Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses bisnis mulai dari menyediakan produk, berkualitas dan pengiriman yang
cepat merupakan kesuksesan perusahaan pada era globalisasi ini. Perusahaan
dituntut untuk memenuhi demand pasar yang dinamis agar mampu bertahan. Pada
saat ini perusahaan tidak hanya berfokus untuk memproduksi produk dengan kualitas
yang baik. Munculnya produk yang berkualitas tidak ditentukan dari proses produksi
saja namun pengadaan raw material dari supplier hingga proses delivery on time
merupakan beberapa aspek penilian konsumen. Untuk mencapai kesuksesan tersebut
dibutuhkan juga usaha dari jaringan perusahaan yang terkait. Jaringan perusahaan-
perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemain akhir disebut dengan supply chain.
Dalam aktivitas supply chain terdapat beberapa hal penting berkembangnya konsep
supply chain melahirkan suatu perhatian khusus dari dampak dan risiko dari sebuah
supply chain dalam perusahaan. Risiko merupakan hasil kali dari probability dan
consequences. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, keamanan pangan
merupakan hal yang sangat diperhatikan. Utamanya pada jenis hasil perikanan,
karena memiliki lifetime produk yang singkat. Dalam proses produksinya lobster tulang
lunak ini memiliki tingkat kerumitan yang berbeda dibanding lobster lainnya. Secara
garis besar pada proses operasional lobster tulang lunak sangat memperhatikan
setiap proses yang terjadi, mulai dari proses handling lobster, proses budidaya,
proses panen, proses pasca panen hingga pendistribusian ke konsumen. Kerumitan
lobster tulang lunak ini pada tahap panen, dikarenakan lobster dipanen pada saat
molting. Tiap proses operasional yang terjadi memiliki potensi timbulnya kendala -
kendala yang menggangu aktivitas proses tersebut. Untuk mengetahui kendala-
kendala yang terjadi, perusahaan perlu melakukan identifikasi risiko kendala yang
akan muncul. Dalam mengidentifikasi risiko yang akan timbul perusahaan perlu
memiliki manajemen risiko yang terstruktur. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan aksi
mitigasi yang mampu meminimalisir terjadinya risiko tersebut.
Agar menghasilkan konfigurasi supply chain yang robust. Dapat dilakukan
analisis dan evaluasi risiko yang berpotensi pada supply chain perusahaan dengan
menggunakan tools HOR (House Of Risk). HOR (House Of Risk) ini merupakan
pengembangan metode FMEA (Failure Mode anf Effect Analysis) dan tools House Of
Quality (HOQ) pada Qualtiy Function Deployment). Pada umumnya tools House Of
Quality (HOQ) untuk merancang atribut produk, tools HOR (House Of Risk) dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan merancang strategi mitigasi risiko.
Pengembangan perhitungan Risk Priority Index (RPI) pada metode FMEA dilakukan
untuk melakukan penaksiran risiko pada HOR (House Of Risk) sebagai ARP
( Aggregate Risk Potential). Setelah mengetahui index proritas risiko, kemudian dipilih
agen risiko yang akan mendapatkan treatment. Kemudian agen risiko akan
dimasukkan pada HOR ( House Of Risk ) tahap kedua untuk merancang strategi
mitigasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menganalis risiko yang terjadi dengan menggunakan model
HOR2 ?
2. Bagaimana hasil yang didapatkan dari analisis model HOR2?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui resiko yang terjadi dengan menggunakan model HOR 2.
2. Untuk mengetahui hasil yang didapatkan dari analisi model HOR 2?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Resiko adalah kemungkinan terjadinya hal yang dapat memberikan dampak baik
negatif maupun positif pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Munculnya risiko dalam
aktivitas supply chain seharusnya dapat ditaksir dan dilakukan mitigasi agar tidak
mengganggu tujuan dari perusahaan. Sehingga perusahaan harus mampu mengelola
risiko yang terjadi. Resiko dapat diklasifikasikan dalam empat jenis kelompok sesuai
dengan gangguan yang terjadi selama proses rantai pasok antara lain yaitu :
1. Supply Risk
Supply risk merupakan kejadian resiko yang berhubungan dengan ketersedian
barang dari pemasok serta pada proses transportasi atau pengiriman.
2. Demand risk
Demand risk merupakan kejadian risiko yang berhubungan dengan fluktasi
permintaan pelanggan yang meliputi kesalahan dalam hal memprediksi permintaan,
ketergantungan pada satu pelanggan dan kegagalan dalam pemberian logistik
3. Internal risk
Internal risk merupakan kejadian risiko yang ditimbulkan dari internal perusahaan
selama proses rantai pasok berlangsung contohnya seperti kebakaran dalam
perusahaan, pemogokan tenaga kerja, dan kekurangan karyawan.
4. External environment
External environment merupakan kejadian resiko yang ditimbulkan dari luar
perusaahan contohnya seperti adanya bencana alam, regulasi pemerintah, ekonomi
dan lain sebaginya.
model HOR yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengukur
serta memitigasi risiko yang berpotensi timbul. Penerapan HOR terdiri atas dua tahap
yaitu :
a. HOR 1
HOR1 digunakan untuk mengidentifikasi kejadian resiko dan agen resiko yang
berpotensi timbul sehingga hasil output dari HOR1 yaitu pengelompokan agen
resiko kedalam agen resiko prioritas sesuai dengan nilai Aggregate Risk Potential
( ARP).
b. HOR 2
HOR2 digunakan untuk perancangan strategi mitigasi yang dilakukan untuk
penanganan agen risiko kategori prioritas. Hasil output HOR 1 akan digunakan
sebagai input pada HOR 2.
Langkah-langkah dan landasan model HOR dalam identifikasi, analisa, evaluasi
risiko dan perancangan strategi mitigasi dalam supply chain perusahaan.
1. Pemetaan aktivitas supply chain
Pada tahap awal dilakukan pemetaan berdasarkan (Plan, Source, Make,
Deliver , Return).
2. Identfikasi kejadian risiko
Tahap ini dilakukan dengan mendetailkan aktivitas dari SCOR yang
berpotensi peluang munculnya kegagalan dalam menghambat tujuan
perusahaan.
3. Analisis risiko
Dari risiko tersebut dilakukan penentuan nilai severity menggunakan
skala 1-10 menggunakan kuisoner. Selanjutnya dilakukan identifikasi
penyebab risiko atau agen risiko dengan cara wawancara yang kemudian
digunakan fishbone diagram. Agen risiko tersebut nantinya dilakukan
penentuan correlation terhadap event risk. Dari hasil tersebut nantinya
dilakukan penilaian kuisoner occurance menggunakan skala 1-10. Setelah itu
dilakukan perhitungan nilai ARP (Aggregate Risk Potential).
4. Evaluasi Risiko
Tahap ini dilakukan penentuan prioritas risiko menggunakan konsep
diagram pareto dengan mempertimbangkan nilai ARP tertinggi.
5. Penanganan Risiko
Dilakukan pemilihan agen risiko terpilih pada tahap HOR 1. Dari agen
risiko tersebut dirancang aksi mitigasinya. Selanjutnya dilakukan perhitungan
nilai Ratio Efktifitas dengan tingkat kesulitan penerapan. Kemudian aksi
mitigasi dinilai menggunakan HOR 2.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai