PRAKTIKUM
FARMASETIKA I DOSEN PENGAMPU :
PRODI D3 FARMASI Maida Safitri,M.Farm.,Apt
POLTEKES TNI AU CIUMBULEUIT Lis Kamelia,S.Si.,Apt
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya buku
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar ini.
Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar I ini merupakan buku penuntun bagi
mahasiswa tingkat I Prodi Farmasi Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung dalam
melaksanakan praktikum Farmasetika Dasar.
Maksud disusunnya buku petunjuk ini adalah agar mahasiswa dapat melaksanakan
praktikum dengan baik dan benar.
Harapan kami buku Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar I ini dapat digunakan
sesuai yang diinginkan. Kami mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan buku ini
dimasa mendatang.
Bandung, Oktober
2021
Penyusun
KETENTUAN PRAKTIKUM
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada
pasien sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58 Tahun 2014,
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
Resep elektronik adalah metode yang kuat untuk mencegah medication error yang
disebabkan oleh kesalahan interpertasi seperti pada resep yang ditulis tangan. Resep
elektronik dapat memastikan bahwa dosis, bentuk sediaan, waktu pemberian yang tertulis
adalah benar dan dapat juga mengetahui adanya interaksi obat, adanya alergi terhadap
obat tertentu dan kesesuaiannya dengan kondisi pasien misal pada pasien gangguan fungsi
ginjal.
Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :
1. INSCRIPSTIO terdiri dari :
a. Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat dan tanggal
penulisan resep.
b. Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang maksudnya kita diminta untuk
menyiapkan obat-obat yang nama dan jumlahnya tertulis di dalam resep.
Tanda- tanda khusus yang ditulis dalam resep misalnya bila obat harus diulang
pengambilannya, atau bila obat dalam resep harus segera disiapkan karena pasien sangat
membutuhkan obat tersebut seperti: antidotum, obat luka bakar dll.
MACAM-MACAM DOSIS
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan penderita.
2. Dosis Lazim, dosis yang digunakan sebagai pedoman umum dalam pengobatan.
3. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
4. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
5. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan
pada penderita.
6. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian
pada penderita. Dosis letalis terdiri atas :
(a) L.D 50: takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
(b) L.D 100: takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan.
PERHITUNGAN DOSIS OBAT
Dosis = n (tahun) x
dosis dewasa n (tahun) + 12
Jika sudah diketahui dosis untuk anak per kgBB maka dapat dihitung secara
langsung : Dosis obat = Berat badan pasien x dosis obat/kg berat badan
pasien
Contoh soal:
Hitung berapa dosis 1 x pakai dan dosis sehari cefadroksil, untuk bayi yang berusia 10
bulan dengan berat badan 8 kg, jika diketahui dosis cefadroksil dalam sehari = 25 mg/kg
dalam dosis terbagi. Berapa dosis cefadroksil untuk sekali pakai, bila jumlah pemakaian
cefadroksil dalam sehari 2 x pakai.
Jawab:
Dosis sehari Cefadroksil = 8 kg x 25 mg/ kg = 200
mg. Dosis cefadroksil sekali pakai = 200 mg : 2 =
100 mg.
PENIMBANGAN
Penimbangan dalam mengerjakan resep digunakan alat timbang bertangan panjang dengan
beberapa macam daya timbang. Ada tiga jenis alat timbangan:
a. Timbangan gram kasar. Mempunyai daya beban antara 250 gram sampai 1.000 gram,
dengan kepekaan 200 mg.P[396E4;
b. Timbangan gram halus. Mempunyai daya beban 100 gram sampai 200 gram, dengan
kepekaan 50 mg.
c. Timbangan miligram. Mempunyai daya beban 10 sampai 50 gram, dengan kepekaan 5 mg.
Kepekaan adalah tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring
timbangan setelah keduanya siisi muatan maksimum menyebabkan ayunan jarum timbangan
tidak kurang dari 2 mm dari tiap dm panjang jarum.
Bobot terkecil yang boleh ditimbang dengan timbangan gram adalah satu gram,
sedangkan bobot terkecil yang boleh ditimbang dengan timbangan miligram adalah 50 miligram.
Bila bahan obat yang harus ditimbang bobotnya kurang dari 50 mg, maka penimbangannya
dilakukan dengan pengenceran.
Sebagai pengencer biasanya digunakan bahan yang bersifat inert atau netral, seperti
saccharum laktis ( laktosa ) untuk bahan obat berupa serbuk, sedangkan air atau larutan
untuk bahan yang berupa cairan ( sediaan cair ). Sebagai bahan pengencer dapat
digunakan bahan lainnya tergantung dari basis atau pembawa sediaan yang akan dibuat.
Contoh:
R/ Paraffin liq. 50 mL
Gummi Arabicum 12,5
mg Sirup simplex 10
mL Vanillinum 25 mg
Aethanolum 90% 6 mL
Aqua dest ad 100 mL
Dalam komposisi resep diatas terdapat Vanillin sebagai corringent odoris yang beratnya
kurang dari 50 mg, sehingga harus dibuat pengenceran dengan pelarutnya yang
terdapat dalam komposisi resep tersebut yaitu etanol 90%. Jumlah volume
pengenceran harus disesuaikan dengan jumlah pelarut yang tersedia.
Perhitungan pengenceran:
Vanillin ditimbang 50 mg, dilarutkan dalam etanol 90% hingga volume 12
mL. Hasil pengenceran diambil sebanyak = 25 mg x 12 mL = 6 mL 50 mg
Hasil pengenceran 6 mL sudah termasuk etanol 90% yang berasal dari resep standar.
Contoh perhitungan pengenceran bertingkat : misalnya dibutuhkan Atropin Sulfat 0,5 mg.
Pengenceran I :
timbang atropin sulfat 50 mg + pewarna qs + Lactosum ad 500
mg Dari pengenceran I diambil 50 mg
(mengandung Atropin Sulfat = 50 mg/500mg x 50 mg = 5 mg)
dan dilanjutkan ke pengenceran II.
Pengenceran II :
50 mg dari pengenceran I (mengandung Atropin Sulfat 5 mg) dicampur dengan
Lactosum hingga diperoleh berat 1000 mg, dicampur dan diaduk hingga homogen
Hasil pengenceran II diambil sebanyak = 0,5 mg/5 mg x 500 mg = 50 mg
Contoh:
Dibutuhkan Prednison 28 mg, didalam laboratorium tersedia tablet prednison 5 mg,
sehingga dibutuhkan tablet Prednison sebanyak =(28 mg/5mg ) x 1 tablet = 5,6 tablet
(diambil 5 tablet, yang 0,6 tablet dibuat pengenceran )
Berat puyer yang ideal Berat satu bungkus puyer yang ideal = 500 mg, bila berat puyer
< 500 mg, dapat ditambahkan bahan pembawa seperti Lactosum (Sacchrum lactis/ gula
susu).
SERBUK
Menurut FI IV, pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, dan ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Sediaan serbuk dapat diserahkan dalam : bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi ( pulvis).
Bila bobot puyer sangat kecil (kurang dari 500 mg per bungkus) harus ditambahkan zat
pengisi (laktosa) sampai bobotnya menjadi 500 (lima ratus) mg per bungkus.
II. CARA MEMBAGI PUYER
a. Bila serbuk yang diminta 10 bungkus, serbuk dapat dibagi langsung sama banyak pada
setiap bungkusnya sesuai dengan pangan mata.
b. Bila jumlah serbuk lebih dari 10 bungkus tetapi dalam jumlah genap misalkan 12
bungkus, serbuk dibagi dua bagian sama banyak dengan menggunakan timbangan.
Kemudian bagian dibagi 6 bungkus sama banyak.
c. Bila jumlah serbuk ganjil lebih dari 10, misalkan 15 (lima belas) bungkus, seluruh serbuk
ditimbang, dihitung berat satu bungkus, timbang satu bungkus, sisa serbuk ditimbang
sama banyak, kemudian masing-masing dibagi 7 bungkus.
d. Semua bungkusan dimasukkan ke dalam pot puyer dan diberi etiket putih.
Contoh sediaan bedak tabur: Bedak Purol, Caladryl, dan bedak Salicyl dll.
Sediaan serbuk untuk obat luar biasanya mengandung zat aktif
seperti:
a. Antihistamin: Diphenhydramini HCl,
b. Antiiritan : Menthol, kamfer
c. Antiseptik : Balsamum peruvianum, Calamine
d. Antifungi : Mikonazol nitrat.
e. Keratolitik : Asam salisilat. Bedak tabur yang saat ini beredar dipasaran contohnya
adalah Bedak Purol, Bedak Salicyl.
2. Hablur/kristal
b. Kamfor: mudah mengkristal kembali. Oleh karena itu, ditetesi terlebih dahulu dengan
eter atau etanol 95%. Selanjutnya, dikeringkan dengan penambahan zat tambahan
yang cocok.
c. Asam Salisilat: sangat ringan, berbentuk kristal jarum yang halus, mudah beterbangan,
dan dapat merangsang hidung hingga bersin; tetesi dahulu dengan eter atau etanol
95% dan tambahkan zat tambahan.
d. Asam benzoat, naftol, mentol, timol, salol: campurannya mudah mencair, dikerjakan
seperti pada kamfor atau asam salisilat. |
e. Garam-garam yang mengandung air kristal, misalnya Nakarbonat, Fe (II) sulfat, Al& K-
sulfat, Mg-sulfat, Na-sulfat: diambil bentuk yang exicatus atau bentuk keringnya,
misalnya Na- karbonat 50%, Fe (II) sulfat 60%, Al& K-sulfat 67%, Mg-sulfat 67%, Na-
sulfat 50% dari jumlah yang tertulis di dalam resep.
f. Iodium: tetesi dengan eter atau etanol 95% dan keringkan dengan zat tambahan; jika
menggunakan amilum akan berubah warna dari putih menjadi biru.
g. Fel, , FeCL, FeCO,: gunakan resep standar untuk pillulae.
Capsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut.
1. Jenis- jenis Capsul
a. Capsul Keras (Hard capsule) Cangkang capsul keras umumnya terbuat dari gelatin;
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran Capsul Ukuran
cangkang umumnya bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar
(000). Umumnya ukuran 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien. Ukuran capsul terbesar 000 biasanya digunakan untuk hewan.
2. Pengisian Kapsul.
Pada prinsipnya cara pembuatan sediaan kapsul sama seperti pencampuran serbuk untuk
serbuk bagi/ Pulveres. Serbuk di racika dan kemudian dibagi sesuai dosisnya dengan tepat,
kemudian dimasukkan ke dalam kapsul.
a. Pengisisan kapsul dengan tangan
Cara pengisisan kapsulyang paling sederhana adalah menggunakan tangan, tanpa bantuan
alat lain. Peracik sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang
mungkin timbul dan mencegah kontaminasi produk.
Cara memasukan obat ke dalam kapsul:
1. Serbuk obat dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta
2. Tiap bagian serbuk dimasukkan ke dalam badan kapsul dan ditutup.
3. Tiap kapsul di bersihkan permukaannya dari serbukobat sebelum dimasukan ke dalam
wadah.
ETIKET OBAT
Etiket berisi aturan pakai, cara pemakian dan waktu pemakaian. Pada etiket harus terdapat
tanggal pembuatan obat atau pemberian etiket pada kemasan obat, nama apotek, alamat,
SIA, Apoteker Pengelola Apotek (APA), tanda tangan pembuat etiket.
Terdapat 2 jenis etiket :
a. Etiket untuk pemakaian sistemik berwarna putih.
Contoh : obat-obat oral seperti puyer, capsul, potio (obat minum).
b. Etiket untuk pemakaian kegiatan praktikumal warna biru.
Contoh : injeksi, salep, cream, lotio, suppositoria , tetes telinga, tetes mata
COPY RESEP ATAU TURUNAN RESEP
adalah salinan resep yang memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep
asli. Copy resep/salinan resep harus dibuat bila:
a. ada obat yang harus diulang penggunaannya ( ada kata Iter).
b. atas permintaan pasien /untuk bukti kepada perusahaan/instansi yang menjamin biaya
kesehatan pasien.
c. masih ada obat yang belum ditebus seluruhnya, sebagai contoh pasien seharusnya
menerima 30 capsul racikan, namun yang baru diterimanya 15 capsul, maka sisa
obatnya harus dibuatkan copy resep, agar sisa obatnya dapat ditebus kembali.
Obat harus dikonsumsi pada waktu yang tepat untuk mendapatkan obat efek yang
optimal. Waktu yang tepat untuk mengkonsumsi suatu obat didasarkan atas pertimbangan
sifat obat dan tujuan pengobatan. Waktu penggunaan obat harus dicantumkan pada resep,
sehingga nantinya juga tertulis pada etiket.
VI. OBAT YANG DIMUNIM SETELAH BUANG AIR BESAR ( post defaecatio/ post defaect)
Obat yang diberikan pada waktu ini antara lain suppositoria analia.
Selain waktu penggunaan/minum obat, interval penggunaan obat juga penting untuk
diperhatikan. Interval (jarak waktu minum obat) berkaitan dengan ketersediaan obat di
dalam tubuh. Obat dapat memberikan efek terapi jika kadar obat didalam tubuh memenuhi
kisaran terapi yang diperlukan. Hal ini tergantung dari sifat dan jenis setiap obat, obat yang
cepat tereliminasi dari tubuh karena memiliki waktu paruh yang pendek sehingga interval
yang diperlukan untuk minum obat menjadi lebih pendek dan obat menjadi harus lebih
sering diminum misalnya 3 kali sehari dan ada pula obat yang lama tereliminasi karena
memiliki waktu paruh yang panjang sehingga interval yang diperlukan untuk minum obat
menjadi lebih panjang dan obat menjadi tidak sering untuk diminum misalnya 1 kali sehari.
Waktu paruh obat adalah waktu yang dibutuhkan untuk setengah dari jumlah awal
obat yang dieliminasi oleh tubuh. Bila kadar obat telah mencapai separuhnya, pasien harus
segera meminum obatnya agar kadar obat meningkat mencapai kadar terapetik. Sebagai
contoh Loratadin mempunyai waktu paruh metabolite aktifnya descarboethoxy-loratadin 18-
24 jam. sehingga obat cukup diminum satu kali dalam sehari. Jika waktu paruh obat 12 jam
maka obat harus diminum 2 x sehari, dan jika waktu paruhnya 8 jam, obat harus diminum 3
x sehari. Jika obat yang seharusnya diminum 2 kali sehari, kemudian diminum pada pagi
dan siang dengan interval waktu pendek yaitu 6 jam maka dapat menyebabkan kadar obat
di dalam tubuh menjadi lebih besar dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Jika
pada waktu selanjutnya obat diminum dengan interval waktu yang lebih panjang maka kadar
obat di dalam tubuh telah mencapai kadar minimal dan dapat meniadakan efek obat. Bila
obatnya antibiotik dapat menyebabkan resistensi
PELAYANAN RESEP
1. Periksa kelengkapan resep
2. Ketahui nama obat/formula, efek farmakologi, perhatikan adanya inkompatibilitas &
interaksi obat
3. Lakukan pengecekkan terhadap stok.
4. Tentukan harga obatnya.
5. Lakukan persetujuan dengan pasien terkait dengan harga obat.
6. Hitung jumlah yang diberikan dan berat yang akan ditimbang.
7. Perhitungan DM
8. Komunikasi dengan dokter jika ada penulisan pada resep yang kurang jelas
9. Penyiapan obat / Penimbangan bahan
10. Peracikan
11. Pengemasan
12. Memberikan obat kepada pasien disertai PIO
1. Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan/
pembuatan resep
2. Resep yang mengandung obat narkotika harus dipisahkan dari resp lainnya dan diberi
tanda garis merah dibawah nama obatnya.
3. Resep yang telah disimpan lebih dari lima tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar
atau cara lain yang memadai.
4. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteke disaksikan sekurang-kurangnya seorang
petugas apotek dan mengisi Berita Acara pemusnahan resep untuk dilaporkan ke Dinkes
Kabupaten/Kota, Ka BPOM, dan KaDinkes Propinsi.
5. Resep Narotika dihitung jumlah lembar dan resep non Narkotika di timbang sebelum
dimusnahkan.
REFERENSI:
prof Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D, Ars Prescribendi, Resep yang Rasional;
Airlangga University Press, 2006
Tati Suprapti, Modul Bahan Cetak Farmasi, Praktikum Farmasetika Dasar , Kemenkes RI;
2016
drs H. Syamsuni Apt Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2005
PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTIK
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2019
PEMBUATAN JURNAL PRAKTIKUM
I. Tujuan
a. Mahasiswa swa dapat memeriksa kelengkapan resep, membaca dan
mengartikan resep
b. Mahasiswadapat melakukan perhitungan dosis obat dan membuat langkah-
langkah pembuatan obat.
R/ Erythromycin 250 mg
Ephedrin HCL 12,5 mg
Teophilin 130 mg
Chlorphenon 2 mg m.f.p.dtd.No.XII
s.t.d.d.p.I
Pro : Alif ( 12thn)
Jurnal Praktikum Farmasetika 1 Nilai Kerja & Nilai Jurnal Nilai sediaan Total Nilai
Nama: _ kebersihan & PIO
NIM: _ Tanggal: _
Resep
dr.Ali Akbar Resep Standar: -
Praktek/rumah RumahSakit RS.Sehat Jaya Bandung
Jl. Cihampelas No.21 Bandung
Telp. 02260322
Telp.022 4204321
HariKerjaJam18.00-19.00
DOSIS MAKSIMUM
R/ Erythromycin 250 mg
Ephedrin HCL 12,5 mg 1. Nama Obat : Erytromycin 250mg
Teophilin 130 mg DM 1 X ( dewasa) = 500mg = 0,5g
Chlorphenon 2 mg DM 1X ( anak umur 12 th) := 12/20 x 0,5 g = 0,3 g
m.f.p.dtd.No.XII DM 1Hari (dewas) = 4g
s.t.d.d.P l DM 1Hari ( anak umur 12 th) = 12/20 x 4g = 2,4 g
detur XII
OBAT INI TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP BARU DARI DOKTER
Bandung, 1-1-2021
PCC
ACC Penyerahan :
TglParaf
Jam
Erythromycin adalah antibiotik yang digunakan untuk
mencegah infeksi bakteri pada saluran pernafasan, Ephedrin berkhasiat sebagai bronkodilator serta term
PIO :
Obat racikan harus diminum sampai habis karena mengandung antibiotik
Nama [ V ]
Racik [ V ]
Etiket dan Label PIO [ V ]
Serahkan Copy R/ [ V ]
ACC Apoteker [ V ]
[ V ]
[ V ]
Nim : 30521025