Anda di halaman 1dari 7

JURNAL / PENELITIAN TENTANG SOSIOLOGI DAN

ANTROPOLOGI KESEHATAN

Tugas Mata Kuliah : Sosiologi dan Kesehatan

Dosen Pengampu : Prof. Drs. Moeljono Djojomartono, MA.

Disusun Oleh :

PRASANTI ADRIANI

No. Absen 33

MAGISTER PROMOSI KESEHATAN

KAJIAN KESEHATAN REPRODUKSI HIV/AIDS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2010
FAKTOR EKONOMI DAN KEINGINAN BERPRESTASI MASYARAKAT PADANG
LAWAS BERMIGRASI KE KOTA MEDAN

Penulis : Ahmad Hidayah Dlt

Abstract : This article was the result of study about migrant or people migrat in Medan
that come from Padang Lawas. This study was done with qualitative approach and descriptive
analysis methode and the analysis of unit is migrant who came from Padang Lawas with the
key informan is permanent migrant who have lived in Medan for more than five (5) years.
Basic on data which get from field, it show that migraint who come from Padang Lawas
migrate to Medan and others mayor city in Indonesia not only caused by economic factor but
also achivement desire by education increase, find the chance of work as state own employee
or private employee and another work in Medan.

There are many migrant from Padang Lawas have successfully financial and get various
profession in Medan. They have return routinity to their village in certain moment, like :
celebrate lebaran etcetera. The people that return in condition that more prosperous than
before make a trend for the society, particulary for young generation in Padang Lawas who
have finished their senior high school and follow the footstep of migrate people to major
cities in Indonesia, especially in Medan.

Komentar : Jurnal ini membahas mengenai seluk beluk dilakukanya migrasi oleh
masyarakat Padang Lawas. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke
tempat lain yang yang melintasi batas wilayah tertentu. Pada umumnya, migrasi ke kota besar
dilakukan selain sebagai proses pendewasaan bagi generasi muda, juga dilakukan untuk
mencari penghidupan yang lebih baik dari desa asalnya. Saya membaca dari jurnal ini migrasi
yang dilakukan oleh generasi muda Padang Lawas, terutama yang telah menamatkan
pendidikan menengah yang tidak lagi dapat meneruskan pendidikannya karena kendala dana,
mereka bermigrasi ke kota– kota besar seperti Medan, Jakarta dan kota – kota besar lainya.
Mereka berobsesi menjadi penduduk kota besar dan tidak lagi bekerja sebagai petani di desa
karena mereka beranggapan pendapatan sebagai petani dianggap tidak lagi memberikan masa
depan yang lebih baik. Padahal belum tentu penghidupan mereka di kota besar akan lebih
baik, karena persaingan yang semakin besar di kota dan pendapatan yang relatif minim dari
hasil kerja dengan latar pendidikan yang minim. Pola pandang masyarakat desa kadang
kurang tepat bahwa dengan migrasi ke kota besar maka penghidupan akan cenderung lebih
baik merupakan suatu hal yang perlu diberikan pengertian bahwa hal tersebut belum tentu
benar, banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan atau peningkatan penghidupan
seseorang.
PLURALISME HUKUM PADA KASUS PERKAWINAN SEMARGA PADA ETNIS
PADANG LAWAS DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Penulis : Effiati Juliana Hasibuan dan Hottob Harahap

Abstract : Legal pluralism was happened in the Batak Padang Lawas ethnic. Batak
Padang Lawas was not the only obedience Law in those society. The Laws was disordered by
the marriage between one clan cases. Marriage in one clan was forbidden according to Batak
Padang Lawas Laws.

The Permitting marriage according to Batak Padang Lawas Laws (eksogami) was a marriage
in different clan between man and woman. If the law breakers did not obey the rules, they
must be punished by cutting a big male-cow. This clan punishment was done as an awareness
to the society with holding Dalihan Natolu and the other clan leaders. So in this case the
forbidden married case could be discussed and solved by the Batak Padang Lawas Laws. In
the one clan merried case, the law breaker who could not pay the sanction would be disposed
by UU No 1/1974 about Married Laws in Indonesia.

Komentar : Jurnal ini menuliskan bahwa Padang Lawas adalah sebuah sub kelompok
etnis Batak yang berdiam di Kabupaten Tapanuli Selatan. Batak Padang Lawas termasuk ke
dalam etnis Batak yang disebut Batak Tapanuli Selatan, hal ini dikarenakan banyaknya
persamaan dalam hukum adat, seperti : perkawinan, dan sebagainya. Karena termasuk ke
dalam sub etnis Batak, bentuk perkawinan diantara orang Padang Lawas adalah eksogami
(perkawinan diluar kelompok suku tertentu) hal ini memiliki kesamaan budaya dengan etnis
Batak, sehingga adat (hukum perkawinan) mereka mempedomani hukum perkawinan Batak,
yaitu larangan perkawinan semarga. Dalam masyarakat Padang Lawas setiap warga yang
melanggar peraturan kelompok sukunya akan mendapatkan sanksi yang tegas. Dalam
pernikahan eksogami memperbesar peluang adanya kebudayaan – kebudayaan baru yang
akan semakinj memperkaya aneka ragam budaya di indonesia.
ANTROPOLOGI DAN KONSEP KEBUDAYAAN

Penulis : Leonard Siregar

Abstract : Anthropology is about all human beings and it is the charge of the
Anthropology to tell about human story, not just the good side but also the bad. It should
include not just one group of people, but others. It shouldn’t illustrate just one aspect of
human life, but all.

The article tries to revolve around a number of general pedagogical questions such as : What
do anthropology study? How do they go about it? What perspective do they bring to their
work? And what is the relation of the Anthropology with the Culture.

Komentar : Dalam jurnal ini disebutkan banyak orang berfikir para ahli Antropologi
adalah ilmuwan yang hanya tertarik pada peninggalan – peninggalan masa lalu, Antropologi
bekerja menggali sisa – sisa kehidupan masa lalu, dan kemudian mencoba memberi arti dari
apa yang ditemukannya itu. Pandangan yang lain mengasosiasikan Antropologi dengan teori
Evolusi dan mengenyampingkan kerja dari Sang Pencipta dalam mempelajari kemunculan
dan perkembangan makhluk manusia. Bahkan masih banyak orang awam yang berfikir kalau
Antropologi itu bekerja atau menenliti orang – orang yang aneh yang tinggal di daerah –
daerah yang jauh dimana mereka masih menjalankan kebiasaan – kebiasaan yang bagi
masyarakat umum adalah asing. Semua pandangan tentang ilmu Antropologi ini pada tingkat
tertentu ada benarnya, tetapi pandangan yang berdasarkan informasi sepotong – sepotong ini
mengakibatkan kekurang pahaman masyarakat awam tentang napa sebenarnya Antropologi
itu. Dalam jurnal ini dibahas mengenai berbagai hal mengenai Antropologi dan Konsep
Kebudayaan.
KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA DALAM PERSPEKTIF
ANTROPOLOGI KESEHATAN

Penulis : A.E.Dumatubun

Abstract : In this article the author tries to look on social and curtural interpretation of
the health problems on Papuan’s societies. The Papuan’s traditionally, have different views to
care out their health.

As found in most – perhaps all – societies some illlnesses are viewed as having “ natural” or “
naturalistic” causes, while others have “magical” or “supernatural” or personalistic causes, by
the causes, most of Papuan’s depent on supernatural or personalistic to care about their
health. My finding is more complexs. That is how the decision was made and what kind of
help to look for depent on many factors such as perceived the gravity of the illness, past
experience with different kinds of healers, family knowledge and therapeutic skill (couple
with advice of friends and neighbors), cost of different kinds of treatment, and the covenience
and availability of different kinds of treatment.

The author suggest that by knowing the social and curtural interpretation of health problems
on Papuan’s, it will be more easy to apply modern medicine in the rural societies to care out
their health problems.

Komentar : Jurnal ini menggambarkan bahwa orang Papua mempunyai keanekaragaman


kebudayaan yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Tidak hanya saja pada keanekaragaman
kebudayaan tetapi dalam semua unsur kebudayaan mempunyai keaneka ragaman yang
berbeda satu sama lainnya. Keaneka ragaman ini juga melukiskan adanya perbedaan terhadap
pandangan serta pengetahuan tentang kesehatan. Kalau dilihat kebudayaan sebagai pedoman
dalam berperilaku setiap individu dalam kehidupannya, tentu dalam kesehatan orang Papua
mempunyai seperangkat pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan
berdasarkan perspektif masing – masing suku bangsa. Keanekaragaman dalam kebudayaan
baik dalam unsur mata pencaharian, ekologi, kepercayaan/religi, organisasi sosial, dan lainya
secara langsung orang memberikan pengaruh terhadap kesehatan para warganya. Dengan
demikian secara kongkrit Papua mempunyai seperangkat pengetahuan berdasarkan
kebudayaan mereka masing – masing dalam menanggapi masalah kesehatan.
DR. J. VAN BAAL

( SOSOK ETNOLOG DI TANAH PAPUA)

Penulis : Frumensius Obe Samkakai

Abstract : Jan van Baal was born in Scheveningen, Holland in November 1909. He
studied languages, culture history and law in Netherland East Indies in Leiden from 1927 to
1931 with specialization in Anthropology.

He argues that Marind – Anim life style is complex, full of simbol and their way of life
afffected by apprehended intensionality and covered by mystery of Dema. The people pround
as Animha with no disturbance from moderization.

Marind – Anim according to van Ball have ascriptive way of thinking centred on Dema, not
like modern man who have descriptive way of thinking.

Komentar : Jurnal ini menceritakan mengenai pandangan salah satu etnolog asal negri
kincir angin, J. Van Ball mengenai penilainya pada orang Marind – Anim dan otobiografinya
selama bekerja di Tanah Papua. Pandangannya pada masyarakat Marind – Anim, lebih
difokuskan pada aspek ilmu Antropologi dari pada aspek penerapan ilmunya. Banyak teori
dan konsep yang ia kembangkan setelah 30 tahun dia bekerja dengan orang Marind – Anim,
yang berguna bagi pengembangan ilmu Antropologi. Konsep dan teori seperti gaya hidup
orang Marind – Anim yang rumit dan penuh simbolisme dibahas dalam jurnal ini. Banyak hal
yang sangat bagus untuk dipelajari dalam jurnal ini terutama mengenai masyarakat Marind –
Anim.

Anda mungkin juga menyukai