuma disuruh hanya disuruh bawa makanan, disuruh dateng
daten dateng aja bawa tempat bawa KMS sama bawa tempat cuma dikasih tau
g makan aja mangkuk makan sama untuk bawa
tempat minum tempat makan dan
dari rumah tempat minum

258
MATRIX HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN PENDUKUNG TPG (TENAGA PELAKSANA GIZI) DAN
SEKSI GIZI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG YANG TERLIBAT DI POS GIZI DI PUSKESMAS CISAUK
KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016
Ibu Sr Informan Pendukung Ibu G
Domain
INPUT
Man
a. Jumlah SDM Masing-masing pos gizi beda-beda jumlah kadernya. Kader pos gizi Sumber dayanya sebenarnya lebih ke kader, seharusnya
desa cibogo 10 orang kader, pos gizi kelurahan cisauk 11 orang kader, kegiatan bisa berjalan tanpa ada petugas dari puskesmas
dan pos gizi desa sampora 5 orang kader. Kader yang lebih berperan karena kan mereka sudah dilatih
banyak dalam pelaksanaan pos gizi
b. Kebutuhan SDM Sudah cukup kadernya, malah kadang ada yang tidak datang 1 pos gizi 5 kader, idealnya 5 kader
c. Kriteria khusus SDM (kader) Tidak ada kriteria khusus untuk kader, yang penting sudah ikut Tidak ada kriteria khus untuk kader, yang pasti tidak buta
pelatihan huruf
d. Peserta kegiatan Pos Gizi Balita yang BB nya BGM dan BGK, yang status gizinya berada di
status gizi kurang dan gizi buruk dengan sasaran anak usia 12-59
bulan, serta ibu balitanya. Sedangkan yang melaksanakan kegiatan pos
gizi adalah kader.
e. Keikutsertaan peserta Kadang peserta ada yang datang ada yang tidak datang
f. Cara yang dilakukan agar Kader yang mengajak ibu balita untuk datang ke pos gizi, dan
peserta ikut serta melakukan kunjungan rumah ke anak yang kurang gizi untuk
memberitahukan agar ikut pos gizi
g. Pelatihan khusus tentang pos - Ada pelatihan khusus tentang pos gizi untuk kader, dan tidak semua Ada pelatihan khusus buat kader selama 2 hari
gizi kader yang dilatih untuk pelaksanaan pos gizi
- Pelatihannya kurang lebih seminggu
- Pelatihannya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
- Selain kader, TPG juga dilatih mengenai pos gizi. tugas TPG dalam
pos gizi hanya memantau selama kegiatan pos gizi. Pemantauan
dilakukan di awal dan di akhir
Money
a. Asal usul dana - Dana pelaksanaan kegiatan pos gizi tergantung dari kebijakan Kapus Sumber dana untuk pos gizi berasal dari dana F1 dari
- Ada yang berasal dari masyarakat, dan dana F1. kecamatan dan dana F2 dari kabupaten. Dana dari Dinkes
- Dana F1 kadang ada kadang tidak ada, kalo ada untuk bantuan bahan dalam bentuk bahan makanan, APE, dan dana transportasi

259
Ibu Sr Informan Pendukung Ibu G
Domain
makanan kader
- Dari Dinkes dalam bentuk bahan makanan dan PMT seperti susu dan
biskuit
b. Perencanaan dana Sudah direncanakan dana untuk kegiatan pos gizi tapi nanti akan di
cek ulang oleh Kapus mengenai perencanaan uangnya.
c. Kebutuhan dana Dicukup-cukupin saja uangnya
Material dan Machine
a. Asal usul sarana dan Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
prasarana
b. Macam sarana dan prasarana - Alat Permainan Edukatif (APE), mobil-mobilan, meja tulis, alat Alat permainan edukatif (APE), alat kebersihan, PMT (susu
kebersihan, PMT seperti susu dan biskuit dan biskuit)
- Timbangan dacin, timbangan biasa, alat ukur panjang badan,
mikrotoise (alat ukur tinggi badan), alat kebersihan, peralatan masak,
peralatan bermain, gambar penyuluhan, dan buku kehadiran
c. Solusi jika belum cukup Kalo sarana prasarana tidak cukup, mencoba membuat laporan yang
akan diajukan ke Dinkes
d. Alat ukur Ada lembar observasi dan kunjungan rumah yang dipegang oleh kader. Tidak ada lembar alat ukur saat ini. Dulu ala lembar untuk
alat ukur seperti lembar pre-post hanya untuk kader saat
pelatihan dan kalo untuk peserta hanya berat badan saja
Method
a. Bentuk metode yang Makan bersama, penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan, serta Makan bersama, penyuluhan, pemeriksaan kesehatan,
digunakan penimbangan BB penimbangan BB dan pengukuran TB
b. Ketepatan metode Sudah tepat
Market
a. Promosi kegiatan Kader yang biasanya kasih tau ibu balita.
b. Target penyampaian Ibu balita yang jadi target informasi pos gizi
informasi
PROSES
Tahap persiapan Ada protocol pos gizi sebelum pelaksanaannya, dimana kader, ibu
balita serta balitanya datang untuk membuat kesepakatan tentang pos
gizi untuk dibuka

260
Ibu Sr Informan Pendukung Ibu G
Domain
Tahap pelaksanaan kegiatan
a. Alur pelaksanaan Penimbangan BB pada hari ke 1 dan hari ke 10, masak, makan Penimbangan BB, makan bersama, pesan kesehatan atau
bersama, penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan. penyuluhan, pemeriksaan kesehatan oleh dokter, masak
oleh ibu balita jadi harus dibuat jadwal,
b. Siklus dan waktu pelaksanaan Siklusnya 10 hari masuk 10 hari libur 10 hari masuk dan 10 hari libur Siklusnya ada yang menggunakan waktu 10 hari masuk 10
sampai 3 bulan dan pelaksanaannya 2 jam. hari berenti selama 3 bulan itu dari CARE, ada yang
menggunakan dua minggu full masuk nanti seminggunya
sehari masuk sehari libur itu dari PERGIZI PANGAN
c. Kontribusi makanan ibuSeharusnya membawa kontribusi makanan tapi sekarang tidak pernah Seharusnya ada kontribusi dari ibu balita untuk membawa
balita bawa bahan makanan
d. Praktek memasak dan Ibu balita seharusnya masak, tapi kenyataannya malah kader yang Seharusnya ibu balita yang masak jadi dibuatkan jadwal
menyiapkan makanan masak piket, namun kenyataannya kader yang masak
e. Penyuluhan kesehatan - Ada penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh kader sendiri, karena Seharusnya ada penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh
kader sudah dilatih untuk melakukan penyuluhan kader. Karena kader sudah dilatih cara penyuluhan seperti
- Materinya seputar mencuci tangan sebelum makan, sikat gigi, apa
memotong kuku, sayuran dicuci dahulu baru di potong, makan buah
dan sayur
- Penyuluhan selama 10 menit
f. Rolling kader Ada rolling antara kader untuk pembagian tugas Iya harus ada rolling antar kader, jadi nanti pas pelaksanaan
ya gantian-gantian sama kader lain
g. Sistem pencatatan Untuk pencatatan dilakukan oleh kader selama kegiatan pos gizi Pencatatan dari TPG sendiri
berlangsung, nanti setelah akhir kegiatan baru dilaporkan ke
puskesmas
h. Pelaporan kegiatan Pos Gizi - Pelaporan dari kader ditulis di buku yang dipegang masing-masing - Pelaporannya dari TPG sendiri. Pelaporan pos gizi
kader. Yang dilaporkan ke puskesmas tentang kehadiran balita, dilakukan di akhir kegiatan setelah kegiatan selesai dan
perubahan kenaikan berat badan, dan menu yang disukai. dilaporkan setiap tahun
- Kalo dari puskesmas, pelaporannya ditulis di buku pegangan TPG - Pelaporan yang diterima paling cuma kenaikan berat
sendiri, tidak ada pelaporan khusus tentang pos gizi. biasanya format badan aja
laporan untuk Dinas dibuat oleh Dinkes sendiri dan disamakan - Tindak lanjutnya kalo data yang diterima masih ada anak
untyuk semua puskesmas. Kalo untuk dana F1, dilaporkan setiap yang BGM atau tidak lulus pos gizi maka harus diikutkan
bulan ke Dinkes. kembali pada kegiatan pos gizi sesi berikutnya, kemudian

261
Ibu Sr Informan Pendukung Ibu G
Domain
dipantau di Posyandu. TPG hanya memantau saja. Jika
masih ada yang BGM maka dilakukan kunjungan rumah
oleh kader.
i. Monev kegiatan Pos Gizi - Monitoring dilakukan saat pelaksanaan kegiatan pos gizi. dari TPG Kalo monev dari Dinkes ke pos gizi hanya melihat
melakukan pemantauan di awal atau di akhir kegiatan. pelaksanaannya. Kalo masalah lembar monev itu adanya di
- Untuk evaluasinya dilakukan di Puskesmas dan di Dinkes Puskesmas. Seharusnya puskesmas monev ke Dinkes tapi
tidak berjalan
j. Hambatan saat pelaksanaan Kesadaran dari orang tua yang masih kurang terhadap anak Ibu balita masih kurang peduli
k. Cara mengatasi hambatan Memberikan pengertian ke ibu balita
l. Penyebab hambatan terjadi Dari ibu balitanya sendiri Dari ibu balitanya sendiri yang masih kurang peduli
Tahap tindak lanjut kegiatan
a. Pemantauan kader Dilakukan setiap bulan di Posyandu Pada saat 10 hari libur itu, kader memantau dan melakukan
kunjungan rumah ke rumah ibu balita mana yang dikira
masih kurang selama kegiatan dan apakah mereka juga
mempraktekkan di rumah apa yang diajarkan selama di pos
gizi
b. Pemantauan TPG Kadang datang di awal atau akhir kegiatan. Disesuaikan dengan Petugas gizi hanya memantau dan biasanya ada sesi khusus
kegiatan TPG yaitu wajib dateng di awal dan di akhir kegiatan.
OUTPUT
Kenaikan berat badan sebesar Indikator kelulusan peserta dalam kegiatan pos gizi dilihat dengan Indikator keberhasilan kegiatan pos gizi yaitu anak itu
400 gram selama 2 bulan kenaikan berat badan sebesar 400 gram selama sebulan (1 sesi pos dinyatakan lulus jika berat badannya naik lebih 300-400
gizi) dan dilihat perubahan pada grafik pertumbuhan di KMS gram. Indikator dinyatakan lulus pos gizi hanya kenaikan
berat badan

262
Lampiran 23
DOKUMENTASI FOTO

 POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO

Tahap persiapan kegiatan Pos Gizi (pertemuan kader, ibu balita, TPG, dan
ibu lurah)

Tahap pelaksanaan kegiatan Pos Gizi (pemberian makan balita)

Penutupan kegiatan Pos Gizi

263
 POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK

Tahap pelaksanaan kegiatan Pos Gizi (pemberian makan balita)

Penutupan kegiatan Pos Gizi

264

Anda mungkin juga menyukai