Anda di halaman 1dari 8

Kajian epidemi HIV AIDS saat ini di Kabupaten Tuban

Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Tuban pada bulan Februari 2012 jumlah
pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang diketahui di Kabupaten Tuban
telah mencapai 81 orang, atau meningkat lebih dari 50% dari akhir tahun 2010 lalu
yang jumlah pengidap AIDS sebanyak 32 orang.
Sebaran kasus yang terdeteksi HIV AIDS terus meningkat hampir di semua
kecamatan di Kabupaten Tuban , dari 20 kecamatan hanya 3 kecamatan yang belum
terdeteksi.
Berdasarkan estimasi KPAD Kab. Tuban, penularan HIV AIDS sebagian besar
melalui hubungan seks dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) langsung di lokalisasi
maupun PSK tidak langsung di tempat-tempat hiburan malam seperti karaoke, pub dll
yang semakin bertambah jumlahnya. Sebab lain seperti penggunaan alat suntik pada
penasun 3% dan transplasental ibu ke bayi ada 5 %, sedangkan penularan melalui seks
bebas remaja 2 %.
Dinas kesehatan Kab. Tuban sejak 2000 lalu telah melakukan berbagai upaya
minimalisasi resiko penularan HIV bersama instansi pemerintah terkait dan organisasi
masyarakat, termasuk LSM. Upaya tersebut direalisasikan dalam bentuk penyuluhan
bahaya HIV/AIDs kepada masyarakat dan melakukan intensifikasi surveilance
terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) di semua Unit Pelayanan Kesehatan
(UPK). Dinkes juga melakukan pengawasan kesehatan terutama di tempat-tempat
yang ditengarai menjadi sumber PMS, seperti tempat-tempat hiburan malam.
SK Bupati tentang pelarangan prostitusi sudah ada sejak tahun 2009, sehingga tidak
ada program pembinaan PSK, tapi tempat-tempat hiburan malam seperti karaoke,
semakin menjamur karena ijinnya mudah dan lokalisasi juga masih tetap ada.
Komisi Penanggulangan HIV/AIDs Kabupaten Tuban sudah dibentuk, tapi hanya
formalitas dan belum ada kiprahnya.
Rumah Sakit Daerah di Kabupaten Tuban belum mempunyai layanan VCT, sehingga
jumlah penderita belum bisa dideteksi secara menyeluruh, mengingat penyakit HIV
AIDS seperti fenomena gunung es, sehingga sebenarnya jumlah kasus yang ada lebih
besar dari penampakan atau yang sudah terdeteksi. Penanganan penderita HIV AIDS
di Kabupaten khususnya di Rumah Sakit Daerah Dr. Soetrasno juga belum maksimal,
para penderita hanya dilakukan konseling dan kemudian dirujuk untuk penanganan
pada rumah sakit luar kota Tuban yang memiliki fasilitas untuk penanganan AIDS.
Penderita yang sudah terdeteksi dirahasiakan statusnya dengan alasan agar tidak
menimbulkan kepanikan di masyarakat, sehingga resiko penularan terhadap
masyarakat lebih besar.

HIV menyangkut aspek yang cukup luas sehingga diperlukan sinergi dari sejumlah
instansi terkait.Epidemi HIV dan AIDS di Tuban dapat dikendalikan melalui upaya
yang komprehensif, yaitu dengan menjangkau 80% populasi kunci melalui program
yang efektif, sehingga terjadi perubahan pada populasi kunci untuk berperilaku aman.
m

Need assessment :

Kajian masalah Need assessment


Penularan HIV AIDS sebagian besar - Sosialisasi penggunaan kondom 100 %
melalui hubungan seks dengan Pekerja - PICT
Seks Komersial (PSK) langsung di
lokalisasi maupun PSK tidak langsung di
tempat-tempat hiburan malam seperti
karaoke, pub dll
Penularan penggunaan alat suntik pada - Harm Reduction
penasun 3%
Penularan melalui transplasental ibu ke - PMTCT di Rumah Sakit Daerah
bayi ada 5 %,
Penularan melalui seks bebas remaja 2 % - Informasi pada remaja melalui PIK KRR
Penanganan penderita HIV AIDS di - Layanan komprehensif termasuk CST
Kabupaten khususnya di Rumah Sakit
Daerah Dr. Soetrasno juga belum
maksimal.

Penentuan prioritas masalah dengan Metode CARL


C : CAPABILITY : Kemampuan SD, dana, alat dsb
A : Assessibility : Kemudahan, utk mudah diatasi/tidak
R : Readiness: Kesiapan dari man, motivasi, kompetensi, kesiapan sasaran/masyarakat
L : Leverage : Pengaruh yang satu terhadap yg lain

Hasil perkalian dari masing-masing nilai C,A,R,L merupakan Total Nilai masing-
masing masalah
Masalah C A R L Hasil Urutan
perkalian
Penularan HIV AIDS 8 8 7 8 3584 1
sebagian besar melalui
hubungan seks dengan
Pekerja Seks Komersial
(PSK) langsung di
lokalisasi maupun PSK
tidak langsung di
tempat-tempat hiburan
malam seperti karaoke,
pub dll
Penularan penggunaan 6 4 7 6 1008 3
alat suntik pada penasun
3%
Penularan melalui 5 5 4 4 400 5
transplasental ibu ke
bayi ada 5 %,
Penularan melalui seks 7 7 6 6 1764 2
bebas remaja 2 %
Penanganan penderita 6 6 5 4 720 4
HIV AIDS di Kabupaten
khususnya di Rumah
Sakit Daerah Dr.
Soetrasno juga belum
maksimal.
Program berdasar prioritas masalah :
Masalah 1 : Penularan HIV AIDS sebagian besar melalui hubungan seks dengan
Pekerja Seks Komersial (PSK) langsung di lokalisasi maupun PSK tidak langsung di
tempat-tempat hiburan malam seperti karaoke, pub dll
Program :
1. Sosialisasi penggunaan kondom 100 %
2. PICT
Pengembangan program :
1. Sosialisasi penggunaan kondom
Program pemakaian kondom sebagai wujud inplementasi program komunikasi
perubahan perilaku melalui pemakaian kondom 100% bagi kelompok beresiko tinggi
terhadap penularan HIV dan AIDS mengingat bahwa tinggi prevalensi setiap
tahunnya
secara umum program ini adalah agar seluruh kolompok sasaran dapat mengakses
informasi agar menyadari dan memahami bahwa perilaku yang selama ini dilakukan
adalah perilaku yang sangat beresiko terhadap penularan HIV dan AIDS
Secara khusus tujuan program ini :
1. Meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan HIV dan AIDS
2. Agar semua kelompok sasaran selalu menggunakan kondom secara konsisten
setiap melakukan transaksi seks.
3. Kelompok sasaran memiliki kesadaran untuk tidak berperilaku beresiko tertular
HIV seperti tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah atau tetap melakukannya
dengan memakai pelindung kondom secara konsisten.
b. Segmentasi sasaran ( pasar)
Penetapan sasaran melaui riset pasar berdasarkan kebutuhan konsumen namun pada
sisi lain berdasarkan pemetaan kelompok sasaran penanggulangan HIV dan AIDS
termasuk kelompok rentang tertular yaitu orang dengan mobilitas tinggi karena
pekerjaan dengan demikian diasumsikan komunitas supir truk dengan merupakan
kelompok rentan yang memiliki mobilitas yang sangat tinggi serta kelompok yang
sangat sensitive terhadap penularan HIV dan AIDS karena dalam aktivitas pekerjaan
serta rute transportasi yang jauh sehingga memungkinkan sopir akan memanfaatkan
jasa layanan seks komersil dan berganti-ganti pasangan dalam pemenuhan
seksualitasnya.
Disamping itu, karakteristik individu, seperti tingkat pendidikan relatif rendah
memungkinkan mereka mengalami kesulitan dalam menerima dan menerjemahkan
berbagai informasi HIV dan AIDS yang desain pesannya lebih banyak untuk
masyarakat umum , hal tersebut dipengaruhi karena kurangnya akses informasi
tentang HIV dan AIDS.
c. Analisis konsumen
Berdasarkan penetapan sasaran sopir truk mobilitas tinggi sebagai target adopter
dengan memperhatikan segmentasi sasaran. Namun demikian membutuhkan proses
analisis terhadap tingkat kebutuhan sopir terhadap pemakaian kondom. Adapun
analisis konsumen berdasarkan :
1. Sopir truk tinggi rata-rata memilki pengetahuan yang rendah terhadap HIV
dan AIDS
2. Sopir truk mobilitas tinggi beroperasi 5 sampai 6 hari perjalananan sehingga
memungkinkan untuk melakukan transaksi seks pada saat singgah ditempat-tempat
peristrahatan
3. Sopir truk masih kesulitan mendapatkan atau tidak memilki persediaan
kondom
4. Warung-warung singgah tidak menyediakan kondom
5. Persepsi sopir truk masih tabuh tentang pemakaian kondom
6. Adanya persepsi bahwa orang yang menggunakan kondom adalah laki-laki
yang tidak perkasa
7. Harga kondom yang mahal menjadi alasan untuk tidak menggunakan kondom
d. Analisis saluran / media
Media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan dalam melaksanakan
program kegiatan melalui media Cetak, seperti surat kabar,dan majalah, iklan lewat
televisi, panplet dan dan pemasangan baliho di pinggir jalan raya.

Analisis saluran :
1. Majalah dan Surat kabar : melalui media ini akan ditulis pesan tentang akibat
yang ditimbulkan terhadap penularan HIV dan AIDS
2. Televisi : melalui iklan maka akan disiarkan penyampaian pentingya
penggunaan kondom sebagai alternative pencegahan yang paling efektif dalam
mencegah HIV dan AIDS
3. Panplet dan baleho : pemasangan panplet dan baleho bertujuan agar sopir truk
secara langsung mampu mengikuti anjuran pesan yang ditulis lewat panplet dan
baleho tersebut sehingga ada kekhawatiran dan ketakutan terhadap resiko dan masalah
yang terjadi ketika melakukan hubungan seks dengan pekerja seks komersil
a. Penyusunan strategi dan taktik di lakukan pengembangan strategi dan taktik 4 P
( marketing Mix ) produk apa yang ingin di kembangkan berdasarkan hal di atas
Strategi dan taktik upaya pemesaran social “ Minum obat secara teratur “Produk -
Kondom didesain tipis untuk mengurangi perspepsi tidak nyaman
- Kondom di desain dengan warna yang menarik
- Kondom di desain dengan berbagaimacam aroma dan rasa yang bervariasi
Place - Disetiap kios-kios dianjurkan untuk menjual kondom
- Warung-warung tempat sopir beristrahat menyediakan kondom
- Pekerja seks komersil dianjurkan melayani sopir truk yang mau memakai
kondom saja
Price - kondom di berikan harga yang murah
- setiap pembelian 1 buah kondom mendapatkan 1 kondom sebagai hadiah
- Pihak perusahaan tempat bekerja sopir memberikan berikan denda bagi
sopir yang tidak menggunakan kondom
Promotion - Informasi pemakaian kondom di media cetak dan elektronik
- Adanya regulasi pemberian informasi secara selektif dan persuasi yang
spesifik kepada kepada sopir dengan cara yang interaktif dan fleksibel, dan intensif.

Implementasi
a. Impelementasi
Rendah partisipasi sopir truk terhadap pemakaian kondom secara konsisten sebagai
upaya pencegahan HIV dan AIDS. Dengan demikian perlu adanya batas-batas
inflementasi program antara lain :
a. Bekerja sama dengan pihak perusahaan ekspedisi untuk penanggulangan HIV dan
AIDS ditempat kerja
b. Memasang spanduk/panflet di warung-warung tempat istrahat sopir tentang
pentingnya penggunaan kondom
c. Menyebarluaskan dan melaksanakan penyuluhan berencana di setiap lokasi yang
tempat berkumpulnya sopir pada saat bongkar muat di wilayah perusahaan
d. Bekerjasama dengan perusahaan kondom untuk penetapan harga kondom yang
murah
e. Advokasi kepada pemerintah untuk pembuatan Peraturan Daerah (PERDA) HIV
dan AIDS
f. Demonstarsi pemakain kondom untuk memberikan gambaran kepada kelompok
sopir truk tentang cara penggunaan kondom yang baik dan benar supaya tidak terjadi
kesalahan dalam pemakaiannya atau terjadi perobekan pada saat penggunaan yang
memungkinkan terjadi penularan HIV dan AIDS. Demonstrasi pemakaian kondom
dilakukan pada saat penyuluhan baik secara massal atau individu dengan
menggunakan Dildo sebagai alat bantu.
Program yang dilaksanakan diatur melalui jadwal waktu program dan setiap
pelaksanaan program itu diberikan indikator seberapa besar keberhasilan program
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan seberapa besar persentase keberhasilan
program lewat evaluasi.
3. Evaluasi
b. Evaluasi
Evaluasi program dilakukan guna melihat sejauh mana keberhasilan program yang
telah dilakukan. Kegiatan evaluasi ini sekaligus untuk mengetahui kekurangan apa
yang dibutuhkan dalam pengembangan program, hal ini bisa diukur melalui :
1. Terbentuknya perilaku baru bagi Sopir truk untuk menggunakan kondom secara
konsisten dan mau merubah perilaku beresiko diantaranya tidak lagi berganti-ganti
pasangan.
2. Adanya dukungan pihak perusahaan ekspedisi tempat bekerja sopir truk dalam
rangka pencegahan HIV dan AIDS ditempat kerja
3. Meningkatnya tingkat partisaipasi sopir truk dalam pencegahan HIV dan AIDS
melalui pemberian informasi kepada sopir yang lain dan membantu sopir lain untuk
mendapatkan akses kondom.

2. PICT
Masalah 2 : Penularan melalui seks bebas remaja 2 %
Program : PIK KRR

Masalah 3 : Penularan penggunaan alat suntik pada penasun 3%


Program : Harm Reduction

Masalah 4 : Penanganan penderita HIV AIDS di Kabupaten khususnya di Rumah


Sakit Daerah Dr. Soetrasno juga belum maksimal.
Program : CST

Masalah 5 : Penularan melalui transplasental ibu ke bayi ada 5 %


Program : PMTCT

Anda mungkin juga menyukai